Kris & Balon

My 4 Years Boy

Sudah seminggu sejak makan malam itu berlangsung, tapi aku belum memutuskan juga akan memberi ijin atau tidak pada Oppa dan Sulli untuk berpacaran. Setiap pagi Kris rutin menjemputku sekarang, meski dia tidak pernah benar-benar menjelaskan hubungan kami ini sebenarnya bagaimana. Aku hanya menjalinya saja. Sedikit banyak aku sudah mengenal sifat asli Kris. Tidak seperti yang selama ini terlihat, anak ini meski sedikit bicara dan jarang berekspresi wajah tapi dia sangat perhatian dan hangat. Meski dia tidak pernah tertawa tapi aku kini sering melihat senyuman manis itu menghiasi bibir Kris. Anak ini ternyata hanya bisa tersenyum dan menjadi dirinya sendiri saat bersama orang yang benar-benar dekat dengannya saja.

“tebak siapa?” sebuah tangan menutup mataku dari belakang. Suara itu adalah suara namja yang sangat ku kenal.

“Luhan!” aku segera melepaskan tangannya dari mataku dan menengoknnya dengan girang. Luhan tersenyum dengan manis, kemudian ia duduk disampingku sambil mengacak rambutku pelan. Sudah beberapa seminggu ini dia mencampakkan ku dan ke luar kota.

“pulang kapan? Tidak bilang, kan aku ingin menjemputmu” ku goyang-goyangkan lengannya dengan sangat bersemangat. Aku benar-benar merindukan anak ini.

“sudah 2 hari yang lalu, kangen?” luhan menjulurkan lidahnya dengan wajah bercandanya itu.

“haha tentu saja aku merindukanmu, sini mana oleh-olehku”

“apa masih kurang banyak boneka di kamarmu itu?” hampir seluruh bagian tempat tidurku dipenuhi boneka pemberian Luhan. Setiap Luhan pergi ke suatu tempat pasti dia membelikanku boneka sebagai oleh-oleh.

“jadi kali ini tidak ada boneka untuk ku?”

“kau bisa meminta pada Kris untuk membelikanmu boneka sekarang” Luhan menatapku, bibirnya tersenyum pasrah seakan mengatakan sebenarnya dia kecewa tapi tidak bisa berbuat-apa. Sepertinya Luhan sudah tau tentang aku dan Kris.

“Sudah dengar ya… sebenarnya aku sendiri bingung dengan hubungan ini”

“kenapa? Bukannya kalian sudah berpacaran?”

“jujur saja saat dia memintaku menjadi pacrnya aku tidak menjawab iya atau tidak, tapi sepertinya Kris mengiyakan hubungan ini”

“Kris orang kaya, pasti dia bisa membuatmu bahagia” lagi lagi Luhan tersenyum pasrah sambil menatapku.

“kau sebenarnya bisa membuatku bahagia” Kutatap balik mata Luhan. Ia malah mendegus kecil sambil tersenyum dan mengalihkan padangannya ke tempat lain. Luhan mengertilah, jika kau sebenarnya bisa kapan saja memiliki ku. Hanya tinggal kata jika kau mencitaiku dan menginginkan aku jadi milikmu.

“hehe… Jongin lalu bagaimana?” Luhan mengalihkan pembicaran karna dia tidak pernah mau menanggapi pembicaraan yang mulai membahas perasaan diantara kami.

“Entah… sejak kejadian itu aku sudah tidak berkomunikasi dengannya”

“Sehun sudah menceritakan semua kejadian itu padaku, aku juga dengar jika Jongin sampai 3 hari tidak masuk sekolahkan?”

“Apa? Tidak masuk sekolahkan??” aku megerutkan dahiku karna kaget.

“sepertinya kau malah tidak tau ya? Jongin kan sakit, dia sudah 3 hari ini tidak ke sekolah” Luhan menatapku heran. Aku mendadak khawatir mendengar Jongin kini tengah sakit. Bukan kan Jongin tinggal sendirian di Apartemennya? Jongin pernah bercerita jika orang tuanya tinggal di luar kota. Jika dia sakit seperti ini siapa yang menjaganya? Apalagi ini sudah 3 hari seperti ini. Arrgghhh… kenapa aku masih saja menghawatirkan anak itu.

