Your Guardian Angel

All About Us

Peluit tanda berakhirnya pertandingan berhenti, dan perhatian kedua tim sukses tertuju pada hal yang sama: papan skor yang berkedip dengan angka digital 28 - 37. Kris menghela napas. Pergantian strategi di perempat ketiga pertandingan itu adalah idenya, dan untung saja strategi itu berhasil membawa tim SM Wolves menuju kemenangan pertama mereka di pertandingan itu. Kris memberi high-five pada Chanyeol, yang melakukan three-point shoot dalam 5 detik terakhir pertandingan itu. Sorak sorai penonton di stadium itu semakin ramai karena pertandingan berikutnya adalah giliran Starship High, tuan rumah pertandingan tersebut. Namun, tidak seperti biasanya, Kris tidak tertarik menonton pertandingan tersebut.

Siapa yang tertarik dengan pertandingan basket orang asing jika seseorang baru saja mengancamnya satu setengah jam yang lalu bahwa pacar mereka akan direbut? Lebih buruknya lagi, Kris yakin omongan Hyunsik bukan ancaman kosong. Ia mengacak rambutnya kesal dan hampir membanting pintu lokernya di ruang ganti, kalau saja ia tidak ingat bahwa yang ada di hadapannya sekarang bukan loker miliknya di sekolah.

"Kau kenapa?" Sehun melempar botol air mineral pada Kris, yang berhasil menangkapnya bahkan tanpa melirik ke arah pemuda berkulit putih itu. Ia sudah kenal Sehun sejak tahun pertama SMA, bahkan sempat sekamar dengannya sebelum kepindahan siswa pertukaran pelajaran dari CIna bernama Yixing membuat Sehun jadi dipindahkan dari kamarnya. Kris mereguk air mineral dingin itu tanpa peduli walaupun air tersebut mulai menetes menuruni leher dan dadanya. Sehun berniat menanyakan tentang Kyungsoo, tapi sebelum ia sempat menarik napas untuk bicara, Kris sudah terlebih dahulu membuka mulutnya.

"Aku tahu kau diam-diam memperhatikan Yixing berlatih dance di studio."

Sehun terkesiap, dan ia dapat merasakan darahnya mengalir ke wajahnya. Bagaimana mungkin Kris bisa tahu? Ia sudah yakin Kris dan teman-teman satu timnya sudah kembali ke asrama sebelum ia melakukan kunjungan rutinnya ke studio dance yang biasanya sepi jika hari sudah gelap. Kunjungan rutin yang tadinya hanya berawal dari tujuan murni untuk mengambil topinya yang tertinggal di sana berubah menjadi semacam kebiasaan untuk diam-diam menonton latihan dance Yixing yang baru dimulai saat waktu makan malam sudah dekat. Terkadang, pemuda Cina yang pendiam itu juga bermain gitar dan bernyanyi setelah selesai berlatih, dan Sehun tidak bisa berhenti memperhatikannya sejak itu. Suara lembut yang dihiasi petikan gitar membuatnya tak ingin beranjak dari kelas kosong di samping studio tersebut.

Tunggu. Sehun berusaha fokus sebelum wajah Yixing terlanjur memenuhi otaknya. Apa urusan Kris jika ia memang tertarik pada Yixing?

"Itu bukan urusanmu."

"Bagaimana perasaanmu padanya?" Kris memandang mata Sehun, dan Sehun mau tidak mau menatapnya balik dengan tatapan menantang. Tapi pancaran kebingungan dari mata sahabatnya itu membuatnya terkejut. Apa yang sebenarnya terjadi?

Walaupun enggan, Sehun akhirnya menjawab. "Yah, aku menyukainya. Memangnya kenapa?"

