Chapter 7
When you say love meMaaf Typo-nya ^^
Happy Raeding >.<
***
Air bening mulai menggenang di pelupuk mata Wooyoung. Dihubunginya Nichkhun sekali lagi. Belum tersambung panggilannya, layar ponselnya meredup dan mati. Jatuh sudah air yang telah penuh di pelupuk matanya. Wooyoung duduk kembali di kursi tunggu rumah sakit, kakinya terlalu pegal jika terlalu lama berdiri. Wooyoung mencoba mengatur nafas, mengontrol emosinya. Nichkhun sangat menjengkalkan baginya untuk saat ini. Wooyoung memandangi ponselnya yang sudah kehabisan batrai. Air matanya kembali jatuh membasahi layar ponselnya. Wooyoung mengangkat kepalanya ketika seseorang menepuk bahunya.
“Pulang sekarang, bersamaku. Aku tidak mau dengar kata tidak lagi.”
Wooyoung mengangguk, berjalan mengikuti dokter sunye yang menarik tangannya.
*
“Sebelum ku antar ke rumahmu, bagaimana jika kita cari makan terlebih dahulu? Aku tahu kau lapar.” Tawar dokter sunye pada Wooyoung.
“Terserah noona.” Jawab Wooyoung pasrah.
“Yugyeom, kita mampir ke restoran biasanya. Sekalian aku akan beli makanan untuk anak-anak.” Perintah sunye pada adiknya yang tengah menyetir.
“Ne.. Noona.” Yugyeom tersenyum menjawabnya. Matanya tak hentinya mencuri pandang Wooyoung yang duduk di kursi belakang, cemberut lucu seiring mengelus perut besarnya lewat spion mobil di samping depan kepalanya.
Sesampainya di restoran pun, Yugyeom masih tidak bosan mencuri pandang Wooyoung yang duduk didepannya, sedang mengunyah makanan. Yugyeom hanya meringis, menunjukkan deretan gigi putihnya ketika tertangkap basah oleh Wooyoung.
“Cepat makan ayam gorengmu. Ini sudah malam, semua sedang menunggu dirumah.” Tutur sunye pada Yugyeom yang masih fokus pada Wooyoung. Entah perasaan apa yang hinggap pada diri Yugyeom sekarang? Mungkin karena heran melihat lelaki yang perutnya bisa membesar, mungkin juga karena alasan lain
**
Sunye menyerahkan payung putih bening pada Wooyoung ketika turun dari mobil di depan pagar rumah Wooyoung.
“Cepat istirahat. Jangan sedih lagi, mungkin Nichkhun memang belum pulang dari kegiatannya.”
Wooyoung mengangguk “Terimakasih noona. Maaf merepotkan noona.”
“Aku tidak merasa direpotkan. Cepat masuk ke dalam.”
“Hyung, tidurlah yang nyenyak.” Teriak Yugyeom masih dalam mobil.
“Ne.. Terimakasih.” Wooyoung tersenyum manis. Ah, senyuman itu membuat hati Yugyeom terasa damai.
Setibanya di dalam rumah, Wooyoung memanggil minjun dan tidak ada sahutan dari panggilannya. Wooyoung malas berfikir, mungkin saja larut malam disertai hujan deras seperti ini taecyeon meminta minjun untuk menemaninya. Wooyoung memilih membersihkan wajah dan menyikat giginya di kamar mandi, setelahnya ia mencari posisi yang nyaman di kasur, mengelus perutnya dan terlelap dalam menit berikutnya. Wooyoung cukup kelelahan.
***
Jantung terus berdetak keras setelah mengelilingi rumah sakit, pergi ke toko kue Jang, kembali lagi ke rumah sakit, baru terfikirkan oleh Nichkhun dan minjun untuk meminta nomor telepon Dokter Sunye untuk mengetahui keberadaan Wooyoung.
Nichkhun mengelus dadanya, ia bisa bernafas lega sekarang. “Hyung, Dokter Sunye sudah mengantarkan Wooyoung pulang ke rumah.” Katanya pada minjun setelah menghubungi Sunye. Keduanya pun meninggalkan rumah sakit.
Di sepanjang perjalanan pulang Nichkhun menyiapkan mentalnya. Ia siap menerima segela bentuk kemarahan Wooyoung. Nichkhun sadar, sikap Wooyoung yang tengah hamil tua, emosinya seperti seorang wanita yang sedang mengalami gejala PMS.
*
“Istirahatlah. Jangan lupa ganti bajumu.” Kata minjun sangat pelan di kamar Wooyoung.
“Ne hyung, Maafkan aku.”
“Jangan ulangi lagi, kau hampir membuatku pingsan tadi.”
Nichkhun mengangguk. Sebelum minjun keluar kamar Wooyoung, ia mengusap pelan rambut Wooyoung terlebih dahulu. Nichkhun segera mengganti bajunya yang sedikit basah, setelahnya ia membaringkan tubuhnya disamping Wooyoung, mengecup kening Wooyoung. “Appa, Minta maaf.” Katanya tanpa suara setelah mencium perut Wooyoung. Nichkhun menarik selimut yang hanya menutupi kaki Wooyoung sampai ke bahu, sekaligus menyelimuti tubuhnya yang kedinginan.
Merasa tidak nyaman dengan posisi miring yang lama, Wooyoung akan merubahnya menjadi terlentang. Ketika ia bergerak, tangan lain mencoba menahan pinggangnya. Wooyoung perlahan membuka matanya. Matanya menyipit menajamkan penglihatannya. Dilihatnya Nichkhun yang terlelap menghadapnya dan memeluknya. Rasa kesal langsung memenuhi dadanya.
