Chapter 6
When you say love meMaaf Typo-nya ^.^
***
‘Aku berjanji akan selalu memeluknya disaat ia akan terlelap.’
‘Aku berjanji untuk merendam kakinya ketika ia merasa lelah karena perutnya yang semakin membesar.’
‘Aku berjanji untuk menggenggam tangannya erat ketika ia merasakan sakit luar biasa karena jagoan kecilku akan melihat dunia untuk pertama kalinya.’
‘Aku berjanji akan selalu menemaninya bangun ditengah malam karena jagoan kecilku tengah menangis.’
‘Aku berjanji untuk selalu menyediakan tangan membantunya merawat dan membesarkan jagoan kecilku yang akan belajar berjalan.’
‘Aku berjanji untuk selalu berjalan disampingnya mengantarkan jagoan kecilku yang telah berlari menuju sekolah barunya.’
‘Aku berjanji akan selalu, selalu dan selalu ada disampingnya, menjaganya sampai nafasku tak lagi berhembus dalam tubuhku.’
Nichkhun berjanji di hari pernikahannya. Ia berjalan mendekat pada lelaki tampan memakai setelan jas apik berwarna silver yang berdiri tegap didepannya. Ia menggenggam tangan berkeringat dingin lelaki tampan itu. ia mendekatkan wajahnya, memberikan kecupan manis di dahi lelaki tampan itu. Tak cukup disitu, ia kemudian berlutut, memberikan kecupan lembut tepat diperut lelaki tampan yang perutnya sudah terlihat sedikit mengembung. Lelaki tampan itu, meneteskan air mata bahagianya. Ya, Wooyoung lelaki tampan itu, bahagia dihari pernikahannya dengan Nichkhun, orang yang disayanginya.
***
Nichkhun menggendong Wooyoung dengan kedua tangannya didepan, sedangkan Wooyoung mengalungkan tangannya di leher Nichkhun dan menyandarkan kepalanya di dada Nichkhun. Wooyoung lelah, ia bahkan hampir tertidur di gendongan Nichkhun. Wooyoung tahu Nichkhun sedikit kesulitan ketika membuka pintu apartemennya. Setelah masuk Nichkhun menutup pintunya dengan dorongan kaki.
Wooyoung membuka matanya ketika tubuhnya sudah dibaringkan oleh Nichkhun di kasur empuk mereka. Nichkhun telaten melepas sepatu, kaos kaki, dasi kupu-kupu, dan tux yang menempel ditubuh Wooyoung.
“Istirahatlah, aku akan buatkan susu dulu untukmu.” kata Nichkhun seiring mengusap poni Wooyoung. Nichkhun tahu Wooyoung lelah karena seharian berdiri di altar dan menyambut tamu.
“Aku tidak mau. aku ingin mandi dulu. aku tidak tahan dengan keringatku.” Wooyoung mengendus lucu mencoba mencium bau tubuhnya yang masih wangi.
“Baiklah! aku akan menyiapkan air hangat dulu.”
Nichkhun segera ke kamar mandi menyiapkan air hangat didalam bathup agar Wooyoung dapat berendam. setelahnya, ia kembali lagi ke kamar.
“Woo, air hangatnya sudah siap. ini handuknya.” Nichkhun menyerahkan baju handuk yang baru ia ambil dari lemari.
“Ada yang kau inginkan lagi? kalau tidak aku akan ke dapur, membuat susu.” kata Nichkhun lagi.
“Euhmm. aku tidak mau susu...” Wooyoung menggelengkan kepalanya.
“Huh, lalu?”
“Aku, ingin kau... euhm... menemaniku mandi.” Wooyoung menutup wajahnya yang memerah malu dengan telapak tangan.
Nichkhun menyeringai lebar. dengan senang hati Nichkhun bersedia menemani Wooyoung. Nichkhun segera mengangkat tubuh Wooyoung lagi, membawanya ke dalam kamar mandi.
*
Nichkhun menggosok lembut punggung Wooyoung memakai spon. mereka sudah berendam bersama. Wooyoung memejamkan matanya menikmati gosokan spon Nichkhun. Wooyoung hampir tertidur lagi. lamat-lamat Wooyoung merasakan bukan spon lagi yang menyentuh punggungnya. Namun sesuatu yang lebih lembut. bibir Nichkhun mulai mengecup pundak dan leher Wooyoung. Wooyoung juga merasakan sesuatu mulai menegang dibelakangnya.