"Apa kau... mencintainya?" Sehun semakin memicingkan matanya ke arah Kris, sementara yang bersangkutan malah membuang muka karena malu. Dasar bodoh, umpat Kris dalam hati. Ia pasti terlihat aneh sekali sekarang, dan kenapa ia harus bertanya pada Sehun? Mungkin karena ruang loker itu sedang sepi, dan ia percaya Sehun buka tipe penggosip seperti kebanyakan orang-orang di sekitarnya. Lagipula, siapa tahu Sehun bisa membantunya dalam masalah ini.

"Tidak seserius itu kok. Aku bahkan baru beberapa kali bicara padanya." Kris menoleh mendengar jawaban santai Sehun. Memangnya perasaannya pada Yixing tidak penting baginya? Tanpa sadar, mulutnya sudah bergerak untuk meluncurkan pertanyaan lain.

"Bagaimana kau bisa membedakannya?"

"Apanya?"

"Perasaanmu padanya. Maksudku," Kris berdeham, "bagaimana kau tahu kalau kau menyukainya, bukan mencintainya?"

Dalam beberapa saat, ruang loker itu menjadi hening. Sehun tertegun mendengar pertanyaan Kris, karena sejujurnya, ia tidak pernah memikirkan soal itu. Tapi ia tahu jawabannya. Karena itu masalah tersebut tidak pernah membuatnya risau.

"Cinta itu saat kau memikirkan orang lain lebih dari dirimu sendiri. Yah, kurasa begitu," Sehun mulai berbicara perlahan, karena kepalanya masih memikirkan kata-kata seperti apa yang bisa mendeskripsikan sesuatu yang begitu abstrak bahkan bagi hampir seluruh umat manusia di dunia pada sahabatnya, tapi kemudian ia terdiam. Ada contoh yang lebih mudah.

"Kris, kalau Kyungsoo-hyung dalam bahaya, apa kau akan menolongnya?" Kris berniat menjawab pertanyaan mudah itu, tapi Sehun memotongnya. "Kalau kau menolongnya, justru kau yang akan celaka. Lagipula, kalau Kyungsoo-hyung terluka, kau masih bisa memanggil bantuan untuk menolongnya kan?"

Kris berkedip polos. Pertanyaan macam apa itu? Bahkan tidak ada hubungannya dengan apa yang ditanyakannya pada Sehun tadi. Meskipun bingung, Kris masih butuh bantuan Sehun, jadi ia menjawabnya.

"Aku akan menolongnya, tentu saja."

"Tapi kalau dia selamat, justru kau yang akan terluka. Kalau Kyungsoo-hyung tidak cukup cepat memanggil bantuan, kau bisa mati." Kris tertawa mendengar penjelasan Sehun.

"Tentu saja aku akan berusaha agar tidak mati, bodoh." Kris mengangkat bahunya santai. "Aku tidak mau meninggalkannya sendirian, atau membuatnya sedih karena aku mati di hadapannya. Kalau masih ada kesempatan bagiku untuk hidup, aku akan bergantung padanya, sekecil apapun kesempatan itu," Kris meneguk minumannya sampai habis, lalu melanjutkan, "lagipula, aku ingin selalu bersamanya."

Sehun mengangguk mengerti. "Selamanya?"

"Selamanya."

Kris menoleh ke arah sahabatnya sambil menggumamkan terima kasih. Ia beranjak dari bench yang didudukinya, lalu berjalan keluar, tetapi berhenti di ambang pintu ruangan tersebut.

"Bagaimana denganmu?" Kris berbalik dan menatap Sehun. "Apa kau akan menolongnya jika Yixing yang ada di posisi itu?"

Sehun menjawab tanpa perlu berpikir. "Tentu saja. Kau kira aku mau melihatnya terluka?"

"Kalau begitu," Kris tersenyum, "sepertinya perasaanmu padanya lebih serius dari yang kau duga." Dan iapun berlalu, meninggalkan Sehun terdiam dan memikirkan jawaban dari pertanyaannya sendiri.

