Seeking Comfort (and more)

All About Us

Tidak terasa, sudah dua bulan sejak Kris dan Kyungsoo mulai berpacaran. Kris bahkan tidak terlalu menghitung sudah berapa lama ia menjadi kekasih Kyungsoo, tapi kalau diingat lagi, memang keduanya sudah  dua bulan bersama. Tidak hanya keduanya semakin dekat, tapi Kyungsoo juga kini lebih percaya diri mengekspresikan perasaannya di depan orang-orang, termasuk di depan teman-temannya. Bahkan Kris, yang tadinya pendiam dan selalu terlihat cool, tidak jarang sengaja membuat lelucon asal, komentar random, dan apapun yang menurutnya bisa membuat Kyungsoo tertawa. Hebatnya, hampir semua usahanya itu berhasil, walaupun side effect-nya adalah tatapan aneh dari teman-temannya yang lain. Yah, baginya, itu bukan hal penting.

Karena baginya, melihat Kyungsoo tertawa dapat menenangkan hatinya.

Meskipun mereka berdua semakin dekat, bukan berarti mereka berdua bisa selalu bersama. Posisi Kris sebagai ketua OSIS membuatnya jarang menghabiskan waktu istirahat bersama Kyungsoo dan teman-temannya. Saat dirinya diberi sedikit kelonggaran waktu untuk sekedar makan siang atau mengambil napas sebelum kembali menyibukkan diri dengan kegiatan organisasi sekolah tersebut, waktu istirahat para siswa sudah selesai. Alhasil, Kris jadi makan siang sendirian. Kyungsoo pun punya kesibukannya sendiri sebagai murid beasiswa dan anggota klub musik sekolah mereka.

Kyungsoo, yang mulai menyadari berkurangnya frekuensi pertemuannya dengan Kris, sedikit khawatir. Ia takut kekasihnya itu tidak makan atau tidur dengan teratur. Apalagi, Kris juga masih aktif di klub basket, bahkan hampir tidak pernah bolos latihan. Nilai-nilai akademisnya pun, menurut informasi dari Sangwoo yang sekelas dengan Kris, tetap bagus. Entah ini hanya imajinasinya saja atau memang kenyataan, tapi setiap kali Kyungsoo akhirnya bisa bertemu Kris, lingkaran hitam di bawah mata pemuda jangkung itu semakin menggelap. Kyungsoo menghela napas. Ia ingin menasehati Kris untuk tetap meluangkan waktu untuk lebih banyak istirahat.

Bukan sosok Kris yang seperti itu yang ingin Kyungsoo lihat. Kyungsoo merindukan sosok Kris yang selalu tersenyum lembut kepadanya, bukan Kris yang nyaris selalu tertidur di antara waktu bersama mereka yang semakin menipis.

Meskipun begitu, apa yang bisa dilakukan Kyungsoo untuknya?

-----------------

"Mimpi buruk?"

Kyungsoo menatap Zitao tidak percaya, sedangkan yang ditatap hanya mengangguk santai sambil mengunyah sandwich-nya. Setelah menelan makanannya, pemuda Cina itu meneruskan sesi ceritanya.

"Aku tidak tahu itu mimpi buruk atau bukan, tapi tengah malam, aku sering mendengar Kris menangis dalam tidurnya." Tao menjelaskan dengan bahasa Korea yang masih berantakan. Teman-teman Kyungsoo yang lain pun ikut mendengarkan. "Kalau pagi-pagi kutanya soal itu, ia pasti mengelak. Katanya aku salah dengar, atau aku bermimpi. Bahkan kemarin dia bilang, 'jangan-jangan, yang kau dengar itu hantu.'" Tao bergidik ngeri, membuat para pendengar ceritanya tertawa, kecuali Junmyeon yang berusaha menenangkannya dan Kyungsoo. Ia masih memproses informasi yang baru saja didengarnya dari teman sekamar Kris.

"Tapi, benaran kok." Tao mencolek tangan Kyungsoo, membuyarkan pemuda mungil itu dari lamunannya. "Aku yakin itu Kris, bukan hantu. Aku juga pernah melihatnya beberapa kali."

