Chapter 7

Just Listen What Your Heart Saying

Main Cast :

Jessica Jung

Oh Sehun

Kris Wu

Seo Joohyun

Supporting Cast : Find in the story

Genre : Romance, School life

Rating : PG 17

Disclaimer : These characters belong to God and their parents I just love all of them as my biased. The story is completely mine

.

Just Listen What Your Heart Saying

Jessica berbaring terlentang di atas tempat tidur apartemennya dengan kedua tangan yang terbuka lebar, membentuk sudut 180 derajad. Setidaknya kini ia bisa sedikit bernapas lega setelah kenyamanan tempat tidur itu menyentuh punggungnya yang entah mengapa terasa kaku. Matanya memandang ke atas, tepat kearah langit – langit putih apartemennya yang malam ini bagaikan layar bioskop. Memori – memori selama seharian seketika berputar bak sebuah film di atas layar itu. Mulai dari kejadian Kris yang secara tiba – tiba menyatakan perasaannya, lalu perkelahiannya dengan Sehun dan terakhir memori ketika ia menerima ciuman Kris dengan pasrah.

“Hmmm, Huhhh”

Sudah tak terhitung untuk yang keberapa kalinya jessica mendesah. Sepuluh, dua puluh atau tiga puluh? Entahlah, rasanya ia sudah terlampau letih untuk berpikir apalagi menghitung. Kepalanya bahkan nyaris meledak seperti petasan hari raya— saking penuhnya. Hari ini bahkan setelah dirinya memutuskan untuk mengapung, mempercayakan kemana pun takdir membawa pergi dirinya, kepada siapa pun, mengapa rasa lelah itu tak juga hilang?

“Kau tidak berpikir ibu hanya memanfaatkan kebaikan orang lain kan nak? Kau tidak menganggap ibu wanita jahat, benar kan?” ujar jessica pelan sambil mengusap perutnya yang terbilang masih rata itu, tanpa mengalihkan sedikit pun pandangannya dari langit – langit.

“Maaf ibu sudah bersikap sangat jahat terhadap ayahmu. Ibu janji tidak akan memisahkanmu dengannya. Setidaknya beri ibu waktu sedikit lagi sampai kekecewaan ibu terhadapnya menghilang dan ibu siap membuka semua yang ibu simpan pada ayahmu yang bodoh itu. Arraseo?” Ucapnya akhiri sebuah senyuman lembut. Percaya atau tidak jessica selalu merasa jauh lebih baik setiap kali berkomunikasi dengan anak dalam kandungannya.  Meski tahu tak mungkin ada balasan— setidaknya untuk saat ini, Jessica tetap merasa anak dalam kandungannya itu mengerti, ia pasti merasakan apa yang ibunya rasakan.

“Besok kita ke dokter, ibu sudah rindu ingin bertemu denganmu Yonjoo-ah. Selamat malam”

.

~JLWYHS~

Jessica

Kadang aku merasa heran dengan laju suatu pemberitaan. Bagaimana mungkin sesuatu yang tak dijalankan oleh tenaga ahli semacam pilot, tak menggunakan mesin untuk bergerak serta tak memerlukan bahan bakar semacam avtur sebagai sumber energi dapat bergerak sedemikian cepatnya? Rasanya aku harus mengapresiasi lidah – lidah tak bertulang yang dengan gigih dan pantang menyerah mengembang biakkan berita itu hingga menyebar. Hey— jangan berburuk sangka begitu, aku sama sekali tak menyindir, dari lubuk hati terdalam aku tengah menyanjung mereka kok sungguh. Bagiku mereka semacam politikus... seniman tidak langsung yang patut untuk dibanggakan. Politik adalah seni— seni untuk mempengaruhi orang lain sehingga ia masuk ke dalam ideologi atau prinsip yang kita ciptakan. Jadi jelas pandanganku terhadap mereka tidak salah bukan??—

.

.

ELECTRIC SHOCK

(Gambar 1 : Foto Kris dan Sehun penuh luka lebam)

(Gambar 2: Foto Kris dan Jessica berciuman)

TWO YOUNG ADORABLE PRINCES FIGHTING?

.

Good Morning Every body,, How’s life?

Setelah pemberitaan skandal kencan Baekhyun dan Taeyeon minggu lalu, kali ini Electric Shock kembali hadir ‘menghangatkan’ suasana pagi Shinhwa lewat berita perseteruan dua orang namja paling berpengaruh. Shinhwa’s Prince Triangle Love Story yang selama ini menjadi teka – teki pun akhirnya terungkap pasca Sudden confession yang dilakukan oleh sang putra mahkota— Kris kepada Jessica Jung. Nampaknya kisah ini sekaligus mengkonfirmasi kebenaran issu yang sempat berhembus beberapa waktu lalu tentang penyebab kandasnya hubungan sehun dan jessica ya guys?

Kerumitan kisah cinta yang melibatkan dua pria tertampan Shinhwa pun juga Jessica tak berhenti sampai disitu. Pasalnya mantan namja chingu Jessica— Oh Sehun kini berbalik arah, dan memutuskan untuk mengejar cinta lamanya kembali. Persaingan itu pun muncul hingga puncaknya, pada Senin lalu baku hantam antara keduanya tak terhindarkan. Bagaimana ceritanya mari kita simak penuturan salah seorang saksi mata.

“Penampilan Jessica sangat kacau saat ia tiba – tiba saja menarikku untuk mengikutinya. Awalnya aku bingung dan tak mengerti apa pun, setibanya aku di gedung belakang sekolah wajah mereka— kris dan sehun sudah babak belur bersimbah darah“ tuturnya— sebut saja A yang kebetulan ikut melerai perkelahian Kris dan Sehun pada saat kejadian. Gambar kedua pangeran sekolah yang penuh luka lebam menunjukkan dengan cukup Jelas kepada awak pembaca seberapa parah baku hantam itu terjadi. Well, Drama percintaan antara mereka bertiga memang selalu menarik untuk diikuti ya? Banyak yang sempat mengira putri kita itu akan kembali pada cinta lamanya Oh Sehun lantaran keduanya acap kali terlihat masih sering curi – curi pandang satu sama lain. Haha  bagaimana menurut kalian guys? Silakan simpulkan sendiri, yang jelas kita harus memberi selamat pada pasangan yang baru dinobatkan—Kris dan Jessica.

See You

 

“Wouw kisah cinta segitiga ya. Eh tapi bukan kah sehun sudah bersama seorang hoobae, siapa namanya? Ah Seohyun kan?”

“Berarti bukan cinta segitiga lagi dong”

“Kyaa, kyeoptaa.. aku mau jadi Jessica sunbae. Dia beruntung sekali”

“Andwaee, Apa yang dilakukan Barbie wanna be itu pada Kris dan Sehun kita?”

.

Jessica memandang ke arah mading utama sekolahnya dengan alis bertaut. Setengah heran setengah juga tak percaya. Selama lima menit ia hanya berdiri tanpa melakukan apa pun kecuali bernapas. Sepuluh meter di hadapannya mading utama sekolah nyaris tak terlihat lantaran dikerumuni yeoja – yeoja pemburu berita, semakin lama semakin penuh.

‘Okay Jessica, kuatkan dirimu sejak sekarang’ gumamnya pelan dan disusul helaan napas panjang. Tak perlu repot – repot melihat kesana pun toh ia juga sudah bisa menebak. Pemberitaan di mading itu pasti takkan jauh dari dirinya. Hhh, Perasaannya mengatakan hari ini akan jauh lebih melelahkan daripada kemarin dan fakta itu agaknya membuat jessica nyaris putus asa. Ia pun menggeram tertahan— kesal.

Kris memandang Jessica prihatin. Sempat ia rasakan tubuh jessica menegang selama beberapa detik dan detik berikutnya yeoja itu menundukkan kepalanya dengan lesu. Nampaknya jessica tak sadar bahwa ia baru saja meremas tangan Kris cukup kuat. “Haruskah kita kembali ke parkiran dan membolos sekolah hari ini? Aku tak suka melihat wajah cantik gadisku murung” ucap Kris datar, mengikuti arah pandang yeoja di sampingnya tepat ke arah mading sekolah. Wajah kekasihnya ini terlampau transparan sehingga ia tak perlu bersusah payah untuk mengerti kegundahan yang kini tengah jessica rasakan.