Sepanjang langkahnya menuruni tangga dan menuju auditorium tempat Kyungsoo berada sekarang, Kris tersenyum pada dirinya sendiri. Ia kini mengerti maksud pertanyaan Sehun, dan jawaban dari pertanyaannya tadi. Jawaban yang membuatnya merasa lega sekaligus takut.

Ia benar-benar telah jatuh cinta pada Kyungsoo.

 

----------------

 

Kris membaca pesan teks yang dikirim Tao padanya. Sang atlet wushu muda itu telah menyelesaikan kompetisinya sendiri dan mendapat juara pertama, dan kini sedang berada di auditorium bersama Kyungsoo, Junmyeon, dan Baekhyun. Kris tersenyum bangga saat Tao memberitahunya bahwa grup vokal sekolah mereka berada di memenangkan peringkat kedua kompetisi menyanyi tersebut, dan ia memutuskan untuk memberi Kyungsoo sedikit kejutan. Lagipula, memberi hadiah pada kekasihnya di depan Hyunsik mungkin akan membuat pemuda berambut hitam itu tahu diri dan mundur dari persaingan memperebutkan Kyungsoo.

Kris memasuki sebuah convenience store di seberang gerbang sekolah tersebut dan membeli cokelat kesukaan Kyungsoo. Ia juga membeli dua tangkai bunga mawar putih dari toko bunga di sebelah convenience store tersebut. Pemuda berambut pirang itu mengurungkan niat membeli satu buket besar karena selain membuat Kyungsoo repot membawanya, juga terlihat terlalu mencolok. Ia tidak ingin membuat Kyungsoo tidak nyaman karena pemuda bertubuh mengil itu mudah sekali gugup. Sang Ketua OSIS sudah hampir sampai di auditorium ketika ia melihat mereka. Pemandangan yang paling tidak ingin dilihatnya.

Hyunsik dan Kyungsoo, dengan posisi yang sama dengan yang dilihatnya beberapa jam yang lalu hari itu. Tapi kali ini, mereka sedang berbicara dengan Hyunsik yang sedang memegang tangan Kyungsoo. Dada Kris terasa panas saat ia tidak melihat protes dari Kyungsoo yang tangannya digenggam oleh orang yang bukan kekasihnya. Keduanya sedang berbicara sambil tersenyum kepada satu sama lain. Yang selanjutnya terjadi benar-benar di luar dugaan Kris.

Hyunsik memeluk Kyungsoo erat, dan kekasihnya itu justru memeluknya juga.

Kris tidak tahu apa yang terjadi berikutnya. Bunga dan cokelat di tangannya terjatuh dari genggamannya, dan saat ia sadar, Kyungsoo dan Hyunsik sudah tidak lagi berpelukan dan menatapnya dengan wajah kaget. Setidaknya, hanya Kyungsoo yang kaget, karena Kris melihat senyum penuh kemenangan menghiasi wajah Hyunsik.

Di detik berikutnya, Kris berbalik dan melarikan diri dari tempat itu.

Otaknya bahkan belum bisa memproses apa yang terjadi. Yang ia tahu, pemandangan yang tadi dilihatnya membuat dadanya terasa begitu sakit seperti terbelah dua, dan pemuda itu tidak peduli walau ia beberapa kali bertubrukan dengan orang lain selama ia berlari. Ia bahkan tidak tahu Kyungsoo sedang mengejarnya tidak jauh di belakangnya. Telinganya berdenging keras hingga suara di sekitarnya tak dapat didengarnya. Yang ia tahu, ia harus pergi dari situ.

Ia patah hati, segera setelah ia baru saja menyadari perasaannya yang sesungguhnya. Yang lebih menyakitkan lagi, semakin ia memikirkannya, semakin kuat dorongan di hatinya untuk menangis.