"Aku percaya padamu, Zitao-ah." Kyungsoo tersenyum pada pemuda berambut hitam di hadapannya. "Apa kau tahu sejak kapan Kris mulai bermimpi buruk?" Dalam beberapa saat, meja makan yang ditempati tujuh orang itu mendadak sunyi, menunggu jawaban Tao, yang kemudian menjawab pertanyaan Kyungsoo dengan sebuah anggukan.

"Sekitar satu minggu yang lalu. Kapan ya... Ah, pokoknya aku ingat karena waktu itu Kris bilang ia baru saja selesai menerima telepon dari keluarganya. Habisnya, aneh sekali."

Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya. "Apanya yang aneh?"

"Soalnya orangtua Kris hampir tidak pernah meneleponnya."

Pemuda mungil itu menggigit bibirnya. Kris memang jarang sekali bicara soal keluarganya. Yang Kyungsoo tahu, Kris berasal dari Guangzhou, masa SMP-nya dihabiskan di Vancouver, dan walaupun ayahnya tidak setuju dengan pilihan anak tunggalnya itu untuk masuk SMA di Seoul, ia tetap pergi dengan dukungan dari ibunya. Selebihnya, Kyungsoo tidak pernah bertanya lagi. Ia merasa tidak perlu memaksa Kris menceritakan soal keluarganya jika ia memang tidak begitu nyaman membahasnya.

Sekarang, Kyungsoo penasaran. Ia bukanlah tipe orang yang ingin ikut campur urusan orang lain, tapi sikap Kris akhir-akhir ini membuatnya khawatir. Sesuai dugaannya, bertanya pada Tao adalah pilihan yang tepat karena sang atlet wushu muda itu sekamar dengan Kris.

"Zitao-ah," Kyungsoo memanggil Tao sambil tersenyum. "Apa kau bisa membantuku?"


"Kau mau ke mana? Ini sudah malam."

Tao melirik ke arah meja di sisi lain kamarnya, ke arah pemilik suara yang bertanya padanya dalam bahasa Cina tanpa menoleh. Kris sepertinya, seperti biasa, sedang sibuk. Mejanya penuh buku-buku pelajaran, laptopnya terbuka, dan kertas-kertas, mulai dari urusan OSIS hingga pengaturan strategi pertandingan basket bertebaran, bahkan sampai ke lantai. Tangan Kris seakan tidak dapat berhenti mengetik dan menulis. Tao sudah biasa dengan pemandangan itu selama satu minggu ini, dan sebenarnya ia cukup khawatir juga. Bagaimanapun, Kris sudah dianggapnya seperti saudaranya sendiri, dan kalau tidak akan melukai Kris, ia mau saja menghajar teman sekamarnya itu sampai pingsan supaya ia akhirnya bisa memejamkan mata tepat waktu tanpa disuruh.

"Aku mau minta bantuan Minseok-ge untuk mengerjakan PR matematika." Tao menunjukkan buku tulisnya pada Kris, walaupun pemuda berambut pirang itu tetap tidak menoleh ke arahnya. "Mungkin juga, aku akan menginap di kamarnya. Kalau sudah larut, tidur saja duluan," lanjutnya. Sebuah anggukan singkat, dan Tao segera memakai sepatunya dan berjalan keluar dari kamarnya, meninggalkan ruangan itu dalam keheningan. Hanya suara ketikan laptop dan sesekali desahan lelah Kris yang terdengar dari kamar itu.

Satu lagi malam yang panjang untuk Wu Yifan.

-----------------

Beberapa jam kemudian, pintu kamar itu terbuka perlahan, dan seseorang melangkah dengan hati-hati ke dalam kamar itu. Semua lampu kecuali lampu nakas sudah dimatikan, dan dari cahaya itu, sosok Kris yang tertidur dengan selimut menutupi sampai bagian pundaknya. Sosok yang baru saja masuk ke kamar itu berlutut di samping tempat tidur Kris, memandangi wajah kelelahan Kris. Matanya tertutup rapat, bibirnya sedikit terbuka, rambutnya sedikit berantakan, dan napasnya terdengar begitu tenang.