Jessica menoleh ke arah lelaki disebelahnya, lalu tersenyum. Masih dapat ia rasakan kehangatan jemari kris saat menggenggam tangannya. “Tidak usah, aku tak ingin pemberitaan tak penting itu mengganggu kewajiban kita sebagai seorang pelajar kris”. Seberapa pun inginnya ia menerima tawan Kris, membolos hanya akan membuat dirinya semakin terlihat lemah.

Kris memang selalu menjadi orang pertama yang mengerti dirinya dengan baik. Yang membuat jessica heran, terkadang Kris jauh mengerti dirinya daripada ia sendiri. Setiap kalimat sederhana yang Kris ucapkan selalu bisa membuatnya merasa tenang.

Kris tampak tersenyum, membuat wajahnya berkali – kali lebih tampan. Ternyata penilaiannya selama ini tak salah, Jessica memang gadis yang kuat. Tak seperti seorang pengecut yang menggunakan kakinya untuk berlari, jessica memilih menggunakan kakinya untuk berdiri— menghadapi apa pun yang menjadi takdirnya hari ini sekalipun beresiko. Kris menepuk pelan kepala jessica, keduanya saling berbagi senyuman hangat. “Hmm, kalau begitu berjanjilah untuk tidak lagi menampakkan wajah cemberutmu karena aku tak suka” ucapnya.

Jessica mendengus, menghembus – hembuskan napasnya kesal. Setengah hati ia berbalik sehingga posisi mereka kini berhadapan. “Wae? Kau mau bilang kalau wajahku terlihat sangat jelek begitu?” cibirnya. Perbedaan tinggi badan yang teramat mencolok membuatnya terpaksa mendongak.

Kris menunduk menatap Jessica lekat. ‘Yeppo’ batinnya dalam hati. Namja yang baru kemarin mensahkan diri sebagai kekasih Jessica itu pun menggeleng, tak setuju dengan pernyataan dikeluarkan sang kekasih. “Bukan— justru sebaliknya. Aku tak mau orang lain melihat wajah cemberutmu karena kau terlihat sangat imut” desisnya lirih. Buru – buru ia memalingkan mukanya yang mulai memerah ke samping kanan, berharap jessica tak sempat melihatnya.

Jessica yang masih bisa menangkap rona kemerahan di kedua pipi namja chingunya itu pun tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum. “Jadi kau cemburu?” tanya. Ia terkikik geli tatkala mengingat kembali kata - kata Kris barusan. Apalagi melihat Kris yang buru – buru memalingkan muka karena malu. Haha seorang wu yi fan salah tingkah? oh ayolah apakah world record sudah mencatatnya?

“Tentu saja, bodoh!”

Kris yang sadar tengah digoda, menjitak kepala Jessica pelan.

Jessica merintih, memegangi daerah di kepalanya yang baru saja mendapat jitakan. Ia cemberut, marah pada kekasih yang seenaknya saja menjitaknya tanpa permisi. “Kenapa kau mengataiku bodoh setelah memujiku? YA— Menyebalkan!” omelnya sambil melepas rangkulan Kris dengan kasar.

Kris nampak kaget awalnya namun sejurus kemudian ia tersenyum. Ah yeojanya ini sedang ngambek rupanya. Terbukti dari gaya berjalannya yang bersungut – sungut, meninggalkan ia yang terkekeh dibelakang. Lucu saja mengetahui Jessica yang biasanya selalu tampil chic di muka umum berikut predikat ‘Juteknya’ bisa se-menggemaskan ini ketika sedang merajuk. Kris menggeleng dan kembali terkekeh sebelum memutuskan untuk berlari menyongsong jessica di depan.

HAP

“jessica jung saranghae” bisiknya tepat di telinga Jessica. Yeoja itu terbengong selama beberapa saat sebelum sedetik kemudian rasa panas mulai menjalari pipinya. Jessica yakin warna merah di wajahnya sudah, menyaingi warna kepiting rebus. Ucapan kris yang lebih menyerupai bisikan itu pun terasa membakar telinganya, menghantarkan sensasi hangat— panas tersendiri yang begitu menggelitik.

Yang barusan itu Backhug kan?

Seolah menyadari sesuatu secepat kilat Jessica menoleh kesamping kanan, kiri, depan dan belakang. Mengamati sekeliling dengan mata lebarnya untuk ukuran orang Korea. ‘Tidak ada siapa pun’ batinnya menghela napas penuh kelegaan. Untung saja mata sebagian besar siswa Shinhwa sudah terlanjur menempel bak kutub – kutub magnet dengan artikel mading. Jessica mencibir, mengerucutkan bibirnya sampai terlihat runcing. Tak lupa sebuah pukulan ringan ia berikan sebagai hadian teruntuk kekasih ‘tercintanya’. “Sejak kapan?” tanyanya kesal sembari menyilangkan lengannya di bawah dada.

“Ahh Yeppuda”

Cengiran di wajah rupawan Kris kian melebar melihat tampang jessica yang kebingungan. Alih – alih menjawab namja itu justru melakukan tindakan yang mengundang perhatian. Mencium kening jessica di muka umum tentu bukan tindakan bagus bukan? Apalagi ketika nama mereka tengah santer diperbincangkan.

“Bukankah itu Kris sunbae dan Jessica sunbae?”

Perkataan salah seorang hoobae itu membuat perhatian seluruh siswa teralih sepenuhnya pada sepasang anak adam yang berjalan sambil bergandengan tangan. Selayaknya pasangan baru mereka terlihat sangat mesra. Jessica yang sadar telah menjadi pusat perhatian pun mati – matian menahan malu. Berbeda dengan Kris yang menatap lurus kedepan ia hanya menundukkan kepalanya saja sedari tadi. Tangan Jessica sedikit meronta di bawah genggaman tangan Kris, ia menuntut dilepaskan. Namun sayang, nampaknya namja tampan nan rupawan yang resmi menjadi kekasihnya sejak sehari yang lalu ini belum menunjukkan iktikad baik dengan melepaskan tautan tangan mereka.

Separuh hatinya boleh jadi merasa kesal, namun harus Jessica akui separuh hatinya yang lain merasa tersentuh. Ia merasa tersanjung saat Kris berjalan acuh melewati berpuluh puluh mata yang kini tengah memperhatikannya— memperhatikan mereka lekat - lekat.  Jessica merasa dirinya dan Kris berjalan layaknya pasangan – pasangan Hollywood macam Brad Pit dan Angelina Jolie— minus sunglass tentunya saat sedang melewati segrombolan paparazi. Entah mengapa Ia merasa istimewa. Terlebih Kris sama sekali tak memutuskan kontak, Ia selalu menyempatkan diri menatap Jessica dan menghadiahinya dengan senyum tulus, seolah meminta jessica untuk diam dan cukup percaya padanya.

~JLWYHS~

Andaikan orang tak melihatnya turun dari Ferrari merah berplat nomor B 100 N, ia pasti sudah dikira pengemis dan diusir dari area sekolah. Sehun keluar dari dalam mobilnya dengan wajah kuyu persis seperti gelandangan yang tak mandi selama beberapa hari. Rupanya keindahan langit, awan atau apalah itu sama sekali tak membuatnya tertarik. Lagi pula untuk apa ia mengamati sesuatu yang jelas – jelas kontras dengan suasana hatinya saat ini? Mau menapakkan kakinya disini saja sudah untung.

Sapaan matahari pagi yang mengintip dari balik awan terasa seperti sebuah sindiran untuknya. Mungkin saat ini sang raja siang tengah terkikik, menertawakan kondisinya yang low—ah tidak zero spirit ini. ‘Apa kau laki – laki? Hey tidak ada laki – laki sepertimu, tegakkan kepalamu bung dan hadapilah harimu apapun yang terjadi’ kurang lebih begitulah yang akan pak matahari suarakan seandainya ia dapat berbicara selayaknya manusia.

