The First Date (part 2)

All About Us

Seorang pemuda bertubuh jangkung dengan rambut dicat pirang berdiri di samping gerbang besar berwarna hijau muda. Beberapa siswa yang melewati gerbang itu sesekali menyapa sang pemuda, mengingat bahwa dia adalah ketua di OSIS sekolah mereka. Suatu pemandangan yang tidak biasa, Kris, alias Wu Yifan yang biasanya selalu punya rencana untuk menghabiskan weekend bersama teman-temannya yang juga terbilang "eksis" di sekolah berasrama itu kini berdiri di sebuah gedung asrama yang bahkan bukan asramanya sendiri. Well, dilihat dari pakaiannya, jelas ia terlihat seperti akan menghabiskan seharian penuh di luar lingkungan sekolah.

"Pagi, Yifan-ah."

Kris, sekali lagi, tersenyum singkat pada seorang siswa penghuni asrama yang menyapanya. Pemuda itu teman sekelas Kris, walaupun berbeda asrama. Kris mengingatnya, tentu saja. Kim Sangwoo, salah satu siswa favorit guru musik mereka karena suaranya yang memang bagus dan bakatnya bermain gitar kira-kira sejajar dengan Chanyeol. Kris sudah bisa menebak apa yang akan ditanya pemuda berambut cokelat tua yang terkenal ramah itu.

"Sedang apa di sini? Kau menunggu seseorang?" Kris mengangguk. Sangwoo tersenyum simpul, apalagi melihat cara berpakaian Kris yang tidak biasanya. Hari ini ia terlihat lebih rapi dibanding gaya biasanya yang santai saat bepergian bersama teman-temannya.

"Kalau menunggu Kyungsoo-sshi, masuk saja ke lobi. Kalau terlalu lama di luar kan dingin." Pemuda itu tertawa kecil, lalu melanjutkan, "kalian mau pergi kencan ya?"

Deg! Telinga Kris sensitif mendengar kata "kencan". Ia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan lebih jauh. Senyuman Sangwoo melebar, sepertinya tebakannya tepat. Sambil menggelengkan kepala melihat teman sekelasnya yang mulai salah tingkah, Sangwoo menepuk pelan pundak Kris dan berjalan melaluinya dan menggumam kecil, "good luck."

Kris menghela napas. Ya, good luck. Ini kencan pertamanya dan ia berharap dengan sangat agar kencan ini berjalan dengan baik. Kris merogoh saku celananya dan mengeluarkan dua lembar tiket eksklusif sebuah film yang belum lama dirilis. Tadinya, tiket-tiket itu milik Zitao, hasil memenangkan undian lucky draw yang diikutinya setelah acara shopping dengan Yixing. Namun, dengan berbagai bujukan dan kata-kata manis (dan sedikit pengorbanan berupa beberapa aksesoris favorit Kris), akhirnya sang atlet wushu memberikannya pada Kris, plus tips-tips kencan dan cara berpakaian yang benar untuk kencan pertama.

Yah, selera fashion Tao memang tidak buruk. Masih lebih baik dibanding jaket bermotif leopard.

Kris memakai kemeja abu-abu berkerah putih dengan celana panjang berwarna krem dan sepasang sepatu putih. Rambut Kris yang biasanya disisir asal hari ini ditata serapi mungkin sehingga terlihat hampir lurus. Simpel, memang, tapi sesuai kata Zitao, "kesan pertama itu penting," dan ia tidak ingin berdandan terlalu heboh dan membuat Kyungsoo gugup, atau lebih buruk, ill feel duluan sebelum kencan dimulai.

"Yifan!" Kris refleks menoleh ke arah suara yang memanggil namanya tanpa persiapan mental. Sebuah kesalahan besar yang menyebabkan jantungnya mendadak menambah kecepatan berdetaknya tanpa izin dari sang tuan. Kris tanpa sadar menahan napasnya selama hampir satu menit.

Oh my God. Here he comes.

Kyungsoo mengenakan kaus hitam bergaris-garis putih dibalik kemeja biru muda berlengan panjang dengan celana jeans biru tua dan sepatu putih. Rambutnya yang biasanya hitam legam dan rapi kini berwarna sedikit kemerahan. Wow, gumam Kris dalam hati. Ia tidak pernah sadar bahwa pacarnya yang begitu sederhana dan pemalu ternyata cukup fashionable. Di mata Kris, Kyungsoo seakan berjalan dalam slow motion ke arahnya.