Sang "penyusup" tersenyum kecil. Ia jarang melihat Kris dengan wajah polosnya saat tidur. Biasanya, Kris terlihat sedikit dingin dan angkuh karena tatapan tajamnya, dan wajahnya hampir tidak pernah menampakkan ekspresi—atau disebut juga face oleh Jongin dan Sehun. Ia ingin sekali memotret wajah Kris yang entah kenapa bisa terlihat manis saat tidur, tapi niat itu segera diurungkannya. Ya Tuhan, dia itu pacar Kris, bukan stalker.

Yap, sang penyusup tidak lain adalah Do Kyungsoo.

Mengerjakan PR hanyalah alasan Tao untuk membantu Kyungsoo masuk ke kamarnya dan Kris tanpa dicurigai karena pemuda bertubuh mungil itu terlalu khawatir pada Kris. Satu hal lagi, Kyungsoo terlalu malu untuk masuk ke kamar Kris secara terang-terangan, dan ia tidak yakin kekasihnya itu mau begitu saja bercerita padanya. Hei, bagaimanapun, Kyungsoo juga laki-laki. Ia tahu apa yang disebut gengsi, dan harga diri Kris terlalu tinggi untuk menceritakan hal sepele seperti sebuah mimpi buruk dapat membuatnya menangis.

Kyungsoo duduk berlutut dalam diam selama hampir 20 menit, dan karena kakinya mulai terasa pegal, ia merasa mungkin sebaiknya ia duduk di kursi belajar Kris. Saat ia berjalan perlahan menuju meja yang entah sejak kapan sudah rapi tersebut, Kyungsoo mendengarnya. Suara menggumam pelan dari arah tempat tidur Kris. Kyungsoo segera duduk kembali di tempatnya semula dan memandang wajah kekasihnya itu.

Wajah Kris yang tadinya tenang kini terlihat seakan seseorang sedang mengganggu tidurnya. Tubuhnya sedikit bergerak-gerak gelisah, dan walaupun dengan cahaya minim, Kyungsoo dapat melihat kalau tubuh Kris mulai berkeringat, padahal malam itu udaranya cukup dingin. Sesekali, pemuda jangkung itu menggumam pelan dalam bahasa yang Kyungsoo ketahui adalah bahasa Cina. Kyungsoo tidak mengerti apa yang dikatakan Kris, tapi ia dapat menangkap satu kata yang dapat dipahaminya.

"Mama..."

Hati Kyungsoo tiba-tiba terasa sakit, apalagi begitu ia melihat sebutir air mata mengalir menuruni pipi Kris dan membasahi bantal, dan ia secara tak sadar membenamkan wajahnya di bantal tersebut. Kyungsoo sekarang mengerti bahwa kekasihnya bukan bermimpi buruk. Ia merindukan keluarganya. Sambil membetulkan posisi duduknya, Kyungsoo memberanikan diri menyentuh lengan Kris dan mengelusnya dengan lembut. Mungkin, pikirnya, Kris tidak perlu dibangunkan. Ia hanya perlu ditenangkan.

"Yifan," bisiknya pelan di dekat telinga Kris. "Kau baik-baik saja. Jangan menangis." Kyungsoo yakin Kris tidak dapat melihatnya, tapi ia tersenyum pada kekasihnya itu. Ia menggenggam tangan Kris yang mencengkram selimutnya dengan erat, berharap setidaknya kekasihnya itu tahu bahwa ia tidak sendirian.

"Aku di sini, bersamamu."

Kali ini, Kyungsoo mengabaikan rasa pegal di kakinya dan rasa malunya yang sebenarnya sudah ada sejak ia masuk ke kamar itu, dan sampai gumaman dan gerakan-gerakan Kris dalam tidurnya berhenti, Kyungsoo tetap menggenggam tangan yang jauh lebih besar dari miliknya tersebut. Ia tahu, saat ini dirinya bukan siapa-siapa bagi Kris. Mereka belum lama berpacaran, dan ia tidak tahu banyak soal Kris dan keluarganya.

Setidaknya, ia ingin ada di sisi Kris, dan memberitahunya bahwa ia tidak akan membiarkan pemuda itu merasa kesepian.