“SEHUUUNN”

Sehun menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke belakang. Alis mata namja itu terangkat begitu melihat sosok sahabatnya dari kejauhan. Kulit putih, mata sipit dan postur tubuh setinggi kurang lebih 187 cm. Tak salah lagi suara berat seseorang yang memanggilnya itu milik Park Chanyeol. Melihat namja jangkung itu berjalan mendekat ke arahnya membuat sehun mundur. “Ada apa? Kalau kau berusaha cari masalah atau menggodaku lebih baik tidak usah. Moodku sedang buruk” balasnya sengit sedingin es. Ia segera berbalik dan bersiap meninggalkan chanyeol.

Chanyeol mendengus kesal pada sikap sahabatnya. Ia tak tahan untuk tak mencibir. Dasar belum apa – apa ia sudah kena semprot sementara yang ia lakukan hanya sekedar menyapanya. Apa menyapa sahabat sendiri itu termasuk tindakan kriminal? Memang benar sih hanya sekali lihat juga chanyeol sudah bisa menebak mood sahabatnya itu sedang berada dalam kisaran skala minus. Dan ia tahu persis apa alasannya tanpa perlu bertanya lebih lanjut. “Hey begitukah caramu menjawab sapaan seorang sahabat? Ramah sekali” sindirnya tak kalah sengit “Aku kira kau tak berangkat sekolah hari ini sehunnie”. Ia berjalan mengikuti sehun, yang sepertinya menolak untuk diikuti.

“Aku kemari hanya untuk mengajukan izin kepada kepala sekolah hyung”

Chanyeol mengernyit tak mengerti. Ia mengamati namja di hadapannya dari atas ke bawah, mulai ujung rambut hingga ujung kaki dengan teliti. Sepenglihatannya Selain moodnya yang dibawah kisaran normal, ia rasa sehun masih bisa dikategorikan baik – baik saja. Jadi untuk apa ia mau mengajukan permohonan ijin? “Kau berencana jatuh sakit?” tanya chanyeol dengan tampang konyolnya.

Astaga hyungnya ini masih sama saja bodohnya sejak ia dilahirkan. Sehun menggeram tertahan kemudian menepuk keningnya keras. “Tidak bodoh— aku hanya ingin liburan. Beberapa hari ini aku merasa jenuh dengan sekolah dan semua kegiatannya” tandasnya sambil lalu sementara chanyeol menyusulnya dari belakang.

“Kau yakin hanya itu alasanmu? Bukan karena Jessica?”

Gotcha, pertanyaan yang berilian Park Chanyeol-shi.

Kata terlarang yang entah kemunculannya disengaja atau tidak itu selama beberapa saat berhasil membuat sehun terpekur dan mengerem laju langkahnya menjadi nol meter per sekon. Tidak lama memang mungkin hanya beberapa detik, karena setelahnya namja itu kembali berjalan seolah tak mendengar apa pun. Tanpa seorang pun tahu Sehun sesungguhnya tenggah berusaha menetralisir gemuruh di dadanya yang terasa menyakitkan. Tangannya terkepal kuat menahan emosi, bahkan sampai membuat buku – buku jarinya memutih. Jessica, Jessica, Jessica Mengapa yeoja itu tidak namanya, tidak wujudnya bahkan bayangannya pun selalu muncul dimana pun kapan pun dalam hidupnya? Bisakah sehari saja, biarkan sehari saja ia bebas.

“Kau kenapa sehunie? Apa aku benar?” tanya chanyeol dari belakang. Dia berjalan mendekat, menghadapi punggung sehun yang ia lihat tengah bergetar. “Kau tak bisa terus – terusan menghi—“

“DIAM! Jangan lagi kau menyebut namanya di hadapanku hyung, ah dan nama kekasihnya juga. Aku benci mereka”

Sentakan sehun membuat Chanyeol memundurkan kakinya sejumlah beberapa langkah. Sahabatnya itu telah berada di titik maksimal rupanya. Mungkin memang ada baiknya ia membiarkan sehun sendiri dulu mendinginkan kepalanya yang bahkan nyaris mendidih. “Baik,, aku minta maaf. Kalau begitu aku pergi sehunie” pamitnya. Ia berbalik arah dan segera mengambil langkah untuk pergi.

“Arghhhhh”

Sehun menendangi bebatuan kerikil disekitarnya dengan membabi buta. Si trouble maker itu sukses membuat keadaan moodnya jadi tiarap. Walau benci sehun pun terpaksa melapangkan hatinya membenarkan ucapan chanyeol. Hanya masalah waktu saja. Ia dan dua orang yang namanya tak boleh disebut itu tak bisa selamanya bermain kucing – kucingan. Suatu saat mereka harus bertemu, ya lebih tepatnya cepat atau lambat mereka bertiga akan bertemu. Yang mejadi pertanyaan sekarang adalah sudah siapkah sehun bertemu mereka?

~JLWYHS~

Iris kehitaman itu melebar beberapa mili melihat artikel yang disodorkan oleh seorang hoobae. Siapa namanya tidak penting, yang jelas ia adalah seorang yeoja. Sehun memang tidak sedang demam namun melihat lembaran di tangannya membuat suhu tubuhnya seketika naik beberapa derajad. This article is absolutely . Semua pemberitaan ini membuatnya pusing saat tiba – tiba bayangan kedua orang dalam artikel berkelebat di atas kepalanya.

“Sehun oppa coba lihat ini? Bukankah ia Jessica mantan kekasihmu?”

“Murahan sekali ya oppa, apa ia berniat memacari satu per satu anggota EXO? Huh, untung saja kau sudah putus darinya” cerocos yeoja itu diikuti gestur tubuh yang membuatnya semakin terlihat menjikikkan di mata sehun. “Tadi aku lihat mereka berangkat sekolah bersama, jelas sekali kalau kemesraan mereka itu dibuat – buat. Aku bisa melihat ekspresi risih Kris sunbae saat Jessica bergelayut manja di lengannya” lanjutnya lagi. Kali ini hoobae itu semakin berani menyentuh sehun, menggelayuti tangannya dengan manja.

Sehun mendesis, sambil sesekali melirik hoobaenya yang lancang melalui sudut matanya. Orang normal tentu bisa melihat kepala sunbaenya ini sudah mengepulkan asap merah kehitaman. Rasanya tak butuh waktu lama sampai satu sekolah benar – benar ikut terbakar. Pikir mereka ngeri.

Tanpa menyadari aura berbahaya di dekatnya hoobae itu masih saja menghujani Jessica dengan seribu makian. Mungkin ia berniat mencari simpati sehun dengan terus mengumpati kedua orang yang ada dalam artikel itu dengan kata – kata yang tak pantas. Sayang apa yang yeoja ini lakukan alih – alih membuat simpati justru semakin membuat sehun muak. Ia yang sedari awal sudah sangat sensitif terhadap segala pemberitaan tentang dua orang— yang namanya tak boleh disebut seketika dibuat berang bukan main. Setelah moodnya dibuat tiarap oleh chanyeol, mendengar cicitan yeoja di sampingnya ini sukses menghancurkan moodnya sebelum menguburnya ke lembah terdalam.

Dengan gerakan pelan sehun menyentuh lengan yeoja yang sejak tadi menggelayutinya lalu menggenggamnya. “Kau siapa namamu?” tanya sehun diikuti ekspresi wajah yang sama dinginnya dengan es di kutub.

Yeoja itu memekik kegirangan, seketika menghentikan cicitannya terhadap jessica. Dengan senyum sumringah dan bibir yang terbuka lebar yeoja itu menjabat tangan sehun, melupakan fakta bahwa sunbaenya itu tengah memandangnya jijik. “Jung Eunji” ucapnya lantang.

Jung Eunji berjengit terkejut ketika sunbaenya itu tiba – tiba saja menyentakkan tangannya secara paksa. Sesaat kemudian Sehun terlihat merogoh saku celananya, mengeluarkan sebotol hand sanitizer dan dengan segera mengoleskan cairan itu sebanyak mungkin ke permukaan tangannya yang putih. Ia juga menepuk lengan blazer yang baru saja Eunji pegang seolah tangan yeoja itu membawa kuman penyakit. Eunji kini mati – matian menekan rasa sakit hatinya agar tak sampai ke permukaan. Matanya sudah terlanjur berair. Tindakan sunbaenya barusan jelas melukai harga dirinya sebagai seorang wanita. Ia adalah manusia, bukan sampah kotor yang perlu dibersihkan.