Saat jarak mereka hanya sekitar satu langkah, Kyungsoo kembali ke dirinya yang dikenal Kris. Kyungsoo yang manis dan pemalu. Pemuda mungil itu menundukkan kepalanya, tapi mulutnya mulai berbicara dengan cepat. "Maaf ya, Yifan. Jongin-ah dan Sehun-ah mendandaniku dengan paksa. Bahkan mereka mewarnai rambutku. Padahal aku sudah bilang kau pasti sudah menungguku. Catnya temporer sih, tapi... ah, aku pasti terlihat aneh sekali sekarang. K-kalau kau mau, aku bisa mencuci rambutku dulu dan—"

"... Great."

"A-apa?" Kyungsoo tidak menangkap karena Kris tiba-tiba bicara dalam bahasa Inggris, dan karena ia juga sibuk bicara sendiri.

"You look great," Kris mengulangi kalimatnya. Ia tahu Kyungsoo mengerti ucapannya, dan sukses membuat wajah kekasihnya itu semerah rambutnya sekarang. Kris menggenggam tangan Kyungsoo, yang dibalas dengan senyum lega dari pemuda mungil tersebut. "Ayo, kita pergi."

-----------------

Perjalanan ke bioskop tujuan mereka dengan bus terasa begitu lama. Kris menghabiskan waktu dengan meyakinkan Kyungsoo bahwa ia terlihat menarik (sangat, sangat menarik) dan bukannya aneh, sementara Kyungsoo —yang tadinya bersikeras bahwa ia merasa aneh karena belum pernah mewarnai rambutnya sebelumnya, akhirnya tertunduk malu dan menggumamkan, "Terima kasih. Yifan juga... keren sekali hari ini," dengan senyum manis. Kris harus menahan diri supaya wajahnya tidak mendadak terbelah cengiran lebar karena pujian itu.

Tidak sampai satu jam setelah mereka menaiki bus dari bus stop yang ada di depan gerbang sekolah mereka, akhirnya mereka sampai di bioskop yang mereka tuju. Kris menyerahkan kedua tiket eksklusifnya di loket, dan mereka berdua mendapat kursi yang cukup nyaman di dalam bioskop tersebut. Kris membelikan Kyungsoo seporsi nachos dengan tambahan melted cheese, makanan kesukaan Kyungsoo jika sedang menonton film.

"Dari mana kau tahu?" Kyungsoo tersenyum saat menerima piring kertas berisi nachos dari Kris, sedikit kaget karena ia baru saja akan mengeluarkan dompetnya dan membeli nachos itu sendiri.

"Kau sendiri yang cerita padaku kok," Kris balas tersenyum sambil sedikit menyeruput lemon tea-nya dan berjalan menuju teater yang harus mereka masuki. "Kau bilang kakakmu mentraktirmu menonton film dan membelikan nachos waktu ulang tahunmu yang kedua belas, dan kau senang sekali hari itu." Sang ketua OSIS melirik Kyungsoo yang hanya menatapnya dengan bola mata bulatnya, dan ia memutuskan untuk tutup mulut saat itu juga. Apa dia bilang sesuatu yang aneh? Atau ada sesuatu di wajahnya?

Kekhawatiran Kris segera hilang mendengar tawa kecil Kyungsoo. "Aku kira kau tidak dengar waktu aku bilang begitu. Lagipula, itu kan cerita lama."

"Yang benar saja," Kris menghela napas, sedikit lega karena ternyata ia tidak melakukan kesalahan. "Kalau tentang kamu, Soo, aku akan berusaha mengingat hal sekecil apapun." Pemuda jangkung tersebut kembali menutup mulutnya, dan baru saja menyadari ucapannya barusan.

Ya Tuhan. Cheesy sekali, Wu Yifan. Ia baru saja akan bilang, "aku bercanda", tapi rona merah di wajah Kyungsoo cukup untuk menyadarkannya bahwa semua sudah terlambat. Terlambat untuk menarik kata-katanya, dan terlambat untuk menyelamatkan harga dirinya.

"Kalau begitu," Kyungsoo tersenyum, dan untuk pertama kalinya, menggenggam tangan Kris duluan sambil menuntun pemuda itu ke dalam kegelapan teater mereka.