Kaki Kris masih terus melangkah sampai keluar gerbang sekolah itu, tapi sekarang ia sudah tidak lagi berlari. Kelelahan yang melingkupinya sejak pertandingan basket tadi mulai terasa, dan kakinya terasa sakit. Padahal masih ada pertandingan terakhir yang harus diikutinya nanti. Kris, masih tidak tahu ke mana ia harus pergi, membiarkan kakinya membawanya menyeberangi jalan. Mungkin, jalan-jalan sebentar bisa menenangkan dirinya.

"Yifan!"

Tubuh Kris membeku mendengar Kyungsoo memanggil namanya, dan kakinya terasa kaku di atas trotoar. Apa yang harus dikatakannya pada Kyungsoo? Bagaimana ia harus bicara? Kris yakin, jika ia mencoba membuka mulutnya sekarang, hanya ada dua kemungkinan untuknya: menangis atau menyuruh Kyungsoo menjauh darinya untuk sementara. Tidak ada pilihan yang ingin diambilnya, terutama yang pertama. Kris baru saja akan kembali melangkah maju sampai suara Hyunsik tiba-tiba berteriak dari kejauhan.

"Kyungsoo, awas!!"

Kris menoleh ke belakangnya, bertepatan dengan suara klakson mobil yang seakan berusaha untuk membuat Kyungsoo menyingkir dari situ. Tapi pemuda berambut hitam itu terlambat bereaksi. Kyungsoo menutup kedua matanya erat dan mengangkat tangannya untuk menutupi sinar lampu mobil yang menyilaukan matanya, tidak ingin melihat atau merasakan apapun yang akan terjadi di detik berikutnya.

Suara decitan ban mobil yang bergesek kuat di atas aspal menggaung di jalanan itu, dan setelah mobil tersebut melewati mereka seolah tidak terjadi apapun, suasana menjadi hening.

Wajah Hyunsik memucat melihat pemandangan di hadapannya. Pemuda itu segera berlari ke arah dua figur yang terbaring di atas aspal. Yang satu beramput pirang dan bertubuh jangkung, sementara yang lainnya bertubuh lebih mungil dan terbungkus aman dalam pelukan pemuda yang pertama. Hyunsik mendekati mereka dengan hati-hati, dan ia menghela napas lega melihat Kyungsoo mulai membuka matanya dan menoleh ke arah Kris.

"Yifan...?"

Mendengar seseorang memanggil namanya, Kris membuka matanya perlahan, walaupun sakit kepala hebat membuat kepalanya sulit digerakkan. Penglihatannya sedikit kabur dalam beberapa saat sebelum matanya mulai terfokus pada hal pertama yang dilihatnya. Kyungsoo. Kyungsoo dengan wajah panik dan mata yang mulai berair. Kyungsoo yang masih hidup.  Kris langsung bangkit dari posisinya semula dan tiba-tiba mencengkram erat kedua lengan Kyungsoo.

"Apa yang kaulakukan, Bodoh?!" Kyungsoo terlonjak kaget karena Kris tiba-tiba membentaknya. "Apa kau gila, menyeberang sambil berlari seperti itu?! Kalau kau tidak menghindar, kau bisa mati tahu! Bagaimana kalau kau sampai terluka parah?!" Kris berhenti sebentar untuk menarik napas. Ia tidak bisa lagi menahan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ia bahkan tidak sadar air mata mulai turun membasahi pipinya.

"Bagaimana kalau aku sampai kehilanganmu, Soo?" Pertanyaan itu tidak hanya tentang kejadian yang baru saja terjadi tadi, tapi juga tentang hubungan mereka berdua. "Jangan tinggalkan aku..."

Kyungsoo menatap Kris dengan tatapan sedih yang sama, dan membiarkan Kris memeluknya seerat yang ia inginkan. Kyungsoo dapat merasakan jantung Kris berdebar keras seakan mau meledak, tidak jauh berbeda dengannya. Ia tidak bisa melupakan pemandangan berdurasi sepersekian detik yang dilihatnya tadi. Kris melompat ke jalan dan menerjangnya untuk melindunginya. Bagaimana jadinya jika Kris yang malah tertabrak mobil dan bukan dirinya? Kyungsoo dapat merasakan bagian belakang matanya terasa panas, dan ia memeluk Kris erat-erat.