“kau masih menghawatirkannya ya?” Luhan mencolek pingangku.

“huft, mau bagaimanapun juga aku masih menyukai anak itu, meski dia sudah menolakku dan membuatku merasa dipermainkan tapi tetap saja aku ini masih menyukainya sama seperti dulu” aku membuang nafas dengan berat dan menggelengkan kepalaku sendiri.

“kalau begitu kirim saja pesan ke Jongin”

“mengirim pesan pada lelaki yag sudah menolakku? Jangan gila”

“lebih tepatnya mengirim pesan pada lelaki yang sudah menolakmu tapi masih saja kau tunggu”

“aku sudah tidak menunggunya”

“kau masih menunggunya”

“Tidak!”

“Jika kau sudah tidak menunggunya mana mungkin kau menggantung hubungan mu dengan Kris tanpa kejelasan seperti ini” Luhan menatapku tajam dan kali ini dia berbicara dengan serius

“hati mu itu masih menunggu Jongin! makanya kau tidak benar-benar berani terikat dengan orang lain karna hati kecilmu masih menunggu dan mengharapkan Jongin tiba-tiba  datang kembali dan memperbaiki hubungan kalian” Kalimat Luhan sedikit ketus tapi dia menyadarkanku. Luhan benar, dia mengatakan dengan benar seperti apa hati ku sat ini. Aku hanya terdiam tidak bisa membela diri berpura-pura tidak menunggu Jongin lagi.

“Aku sudah mengenalmu sejak kau berusia 7 tahun, mau tidak mau aku tau semua yang ada di hatimu tanpa kau bercerita apapun padaku” Luhan mengelus kepalaku lalu mengangkat daguku. Aku menatapnya dengan wajah sendu.

“Jangan membohongi perasaanmu, tidak mudah melupakan orang yang sudah bertahun-tahun kau cintai bukan?” aku mengangguk pasrah sambil menatap Luhan yang kini tersenyum lembut.

“Juga tidak mudah langsung menerima kehadiran orang baru yang menyukaimu dalam kondisi seperti ini kan? Butuh proses untuk memindahkan hatimu dari yang lama ke orang baru ini kan?” Luhan kembali bertanya dan aku juga kembali mengangguk dengan polosnya. Yang dimaksud dengan orang baru ini sudah pasti adalah Kris.

“itu juga yang dirasakan Jongin… jika kau ingin tau bagimana perasan yang Jongin rasakan saat ini, sebenarnya kau juga sedang merasakan hal yang sama persis dengannya”

“maksutnya?”

“Jika bagimu melupakan orang yang kau cintai selama 4 tahun adalah hal yang sulit , bagaimana dengan Jongin? Dia sedang berusaha melupakan gadis yang dia cintai selama 6 tahun, pasti akan lebih sulit, dan jika kau sulit bisa langsung menerima kehadiran Kris begitu juga dengan Jongin, dia juga tidak bisa langsung menerima kehadiranmu…” ah… aku mulai mengerti maksut pembicaraan Luhan.

“tiba-tiba Kris masuk di hidupmu dan kau memberi kesempatan padanya untuk dekat denganmu, tapi sebenarnya kau belum siap menerimanya, hatimu masih sedikit banyak menunggu Jongin, tapi kau berharap siapa tau Kris bisa membuatmu melupakan Jongin… ini sama persisi seperti yang Jongin rasakan padamu” Lagi-lagi kelimat penjelasan Luhan benar!

