Hujan pertama Jongin

My 4 Years Boy

Seminggu! Sudah seminggu Jongin tidak masuk ke sekolah.

Aku mengotak atik handphone ku, menulis pesan pada jongin, tapi belum sampai selesai aku mengetiknya sudah ku hapus lagi, lalu menulisnya lagi dan menghapusy alagi… hingga berkali-kali.

Ahh!! Ku banting HP ku di kasur dengan kasar. Ku acak-acak rambutku sendiri dengan geram dan kesal. Aku tidak bisa menemukan kata-kata yang pas untuk dikirim pada Jongin. Melihat bunga edelweisee yang masih ku pajang di meja rias itu membuat air mata ini menetes dengan sendirinya. Dadaku mendadak sesak. Aku merindukan Jongin, aku menghawatirkanya dan hampir gila karna ini.

Kris menelphone ku berkali-kali tapi tidak ku hiraukan. Sudah seharian ini aku tidak keluar kamar. Suho oppa pun sedikit khawatir melihat sikapku yang seperti ini.

“aku tidak apa-apa” ku ambil beberapa lembar roti tawar dan mengolesnya dengan selai coklat. Meski Suho oppa belum bertanya apapun padaku tadi sepertinya lebih aku mengatakannya terlebih dahulu jika aku tidak perlu dikhawatirkan. Aku duduk berhadapan dengan Suho oppa di meja makan, dan ia mengalihkan pandangannya dari Laptop yang sedari tadi ia pandangi kearahku dengan pandangn cemas.

“telephone Kris tidak kau angkat?” aku mengangguk sambil terus mengunyah roti ku.

“bertengkar?” aku menggelengkan kepalaku dan menuangkan susu ke gelas lalu meminumnya. Suho oppa terus memandangiku dengan cemas dan bingung.

“Sudah ku bilang aku tidak apa-apa, jadi jangan memandanganku dengan seperti itu, aku hanya butuh sedikit waktu untuk sendirian” Ku gigit lagi selembar roti tawar, tapi kali ini tanpa mengolesinya dengan selai. Mengurung diri seharian di dalam kamar ternyata membuat perut ini lapar juga.

“Tidak ingin bercerita padaku?” Oppa melipat laptopnya agar lebih focus dengan obrolan kami.

“aku dam kris tidak bertengkar, aku hanya sedikit banyak pikiran, jadi Oppa tenang saja”

“matamu bengkak, seharian menangisi apa kau ini?”

“aku menangisi… oppa tidak perlu tau. Aku hanya teringat tentang seseorang dimasa lalu dan membuatku jadi sedih” aku menggunakan istilah ‘orang di masa lalu’ untuk Jongin. Sebenarnya dia tidak benar-benar masa lalu ku.

“jangan menengok terus kebelakang jika dihadapanmu sudah disediakan yang lebih baik” maksut Oppa sudah ada Kris di hadapanku sekarang kan? Aku hanya tersenyum dan membuang nafas panjang.

“Kris menghawatirkan mu, seharian ini dia terus menanyakan kabarmu padaku”

“nanti… nanti ku telephone dia” Aku hanya melamun dan memandang kosong gelas berisi susu dihadapanku. Dan Suho oppa memperhatikanku dalam diam seperti sedang berusaha membaca pikiranku.

“Sulli…” aku menyebut nama Sulli dengan pandangan yang masih kosong kearah gelasku tadi. Bibirku tiba-tiba tersenyum sinis dan mendengus kesal. Oppa sedikit kaget melihat ekspresiku

“bagaimana Oppa bisa menyukainya? Dia itu seperti apa?” ku tatap mata Oppa dengan tajam. Mungkin karna aku sedang sangat merinduka Jongin aku jadi melimpahkan kekesalanku pada Sulli. Suho oppa menyenderkan punggunya di kursi dan mengambi nafas panjang.