"Aku juga akan mengingat semua hal tentang Yifan."

Masa bodoh dengan harga diri.

-----------------

"Soo? Kau baik-baik saja?"

Dua jam setelah film yang mereka saksikan diputar, Kris keluar dari pintu teater bersama puluhan orang lainnya sambil menuntun Kyungsoo yang sibuk menyembunyikan wajah menangisnya. Saking semangatnya dengan persiapan kencan, Kris lupa mengecek genre filmnya dan baru menyadari di tengah-tengah bahwa film yang mereka tonton adalah film romantis yang berakhir dengan sedih. Kris harus mengakui kalau ia hampir saja menangis, tapi ia tidak menyangka seseorang di sampingnya ternyata sudah menangis terisak sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya sejak paruh akhir film tersebut. Kris memberanikan diri untuk menarik kepala Kyungsoo supaya pemuda itu bersandar di bahunya sampai film itu berakhir.

Kris mengeluarkan tisu dari saku celananya dan menghapus air mata kekasihnya yang masih sedikit terisak walaupun kini mereka sudah berada di sebuah restoran yang terdekat dari bioskop itu. Kyungsoo membiarkan Kris menyingkirkan kedua tangannya yang sejak tadi berada di depan wajahnya dan hatinya sedikit tenang saat tangan Kris menyeka wajahnya dengan lembut dari tempat duduk di depannya. Kyungsoo mengangguk pelan sambil berusaha membersihkan wajahnya juga.

"Maaf ya, Yifan. Aku cengeng sekali."

"Tidak apa-apa. Harusnya aku yang minta maaf. Aku tidak tahu kalau ceritanya sesedih itu," Kris mengelus pelan rambut Kyungsoo, dan pemuda mungil itu diam-diam menyukai sentuhan lembut Kris di kepalanya. "Maaf, aku sudah membuatmu menangis."

Tentu saja, itu bukan salah mereka berdua. Setelah perdebatan singkat tentang siapa yang harus minta maaf, akhirnya pembicaraan itu selesai tanpa hasil setelah seorang pelayan restoran membawakan buku menu untuk mereka berdua. Kris memesan makanan hamburger dan cola (Kyungsoo menggelengkan kepalanya mendengar gabungan dua makanan tidak sehat itu dalam pesanan mereka), sementara Kyungsoo memilih nasi goreng kimchi dan teh hijau Cina. Setelah sang pengganggu pelayan meninggalkan mereka berdua, Kris menggenggam tangan Kyungsoo di atas meja, dan menatap wajah kekasihnya itu. Wajah Kyungsoo sedikit memerah karena baru saja menangis, dan matanya masih kemerahan dan berair.

Kris sangat suka memandang wajah Kyungsoo tanpa ada pembicaraan di antara mereka. Mata mereka seakan terkunci satu sama lain, dan terkadang, mulut Kris seakan punya kehendak sendiri dan melontarkan pujian manis pada Kyungsoo. Tentu saja, hasilnya adalah Kyungsoo yang mendorongnya menjauh sambil membuang muka karena malu. Malu karena pujian Kris, dan malu karena ia tidak bisa bilang bahwa Kris begitu tampan dan tidak mudah untuk mengalihkan matanya dari wajah sempurna itu.

Kris, seperti biasanya, tersenyum lembut sambil menatap ke dalam mata bulat Kyungsoo, dan pujiannya kali ini adalah, "Walaupun habis menangis, kau tetap mempesona," sambil sedikit membetulkan rambut Kyungsoo. "Aku sangat, sangat menyayangimu."

Tapi, tidak seperti biasanya, Kyungsoo tidak mengalihkan wajahnya dari Kris, walaupun semburat merah muda mulai mewarnai kedua pipinya. Pemuda itu membalas dengan senyuman yang sama lembutnya, dan mengeratkan genggaman tangan mereka.

Dan, yang paling tidak biasa, Kyungsoo membalas kalimat terakhir Kris. Untuk pertama kalinya.

"Aku juga sangat, sangat menyayangimu, Yifan."