Kyungsoo menyandarkan kepalanya di samping kepala Kris, dan tanpa sadar, ia tertidur. Ia tidak menyadari bahwa Kris kali ini tersenyum tipis dalam tidurnya, dan menggenggam erat tangan Kyungsoo di antara wajah mereka. Kali ini, dalam tidurnya, Kris membisikkan nama kekasihnya, dan satu kalimat lagi,

"Terima kasih."


Sinar matahari pagi menyusup masuk ke sebuah kamar melewati celah gorden jendela dan jatuh menyinari wajah seorang pemuda berambut pirang. Kedua mata coklat terang milik Kris perlahan terbuka walaupun dirinya masih ingin membenamkan wajahnya pada bantal. Mimpinya semalam terlihat begitu indah, tidak seperti malam-malam sebelumnya. Rasanya, ia tidak ingin terbangun. Oh ya, kenapa hari ini hangat sekali? Kris membuka matanya lebih lebar, dan pemandangan di hadapannya membuat kedua matanya membulat sempurna. Ia menahan napas.

Ya Tuhan, apa ia masih bermimpi?

Wajah Kyungsoo yang sedang tertidur berada kurang dari sepuluh sentimeter dari wajahnya sendiri. Dengan jarak sedekat itu, Kris bahkan dapat menghitung jumlah bulu mata kekasihnya itu, bahkan merasakan hembusan napasnya. Kris melihat ke bawah. Tangan mereka saling menggenggam satu sama lain dengan erat. Hanya kepala dan lengan kanan Kyungsoo yang berada di atas tempat tidur Kris, sementara tubuhnya berada dalam posisi terduduk di lantai.

Kenapa Kyungsoo ada di sini? Sejak kapan?

"Soo..." Kris, sambil menahan dirinya agar tidak blushing duluan dengan pikiran aku-baru-saja-tidur-satu-malam-dengan-Kyungsoo, menepuk-nepuk pundak Kyungsoo untuk membangunkannya. "Bangunlah. Kau bisa masuk angin." Tidak ada respon. Kris melihat ke arah jam dinding. Baru jam setengah enam pagi, dan hari itu hari Sabtu. Kris mencoba membangunkan Kyungsoo sekali lagi, tapi hanya gumaman protes tidak jelas yang didapatnya sebagai jawaban. Kris menghela napas, dan mencoba duduk sambil melepaskan tangannya dari genggaman Kyungsoo perlahan-lahan, berniat untuk menaikkan Kyungsoo ke tempat tidurnya.

Saat itulah, mata Kyungsoo langsung terbuka setelah berkedip beberapa kali. Perhatian kedua bola mata bulat itu langsung tertuju ke arah tangan kanannya yang kehilangan kehangatan dari tangan Kris, dan wajahnya merona merah melihat kekasihnya itu sudah terbangun.

"Y-Yifan." Kyungsoo ingin menjelaskan keadaan tersebut pada Kris. Bayangkan, Kris terbangun dengan Kyungsoo tertidur di samping tempat tidurnya dan menggenggam tangannya, apalagi wajah mereka begitu dekat. Ya ampun, kalau mereka tidak berpacaran, Kyungsoo yakin seratus persen Kris akan segera menganggapnya orang aneh dan mengusirnya dari situ. Untungnya, mereka memang pacaran.

"Sejak kapan kau di sini, Soo? Kemarilah," Kris membantu Kyungsoo untuk bangkit dari lantai dingin kamarnya dan duduk di sampingnya. "Tanganmu dingin sekali..." Kris menggumam pelan saat ia kembali menggenggam kedua tangan Kyungsoo. Kekasihnya itu hanya terdiam, wajahnya tertunduk karena malu.

"Aku..." Kyungsoo berdeham. Ia tahu betul dirinya tidak pandai berbohong, jadi sebaiknya jujur saja. "Aku dengar dari Zitao-ah, kau sering bermimpi buruk beberapa malam terakhir ini. A-apalagi, kau sekarang sibuk sekali dan jarang istirahat. Setiap kali kita bertemu juga kau hampir selalu terlihat mengantuk..." Pemuda mungil itu menggigit bibir bawahnya dengan gugup, sementara Kris masih mendengarkan kata-katanya sambil menggenggam kedua tangannya.