“dia gadis yang tenang, tidak banyak bicara, bahkan dia tidak banyak memiliki teman. Dia anak yang pandai dan selalu membuatku nyaman jika ia bersama ku” Suho oppa menjelaskan dengan tenang, matanya memandang kosong kearah laptop yang ia lipat dihadapannya tadi.

“terus?”

“dia sangat lembut dan perasa, meski terlihat dingin dan sombong tapi dia memiliki perhatian yang besar dibalik itu semua, hanya saja dia tidak pandai memperlihatkan perhatiannya pada sekitar” suho oppa tersenyum sendiri setelah mengakhiri kalimatnya.

“Oppa…” aku dengan tenang dan tegas memanggil oppa dan semakin lekat menatap mata nya. Aku diam sejenak dan mempertajam tatapanku padanya. “Jika aku…” Ku hentikan sejenak kalimat ku dan terus menatap mata oppa dengan tegas,  3 detik kemudian ku lanjutkan kalimatku dengan tegas “jika aku tidak ngijinkan kalian berpacaran bagaimana?” Ku angkat sebelah alisku dan terus memandang Oppa dengan serius. Akhirnya kalimat itu meluncur juga dari mulutku.

Suho oppa terlihat sangat kaget dan tebelalak. Di mengerutkan dahinya dan medengus tidak percaya.

“kalian bermasalah?” Oppa terus mengerutkan dahinya dan memandangku penuh rasa penasaran

“Tidak, kami tidak bermasalah. Kenal saja tidak” aku kembali mengisi gelas ku dengan susu dan meneguknya.

“jika tidak bermasalah kenapa tidak kau ijinkan? Dia gadis yang baik dan sangat lembut, kau hanya belum mengenalnya saja”

Braakk! Ku letakkan gelas susuku dengan sedikit mengebraknya diatas meja mendengar perkataan Oppa yang membela Sulli. Suho oppa sontak kaget dan terdiam. Aku tersenyum kecut dan menggeleng gelengkan kepalaku sendiri.

“jika menyukai gadis itu… pacari saja, tapi maaf oppa… aku membenci gadis pilihanmu itu” ku tinggalkan Oppa sendirian di ruang makan dan berlari menaiki tangga ke kamarku. Suho oppa terlihat sangat terpukul. Dia hanya mematung dan tidak berkedip sama sekali melihat adiknya ini. Aku belum pernah sekeras dan sekasar ini dengan Suho oppa sebelumnya. Maaf oppa hari ini perasaanku sedang sangat buruk. Dan begitu teringat jika kau dan Sulli sedang dalam proses berpacaran rasanya ku ingin mati. Tidak bisakah Oppa menyukai gadis lain? Gadis manapun asal bukan Sulli!

***

Aku yakin aku sudah gila!

Kini aku berada tepat di depan pintu apartemen Jongin. Tao yang memberi taukan ku alamat ini. Dia berjanji tidak akan memberi tau Kris jika aku ke sini. Aku sudah tidak tahan lagi dengan ke khawatiran yang terus-terusan membuatku insomnia beberapa hari ini.

Tanganku sudah mengepal di depan pintu bersiap mengetuknya tapi aku berhenti dan berfikit lagi. Benar aku mengetuknya? Tidak apa? Setelah kejadian dare waktu itu apa aku masih punya muka dan berani menemui Jongin? Ku turunkan tangan ku dan membuang nafas dengan pasrah. Aku memandangi pintu itu dan mulai berfikir untuk pergi saja.

Hufftt… ku putar badan ku dan bersiap melangkah pergi ketika mendadak terdengar suara pintu terbuka dari dalam. Aku menghentikan langkahku dan menengok. Terlihat Jongin membuka pintu dan hendak keluar. Aku sontak membeku. Tidak bisa bergerak. Jongin yang melihatku di depan pintu apartemennya pun sangat kaget dan memandangku dengan mata yang tebelalak. Kami berdua membeku selama beberapa detik dan saling memandang kaget. Matilah kau Eunji!