Pundak Kyungsoo terasa basah. Kyungsoo sedikit heran karena ia tidak lagi mendengar Kris menangis. Perlahan, ia melepaskan pelukan mereka, walaupun ia sendiri sedikit tidak rela. Kris, yang sedang berusaha menghentikan tangisnya, menaikkan sebelah alisnya karena Kyungsoo menatap wajahnya dengan ekspresi ketakutan.

"Soo, ada ap—"

"Yifan, keningmu berdarah!" Kyungsoo menarik wajah Kris lebih dekat untuk memeriksa luka tersebut di bagian kanan keningnya, tapi desisan tertahan Kris membuatnya segera menjauhkan tangannya sambil menggumamkan kata maaf. Kyungsoo melirik singkat ke arah tangan Kris, dan ia dapat melihat beberapa luka gores di kedua punggung tangan Kris. "Tanganmu juga—ayo cepat, kau harus diobati!" Kyungsoo menoleh ke belakangnya dan melihat Hyunsik mengulurkan tangan pada Kris yang menatapnya dingin.

"Biar kubantu." Kris tidak begitu ingin menerima bantuan Hyunsik, tapi ia tetap menerima tangan yang ingin membantunya berdiri itu. Kyungsoo mengeluarkan saputangannya dan menyeka darah yang mengalir di wajah Kris dengan hati-hati. Kris menggenggam tangan Kyungsoo dan justru menggunakan sisi lain saputangan Kyungsoo untuk menyeka air mata kekasihnya yang masih terisak itu.

Perjalanan singkat ke ruang kesehatan Staship High diisi dengan kata-kata cemas Kyungsoo dan usaha Kris untuk meyakinkan pemuda mungil itu bahwa ia baik-baik saja. Dokter di ruang kesehatan itu segera membersihkan luka Kris dan menutupnya dengan perekat luka. Kyungsoo menutup matanya setiap kali Kris mendesis kesakitan saat dokter tersebut membubuhkan alkohol pada goresan-goresan di tangannya.

"Untunglah, lukamu tidak parah." Dokter itu, Kang Jihyun—Kyungsoo sempat membaca namanya di depan pintu ruang kesehatan dan name tag-nya—, tersenyum pada Kris. "Tapi, sepertinya kau terbentur cukup keras. Istirahat saja dulu di sini. Kalau kau merasakan gejala demam, sebaiknya periksakan ke dokter." Kyungsoo membungkuk sedalam mungkin pada dokter itu, sementara Kris malah menggelengkan kepalanya.

"Aku masih ada pertandingan basket."

"Ah, aku khawatir kau tidak bisa bergerak terlalu banyak untuk saat ini." Dokter itu tersenyum kecil. "Maaf, tapi walaupun kau bukan muridku, aku masih bertanggung jawab karena sekarang kau berada di ruanganku. Aku permisi dulu ya." Kris kembali mengangguk, tapi Kyungsoo melihat kedua bahu Kris melemas. Seperti telinga seekor anjing yang tidak jadi diberi makan. Kyungsoo mengucapkan terima kasih sebelum dokter itu pergi dan baru sadar bahwa Hyunsik sudah tidak lagi berjalan di belakangnya. Tapi bukan itu masalah yang penting sekarang.

"Yifan."

"Iya?" Kyungsoo menelan ludah karena gugup. Kris tidak pernah menjawab panggilannya dengan nada sedingin itu.

"Kau... marah padaku?"

"Menurutmu?" Kris bertanya balik sambil membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang didudukinya, lalu memiringkan kepalanya untuk melihat ke arah kekasihnya. "Kenapa Hyunsik memelukmu?"