“Kau— mulai besok jangan lagi kau injakkan kakimu kemari. Jung Eunji kau resmi dikelurkan dari Shinhwa” putus sehun begitu saja tanpa memandang yeoja di sampingnya. Apa yang eunji lakukan baru saja sudah cukup membuktikan bahwa ia tak ubahnya seekor hama yang eksistensinya merugikan di mata sehun.

Semuanya diam, masih tenggelam dalam keterkejutan masing – masing. Apa pun yang sehun putuskan adalah perintah kerena keluarga Oh memegang hak veto atas sekolah ini. Mereka semua termasuk Eunji sadar bahwa ia sudah tak punya kesempatan.

“Sun,,sss, ssunbae” ucap jung eunji dengan suara bergetar. Tubuhnya merosot dan ia pun terduduk lemas di atas lantai koridor. Matanya sudah berkaca – kaca, siap menumpahkan segala tangis dan jerit tertahan. Setengah mati ia memaksakan diri untuk menatap sunbaenya itu, mengharapkan sedikit belas kasih darinya.

“Kau tentu mengerti kalau keputusanku adalah perintah eunji-a?? Kau mau melanggar perintahku begitu? Perintah seorang oh sehun? Uh uh kau masih patut bersyukur eunjiaa, karena aku hanya bilang akan mengeluarkanmu.. atauu kau mengharap sesuatu yang lebih hmm?—“ sehun menggantungkan kalimatnya, menyeringgai setan. Matanya berkilat tajam, dingin namun berpotensi membakar setiap jiwa di sekitarnya. Suasana seketika berubah mencekam saat sehun mengalihkan padangannya ke arah eunji. Ia bahkan tak peduli jika hoobae itu terlihat seperti domba kecil yang menggigil ketakutan.

“— atauu kau mau aku menambahkan keterangan dikeluarkan dengan tidak hormat dalam rapormu Hmm? Kau ingin masa depanmu hancur karena tak akan ada lagi sekolah manapun yang mau menerima siswa buangan sepertimu” lanjutnya sembari menyunggingkan senyum angkuh. Eunji terduduk lesu di atas lantai, kakinya terlampau lemas untuk berdiri. Ia menangis terisak-isak, menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

“CIH— WHAT IS THIS ING ARTIKEL TALKING ABOUT????— SHIIIT!” Umpatnya keras hingga menggema memenuhi koridor gedung H.

Sehun berjalan secepat kilat menjauhi orang – orang yang ‘sepertinya’ tengah mengerubungi Eunji. Ia terus mengumpat, masa bodoh, orang mau menganggapnya gila atau apa.

Lembaran tak berdosa itu pun kini sudah tak lagi berbentuk setelah Oh Sehoon merobeknya tanpa ampun. Kini giliran telapak tangan besarnya beraksi, meremas lembaran tersebut dengan brutal sampai membentuk bulatan menyerupai bola berlekuk - lekuk. Gambar kedua dalam artikel ini jelas mengganggunya. Meski faktanya ia sudah melihat gambar tersebut bahkan dalam versi ‘live’ sekali pun, hatinya masih saja merasakan sakit.

“HMM, Shinhwa Magazine?? Tsk, coba - coba cari masalah dengan singa yang sedang lapar rupanya” umpatnya sebelum melangkahkan kakinya semakin menjauh menuju seseorang yang mungkin saja belum menyadari bahwa keselamatannya sedang terancam.

.

Sehun tak pernah berhenti melempar pandangan bengis ke sekeliling. Sorot matanya memancarkan aura gelap yang tentu saja kontras dengan warna kulitnya. Dalam hati sehun bersorak karena merasa sebentar lagi tangannya yang sudah gatal menuntut pelampiasan ini akan mendapatkan tumbal. Tanpa sehun sadari ujung bibirnya terangkat sempurna menyunggingkan seringgai kejam ala psikopat, membuat siswa – siswa di sekitarnya bergidik takut. Mereka seperti melihat siluet Hedes sang dewa kegelapan mitologi yunani kuno ada dalam diri sunbaenya. Mereka semua menyingkir, memberi jalan untuk dilewati sang Hades.

GREBB

“Kau No Minwoo dari klub jurnalistik bukan? Cepat katakan padaku siapa yang menjadi penanggung jawab Shinhwa Magazine?”

No Minwoo hoobae malang tak berdosa itu sedang bercengkerama di depan kelas besama teman – temannya ketika sebuah lengan menarik paksa kerah baju seragamnya hingga kusut. Kini ia menatap sosok pelaku dengan tatapan yang menyiratkan ketakutan teramat sangat.

“Se,,sehun sunbae” ucapnya terbata. Beberapa kali ia terlihat kesulitan untuk sekedar menelan salivanya yang terasa menggantung di kerongkongan. Posisinya seperti sedang berada di ujung tanduk, melakukan kesalahan sedikit saja akan berakibat sangat fatal baginya.

“Kau tuli ya? Atau jangan – jangan kau sendiri otak dibalik artikel bodoh ini?” teriak sehun, disambut kasak kusuk dari siswa lain yang menyaksikan. Dengan tangan kirinya sehun menunjukkan artikel yang sudah lecek itu tepat dihadapan minwoo yang kini merintih kesakitan.

Oh Sehun semakin mengeratkan cengkeramannya— nyaris mencekik tanpa peduli bahwa ‘korbannya’ mungkin saja tewas akibat tak bisa bernapas. Tak lama setelahnya suara benda terjatuh disusul pekikan tertahan terdengar memenuhi tempat ini. Sehun baru saja menghempaskan tubuh minwoo dengan kasar hingga membentur lantai. Ia lantas menundukkan diri, mengangkat tangannya kemudian ganti mencengkram pipi minwoo kuat – kuat.

Siswa lain yang secara tak sengaja melihat hanya bisa memandang minwoo iba tanpa berani melangkah satu jengkal pun. Tidak terima kasih. Membantu minwoo disaat Hedes sedang murka sama saja dengan menyerahkan nyawa secara cuma – cuma untuk ikut terseret dan terbakar di dunia bawah.

“Le,, lepas. Seh,,unn sunbaenim— bukan aku sungguh bukan aku pelakunya. Aku bahkan tak tahuu kapan artikel itu dipasang”

“Ak—u tak tahu siapa yang menyebar luaskan artikel itu sunbae. Tap,,tapih mungkin k,,kau bisa bertanya pada Ken sunbaenim atau Sunny sunbaenim. Mereka berdua adalah penanggung jawab Shinhwa magazine dan penulis rubrik electric shock” jawab minwoo terbata, sedikit sesak akibat cengkraman kuat sehun pada kedua pipinya yang yakin pasti memerah.

Cengkraman Sehun melonggar sampai akhirnya benar – benar terlepas tak lama setelah minwoo menyebutkan kedua nama tersebut. Sepertinya sekarang ia harus memikirkan cara memberi pelajaran pada tersangka utama tanpa perlu repot – repot mengotori tangannya sendiri. Setidaknya ia tidak ingin bersikap banci dengan memukul seorang wanita. Sudah jelas siapa dalang dibalik postingan kontroversial itu.

No Minwoo bergidik ngeri melihat sunbaenya kembali memasang tampang poker face seolah tak terjadi apa pun. Ternyata benar orang yang jarang marah akan terlihat sangat menakutkan ketika sedang memperlihatkan kemarahannya. Minwoo segera bangkit berdiri sambil sesekali mengusap pipinya yang masih terasa sakit. Setidaknya ia patut bersyukur karena tak ada satu tulangnya pun yang patah. Sunbaenya itu masih berbaik hati rupanya.

Sehun pergi meninggalkan ruang kelas II tanpa mengucap sepatah kata pun. Dengan santai ia berjalan menuju ruang kepala sekolah. Jika ia masih saja mengedepankan emosinya tujuan utamanya ke sekolah tidak akan tercapai. Kehadirannya disini hanya untuk meminta izin sebenarnya, kalau pun ada insiden di sana sini anggap saja sebagai bonus. Lagi pula bukan salahnya juga kan, mereka sendiri yang menghantarkan diri pada kematian dengan membuat artikel bodoh itu.

~JLWYHS~

.