“Sudah lama disini?” Jongin dengan canggung bertanya padaku dan keluar dari apartemennya.

“ah… tidak, aku baru saja, hehe” aku menggaruh tengkukku dan memaksa tersenyum agar tidak terlihat kaku. Jongin hanya mengangguk kecil lalu bertanya lagi.

“kenapa tidak mengetok pintuknya?”

“ah ahaha… haha… itu… aku kira aku akan mengganggu tidur siangmu jadi ku putuskan untuk pergi saja. Hehe” dengan terbata-bata dan susah payah kujawab pertanyaan Jongin sambil terus mencoba tersenyum dan terlihat riang.

“aku ingin mencari makan, mau ikut?” dengan cepat ku anggukkan kepala ku dan menerima tawarannya. Hati ini rasanya seperti hidup lagi, hanya dengan berrtemu dengannya seperti ini saja aku sudah bahagia dan memaafkan penolakannya saat itu. Kami berjalan berdua keluar apartemennya. Seperti saat awal pertama kali kami pergi bersama, kami hanya saling diam dan tidak berbicara sepanjang jalan. Sesampainya di kedai makan, Jongin segera memesankan 2 Sup sapi dan segera kami lahap.

“dapat alamatku dari mana?” Jongin akhirnya memulai pembicaraan dan membuatku lega karna ini artinya kami bisa mulai mengobrol untuk mencairkan suasana.

“Tao… dia yang memberi tahu, aku dengar kau sakit?”

“sudah sembuh dari 3 hari yang lalu” pantas saja saat ini sama sekali tidak terlihat ia sedang sakit, rupannya dia sudah lama sembuh. Lalu kenapa dia tidak masuk ke sekolah?

“sakit apa?” Tanya ku polos. Jongin menatapku sebentar dan membuang pandangannya ke jalan.

“sebenarnya hanya Flu, tapi aku sedang malas ke sekolah”

“Hufftt… syukurlah” ujarku pelan sambil tersenyum lega.

“apa?” Jongin langsung menoleh kearah ku.

“ha? Ahaha… tidak tidak… haha tidak apa-apa” aku tertawa kikuk menutupi kebodohan ku tadi. Bisa-bisanya aku keceplosan, pasti terlihat sekali jika aku menghawatirkannya.

“mau es cream? Ayo kita beli” Jongin berdiri dan membayar Sup yang kami makan. Dia masih ingat jika aku suka es cream? Pipiku memerah, aku tersenyum memandang punggungnya yang sedang menunggu kembalian dari kasir. Ingin sekali rasanya memelukknya dari belakang. Saat Jongin mendapatkan uang kembaliannya ia segera membalikkan badan dan hampir menabrakku yang melamun memandang punggungnya tadi. Aku kaget dan salah tingkah.

“beli es cream dimana?” Tanya ku

“di depan apartemenku ada penjual es cream kaki lima yang enak” Jongin melangkan keluar dari kedai makanan itu dan aku mengikutinya.

“ya sudah beli disana saja” kami berjalan kembali kearah apartemen Jongin sambil mengobrol seadanya. Sudah sangat lama aku tidak memiliki waktu berdua dengan Jongin seperti ini. Ia selalu tersenyum manis saat berbicara denganku dan berusaha mengajak bercanda seakan kejadian Dare sialan itu tidak pernah terjadi diantara kami. Mungkin lebih baik memang kami tidak mengingat kejadian hari itu lagi.

“Karamel satu, coklat satu” Jongin memesankan es cream kepada penjual kali lima itu tanpa bertanya padaku dulu. Tapi Jongin tau aku suka caramel, sedikit tersentuh saat aku melihatnya masih hafal kesukaanku. Penjual es cream ini benar-benar ada tepat di depan apartemennya. Hanya 6 langkah dari pintu Loby apartemen Jongin malahan.

“Sepertinya mulai masuk musim hujan ya” Jongin mengulurkan tangannya memberikan es cream karamelku sambil menjilat es creamnya sendiri.