Wooyoung memencet hidung Nichkhun lama. Sampai Nichkhun tidak bisa bernafas, kesakitan dan terbangun.
“Woo...” Suara serak Nichkhun terdengar lirih. Tangan yang tadinya memeluk Wooyoung kini ia gunakan untuk mengusap hidungnya yang memerah.
“Keluar dari kamarku.” Ketus Wooyoung.
“Aku –“
“Aku tidak mau mendengar apapun darimu. Cepat keluar, aku ngantuk dan aku ingin tidur lagi.” Wooyoung menarik selimut yang masih menutupi tubuh Nichkhun, untuk menutupi tubuhnya saja. Tak lupa ia mendorong dada Nichkhun menjauh terlebih dahulu. Nichkhun mengangguk pasrah. Ia berjalan lemas keluar kamar menuju kamar minjun. Bukankah tadi ia sudah menyiapkan mentalnya? Namun tetap saja hatinya merasa sedih. Ya, ini memang kesalahannya maka mau tidak mau Nichkhun harus berlapang dada untuk tidak tidur bersama Wooyoung plus sikap-sikap Wooyoung yang dapat menguras kesabarannya sampai beberapa hari kedepan.
***
Wooyoung terbangun pukul tiga dini hari, perutnya terasa lapar. Ia berjalan pelan menuruni tangga menuju ke dapur. Wooyoung cemberut ketika membuka kulkas tidak ada makanan yang siap ia makan. Jika ada ibunya, biasanya akan ada sekotak kue yang di bawa dari toko kue dan disimpan di kulkas untuk berjaga-jaga saat Wooyoung kelaparan.
“Kau lapar?”
Wooyoung terkejut memegang dadanya, Nichkhun sudah berdiri dibelakangnya. Wooyoung malas menjawabnya. Ia justru melihat-lihat lagi apa saja yang ada di isi kulkasnya.
“Biar aku saja yang memasak untukmu.” Nichkhun mengeluarkan senyum lebarnya. Detik kemudian lengkungan bibirnya kembali datar karena Wooyoung menatap tidak bersahabat kearahnya.
“Euhmm kau tunggu saja disofa. Aku tidak akan lama memasak.” Kata Nichkhun pelan. Ia menggiring Wooyoung ke sofa ruang TV. Meletakkan bantal sofa di belakang punggung Wooyoung sampai Wooyoung merasa nyaman kemudian menyalakan TV dan menyerahkan remotenya ke tangan Wooyoung. Dan Nichkhun kembali lagi ke dapur memasak secepat mungkin. Nichkhun memang tidak bisa tidur nyenyak. Nichkhun terbangun ketika ia mendengar Wooyoung membuka pintu kamarnya.
Nichkhun membawa sepiring omelet kehadapan Wooyoung. Ia mengambil duduk disebelah Wooyoung. Lalu menyuapi Wooyoung dengan omelet yang sudah ia potong kecil-kecil. Wooyoung masih dengan tatapan tidak bersahabatnya saat memakan omelet tersebut.
“Aku ingin dengan saus kecap manis.” Kata Wooyoung datar. Nichkhun meletakkan piringnya di meja dan mengambil saus kecap manis di kulkas. Selain kalimat itu, tidak ada kata-kata yang terucap dari bibir Wooyoung lagi, matanya fokus melihat pertandingan bola di TV. Wooyoung hanya memakan sebagian omlate dari suapan tangan Nichkhun, ia meminum air putih yang sudah disediakan Nichkhun dan kembali lagi ke kamarnya.
Nichkhun menghela nafas panjang berkali-kali seraya memakan sisa omlate. Nichkhun mengunyah pelan omelet buatannya, ia menyadari satu hal “Asin! Tumben Wooyoung tidak protes.” Batinnya. Bibirnya kini melengkung senang, Wooyoung tidak semarah yang ia kira.
**
Wooyoung terbangun lagi ketika mendengar suara sedikit berisik dari luar. Mungkin saja itu suara Nichkhun dan minjun hyungnya yang akan berangkat ke kampusnya. Wooyoung cemberut, ia akan kesepian lagi di rumah. Pintu kamarnya terbuka pelan. Wooyoung menarik selimutnya menutupi kepalanya. Malas melihat siapa yang masuk.
“Wooyoung.”
Wooyoung membuka selimutnya, ternyata bukan suara Nichkhun yang didengarnya.
“Ada apa hyung?”
Minjun mengacak pelan rambut Wooyoung sebelum mulai menjelaskan “Jangan seperti anak kecil. Nichkhun tidak sengaja melakukannya, karena banyak yang harus ia urus dia lupa untuk menemanimu. Nichkhun kelelahan lalu ia tertidur. Dia baru menyadarinya saat terbangun dan hari sudah gelap. Kau juga salah. Aku sudah menawarimu biar aku saja yang menungguimu di rumah sakit tapi kau tetap menolaknya.”
“Jadi Nichkhun mengadu pada hyung dan hyung justru membelanya. Kenapa hyung berubah menjengkelkan sama seperti Nichkhun?” Protes Wooyoung.
“Bukan begitu Woo. Iya Nichkhun memang salah. Tapi apa kau tau? Kami tadi malam seperti orang lari marathon hanya untuk mencarimu dirumah sakit. Nichkhun begitu khawatir terhadapmu . Dia sadar akan kesalahannya. Jadi maafkan Nichkhun. Coba pikir anak yang ada dalam perutmu ini,” Minjun berhenti sejenak dan mengusap perut Wooyoung “Dia akan menendang perutmu berkali-kali, protes karena kau marah dengan Appa Khun,nya.” Minjun terkikik.
“Hyung...” Wooyoung merengek. Ia teringat tadi saat ia memakan omelet buatan Nichkhun, perutnya mendapat tend
Comments