Kyungsoo berkedip polos. "Dia selalu seperti itu sejak dulu. Entah kenapa sejak SD, ia mulai sering memelukku. Malah terkadang membuatku tidak nyaman—tunggu," Kyungsoo mendekati Kris yang masih menatapnya. "Jangan-jangan... kau cemburu?"

Kris tersedak sendiri mendengar tebakan Kyungsoo. Kekasihnya itu mungkin polos, tapi tidak bodoh. Kris berusaha mempertahankan ekspresinya agar tetap tenang, tapi ia yakin wajahnya sudah merah padam. "Kalau iya, kenapa? Kita kan pacaran. Memangnya aneh kalau aku semburu?"

"Tidak kok." Kyungsoo menggenggam tangan Kris dengan hati-hati sambil tersenyum tipis. "Kejadian ini salahku. Maaf ya, Yifan. Kau jadi tidak bisa ikut pertandingan lagi..."

"Seharusnya aku yang minta maaf. Ini semua hanya karena keegoisanku yang—"

"Yifan, kau tidak salah. Aku yang patut disalahkan. Gara-gara aku..."

Selanjutnya, seperti biasa, mereka kembali berdebat tentang siapa yang seharusnya disalahkan, yang berakhir dengan tawa yang meledak di antara mereka berdua karena keduanya mulai terdengar bodoh. Kris tersenyum. Hanya dengan satu senyuman dari Kyungsoo dan rasa sakit hatinya langsung membaik.

Tanpa mereka ketahui, seseorang mendengarkan percakapan mereka dari luar. Mendengar tawa bahagia sepasang kekasih di dalam ruangan itu, sosok itu menghela napas pasrah, lalu berjalan meninggalkan tempat itu dan menuju bus sekolahnya.

Lim Hyunsik tidak pernah merasa sekalah ini seumur hidupnya.

"Hyunsik-hyung!" Adik kelas pemuda itu, Yook Sungjae, menghampirinya. "Kau ke mana saja? Busnya sudah mau berangkat—hei, kenapa matamu merah?" Pemuda jangkung itu mengulurkan tangannya ke arah Hyunsik, tapi pemuda berambut hitam itu menepisnya lembut sambil menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya. Ia melewati adik kelasnya dan langsung menuju bus sekolah mereka yang sudah siap berangkat.

"Aku tidak apa-apa. Ayo pulang."

 

-----------------

 

Komentator pertandingan final basket mengumumkan nama tim pemenang pertandingan final dengan bersemangat, dan sorakan meriah dari bangku penonton terasa memekakkan telinga. Kris hampir berteriak kaget ketika Chanyeol, Sehun, dan anggota tim basketnya yang lain tiba-tiba mengangkatnya dan mengelukan namanya, seakan ia adalah pahlawan penting dalam sebuah perang.

Satu jam yang lalu, Kris akhirnya memaksakan diri untuk ikut pertandingan final basket, dan turun ke lapangan di perempat kedua pertandingan mereka. Skor saat itu 43 - 28, timnya tertinggal jauh di belakang. Kris segera mengganti strategi mereka, dan dalam dua puluh menit berikutnya, mereka berhasil menyamakan kedudukan, bahkan melebihinya dengan three-point shoot terakhir yang mrngakhiri pertandingan kali itu.

Kris melirik ke arah bangku penonton, tempat kyungsoo dan teman-temannya menyaksikan kemenangan timnya itu. Kyungsoo mengacungkan ibu jarinya ke arah Kris, tangan satunya menggenggam bunga yang tadi dijatuhkan Kris, dan walaupun pemuda bertubuh jangkung itu tidak dapat mendengar suara Kyungsoo, ia tahu bahwa Kyungsoo memujinya, "Yifan ddaebak!"

Kedua mata kecoklatan Kris terpaku pada kekasihnya itu. Kyungsoo terlihat begitu senang, dan senyumnya membuatnya terlihat berkilauan di antara kerumunan penonton di sekitarnya. Kris tersenyum ke arahnya. Baginya, bukan piala yang paling ingin dimenangkannya hari itu. Bukan pula sorak sorai penonton pertandingan tersebut. Hari itu, ia memenangkan sesuatu yang lebih penting dari itu semua.