“aku rasa begitu, langit sudah mulai mendung tiap sore” ku pandangi langit yang saat ini memag sudah mendung dan angin berhembus dingin, sepertinya segera turun hujan.

“hari ini hujan tidak ya? Sudah 3 hari mendung tapi tidak hujan juga” Jongin ikut melihat langit sebentar lalu menikmati es creamnya lagi. Belumsempat aku menanggapi perkataan Jongin rintik hujan mendadak turun dengan cukup lebat. Jongin langsung menarik tanganku berlari masuk ke Loby apartemennya. Kami segera mengelap air hujan yang mendarat di tubuh kami dengan tangan masing-masing. Hujan turun tiba-tiba dan sangat lebat membuat badan kami setengah basah kuyup.

“hufftt… lama tidak ya hujannya?” aku menengok ke luar lewat jendela lobby apartemen Jongin. Hujannya sangat lebat dan mendung sangat gelap. Banyak orang-orang lain yang juga sedang berteduh di Loby.

“tidak bawa payung ya?” Jongin mendekatiku dan ikut menengok ke luar. Aku mengangguk pelan dan mendengus pasrah.

“ayo naik saja dulu ke apartemenku, kita keringkan badan” Jongin sekali lagi menarik tanganku dan memencet tombol lift, pintu lift terbuka Jongin segera masuk, aku hanya mengikuinya. Hatiku berdebar kencang karna Jongin tidak melepas gendengan tanganya bahkan saat kami sudah di dalam lift. Pipiku sepertinya sekarang berwarna merah padam. Jantungku seakan ingin lompat keluar karna berdetak sangt kencang. Ini pertama kalinya kami bergandengan. Jongin sepertinya santai saja, apa dia tidak sadar jika masih mengandeng tanganku? Sepertinya begitu. Dengan cepat lift sampai di lantai 7 dan kami keluar berjalan ke apartemet Jongin. Ia baru melepas genggaman tangannya saat membuka pintu.

“masuk lah” Jongin membuka kan pintu dan melepas sepatunya, aku dengan canggung ikut masuk dan melepas sepatuku. Apartemennya rapi sekali, bebrbeda dengan bayanganku. Bau pengharum ruanganpun langsung menusuk hidungku. Jongin masuk ke kamarnya meningglkaku sendirian di ruang tengah. Beberapa foto terpajang di sini, foto keluarga terpampang lebih banyak dari pada foto Jongin bersama teman-temanya. Tidak ada foto Sulli? Aku sedikit lega menyadari disini tidak ada foto Sulli.

“keringkan rambutmu, dan ganti bajumu dengan ini dulu” Jongin memberiku handuk putih lembut, sebuah kaos dan celana pendek miliknya.

“tidak usah ganti baju, aku pakai ini saja” ku kembalikan Baju dan celana pendek Jongin tapi ia menolak menerimanya

“badan mu bisa kedinginan jika memaki baju basah seperti itu, sana ganti” Jongin menunjuk salah satu sudut ruangan yang ternyata adalah sebuah toilet. Aku menurutinya dan segera masuk kedalam toilet. Kaos Jongin terlihat sangat kedodoran dibadanku, tapi celananya untuk tidak melorot jika dipakai.

Begitu aku seleasai mengurus badanku dan keluar, Jongin sudah terlihat berganti baju dan sibuk di dapur. Aku kemudian duduk di sofa ruang tengahanya dan kembali mengamati tempat ini. Aku merasa sangat bahagia bisa berada di sini. Tidak pernah terbayang jika aku bisa masuk ke apartemen Jongin.

“Minumlah, agar badanmu hangat” Jongin memberiku segelas coklat hangat.

“wah… pasti enak” aku memegang gelas itu dengan kedua tanganku dan meminumnya pelan-pelan.

“tentu saja enak… “ Jongin tersenyum sombong dan duduk disampingku.

