Chapter 1
When you say love meSelamat Membaca :)
“Cepat Makan, keburu dingin.”
“Hmm”
“Cepat habiskan makananmu”
“iya”
“Letakkan ponselmu dan pegang sumpitmu, Woo”
“Iya, iyaa”
“Astaga, Jang. Lima menit lagi bel masuk berbunyi.” Junho sudah mulai kesal dengan Wooyoung.
“Aish, Kau itu cerewet sekali seperti nenekku” dan Wooyoung juga kesal, dia lagi asyik melihat video MISS A yang baru di downloadnya tapi sahabatnya Junho tak mau diam. Akhirnya , Wooyoung memasukkan ponselnya di saku dan melanjutkan makannya.
“Ho, minggu depan MISS A ada konser lo” kata Wooyoung antusias.
“Terus kenapa?”
“Kita harus nonton”
“Kita?” Junho menanyakan kata kita.
“Iya, karena aku sudah bilang pada eomma, bahwa minggu depan kau mengajakku mengunjungi nenekmu”
“Yach, Kau berbohong dan melibatkan aku hanya untuk melihat SUZY. Dan kau tau sendiri aku tak suka keramaian” Junho sedikit berteriak
“Aku mohoon. Aku sudah memesan dua tiket” wajah Wooyoung memelas mengeluarkan aegyonya. Benar, Wooyoung adalah fans berat MISS A terutama Suzy.
“jangan tunjukkan wajahmu seperti itu. Aku sudah kebal”
“Nuneo” Wooyoung tambah cemberut lucu.
Bel berbunyi dan Junho langsung meninggalkan Wooyoung dengan santai , tak terpengaruh dengan aegyo yang Wooyoung berikan. Ya, dia memang sudah kebal dengan aegyo sahabatnya itu.
Wooyoung bangkit, menundukkan kepalanya. Berjalan dengan lesu dan mengikuti Junho masuk ke kelasnya. Wooyoung terus berjalan menunduk sampai badannya terbentur dengan seseorang.
“Wooyoung sayang, bagaimana jika aku saja yang menemanimu” celetuk orang itu.
Tanpa melihat orangnya, Wooyoung sudah tahu siapa orang yang menghalangi jalannya. Siapa lagi kalau bukan Taecyeon, rasanya seluruh sekolah tahu kalau Taecyeon sangat tergila-gila dengan Wooyoung, bisa dibilang cinta mati. Tapi Wooyoung menolaknya mentah-mentah. Jelas saja karena menurut Wooyoung dia itu namja tulen.
“Minggir” bentak Wooyoung
“Tidak mau”
Wooyoung memilih melangkah kesamping, tapi Taecyeon juga melakukan hal yang sama dan menghalangi jalan Wooyoung.
“Aku bilang minggir”
“aku tidak mau sebelum kau menyetujuinya bahwa aku yang akan menemani- Akhh - kenapa kau menginjak kakiku” Taecyeon meringis kesakitan.
“Salahmu sendiri” Wooyoung dengan kesal meninggalkan Taecyeon dan berlari menuju kelasnya.
“Baby, pokoknya aku akan menemanimu melihat konser itu, Akhh” Taecyeon meringis kesakitan memegang kepalanya.
“Yach, siapa kau berani-beraninya memukul kepa—laa...ku...”
“kenapa, hah? apa kau tidak mendengar bel masuk dari tadi. Cepat masuk ke kelasmu” gurunya yang membawa buku tebal (yang baru saja digunakan memukul Taecyeon) menatap garang pada taeyeon.
“Neh soengsenim” Taecyeon membungkuk kemudian berlari menuju kelasnya.
#####
“Nuneo, ayolah temani aku nonton konser” Wooyoung merengek dengan kepala diletakkan di meja dan menghadap Junho yang duduk disebelahnya sibuk mengerjakan tugas matematika dari gurunya.
“Tidak mau.”
“aku akan mentraktirmu makan.”
“Tidak.”
“aku akan mentraktir jajanmu selama seminggu”
“Tidak”
“Baiklah aku akan membelikan sepatu yang kamu inginkan kemarin itu” Wooyoung masih berusaha merayu Junho.
Junho menghentikan tangannya yang sedang menghitung, terlihat tertarik dengan tawaran sahabatnya itu. Junho memang menginginkan sepatu berwarna kuning keemasan yang dia lihat saat jalan-jalan dengan Wooyoung. Dia ingin membelinya tapi mengurungkan niatnya karena harganya sama dengan uang jajannya sebulan. Tapi Junho harus menahannya, dia kapok di ajak nonton konser oleh Wooyoung.
“Tetap tidak”
“Junho-ah, Hiks. Aku mohoon. Hiks” Wooyoung benar-benar merengek seperti bocah berumur tujuh tahun dan pura pura menangis.
Junho mendesah, sekebal apapun dia jika Wooyoung terus merengek dengan menunjukkan aegyonya yang mengerucutkan bibirnya lucu, hasilnya Junho akan menyerah.