“Jongin Juga butuh waktu untuk menerima kehadiramu, dia memberimu kesempatan untuk mendekatinya dan berharap kau bisa membuatnya melupakan Sulli, kau harusnya mengerti perasaan Jongin… Posisi Kris dimatamu sama dengan posisimu dimata Jongin, Jika kau ingin tau bagaimana perasaan Jongin sebenarnya kau tinggal berkaca saja, kan kau juga sedang mangalaminya, mengerti tidak?” Luhan menjitak kepalaku pelan dengan wajah seperti seorang guru yang selesai menjelaskan panjang lebar tentang pelajaran pada muridnya.

“ah, aku mengerti… sekarang aku mengerti perasaan Jongin”

“Dan ingat lah Eunji… Jongin mengalami hal yang lebih buruk dari yang kau alami dalam hal ini… dia dicampakkan karna orang tua Sulli tidak memberi ijin dan Sulli sendiri mencintai namja lain, kau bisa bayangkan betapa sakit hatinya? Apa lagi setelah putus pun Sulli masih mengantungkan diri pada Jongin… pasti Jongin akan merasa semakin kesakitan”

“hufftt… Sulli ya… dia gadis yang seperti apa sih sebenarnya”

“entahlah… dia kan tidak banyak bicara, kenapa memangnya?” Ku ceritakan tentang Suho oppa dan Sulli sambil menghabiskan waktu istirahat kami. Kembalinya Luhan kesekolah ini membuatku menyadari banyak hal tentang perasaan Jongin. Luhan selalu bersikap dan berpikir logis dan dewasa, makanya aku sanget mengandalkan nasehatnya. Jongin… kau membuatku kembali memikirkanmu…

Hari ini sangat panas… cuaca memang mendung tapi udaranya sangat panas, sepertinya karna perubahan musim sedang berlangsung. Sebentar lagi musim dingin akan tiba… akan sering hujan…

“Kita makan dimana?”

“eum, aku ingin Bubble tea, kita beli itu saja yuk” aku mengguncang manja lengan Kris. Sepulang sekolah kami memutuskan untuk mampir berjalan-jalan sebentar di taman kota. Setelah mendapatkan Bubble tea kami duduk di kursi taman dan saling meniknati bubble tea masing-masing. Jika meneguk bubble tea seperti ini aku langsung teringat Luhan, dia hampir setiap hari membeli bubble tea.

“eum… aku dengar Jongin sakit” aku mengatakan hal ini karna aku sudah tidak tahan lagi ingin tau apa Jongin benar-benar sakit. Kris langsung menoleh dan menatapku dengan dingin. Sepertinya dia tidak suka aku membicarakan Jognin. Ah, aku merasa seharusnya aku tidak mengatakan hal ini tadi.

“memang kenapa?” Kris bertanya ketus

“aku hanya memastikan saja apa benar, soalnya aku mendengar kabar seperti itu”

“khawatir?”

“bu..bukan… aku kan hanya ingin tau saja”

“untuk apa ingin tau tentang Jongin?” Kris memiringkan kepalanya dan memandangku heran

“ah sudah, lupakan… “aku mendengus dan meneguk bubble tea ku dengan cepat hingga hampir menghabiskannya sekaligus. Kris hanya menggeleng-gelekan kepalanya dan tersenyum sinis. Sepertinya anak ini sekarang mulai cemburu jika aku membicarakan Jongin.

Aku melihat ke sekitar dan mengamati seorang penjual balon gas di pinggir air mancur. Jika melihat balon berwarna-warni seperti itu rasanya aku ingin membelinya semua dan menerbangkannya ke langit, pasti akan sangat indah.

“Lihat apa?” Kris menengok wajahku yang terpaku membayangkan jika balon-balon itu terbang di udara.

“he? Apa?” aku menengok dengan polos dan sedikit linglung karna Kris baru saja menyadarkan ku dari dunia khayalanku dengan pertanyaannya itu.  Kris lalu menangkap apa yang sedang aku perhatikan sedari tadi.

“mau?”

“boleh” aku tersenyum girang dan mengangguk dengan bersemangat. Ah aku benar-benar seperti anak kecil yang akan di belikan balon oleh ibunya. Melihat tingkahku yang sangat girang mendengar tawarannya, Kris langsung berdiri dan berjalan kearah penjual balon itu. Aku duduk menunggunya dengan manis sambil menggoyang-goyangkan kaki ku.