Senyuman dari seseorang yang dicintainya, yang tertuju ke arahnya.

Hanya untuknya.

Kini Kris sudah tidak bimbang lagi, apalagi takut. Ia tidak menyesal jatuh cinta pada Kyungsoo. Tapi untuk sekarang, ia tidak ingin terburu-buru. Ia bersedia menunggu dan membuat Kyungsoo jatuh cinta setahap demi setahap kepadanya.

Dan dengan niat itu dalam hatinya, cerita cinta seorang Wu Yifan baru saja akan dimulai

 

 


 

A/N:

Halooo!! Makasih banyak sekali lagi yang udah baca dan komen, apalagi subscribe. Aku rasanya pengen nangis baca komen satu per satu :') update kali ini agak lebih cepet, karena besok aku ada tes jadi guru bimbel, trus kuliah sampe sore. Gabakal keburu update tepat tanggal 10 >< chapter ini ditulisnya paling lama. Alurnya juga spontan, padahal masih banyak alterntif lain buat bikin endingnya. Well, semoga kalian suka <3

Bonus chapter sutao is on its way! Krisoo Wolf!AU dan Frozen!AU juga masih dalam masa development. Ihiks, kebanyakan proyek orz #belajardehgan Okedeh, selain kemunculan mendadak masalah ing (sumpah, this is the best OTP name) dan Kang Jihyun alias Soyu-nya SISTAR, mungkin itu aja yang bertambah dari cerita ini. Apakah gaya penulisan saya makin bagus? Itu silakan didnilai lewat komen. See you :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
theworstisnotbehind
[All About Us; 141003] writer's block and homework attacked. Patience, my loves :*

Comments

You must be logged in to comment
coisulli #1
Chapter 11: maaf sebelumnya, aku chanbaek shipper, dan kaisoo shipper, disini gaada chanbaek sama sekli dan ternyata krisoo tapi aku msh bisa suka sama ceritanya. Beneer bener daebak;-; kebawa banget feel nya;-; aku jg suka ada xiuhan disini (kebanyakan hunhan) tp yg agak sedih ga ada chanbaek nya. Tp gapapa twtep bagus lanjutkan ditunggu chap selanjutnya!!
VidyZu #2
Chapter 10: Aaaaaaa first kiss mereka.... OMG
VidyZu #3
Chapter 9: So sweet.... Wuah makin banyak couple yang terungkap... Krisoo number one...
VidyZu #4
Chapter 7: Huuuhh... Tegang juga tadi... Tapi tak apa, kisah cinta mereka yang manis ini selalu membuatku tersenyum...
Eh? Apa ini? #terbawasuasana
VidyZu #5
Chapter 6: Krisoo forever ever ever... Haaa jangan sampai tim basketnya kalah gegara mikirin kyungsoo....
VidyZu #6
Chapter 5: Oohhhh manisnya couple ini.....
VidyZu #7
Chapter 4: Ya ampun... Seneng banget ma ff ini... Maafnya chap sbelumnya gak komen... Tapi tetep semangat ya bikinnya...
VidyZu #8
Chapter 4: Ya ampun... Seneng banget ma ff ini... Maafnya chap sbelumnya gak komen... Tapi tetep semangat ya bikinnya...
VidyZu #9
Chapter 3: Walaupun aku gak terlalu suka ff shounen ai (boyxboy/) atau apalah itu namanya.... Tapi aku suka ff ini...

Lanjutkan thor... *Krisoo shiper :)
BabyBuby #10
Chapter 11: OMG. sy g bs berhenti baca ff ini dr awal smp chap 10... sweet manis bgt g ketulungan smp linu gigi sy.. wow.. sy akan subscribe supaya kl ipdate lgnsng tw deh..