“Hujannya sangat lebat, mungkin aku pulang dengan taxi saja nanti”

“tunggu saja sampai reda disini, lagian tidak buru-buru kan?”

“oh tidak, aku hanya khawatir jika aku terlalu lama disini akan menganggumu”

“hehe… tenang saja, kau tidak terlihat seperti penganggu kok” Jongin menyenderkan punggungnya di Sofa. Dia melihat ke langit-langit apartemennya.

“aku sangat suka hujan” Jongin tersenyum lalu memandang kearah luar jendela dari sofanya.

“kenapa?” Ku letakkan gelas coklatku di meja samping sofa.

“entahlah… rasanya romantis saja” Jongin menolek kepadakau dan tersenyum sangat lembut mentapku. Jantungku lagi-lagi berhenti berdetak. Suasana seperti ini, membuat hatiku terasa semakin hangat.

“jadi hujan itu masuk kategori romantis ya? Hehe ” aku menepuk pundaknya dan sedikit bercanda menutupi suara detak jantungku yang sangat kencang saat ini.

“mungkin, hahaha… bagiku hujan pertama di pergantian musim seperti ini sangat special”

“special?” aku mengerutkan dahiku dan memandangnya penuh tanda Tanya.

“iya… jadi aku akan mengingatnya dengan siapa aku melewatkan hujan pertamaku di musim itu, entah sejak kapan hujan pertama yang turun menjadi sangat istimewa bagiku dan selalu ingin melewatkannya dengan orang yang istimewa juga” Jongin tersenyum saat ia menjelaskan tentang teori romantic hujan pertamnya itu.

“ah… seperti itu ya” aku mengangguk dengan polos dan meminum lagi coklatku.

“dan tahun ini… kau yang menemaniku di Hujan pertama musim ini” aku yang sedang meminum coklat hampir tersedak mendengar Jongin berkata seperti itu. Matanya memandangku dengan sangat lembut dan tenang, ia tersenyum sangat manis kepadaku, lalu tangannya mengacak pelan-pelan poniku. Sepertinya aku ingin pingsan.

“kalau begitu mulai sekarang aku juga akan menyukai hujan!” kalimat itu muncul dengan cepat dan bersemangat tanpa aku pikirkan. Wajahku memerah dan membuatku menghela nafas panjang. Jongin tertawa melihaku seperti anak kecil.

“haha… kenapa ikut-ikut?”

“kenapa? Tidak boleh ya?” aku memanyunkan bibirku. Jongin berhenti tertawa dan kembali memandang langit-langit kamarnya sambil setengah melamun.

“maaf ya Eunji… aku membuat mu menangis” katanya sambil terus memandang langit-langit kamarnya dan tersenyum pasrah. Suasana berubah menjadi sedikit serius dan canggung. Aku kira Jongin tidak akan membicarakan kejadian itu.

“ah itu… tidak apa-apa, hehe… lupakan saja” apa aku lebih baik mengatakan jika kejadian itu sebenarnya hanya dare? Tapi sepertinya Jongin sudah terlanjur serius menanggapinya.

“kau merasa aku mempermainkanmu ya? Maaf, tapi aku sebenarnya hanya ingin agar kau tidak terluka” Jongin menoleh dan tersenyum dengan lembut. Dalam beberapa detik kami saling berpandangan tanpa bicara. Sedikit sisi di hatiku merasa sakit saat ini jika ingat penolakannya saat itu.

“lupakan… lupakan saja aku pernah mengatakannya” aku membuang pandanganku dan menunduk lesu. Jongin tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan mengelus kepalaku. Jongin mengambil remote TV dan menyalakannya. Diluar hujan masih sangat deras. Mataku menjadi sangat berat, seperti Hujan dan coklat panas yang ku minum tadi membuatku mengantuk. Entah bagaimana bisa akhirnya aku tertidur di sofa.