“ini” tak lama kemudian Kris sudah berdiri di hadapanku dan aku segera mengangkat kepalaku untuk melihatnya.

“OMO!” aku berteriak kaget.

“ini…” Kris hanya memandangku dan menjulurkan tanganya yang memegang ikatan balon itu.

“tapi Kris ini… kau… hei ini terlalu banyak… ” aku kehabisa kata-kata dan melotot keheranan melihat Kris membawa balon yang jika di hitung jumlahnya melebihin 30 buah dalam satu ikat ini. Aku menenggok cepat kearah si penjul balon dan seperti dugaanku, Kris membeli semua balon yang tadi ada disana.

“kenapa? Tidak suka?” Kris mengangkat sebelas alisnya. Kekagetanku segera berubah menjadi senyuman bahagia. Anak ini kelakuannya sungguh aneh, bisa-bisanya dia memborong semua balon ini untukku.

“haha… suka, suka… tapi tidak usah sebanyak ini” aku memandang Kris yang terlihat lucu dengan menggenggam ikatan balon-balon itu. Sinar matahari sore menyinari sosoknya yang sedang membawa balon sebanyak itu membuatnya terlihat seperti pangeran negri dongeng.

“jadi harus sampai kapan aku memegang ini?” Kris melirik kearah balon-balon itu, aku tertawa mendengarnya.

“jika aku yang memegang bisa-bisa aku malah terbang terbawa balon-balon itu”

“lalu mau diapakan?” Kris mengerutkan dahinya dan kebingungan. Seorang anak kecil memandang Kris dengan mata berbinar, sepertinya dia tertarik dengan balon-balon itu. Kris menatap balik kearah anak itu dengan heran tapi dingin. Tak lama kemudian Kris memutus salah satu tali dari balon yang ia bawa dan memberikannya pada anak itu tanpa bicara. Anak ini langsung tersenyum lebar dan menerima balon itu.

“terimakasih oppa!” anak kecil itu tersenyum dengan sangat bahagia dan berlari pergi bersama balonnya. Aku tersenyum memandang Kris, lalu ia mengangkat alisnya seakan bertanya ‘kau lihat apa?’ Sedikit tidak menyangka jika Kris ternyata bisa melakukan hal tadi. Dia sangat manis ternyata.

“Oppa, aku juga mau” suara anak kecil lain tiba-tiba  menghampiri kami, dan kami sekarang sadar jika Kris dikelilingi anak-anak kecil dengan wajah sumringah berharap balon dari Kris. Kris tersentak kaget, wajahnya lucu sekali. Aku tertawa terbahak-bahak melihatnya. Ia menatapku seakan bertanya apa tidak masalah jika balon ini dibagikan? Aku mengangguk sambil melanjutkan tertawa.

Dengan mencoba sedikit tersenyum Kris membagikan balon pada anak-anak itu. Siapa sangka pentolan Gang sekolah paling kejam dan terkenal pembunuh berdarah dingin ini sekarang sedang dengan manis membagikan balon pada anak-anak kecil. Setelah semau anak mendapatkan balonnya, Kris masih mengenggam sekitar 15 balon.

“masih segini”

“eum,,, kita lepaskan saja bagaimana?” aku mengedip-ngedipkan mataku padanya

“kau ingin menerbangkan uang ku ke langit?”

“haha… bukan begitu, tapi aku tidak mungkin membawa pulang balon sebanyak itu kan? Kau juga kenapa membeli semuanya, haha dasar… “

“ya sudah kita terbangkan saja” Kris menerbangkan sisa balon yang ia pegang satu persatu. Melihat balon-balon itu berterbangan nampak sangat indah, persis seperti khayalanku tadi.

“bye bye uang-uang ku” Kris melambai pada balon-balon itu. Aku hanya tertawa sambil memukul pelan lengannya.