-----------------

Kris memandang langit Seoul yang sudah menggelap. Di bawah langit berwarna biru tua itu, ratusan, atau mungkin ribuan cahaya bersinar berwarna-warni dengan indah. Sekilas, pemandangan tersebut seperti sebuah lukisan, jika saja mobil-mobil di jalanan tak bergerak, dan orang-orang berhenti berlalu lalang ke berbagai arah, dan cahaya-cahaya itu tidak berganti-ganti warna maupun bentuk. Kris menghela napas. Andai saja ia membawa kamera digitalnya, sesalnya entah yang ke berapa kalinya hari itu.

Tapi, bukan pemandangan indah itu yang ingin diabadikan Kris. Bukan gemerlap cahaya itu yang ingin terus dikaguminya di masa yang akan datang. Dan bukan kerumunan para pejalan kaki itu yang ia inginkan tertangkap dalam lensa kameranya.

Yang Kris inginkan hanyalah mengabadikan wajah Kyungsoo yang sedang mengagumi pemandangan barusan dengan wajah kagum dari atas Seoul Tower. Pupilnya membesar, mulutnya sedikit terbuka membentuk sebuah senyuman berbentuk hati, dan cahaya gemerlapan ibukota terpantul di wajahnya.

Hanya itu yang ingin ia simpan dalam sebuah foto. Dan mungkin, foto saja tidak cukup.

Kris membetulkan posisi tangannya yang memegang beberapa kantung belanjaan di tangan kanannya, yang salah satunya berisi makanan kecil untuk persiapan di kamar asrama dan yang satunya berisi buku-buku bacaan Kyungsoo. Mereka menghabiskan hampir seharian berjalan tanpa tujuan pasti di tengah hiruk pikuk kota itu, dan sesekali berhenti di sebuah toko untuk melihat-lihat, entah itu ajakan Kris yang ingin melihat seragam baru tim basket favoritnya atau Kyungsoo yang dengan iseng menarik Kris masuk ke toko aksesoris wanita dan memasangkan bando bertelinga beruang di atas kepala pacarnya itu. Tentu saja, Kris membalasnya (dan segera menyesal dalam hati karena Kyungsoo terlihat sepuluh kali lebih imut dengan telinga kucing, sehingga iapun membeli kedua bando tersebut). Sisa waktunya mereka habiskan dengan bermain di game center, pergi ke toko buku dan toko DVD, membeli bubble tea (Kyungsoo memaksa Kris supaya pemuda itu mau ditraktir karena Kris membayar makan siang mereka dengan kartu kredit) dan terakhir, membuat foto stiker berdua.

Ya, foto stiker. Kalau teman-teman Kris melihatnya nanti, bisa-bisa mereka tertawa terbahak-bahak. Sebelum dicetak, Kyungsoo menghias asal foto-foto mereka berdua dengan menaruh gambar pita pink kecil di atas kepala Kris dan topi pesta di atas kepalanya sendiri. Tidak lupa, sebuah frame berwarna cerah mengelilingi foto mereka berdua. Saat sudah waktunya menghias foto berikutnya, Kris dengan cepat meraih digital pen yang dipakai Kyungsoo untuk menghias foto tersebut dan menggambar sesuatu di antara kepala mereka yang menurutnya adalah seekor "kucing", dan Kyungsoo menahan tawanya, karena jujur saja, gambar Kris tidak sesempurna wajahnya.

Kris berniat meminta Kyungsoo menghentikan kekonyolan itu, karena setidaknya ia butuh satu foto yang bagus, tapi niatnya segera musnah melihat Kyungsoo yang sibuk tertawa sendiri sambil menekan-nekan layar sentuh mesin foto tersebut. Ada empat foto, dan Kyungsoo memasukkan dua foto ke saku kemeja Kris. "Simpanlah. Kau terlihat manis dengan pita," kata pemuda mungil itu sambil terus tersenyum dan memasukkan foto yang dihancurkan dihias Kris ke dalam dompetnya.

Sampai perjalanan pulang mereka, Kris masih sedikit tersenyum mengingat kencan pertama mereka hari itu. Itu bukan kencan mewah yang biasanya menjadi syarat ideal kencan orang-orang pada umumnya. Kris juga tidak membawa bunga, dan Kyungsoo bukan perempuan. Rutinitasnya juga tidak jauh berbeda dengan bepergian bersama teman-temannya (kecuali bagian foto stiker dan berbelanja bersama), hanya saja lebih romantis karena kali ini ia pergi bersama kekasihnya. Kris melirik Kyungsoo yang kepalanya tersandar di pundaknya sambil memeluk kantung kertas berisi buku-buku. Mata yang sejak tadi berbinar dan tertawa ke arah Kris kini tertutup karena kelelahan, dan suara Kyungsoo yang mengajaknya pergi kesana kemari juga digantikan oleh bunyi napasnya yang teratur.