“ayo pulang” Tao duduk disamping tempat tidur dan menggoyang pelan lenganku. Begitu aku membuka mata aku sudah berada di tempat tidur Jongin dengan selimut yang menutupi tubuhku. Sudah pasti tadi Jongin menggendongku dan memindahkanku kesini lalu menyelimutiku. Perhatian juga dia ternyata.

“pulang?” aku mengumpulkan kesadaranku sambil mengusap-usap mataku. Tao kenapa bisa ada disini?

“Hujan sudah reda, ayo kita pulang” Tao mengacak pelan rambutku, aku segera berdiri dan mengikuti tao keluar dari kamar Jongin. Jongin sedang menonton TV sambil meneguk sekaleng soju.

“kami pulang dulu ya” Tao menepuk bahu Jongin dari belakang, Jongin menengok dan melihat ke arahku.

“pulanglah dengannya” Jongin menghampiriku dan memberikan kantong plastic yang berisi bajuku yang basah tadi.

“ah iya… bajumu besok aku kembalikan”

“titipkan saja pada Tao, hati hati ya” Jongin tersenyum dan membuka kan pintu untuk kami.

“kami pulang dulu, kau jangan terlalu banyak menghabiskan Soju, kan baru sembuh” Tao memakai coath nya.

“aku pulang dulu, terimakasih untuk hari ini” aku berpamitan pada Jongin yang menjawab dengan anggukan dan senyum.

Tao menyetir mobilnya dengan santai. Aku baru sadar ini sudah jam 11 malam, ternyata hujan turun cukup lama. Dimana-mana terlihat basah dan angin sepertinya bertiup dengan dingin diluar sana. Dari kaca mobil terlihat banyak orang lalu lalang dengan jaket tebalnya.

“Handphone mu mati?” tao memandangku lewat spion tengah mobilnya.

“iya lowbet… sejak kapan kau di rumah Jongin?”

“Jongin menelponku, dia memintaku mengantarmu pulang”

“Jongin yang menelpon mu?”

“iya, dia khawatir jika kau pulang larut malam seperti ini sendirian, dan kau juga tidak mungkin menginap disana kan?”

“tapi kenapa dia memintamu yang mengantarku?” ku tengok Tao yang terus menyetir dengan santai.

“Jongin mana bisa mengantar mu pulang, jika kris tau dia bisa dibunuh”

“ah ya, aku mengerti” aku menyandarkan kepalau di mobil dan kembali memandang ke luar jendela.

“Kris mencarimu seharian” Tao kembali memandangku lewat spion tengah mobilnya dengan wajah lebih serius

“Benarkan? Lalu?” bisa gawat jika Kris tau aku menemui Jongin. Kepanikan segera mewarnai wajahku.

“aku bilang kau sedang bersamaku berlatih dance, aku tau kau pasti menemui Jongin setelah aku memberimu alamatnya, tapi aku minta jangan sampai Kris tau, kau tau sendiri Kris dan Jongin kan teman dekat, meski kini sedikit renggang karna adanya kau, aku harap kau jangan memperburuh kondisi pertemanan mereka” tao tersenyum seolah tidak ingin aku merasa di marahi saat ini, tapi aku yang mendengar penjelasannya menjadi sedikit bersalah karna sudah mengusik pertemenan mereka.

“hufftt… terimakasih tao, kau sangat banyak membantu”

“Eunji… bisa kah aku minta tolong padamu?” Tao memandangku dengan senyuman penuh harap.

“apa? Jika bisa pasti ku lakukan”

“jangan sakiti keduanya…” tao memandangku dengan lekat dan senyum yang sangat memohon. “jika harus ada yang tersakiti biar lah hanya satu yang tersakiti, Kris atau Jongin yang akan kau sakiti, Pilihlah…” mendengar permintaan Tao aku hanya memandangnya dengan tatapan ‘kau bilang apa?’ aku sedikit merasa permintaannya itu sangat berat. Aku hatus memilih? Bukannya Jongin sudah menolakku? Kenapa aku harus memilih?