"Aku mencemaskanmu," lanjut Kyungsoo, yang tanpa sadar mengenggam tangan Kris erat. Kata-katanya selanjutnya benar-benar mengalir begitu saja tanpa dapat dikontrolnya. "Aku sudah tahu apa yang membuatmu bermimpi buruk, tapi aku tidak akan mengatakannya pada siapapun. Maaf, Yifan, aku tidak bermaksud ikut campur—"

Sebelum Kyungsoo selesai bicara, Kris menariknya mendekat dan memeluknya erat. Tangannya melingkari tubuh Kyungsoo yang lebih mungil, sementara wajah kekasihnya itu terbenam di dadanya. Kyungsoo begitu kaget hingga tidak bereaksi sama sekali.

"Soo," Kris berbisik tepat di samping telinga Kyungsoo, dan tubuh pemuda mungil dalam pelukannya itu sedikit gemetar karena napas Kris mengenai telinganya. "Dalam mimpiku semalam, aku tidak hanya melihat wajah ibuku yang sedang menangis seperti biasanya..." Kris melonggarkan pelukannya dan menatap wajah Kyungsoo.

"Aku mendengar suaramu. Kau bilang aku tidak sendirian. Kau akan selalu bersamaku." Kris tersenyum, sebuah senyuman yang hanya ditunjukkannya pada Kyungsoo. "Terima kasih."

Kyungsoo menghela napas lega, dan membalas senyuman Kris. Selama beberapa saat, keduanya terdiam dalam kesunyian kamar tersebut, sementara mata mereka memandang satu sama lain. Seakan, mereka punya dunia sendiri. Dunia di mana hanya ada Wu Yifan dan Do Kyungsoo. Kris sedikit mendekatkan wajahnya pada Kyungsoo, kening mereka pun sudah bersinggungan, dan—

Suara ketukan pintu sukses mengejutkan kedua pemuda itu, dan keduanya refleks menjauhi satu sama lain dengan wajah merah padam, khususnya Kris. Ia hampir melompat dari tempat tidurnya untuk membukakan pintu pada siapapun yang mengganggunya pagi-pagi begini.

"Pagi, Kris." Sapa seorang pemuda berambut coklat terang dengan tubuh kira-kira sedikit lebih tinggi dari Kyungsoo.

"Ada apa, Baekhyun? Ini pagi sekali." Kris menutup wajah kesalnya dengan pura-pura menguap. Entah dia harus kesal pada Baekhyun yang mengganggu momen indahnya bersama Kyungsoo atau justru bersyukur karena tadi ia hampir saja...

"Kudengar Kyungsoo ada di sini. Hari ini klub musik ada latihan pagi, jadi aku mau menjemputnya." Baekhyun menjawab dengan santai sambil mengintip ke dalam kamar Kris, tapi Kris segera menutupi pandangan Baekhyun dari tempat tidurnya sambil menatap pemuda itu dengan kesal. Ia tidak memperhatikan kata-katanya berikutnya.

"Biar aku yang memanggilnya. Kyungsoo masih tidur."

"Eh?" Baekhyun mengerjapkan matanya. "Kalian tidur bersama?"

Jantung Kris nyaris melompat dari tempatnya berada, dan ia berusaha setenang mungkin untuk menggelengkan kepalanya dengan wajar dan menutup pintu tepat di depan wajah Baekhyun. "Tidur bersama"? Oh God, itu terdengar sangat berskandal, walaupun semalam mereka memang secara teknis tidur di kasur yang sama. Kris berusaha menenangkan detak jantungnya saat ia memberitahu Kyungsoo bahwa Baekhyun datang menjemputnya, dan entah kenapa, Kris menjadi ikut salah tingkah melihat wajah merah padam kekasihnya itu.

"Biar kujemput selesai latihan," gumam Kris pelan, yang hanya dibalas anggukan cepat dari Kyungsoo yang tidak sampai sepuluh detik kemudian sudah buru-buru meninggalkan kamar Kris sambil setengah berlari. Kris dapat sedikit mendengar suara Baekhyun yang menanyakan sikap Kyungsoo yang tidak seperti biasa.