Seohyun

Aku tahu kedua sunbaeku itu memiliki cara yang unik untuk mengekspresikan perasaan cintanya satu sama lain. Selama satu tahun ini aku terus menunggu sampai ia menemui titik jenuh dalam hubungannya dengan jessica sunbae. Mungkin terdengar kurang pantas karna posisiku seperti mendoakan mereka untuk berpisah, tapi yah beginilah cinta. Dua bulan yang lalu nampaknya dewi fortuna sedang berpihak padaku, entah karna faktor apa hubungan sehun oppa dan jessica sunbae yang sudah terjalin selama dua tahun itu pun retak. Melalui celah yang ditimbulkan retakan itu pada akhirnya aku berhasil masuk, menginvasi hati sehun oppa dan mengambil sedikit bagian di dalamnya.

Apa kalian menganggapku kejam? Maaf bukan bermaksud membela diri tapi rasanya cara ini masih jauh lebih baik daripada menggoda sehun oppa secara terang – terangan. Aku bukan wanita penggoda, maksudku apa yang aku lakukan hanya mengambil sedikit kesempatan dari celah yang mereka buat, bukan menciptakan celah itu. Jadi cobalah untuk memahami posisiku, dan berhenti mengutukku sebagai gadis perebut kekasih orang.

.

“Seohyuna, Apa yang dikatakan artikel itu benar?”

Seohyun menggigit bibir bawahnya dan mendongak menatap teman sekelasnya yang siap menghujaninya dengan berbagai pertanyaan. Mau tak mau statusnya sebagai kekasih sehun membuatnya ikut terseret dalam pemberitaan ini. Seohyun tersenyum ramah seperti biasanya, membuat dua orang yeoja di hadapannya memutar matanya bosan.

“Mungkin,, aku tak meragukan kinerja club jurnalistik. Mereka pasti tak asal jika ingin memberitakan sesuatu” jawabnya masih tersenyum, memperlihatkan wajahnya cantik bak malaikat.

Eunjung, salah seorang yeoja itu melempar artikel shinhwa magazine ke atas meja. Cukup keras sampai memperdengarkan bebunyian nyaring. Jari lentiknya memaksa seohyun untuk mengikuti apa yang ia tunjuk. “Lihat ini, bukankah sehun oppa itu masih kekasihmu? Mengapa issue yang beredar justru mengatakan ia dan Kris oppa barkelahi memperebutkan Jessica sunbae?” tanyanya disambut anggukan sahabatnya yang bernama Park Jiyeon.

Seohyun tak mengerti apa maksud kedua yeoja ini mendatanginya. Hubungannya dengan Jiyeon dan Eunjung belum bisa dikatakan akrab, mereka hanya teman sekelas. Seohyun mengambil lembaran artikel tersebut dari atas meja, matanya menyusuri kata demi kata yang tertulis. Gambar utama yang menyajikan foto kekasihnya dalam keadaan babak belur pun tak luput dari pengamatan. Ia mendesah, dan mengembalikan artikel itu ke pemiliknya semula— Eunjung.

“Iya sehun oppa memang kekasihku, oleh sebab itu aku belum akan menyimpulkan apa pun sebelum ia sendiri mendatangiku. Aku percaya padanya eunjungaa” jawab seohyun sopan, bahkan kelewat sopan hingga membuat kedua yeoja di hadapannya menampilkan mimik muka seperti orang yang ingin muntah.

Seohyun tak peduli pada apa pun yang eunjung dan jiyeon pikirkan. Ia sama sekali tak keberatan seandainya kedua yeoja itu menganggapnya pembohong sekali pun. Ia juga tak peduli mau bagaimana orang mengasihaninya dan menganggapnya sebagai yeoja pelarian. Ia percaya sehun tak akan mengecewakannya. “Kalau kalian tak keberatan, bisakah kalian sedikit menyingkir? Aku ingin ke kamar mandi sebentar”

Kedua yeoja itu saling bertatapan, lantas mengangguk entah apa maksudnya. Baik eunjung maupun jiyeon tak ada yang berkomentar lebih lanjut. Namun mimik muka keduanya terbaca dengan jelas, kedatangan mereka berdua memang untuk mengejek seohyun.

KRIET

Seohyun beranjak dari bangkunya, deret ke tiga pojok kiri paling jauh dari pintu. Ia berjalan menunduk melewati beberapa orang yang menatapnya dengan pandangan bermacam - macam. Tentu suatu kebohongan jika ia mengatakan isi artikel itu sama sekali tak mempengaruhinya. Sejujurnya saja hatinya teriris sakit mengetahui namja yang masih menjadi kekasihnya malah berkelahi memperebutkan yeoja lain. Apakah ini karma?

Ada yang berubah dari sehun selama beberapa waktu ini, ya sebagai yeoja chingu seohyun tentu menyadarinya. Ia bahkan sekali dua kali pernah bertanya pada sehun, namun sesuai dugaan setiap kali ditanya sehun selalu bungkam atau setidaknya mengalihkan pembicaraan. “Oppa,, hikss.. Sehun oppa kau tak akan meninggalkanku kan?” isaknya pelan.

Untung saja toilet sedang sepi, sehingga ia pun bisa leluasa menumpahkan tangisnya disini. Meratapi hubungannya dengan sehun yang sepertinya sedang berada di ujung tanduk. Seohyun mendongak, menatap pantulan bayangannya dari cermin. Kacau— penampilannya benar – benar menyiratkan kepedihan. Pantas saja semua yang ditemuinya hampir – hampir memandangnya penuh iba, ia memang layak dikasihani.

Jika dulu ia mengatas namakan cinta untuk mengambil posisi Jessica sunbae di hati sehun, apakah kini waktunya ia mundur kembali mengatas namakan cinta untuk melepaskan namja chingu yang benar – benar ia cintai?

“Haruskah aku melepasmu sehun oppa?”

.

~JLWYHS~

“Jadi benar berita yang ku dengar sica? Kau dan kris sudah resmi berpacaran?” tanya hyoyeon antusias. Selama hampir lima menit mata bulatnya terus menatap Jessica nyaris tanpa berkedip.

Jessica meniup pelan cappucino panas dihadapannya sebelum benar – benar ia teguk.  Cappucino— dalam hati ia benar – benar berterima kasih pada genius  yang telah menciptakan maha karya berkualitas ini. Beberapa orang menganggap cappucino memiliki rasa yang ambigu. Kurang tegas jika dibandingkan dengan kopi namun juga terlalu tegas untuk disetarakan dengan krim dan susu. Namun bagi penikmat seperti Jessica bukankah itu menarik? Ada rasa dibalik rasa. Kesan tegas dalam kopi yang pertama kali tercecap oleh indera perasamu akan tergradasi oleh lembutnya creamer. Membuat kepahitan itu berangsur – angsur menghilang dan terganti oleh yang rasa manis yang samar.

Mungkin salah satu alasan yang membuat jessica begitu menggilai cappucino adalah karena rasa khas cappucino mengingatkannya pada rasa kehidupan. Terkadang dalam hidup batas antara manisnya kebahagiaan dan pahitnya kesedihan begitu samar bahkan cenderung mendekati titik ekuivalen. “kau dengar dari siapa?” tanyanya.

“Oh my, kau bertanya aku dengar dari siapa? Tidakkah kau sadar satu sekolah sibuk membicarakanmu? Jangan tertawa sic, tapi yang ku dengar mereka justru merasa sangat iri kepadamu. Mereka pikir Kau sungguh yeoja yang beruntung”

Ucapan hyoyeon barusan tak ayal membuat jessica membuang napas pasrah. ‘Apa katanya, IRI? What the hell?’ batin yeoja penggila kopi tersebut. Ia memang sudah menduga kejadian antara mereka bertiga akan menjadi pembicaraan hangat di sekolah. Namun tetap saja menurutnya pemberitaan menyangkut dua pangeran sekolah dan dirinya terlalu hiperbola. Oh astaga come on, mereka hanya siswa biasa, bukan artis, untuk apa mempublikasi beritanya sampai maksimal begitu? Dan apa pula dengan The famous of this week? Ia bahkan tak percaya ketika fotonya terpajang sejajar dengan Yoona sang ratu popularitas. Menjadi terkenal memang menyenangkan, tapi jika ketenaran yang kau dapat karena skandal tentu bukan suatu prestasi bukan?