“Baiklah, kau puas.”
“Yeeyyyy” Wooyoung bersorak menunjukkan kemenangannya.
“asal kau janji satu hal”
“Apa?”
“Kau tidak akan berteriak-teriak saat Suzy muncul di panggung, kau tetap duduk ditempatmu dengan tenang, dan KAU jangan menggoncang-goncangkan tubuhku saat mereka mulai menyanyi” petuah Junho yang membuat Wooyoung cemberut lagi.
“Kalau kau tidak mau ya sudah. Aku tidak jadi ---“
“jangan. Oke, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menahannya.”
Junho memang harus memberikan petuah itu, dia tidak mau kejadian dulu terulang lagi. Bayangkan saja Wooyoung puluhan kali meneriakkan nama Suzy, bahkan dia sampai berdiri dari tempat duduknya dan mengganggu penonton lain (mereka di kelas FIV), dan terus menggunjangkan bahu Junho berkali kali karena terlalu antusias, gendang telinga Junho rasanya mau pecah dan bahunya sampai sakit serta malu dengan penonton di sampingnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Wooyoung dan Junho sedang sibuk mencari buku di perpustakaan sekolahnya. Mereka mendapat tugas dari guru bahasanya untuk membuat sinopsis dari novel dengan tiga judul yang berbeda. Junho sudah menemukan novelnya dan sudah dengan tenang duduk di kursi paling ujung sibuk membaca. Sedangkan Wooyoung masih sibuk mencari. Wooyoung sudah mendapat tiga novel, tapi ia masih ingin mencari lagi novel yang isinya lebih menarik. Dia terus berjalan pelan dengan tangan menunjuk judul novel satu persatu dan satu, dua, tiga langkah,
Bruuuuuk
Novelnya terjatuh dan beberapa buku lain yang bukan miliknya ikut berserakan.
“Apa kau tidak memakai mata saat berjalan” Wooyoung berbicara dengan datar sambil mengambil novelnya.
“Tentu saja aku memakai mataku, jika tidak aku tidak mungkin sampai di perpustakaan” jawabnya santai sambil memungut bukunya juga.
“lalu kenapa kau menabrakku?” Wooyoung sedikit kesal
“Aku tidak sengaja dan ini juga bukan sepenuhnya salahku” bela namja itu.
“Ini jelas kesalahanmu, karena kau tidak dapat melihatku dengan benar” Wooyoung memiringkan kepalanya sedikit dan mengerucutkan bibirnya lucu. Wooyoung tidak mau disalahkan.
Namja yang bernama Nichkhun itu justru tersenyum simpul melihat Wooyoung yang sedikit cemberut. nichkhun justru mendekatkan wajahnya pada Wooyoung dengan jarak lima belas centimeter. “Bagaimana? Sekarang aku sudah melihatmu dengan benar kan.”
“A-apa yang ka-kau lakukan” Wooyoung memundurkan kepalanya.
“kau bilang aku salah karena aku tidak dapat melihatmu dengan benar, jadi sekarang aku memperbaikinya.”
“Dasar Bodoh” gerutu Wooyoung.
“Apa? Aku tidak dengar yang kau bilang.” Nichkhun justru mendekatkan kepalanya dan jaraknya menjadi sepuluh centimeter. Selanjutnya tangan nichkhun memegang pipi Wooyoung dan menggerakkan jarinya pelan sambil mendekatkan bibirnya dan meniup pipi Wooyoung.
“Hei, Apa yang kau lakukan? Sungguh tidak sopan” Wooyoung mundur dan menepis tangan nichkhun.
“Ada debu di pipi gemukmu, aku hanya ingin membersihkannya.”
“kau tinggal bilang saja, aku bisa melakukannya sendiri dan pipiku ti-dak ge-muk.”
“aku reflek melakukannya.”
“Dasar namja mesum” Wooyoung benar-benar cemberut.
“Huuh!!! Kenapa kau menuduh orang sembarangan.”
“tindakanmu itu yang sembarangan.”
Nichkhun mendesah “Baiklah, Aku minta maaf. Tapi sungguh aku hanya membersihkan debu di pipimu.” Dan nichkhun memberikan senyuman terbaiknya dengan menunjukkan deretan gigi putihnya sambil menggerak-gerakkan alis tebalnya.
“kau jangan tersenyum, justru itu terlihat seperti orang mesum.”
“Huh” nichkhun membuka mulutnya sedikit sambil memiringkan kepalanya. Sedikit terkejut, bagaimana bisa orang tersenyum di katakan mesum.
“Hahaa, sekarang Kau malah terlihat lucu.”
Nichkhun memandangi Wooyoung yang tertawa lepas, apakah dia terpesona? Entahlah.
“Baiklah, aku juga minta maaf karena salah mengerti jadi berfikir negatif. Kalau begitu aku pergi dulu, daaa.”
“Tunggu” Nichkhun menahan tangan Wooyoung.
“Apa lagi?”
“Bagaimana jika kita berkenalan
Comments