Kris terduduk lemas di tempat tidurnya. Gawat, pikirnya. Tadi... apa yang akan dilakukannya pada Kyungsoo, kekasihnya yang polos itu? Bagaimana jika Baekhyun tidak datang? Apalagi Kyungsoo tidak mengatakan apa-apa saat ia pergi meninggalkan kamar Kris. Pemuda pirang itu membenamkan wajahnya di telapak tangannya. Rasa malu, bersalah, dan benci pada dirinya sendiri bercampur aduk di kepalanya.

Ya Tuhan,

ia hampir saja mencium Kyungsoo.

 


A/N:

Jeng jeeeeeng (apaan nih)! Akhirnya apdet di sela-sela ngerjain tugas *dor* gak tau kenapa, seneng rasanya kalo sang seme dalam suatu couple punya vulnerable side. Ngebuatnya juga asik. Inspirasinya? EXO's Showtime episode 4, waktu members yang lain bilang Kris pernah nangis karena kangen ibunya. Mama's boys are adorable <3 Dan bagian yang terakhir... itu ide dadakan, sumpah. Kalo bisa juga maunya kissing beneran. Ehem, makasih yaaa yang udah baca. Jangan lupa komen, tunjukin kalo ada yang salah atau nyumbang ide juga boleh banget. Yang udah subscribe juga, saya sangat hargai ;w; oh ya, aku lagi coba nulis krisoo Wolf AU. Ada yang tertarik dengan Wolf AU? Kalo banyak, aku lanjutin secepat mungkin. Tapi kalo gak banyak yaaa tunggu aja sampe aku punya nyali buat nulis bahasa Inggris~

Oh iya, ada yang nemu reference Roy Kim di chapter sebelumnya dan chapter ini? Dia manis banget sih mukanyaaa, jadi tiba-tiba nulis namanya sebagai figuran :_: bom bom bom bomi watneyo~ *dor*

Dedicated to my classmate (masih amazed karena bisa nemu krisoo shipper di dalem kelas XD), beautifulstranger, my awesome sunbae who made the awesome graphic for this awesome story (hard krisoo shipper just like meh), firaisred, my IRL friend from high school, kyunggiesbutt, and all of you my lovely readers. I love you~ ♡♡

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
theworstisnotbehind
[All About Us; 141003] writer's block and homework attacked. Patience, my loves :*

Comments

You must be logged in to comment
coisulli #1
Chapter 11: maaf sebelumnya, aku chanbaek shipper, dan kaisoo shipper, disini gaada chanbaek sama sekli dan ternyata krisoo tapi aku msh bisa suka sama ceritanya. Beneer bener daebak;-; kebawa banget feel nya;-; aku jg suka ada xiuhan disini (kebanyakan hunhan) tp yg agak sedih ga ada chanbaek nya. Tp gapapa twtep bagus lanjutkan ditunggu chap selanjutnya!!
VidyZu #2
Chapter 10: Aaaaaaa first kiss mereka.... OMG
VidyZu #3
Chapter 9: So sweet.... Wuah makin banyak couple yang terungkap... Krisoo number one...
VidyZu #4
Chapter 7: Huuuhh... Tegang juga tadi... Tapi tak apa, kisah cinta mereka yang manis ini selalu membuatku tersenyum...
Eh? Apa ini? #terbawasuasana
VidyZu #5
Chapter 6: Krisoo forever ever ever... Haaa jangan sampai tim basketnya kalah gegara mikirin kyungsoo....
VidyZu #6
Chapter 5: Oohhhh manisnya couple ini.....
VidyZu #7
Chapter 4: Ya ampun... Seneng banget ma ff ini... Maafnya chap sbelumnya gak komen... Tapi tetep semangat ya bikinnya...
VidyZu #8
Chapter 4: Ya ampun... Seneng banget ma ff ini... Maafnya chap sbelumnya gak komen... Tapi tetep semangat ya bikinnya...
VidyZu #9
Chapter 3: Walaupun aku gak terlalu suka ff shounen ai (boyxboy/) atau apalah itu namanya.... Tapi aku suka ff ini...

Lanjutkan thor... *Krisoo shiper :)
BabyBuby #10
Chapter 11: OMG. sy g bs berhenti baca ff ini dr awal smp chap 10... sweet manis bgt g ketulungan smp linu gigi sy.. wow.. sy akan subscribe supaya kl ipdate lgnsng tw deh..