“Hmhh, aku tahu” jawab jessica malas. Topik pembicaraan ini benar – benar ingin ia hindari, ayolah tidak bisakah ia melalui harinya dengan tenang tanpa seorang pun mengusik status barunya.

Hari ini suasana kantin begitu ramai. Mungkin karena faktor ulangan maraton akhir – akhir ini membuat banyak siswa tak sempat sarapan. Atau malah sebaliknya, justru karena minimnya ulangan mereka jadi bisa santai membolos seperti saat ini? Entahlah yang jelas apa pun itu alasan mereka mendatangi kantin pasti tak jauh dari kata lapar— seperti alasannya.

Semangkuk penuh salad buah, kentang goreng mentega, dan secangkir cappuchino hangat tersaji di atas meja nomor 8— tempatnya saat ini. Sekilas memang aneh, mana ada orang yang memesan salad buah dan kentang goreng sebagai menu sarapan. Apa lagi dengan cappucino sebagai pelengkapnya. Tapi yah mau bagaimana lagi, ketiganya terlihat menggiurkan.

Satu suap. Dua suap. Tiga suap. Hyoyeon menatap ngeri sahabatnya tepat ketika jessica sedang memasukkan potongan buah ke dalam mulutnya yang mungil. Tunggu dulu apa buah berwarna kehijauan itu melon? Jika benar sejak kapan yeoja pembenci buah sebangsa timun – timunan itu sampai hati memakan buah yang bahkan baunya saja tidak dia sukai. Oh ya ampun sepertinya ada satu lagi keajaiban dunia yang muncul. Pikir hyoyeon disertai gelengan kepala.

“Ehmm jadi,, ,, apa kris tahu kau sedang mengandung?”

TEK

Jessica meletakan garpu dalam genggamannya dengan sedikit kasar. Selama beberapa saat baik Hyoyeon ataupun Jessica tak ada yang bersuara. Hyoyeon menatap sahabatnya lekat, penasaran akan apa yang akan jessica katakan. Sementara itu di hadapannya jessica tampak mengangkat kepalanya ragu, sebelum kemudian menarik napas dalam. “Ya dia tahu. Aku tak sejahat itu Hyo, menyembunyikan rahasia sebesar ini seolah tak terjadi apapun?” ucapnya di akhiri sebuah desahan panjang.

Jessica tahu ia telah berbohong— membohongi diri sendiri lebih tepatnya. Meski kebenaran telah terungkap namun tetap saja rasa bersalah itu masih tertinggal. Seandainya ia tak terburu – buru menerima cinta Kris sebelum membuka rahasia terbesarnya pada namja itu, mungkin aka lain ceritanya. Segalanya berjalan jauh lebih rumit ketika kebenaran itu terungkap dari mulut orang lain. Menyisakan sekelumit penyesalan yang sulit dihapus.

“Well setidaknya kau melakukan hal itu pada Sehun kan?— Oops”

Hyoyeon mengatupkan mulutnya rapat menahan diri untuk tak menggigit lidahnya kuat – kuat detik ini. Entah mengapa lidahnya tiba – tiba bergerak spontan tanpa koordinasi, membentuk rangkaian kata yang disesalinya. Sadar telah salah bicara membuat hyoyeon salah tingkah. Ia sendiri tak habis pikir mengapa ia berani sekali mengatakan hal yang sesensitif itu pada Jessica.

Sehun, lagi – lagi dia. Jessica meremas sendok logam dalam genggamannya, terlalu bersemangat sampai membuat sendok tersebut nyaris bengkok. Ia sendiri pun tak tahu darimana datangnya kekuatan sebesar itu. “Jangan sebut namanya hyo, aku benar – benar,, membencinya” ucapnya sedikit memelankan kata terakhir.

Hyoyeon meringis, menampilkan cengiran dua jari yang sungguh terlihat kikuk. “Mmaaf, Aku sungguh tak bermaksud. Kau tahu aku hanya merasa ehm— terkejut  dan sedikit bingung. Bukankah sebagai ayah sang jabang janin posisi sehun lebih berhak untuk tahu dari pada Kris sic?”

“Jika kau masih berpikir sehun tak mengetahui apa pun, kau salah besar. Ya dia sudah tahu, dan dia juga telah melangkahiku dengan memberitahu Kris. Mengacaukan segalanya, hidupku, membuatku seperti seorang penipu, dan dihantui penyesalan karena tak sempat berkata jujur”

Hyoyeon membuka mulutnya lebar – lebar saking kagetnya membuat kentang goreng yang terselip diantara bibirnya jatuh mengikuti gaya gravitasi. Mendadak dadanya terasa sesak. Hanya perasaannya saja atau kah udara di sekitar mereka memang menipis. Ini pertama kalinya ia melihat Jessica semurka ini setelah tiga tahun ia mengenalnya. Lihat saja sahabatnya itu bahkan sampai terengah – engah. Sepertinya semua yang Jessica katakan keluar hanya dalam satu kali tarikan napas. “Sss-sica—“

Jessica yang telah sepenuhnya kembali pada kesadaran pun mulai menyadari kesalahannya. “Maaf” ucapnya menunduk.

Entahlah apa dalam hal ini Jessica patut menyalahkan hormon kehamilan— yang konon mempengaruhi perilaku wanita hamil— atau tidak. Ia sendiri pun tak tahu mengapa ucapan Hyoyeon begitu menyinggungnya. Yang jelas ia benci kalau terus diingatkan. Ya memang benar Sehun adalah ayah biologis dari anak dalam kandunganya, terus kenapa? Kalau mau berbicara soal status, tidak ada orang yang lebih berhak akan anak dalam kandungannya selain ia sendiri.

Ini buruk, benar – benar buruk. Hormon – hormon kehamilan ini berpotensi menyebabkan dirinya cepat tua, berkeriput lantaran cepat emosi. Lebih buruk lagi, sahabat – sahabatnya seperti Hyoyeon dan Tiffany bisa saja meninggalkannya karena sikapnya yang mendadak jauh lebih tempramental. Tarik napas, keluarkan. Tarik napas yang dalam, lalu keluarkan perlahan.

NYESSS

Jessica menempelkan gelas lemon tea berembun itu di atas kepalanya yang masih panas. “Hehhh” desahnya penuh kelegaan ketika sensasi dingin itu sedikit membuat kemarahannya teredam.

Hyoyeon memberenggut kesal tak terima Jessica merebut paksa minumannya. “Hei itu milikku” protesnya keras. Hyoyeon yang masih tak terima itu pun berdecak sebal kemudian memangku tangannya di bawah dada. Emosi sih emosi, tapi apa – apaan itu seenaknya saja menarik gelas minumannya saat ia tengah asyik menikmati minuman itu. “Kalau kau tak segera cerita aku yang akan gantian marah kepadamu sic” ancamnya disertai sebuah tatapan tajam.

Hyoyeon bisa merasakan adanya perubahan pada air muka sahabatnya menjadi lebih serius. Sejurus kemudian ia mulai memasang kedua telinganya bersiap mendengarkan. Jessica menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga lalu menunduk. Secangkir cappucino hangat masih setia menemani jessica, terselip diantara telapak tangannya yang saling bertautan.

“Arraseo—“

“Beberapa waktu lalu sehun mendatangi apartemenku karena alasan yang tak masuk akal, dia bilang dia sangat merindukanku dan itu membuatku marah. Kami sempat berdebat alot di depan apartemen dan Aku yang sedang tak sehat saat itu pun pingsan. Aku tak tahu apa yang terjadi setelah itu sampai akhirnya aku terbangun di kamar rumah sakit dengan Sehun yang memandangku tajam. Saat itu aku tahu, ia sudah mengetahui semuanya dari dokter”

Jessica ingin bersembunyi di bawah meja saat ini juga jika memungkinkan. Ia tak ingin perasaannya yang sebenarnya terbaca orang lain sekali pun hyoyeon sahabatnya sendiri. Jessica kian tertunduk, tak berani mengangkat kepalanya. Menceritakan kisah – kisahnya kepada Hyoyeon membuat jessica terpaksa memflash back kejadian masa lalu yang sejatinya ingin ia lupakan.