“bye bye” aku ikut melambai-lambai dengan wajah sok sedih.

“Jangan memikirkannya lagi” Tiba-tiba nada suara Kris berubah serius, aku menengok malihatnya tapi ia masih memandang balon-balon di langit itu dengan pandangan tenang.

“memikirkan apa?”

“tidak bisakah kau memikirkan aku saja mulai sekarang?” Kris menatap lekat mataku. Setiap kali Kris mengatakan hal-hal yang bersifat serius dan meyinggung masalah perasaan di antara kami rasanya aku tidak tau harus menjawab apa dan hanya diam membatu. Secara tidak langsung kris sedang memintaku melupakan Jongin dan hanya focus padanya.

Bukannya tidak mau mencintai Kris, tapi sepertinya urusan hati tidak bisa semudah itu. Harus aku akui Kris membuatku banyak tersenyum saat ini. Dia menjagaku dengan sangat baik. Sedikit banyak aku menyadari jika dia menghangatkan hatiku yang sempat membeku karna Jongin. Tapi ini tidak bisa langsung dikatakan sebagai cinta kan?

Jika bisa semudah itu mengubah perasaan suka ini, pasti aku sudah melakukannya dari dulu. Tapi melupakan orang yang sangat kita suka itu merupakan hal yang sangat sulit dan membuat kita kesakitan. Meskipun sekarang ada sosok lain yang mencintaimu dan berusaha membuatmu bahagia, tapi hati ini tetap saja, tidak mudah mengeluar masukkan nama seseorang kedalamnya. Apa seperti ini juga yang kau rasakan dalam hatimu Jongin? 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
effaeffa #1
Chapter 3: waaa, please kak. Tolong diupdatenya. Aku udh lama nunggu. Dan aku suka cerita nya. Please kak. update dong. Eun Ji nya sama Luhan aja. Atau Kris. Yaa kak.
anintadita02 #2
Chapter 10: Lanjutin dong!!! Please Please.... Greget ini author.... benerann.....
Theodore91 #3
Chapter 10: knp tdk d teruskan shj critanya.. jalan critanya sgt teratur.. eunji pilih yg mna? kris atau jongin..?
jungeunsi #4
Chapter 10: hyaaaa ff nya seru abis! sumpah, keren banget ngga boong. castnya juga aku suka! tapi sedih banget kenapa si Sulli mesti ama Suho T_T jangan sama Sulli. sama chorong aja :"D nyesek banget ya jadi Eunji.. Tapi envy juga sih dikelilingin cowok-cowok cakep gitu! haha, good job thor. Updatenya jangan lama2 yaaaaaa ditunggu kelanjutannya~ ><)b
EunjiApink #5
Chapter 10: Huaaa.... Udah lama nggak ngoment, kira kira eunji pilih siapa ya?? Jongin atau Kris?? Aku pilih Luhan aja, dari pada nyakitin salah satu dari mereka... Aku benci karakternya sulli di sini... Padahal dia salah satu bias aku...oh no. Please Update nya jangan lama lama :)
KoalaLand97 #6
Chapter 9: Aaaaa~ ini complicated bgt >< ditunggu kelanjutannya :)
Baby_Joohyun #7
Chapter 8: Diiihh ane kira bkl si Chorong yg jd yeoja chingu ny Suho. Ane gak demen bgt dah Sulli dsni. Min pkokny Sulli gak usah jdian ma sp2 dah, biar ntar Suho ma Chorong aje *maaf pembaca rempon*
Update soon!!
EunKris jjang!!
dewi_sari20 #8
Chapter 8: Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya. . . . . . Palli juseyo :)
EunjiApink #9
Chapter 8: Huuaaaa~ Thanks Update nya aku makin suka sama fanfic ini! Keren banget... Nggak nyangka ternyata yang di taksir ama Sulli itu suho Oppa~ aku kira Kris, di tunggu Chapter selanjutnya ^^
KoalaLand97 #10
Chapter 7: AAAAAAAA~ Kris si pahlawan kesiangan (?)