“Kau menginginkannya?” tanya Wooyoung seraya menarik tangan Nichkhun untuk melingkari pinggangnya.
Nafas Nichkhun memburu “aku harus menahannya, kau lelah.” perkataan Nichkhun tidak sesuai dengan gerak tubuhnya. Tangannya justru mulai meraba perut Wooyoung yang sedikit buncit dan naik ke dada Wooyoung, bibirnya masih tak henti mengecup leher Wooyoung yang beraroma vanilla.
“Ngghh” Wooyoung melenguh baru saja lehernya di hisap “aku tidak masalah asal kau melakukannya dengan baik. karena sudah ada dia.”
“Kau yakin?”
“Ngghhh, Hmm.” Wooyoung tak bisa berkata lagi. tangan Nichkhun sudah bergulir di area tersensitifnya dibawah. Wooyoung menolehkan kepalanya, Nichkhun menyambutnya dengan ciuman yang ia atur selembut mungkin. Ya, mulai sekarang mereka memang harus melakukannya dengan lembut. Dan kegiatan itu pun harus berpindah ke kasur empuk mereka. Nichkhun tidak mungkin membiarkan Wooyoung masuk angin karena berendam terlalu lama.
***
Sudah menjadi rutinitas Nichkhun bangun lebih awal. Ia harus menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Wooyoung, ia harus membersihkan apartemennya, ia juga harus mempersiapkan keperluannya sekolah. Nichkhun sudah duduk dibangku kelas tiga, kegiatan disekolahnya pun semakin padat. Mulai dari jam tambahan malam, lomba-lomba yang harus diikuti di klub bulutangkisnya, klub fotografinya ataupun lomba dari sekolahnya yang digunakan untuk menunjang prestasinya agar masuk ke universitas ternama di korea. Jadilah Nichkhun sering pulang malam dan menemukan Wooyoung sudah tertidur di sofa karena menunggu Nichkhun.
Sedangkan Wooyoung telah memutuskan untuk berhenti sekolah, demi kebaikannya sendiri dan bayi yang masih ada diperutnya. Wooyoung tidak mau tertekan karena orang-orang masih memandangnya sebelah mata. kegiatan Wooyoung setiap harinya sebagian besar hanya dihabiskan didalam apartemen. Membosankan memang. Wooyoung mengisinya dengan berbagai macam buku tentang kehamilan, makanan bergizi seimbang untuk bayi, 101 cara orangtua dalam mendidik anak, bahkan buku 20 langkah menghentikan tangis anak. Atau Wooyoung akan menonton reality show tentang balita, kartun, video senam ibu hamil, atau acara memasak makanan sehari-hari. Well, Wooyoung benar-benar seperti seorang ibu muda pada umumnya.
Jika bosan, maka Wooyoung akan pergi ke toko kue keluarganya, mengunjungi ibunya sekaligus belajar membuat pancake. Ketika jadwal kunjungan ke dokter Sunye tiba, Wooyoung harus diantarkan oleh orang tuanya karena Nichkhun masih sibuk disekolahnya. Nichkhun bisa menemani Wooyoung, dulu masih kandungannya masih menginjak hitungan 5-10 minggu. Jika orangtuanya melakukan perjalanan bisnis ke Jepang, maka terpaksa Wooyoung harus pergi sendiri. Wooyoung sedih jika ia harus pergi sendiri karena ia hanya mendengarkan sendiri detak jantung bayinya, padahal ia ingin Nichkhun juga bisa mendengar detak kecil jantung jagoan kecilnya.
**
Nichkhun menggerakkan tangannya akan memeluk Wooyoung. tidak ada. Ia meraba-raba kasurnya, mungkin Wooyoung menjauh ke pinggir. Namun, tetap saja tidak ada. Terpaksa Nichkhun membuka matanya. Nichkhun melihat jam digital di atas nakasnya masih pukul satu dini hari. Nichkhun bangun mencari Wooyoung.
Nichkhun mengecek kamar mandi ternyata kosong. Nichkhun menggaruk kepalanya bingung. Tak lama, Nichkhun mulai mencium bau sedap dan mendengar suara sedikit gaduh dari dapur kecilnya.
“Youngie.. kenapa kau tidak membangunkan aku saja untuk membuat ramen?” tanya Nichkhun pada Wooyoung. Wooyoung duduk di kursi meja makan siap memakan ramen panasnya didalam panci kecil. Nichkhun m
Comments