“Kau pingsan? Ya ampun sica kau tega sekali, tahu begitu kan aku dan Fany bisa menjengukmu. Kau dan ehem— kandunganmu tak apa kan?” ucap hyoyeon histeris, gagal mengontrol keterkejutannya.

Perhatian beberapa yang semula berkonsentrasi menikmati makanannya pun sedikit teralih akibat keributan yang hyoyeon ciptakan. Jessica mendesah pasrah, seolah memaklumi reaksi sahabatnya yang hampir bisa dikatakan lumrah itu. Ia menoleh sebentar mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk bertemu pandang dengan beberapa siswa yang masih memperhatikan meja mereka.

“Ne, tak apa. Kami berdua baik – baik saja. Hyo,, mmm ada lagi yang ingin aku sampaikan, Sehun— dia tak tahu apa pun tentang keputusanku untuk mempertahankan anak ini. Selepas kejadian di rumah sakit, aku berbohong pada sehun dengan mengatakan keputusanku untuk melakukan aborsi”

Hyoyeon menatap jessica melalui matanya yang sengaja ia buka lebar – lebar. Ia seketika terpekur kaku, nyaris tak mempercayai pendengarannya sendiri. Aigoo ternyata permasalahan jessica jauh lebih rumit dari yang ia kira. Hyoyeon menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Ia mendengus, tiba – tiba saja ia jadi memikirkan sehun.

Agaknya hyoyeon mulai sedikit iba pada mantan kekasih sahabatnya, sehun yang awalnya tak menyadari apa pun tiba – tiba saja mendapat kejutan tak terkira lewat berita kehamilan Jessica yang ternyata mengandung anaknya, belum lagi berita aborsi yang ternyata bohongan itu. Hyoyeon yakin sehun pasti tengah kelabakan dan stress bukan main.

“Sica—“

“Hmm?”

“apa yang akan kau lakukan seandainya sehun benar – benar memilihmu? Maksutku bagaimana jika dia benar – benar mengakhiri hubungannya dengan seohyun dan memutuskan untuk memperjuangkanmu. Apa kau juga akan melepaskan Kris?”

.

~JLWYHS~

Kai mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan sosok yeoja yang berdiri di depan lokernya itu adalah benar – benar seohyun. Punggung yeoja itu bersandar di sudut loker. Sepertinya ia sedang melamun. Matanya menatap ke lantai nyaris tanpa berkedip, memperhatikan kakinya yan bergoyang - goyang. “Seohyun?” panggilnya pelan.

SeoHyun menoleh senyadari seseorang baru saja memanggilnya. Sedetik kemudian ia tersenyum manis memperlihatkan deretan gigi - giginya yang tersusun rapi. “Annyeonghaseo Jongin sunbaenim” sapanya sopan sambil membungkukkan badannya penuh tata krama.

Kai membalas senyuman seohyun dengan kikuk. Tanpa sadar ia pun turut membungkukkan badan. Canggung begitulah yang kai rasakan. Biar pun Seohyun itu kekasih sahabatnya namun bukan berarti mereka akrab bukan? Setahu Kai seohyun termasuk tipikal yeoja pendiam dan cenderung tertutup. Ragu – ragu kai pun berjalan mendekat. “Ehmm, ada perlu apa seohyunaa?” tanya kai pada yeoja dihadapannya.

Seohyun sedikit tersentak mendengar pertanyaan kai. Tiba – tiba saja ia merasa menyesali keputusannya untuk datang ke sini, ia tak berhenti memainka jemari lentiknya dari belakang. “Maaf Apa aku mengganggu waktumu sunbaenim?” tanya seohyun tak enak. Ia sadar kehadirannya disini pasti membuat sunbaenya itu kebingungan dan bertanya – tanya.

Suasana semakin terasa canggung karena kedua orang itu hanya saling diam. Mereka berdua sama – sama tak bersedia memulai pembicaraan. Kai memperhatikan seohyun yang masih saja menunduk kemudian berdehem pelan. “Katakan saja, apa yang ingin kau tanyakan tentang sehun?” tanyanya, langsung menebak kemana pembicaraan ini akan berujung. Seohyun mengangkat kepalanya, memadang kai yang seketika nampak salah tingkah.

“Jongin sunbaenim bisa kita bicara sebentar— ehm hanya berdua“

~JLWYHS~

Kai memasuki gedung olah raga sekolahnya sambil menenteng sekantong kecil belanjaan. Beberapa meter di hadapannya seohyun duduk sendiri di bangku penonton, jelas ia sedang menunggu kedatangan seseorang yang sudah pasti dirinya. Kai memandang meneliti, meski sedikit terhalang oleh rambut panjangnya, ia masih bisa menilai mata seohyun yang memang sedikit bengkak. Kesimpulannya seohyun baru saja menangis.

“Aku tak mengerti mengapa dari sekian member EXO kau memilih mendatangiku? Masih ada Luhan hyung, tao, baekhyun, atau chanyeol yang bisa kau mintai informasi” ucap kai sesaat setelah ia berhasil mendudukkan dirinya. Seohyun masih saja terdiam tak menjawab pertanyaan sunbaenya, kegugupannya kian bertambah. Apa maksud jongin sunbaenim mengatakan itu semua? Pikirnya dalam hati.

“Hahaha, maaf apa aku manakutimu?” tanya kai yang langsung di balas gelengan kepala yeoja di sebelahnya.

Seohyun menolehkan kepalanya ke samping kiri, memandang jongin sunbaenim dalam diam. “Tidak” ucapnya lirih. Lagi – lagi ia menunduk, menatap lantai seperti hendak menciumnya. Gedung olah raga tampak sepi karena memang sedang tak digunakan siapa pun, di tempat ini hanya ada mereka berdua sisanya hanya ada keranjang bola serta perlengkapan olah raga yang tentu tak masuk hitungan.

Kai merogoh plastik belanjaan yang baru saja ia bawa kemudian mengeluarkan sebungkus makanan ringan serta dua kaleng soft drink dari dalam. “Untukmu” ucapnya sebelum menyerahkan salah satu minuman.

“Terima kasih”

Seohyun menerima kaleng minuman yang diberikan sunbaenya sambil tersenyum. Ia masih memperhatikan sosok namja disampingnya yang rupanya kini tengah mencoba membuka bungkus keripik. Seohyun mendongak, menatap penuh minat langit – langit gedung olah raga.  “Artikel itu aku sudah membacanya. Jongin senbaenim,, Sehun oppa dan Jessica sunbaenim itu,, sebenarnya ada apa diantara mereka berdua?” tanyanya tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya, bahkan untuk sekedar menatap kai selaku lawan bicara.

Ucapan seohyun sukses membuat Kai terperangah bengong, susah payah ia menelan ludah. Seharusnya ia sudah tahu siapa pun pasti akan mendengar hot news yang baru saja beredar, baik dari telinganya sendiri mau pun dari orang lain. Lehernya mendadak terasa kaku. Ia bingung dan sama sekali tak tahu apa yang harus ia lakukan dalam situasi seperti ini.

“Aku sendiri juga tak mengerti bagaimana persisnya hubungan mereka.. seandainya aku mengetahuinya sekali pun aku pikir bukan porsiku untuk mengatakannya padamu seohyun-aa” ucapnya ragu. Kai menatap seohyun penuh rasa bersalah.

Seohyun memperhatikan sunbaenya dari samping, mereka bertatapan tanpa suara. Sekilas bisa ia rasakan keraguan dalam sorot mata sunbaenya. Jongin sunbaenim jelas tahu banyak. Beberapa saat kemudian mereka menghela napas nyaris berbarengan, berperang dengan pikirannya masing – masing.

Seohyun menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya. Untuk yang kesekian kali ia kembali memandang ke bawah. Menghitung luasnya gedung dari jumlah keramik yang dibutuhkan. Tak seorang pun tahu apa yang seohyun rasakan, ia sendiri juga masih tak yakin ingin memberitahu jongin sunbaenim atau tidak. “Akhir – akhir ini aku merasa ada yang berbeda dengan sehun oppa. Hubungan kami sedikit renggang meski tak bisa dikatakan bermasalah juga. Kami jarang bertemu dan berkomunikasi, ia hanya akan membalas pesan - pesanku seperlunya saja dan itu pun selalu aku yang menginisiasi” ucapnya sendu. Suara lirihnya nyaris tak terdengar terbawa keluar bersama hembusan angin.