Kris merogoh saku kemejanya, dan mengeluarkan foto stiker yang tadi dimasukkan Kyungsoo ke dalamnya. Dalam foto itu, senyum lebar Kyungsoo sedikit tertutup gambar hati berwarna merah di pipinya, sementara wajah Kris yang sedang melingkarkan lengannya di leher Kyungsoo dihiasi gambar kumis berwarna kuning, hasil karya Kyungsoo. Keduanya terlihat bahagia di foto itu, seakan mereka sudah mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama.

Sambil tersenyum, Kris memasukkan kembali foto itu dengan hati-hati ke saku kemejanya, dan rasa kantuk mulai menguasainya. Kris menyandarkan kepalanya di atas kepala Kyungsoo. Ia belum pernah menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan keliling kota seharian seperti itu, bahkan naik-turun bus dan kereta berkali-kali.

Hari sesempurna itu tidak akan ditukarnya dengan apapun di dunia ini.

 


A/N:

Gyaaaa, maaf udah bikin kalian semua menunggu lama ;_; pertama, aku terhalang UTS. Begitu UTS-ku selesai, internetku mati, jadi yang sempet liat aku online, itu dari opera mini blackberry tuaku yang tidak memadai. Maaf kalo lama dan jadinya panjang tapi aneh dan pasti penuh typo orz tapi gimana menurut kalian? Ini dibuatnya nyicil (karena kuota internetku terbatas) dan yaaah, begitulah. Kuliah sibuk ya hahahaha bersyukurlah kalian yang masih sekolah~

Oke, saya mabok karena baru nulis sebagian besar dari chapter ini selama hampir tiga jam. Yang nemu typo atau kata-kata aneh, kasih tau yaa. Tolong berikan komentar juga karena agak sedih juga yang subscribe nambah tapi yang komen menurun ;_;

Berhubung aku gak ngerayain natal, Happy Holiday, everyone! Thanks for reading :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
theworstisnotbehind
[All About Us; 141003] writer's block and homework attacked. Patience, my loves :*

Comments

You must be logged in to comment
coisulli #1
Chapter 11: maaf sebelumnya, aku chanbaek shipper, dan kaisoo shipper, disini gaada chanbaek sama sekli dan ternyata krisoo tapi aku msh bisa suka sama ceritanya. Beneer bener daebak;-; kebawa banget feel nya;-; aku jg suka ada xiuhan disini (kebanyakan hunhan) tp yg agak sedih ga ada chanbaek nya. Tp gapapa twtep bagus lanjutkan ditunggu chap selanjutnya!!
VidyZu #2
Chapter 10: Aaaaaaa first kiss mereka.... OMG
VidyZu #3
Chapter 9: So sweet.... Wuah makin banyak couple yang terungkap... Krisoo number one...
VidyZu #4
Chapter 7: Huuuhh... Tegang juga tadi... Tapi tak apa, kisah cinta mereka yang manis ini selalu membuatku tersenyum...
Eh? Apa ini? #terbawasuasana
VidyZu #5
Chapter 6: Krisoo forever ever ever... Haaa jangan sampai tim basketnya kalah gegara mikirin kyungsoo....
VidyZu #6
Chapter 5: Oohhhh manisnya couple ini.....
VidyZu #7
Chapter 4: Ya ampun... Seneng banget ma ff ini... Maafnya chap sbelumnya gak komen... Tapi tetep semangat ya bikinnya...
VidyZu #8
Chapter 4: Ya ampun... Seneng banget ma ff ini... Maafnya chap sbelumnya gak komen... Tapi tetep semangat ya bikinnya...
VidyZu #9
Chapter 3: Walaupun aku gak terlalu suka ff shounen ai (boyxboy/) atau apalah itu namanya.... Tapi aku suka ff ini...

Lanjutkan thor... *Krisoo shiper :)
BabyBuby #10
Chapter 11: OMG. sy g bs berhenti baca ff ini dr awal smp chap 10... sweet manis bgt g ketulungan smp linu gigi sy.. wow.. sy akan subscribe supaya kl ipdate lgnsng tw deh..