“Ku usahakan tidak menyakiti siapapun” Aku tersenyum sendu dan menghela nafas panjang Aku memang tidak ingin menyakiti siapapun.

Aku membuka pintu rumah dengan kunci yang ku punya, sepertinya Suho Oppa sudah tertidur karna seluruh rumah sudah gelap. Saat aku melewati dapur hendak naik ke kamarku baru terlihat jika Suho oppa masih bangun dengan laptop yang masih menyala di hadapannya. Ia duduk di meja makan dalam kegelapan dan hanya disinari cahaya laptopnya.

“aku pulang” aku menghampiri kulkas dan mengambil sedikit air untuk diminum.

“kemana saja?” Suho oppa mengalihkan pandanganya dari laptop ke arahku. Sejak pembicaraan kami mengenai Sulii waktu itu aku dan Oppa jarang berbicara.

“latihan dance, istirahatlah, pekerjaan bisa dilanjutkan besok pagi kan, aku naik dulu” ku letakkan gelas minumku di meja dan berlari ke kamar. Meski aku dan Suho oppa sedang sedikit renggang tapi aku tidak bisa 100% mengacuhkannya. Dia satu-satunya keluarga yang aku miliki.

Banyak panggilan tak terjawab di handphoneku, dan hampir semuanya dari Kris dan sisanya dari Luhan. Malam ini apa aku sebaiknya mengirimi Jongin pesan seperti dulu ya? Ku belai bunga edelweiss pemberian Jongin sambil mengingat wajah Jongin sehaia tadi. Aku tidak bisa melupakannya. Aku terlalu menyukainya. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
effaeffa #1
Chapter 3: waaa, please kak. Tolong diupdatenya. Aku udh lama nunggu. Dan aku suka cerita nya. Please kak. update dong. Eun Ji nya sama Luhan aja. Atau Kris. Yaa kak.
anintadita02 #2
Chapter 10: Lanjutin dong!!! Please Please.... Greget ini author.... benerann.....
Theodore91 #3
Chapter 10: knp tdk d teruskan shj critanya.. jalan critanya sgt teratur.. eunji pilih yg mna? kris atau jongin..?
jungeunsi #4
Chapter 10: hyaaaa ff nya seru abis! sumpah, keren banget ngga boong. castnya juga aku suka! tapi sedih banget kenapa si Sulli mesti ama Suho T_T jangan sama Sulli. sama chorong aja :"D nyesek banget ya jadi Eunji.. Tapi envy juga sih dikelilingin cowok-cowok cakep gitu! haha, good job thor. Updatenya jangan lama2 yaaaaaa ditunggu kelanjutannya~ ><)b
EunjiApink #5
Chapter 10: Huaaa.... Udah lama nggak ngoment, kira kira eunji pilih siapa ya?? Jongin atau Kris?? Aku pilih Luhan aja, dari pada nyakitin salah satu dari mereka... Aku benci karakternya sulli di sini... Padahal dia salah satu bias aku...oh no. Please Update nya jangan lama lama :)
KoalaLand97 #6
Chapter 9: Aaaaa~ ini complicated bgt >< ditunggu kelanjutannya :)
Baby_Joohyun #7
Chapter 8: Diiihh ane kira bkl si Chorong yg jd yeoja chingu ny Suho. Ane gak demen bgt dah Sulli dsni. Min pkokny Sulli gak usah jdian ma sp2 dah, biar ntar Suho ma Chorong aje *maaf pembaca rempon*
Update soon!!
EunKris jjang!!
dewi_sari20 #8
Chapter 8: Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya. . . . . . Palli juseyo :)
EunjiApink #9
Chapter 8: Huuaaaa~ Thanks Update nya aku makin suka sama fanfic ini! Keren banget... Nggak nyangka ternyata yang di taksir ama Sulli itu suho Oppa~ aku kira Kris, di tunggu Chapter selanjutnya ^^
KoalaLand97 #10
Chapter 7: AAAAAAAA~ Kris si pahlawan kesiangan (?)