Kai meneguk cairan dalam kaleng minumannya sebelum ia meletakkan kaleng tersebut di atas bangku penonton. Hanya tersisa beberapa mili sebelum kaleng tersebut sepenuhnya kosong. Meski terlihat acuh sesungguhnya kai tak berhenti berpikir. Kediamannya sejak tadi bukan tak berarti karena faktanya kai bahkan tak membiarkan otaknya beristirahat. Ia melirik seohyun sekilas dan mendesah.

Sejujurnya kai tak habis pikir, dosa apa yang pernah sehun buat sampai – sampai ia terjerat dalam kisah serumit ini— menyedihkan. Kai sendiri pun tak bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan jika ada di posisi sahabatnya saat ini. “Apa kau sudah mencoba menemuinya?” tanyanya mencoba memberikan solusi.

Seohyun menggeleng lemah kemudian membuka pengait kaleng minumannya. Berbeda dengan minuman Kai yang nyaris tandas, kaleng minuman seohyun bahkan belum tersentuh. Beberapa saat kemudian seohyun nampak berpikir keras, memutar otak cemerlangnya seolah sedang mengingat sesuatu hal yang penting. “Ehmm, pertemuan kami tak pernah bermakna. Kencan terakhir kami sudah beberapa minggu yang lalu. Ah iya sehun oppa mulai aneh semenjak itu.” akunya.

Kai memang tak tahu dan tak mau tahu jadwal kencan sehun, tapi ia bisa memperkirakan kemungkinan saat itu adalah hari dimana sehun mengetahui rahasia mantan kekasihnya. Ia lantas menerawang lurus ke depan, kembali meneguk cairan dalam kaleng minumannya sampai tandas tak tersisa.

“Sehun dan Jessica memang memiliki hubungan yang khusus seohyunaa. Hubungan mereka lain dari pada yang lain, mereka berdua adalah pasangan namun bukan sepasang kekasih. Hmm rumit” jelasnya. Kai pun menghela napas masih berpikir bagaimana caranya memberi clue tanpa membocorkan rahasia sehun pada orang lain.

“Hahhh.. Kau, sehun dan Jessica,, kalian bertiga sama – sama keras kepala untuk mengakui perasaan masing – masing” desahnya frustasi sembari mengacak rambut hitamnya yang menurut banyak orang mirip bintang iklan shampoo.

Seohyun tampak berpikir. Keras kepala mengakui perasaan masing – masing, apa maksudnya? Jelas – jelas ia mencintai sehun oppa, tak diragukan. Ah jangan – jangan.

Seketika seohyun merasakan dadanya bergemuruh hebat. Kini ia mulai mengerti makna tersirat yang diberikan sunbaenya beberapa saat yang lalu. Nasehat untuk mundur teratur sebelum ia merasakan sakit hati yang lebih kronis dari sekarang. Tak terasa cairan bening yang awalnya hanya beberapa tetes itu kini mengucur dengan deras, membanjiri matanya tanpa bisa dikendalikan. Cairan itu pun mengalir melewati garis mata seohyun lalu turun kebawah sampai ke dagunya.

“Ke,,kenapa? Bukankah sehun oppa dan jessica sunbae sudah putus.. Jessica sunbae bahkan sudah menjadi kekasih kris sunbae.. Iya kan?” ucapnya susah payah. Seohyun berupaya sebisa mungkin menahan diri agar tak sampai terlihat cengeng dimata sunbaenya.

Dari samping Kai memandang seohyun prihatin. Dalam hati ia bersumpah akan menambah memar di muka sehun kalau sampai ia tak juga menemukan solusi untuk ketiganya. Sehun juga harus bertanggung jawab karena telah membuat Kim Jongin kehilangan muka di depan seorang gadis. Kai bergerak ragu –ragu, merapatkan jaraknya dengan seohyun. Sebagai laki – laki normal ia tentu merasa malu duduk sedekat ini dengan seorang gadis, terlebih jika sang gadis itu tak memiliki hubungan apa pun dengannya.

“Kau tak bisa memutus ikatan mereka seo, bukankah sudah ku katakan hubungan Sehun dan Jessica itu berbeda?” ucapnya memberi pengertian. Demi apa pun Kai sama sekali tak bermaksud menambah luka di hati seohyun dengan membuatnya patah hati. Ia hanya tak ingin seohyun terlalu berharap pada sosok sahabatnya yang sangat jauh dari kata serius itu.

Seohyun tersentak ketika merasa tangannya digenggam seseorang. Ia menegakkan badan dan kepalanya, bertemu pandang dengan mata sunbaenya. “Aku,, hikss,, aku tak mengerti,,” ucapnya disela – sela kegiatannya menangis.

Seohyun tak pernah seterbuka ini kepada namja mana pun selain kekasihnya. Tapi untuk kali ini ia benar – benar membutuhkan pundak seseorang, dan ketika Jongin sunbaenim menawarkan pundaknya sebagai sandaran seohyun pun tak kuasa menolak. Ia menangis sejadi – jadinya, mengeluarkan semua perasaan yang selama ini ia tahan.

Kai sedikit salah tingkah saat kepala seohyun menyentuh bahunya. Tangis seohyun membuat bahunya turut bergetar. Selama beberapa detik kai hanya diam di tempat tak melakukan pergerakan apa pun. Ototnya entah bagaimana terasa kaku. Kai menyempatkan diri untuk menelan ludahnya terlebih dahulu sebelum memberanikan diri menepuk punggung Seohyun. Dalam hati ia berdoa semoga gedung olah raga ini memang hanya ada mereka berdua saja, tak ada orang iseng yang dengan sengaja mengambil gambar mereka dan melaporkannya pada anak jurnalistik. Kai merogoh sesuatu dari balik saku celananya, dan memberikan benda yang ternyata sapu tangan tersebut kepada seohyun. “Kau akan mengerti seo,, suatu saat nanti" ucapnya sebelum mengajak seohyun pergi.

TBC

Author note : Hallo reader I'm alive.. Maaf udah menelantarkan fanfic ini sebegini lamanya, kali ini author gak janji kapan bisa update chapter selanjutnya takut gak bisa menepati. Yang jelas janji author cerita ini gak bakal discontinue.. Perkiraan saja sepertinya JLWYHS bakal end di chapter sembilan atau sepuluh. Jadi harap sabar ya chingu deul. Terakhir Selamat Berpuasa :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sehapark #1
Chapter 7: Thor cpetan update lgi yah, aku pngin bca klnjutan ksahnya niihh, rsany pikiranku srta sluruh tbuhku ikut hnyut di ff ini. fighting thor!!
Cherra24
#2
Next dong eon. Please *puppy eyes. Jessica-nya sama Sehun aja, jangan sama Kris. Kris buat Uri Baby Seohyunie aja. Ya, ya, ya? Dan fast update dong eon. Pengen tau kelanjutan ceritanya. Please~~! *puppy eyes (again)
iingorjess #3
Chapter 6: Kenapa sama kris? Maunya sehun sama jessica. Thor, perjuangin sehun sama jessica dongg. Hunsica hunsica hunsica!!!
jessicafivele #4
Chapter 7: ini masih lanjut kan? tolong ttep di lanjutin yah, thor. udah penasaran banget endingnya nnti jessica sama siapa.
monicawang12 #5
Chapter 6: Kris emang super gentle daripada Sehun!! Aku makin cintaaaaa!
Sehun ini tipe orang cinta tapi gengsi(?)
Semoga Kris beneran bisa menyayangi Sica dan bayinya, janagn sampe setengah ditinggalin gitu aja :(
Dan Sica cepat dong cinta juga sama Kris, jangan mikirin Sehun ajaa
monicawang12 #6
Chapter 5: Thorrr.. Aku melting pas baca!! Ahhh.. Di part Kris nembak Sica ini uhh banget!!
Aku juga ngerasa Sehun kurang gentle, kalo dia emang mau mempertahankan anak mereka, seharusnya dia bisa meyakinkan Sica dan baik-baik ngomong sama Seohyun. Kalo Kris tau Sica sekarang lagi hamil, gimana ya reaksi dia :(
Aku takut orangtua Kris juga berniat menjodohkan Kris TT