How Did It Start

All About Us

"Tidak mau."

"Oh, ayolah, Yifan-ah. Cuma sebentar kok. Kasihan anak itu. Kalau dia tersesat di sekolah ini, bagaimana?"

"Ketua kelas 2-2 Kim Junmyeon, kan? Minta tolong saja padanya."

"Dia hari ini ikut lomba pidato di SMA Tae-soon. Ayolah, aku akan memberimu nilai sikap tambahan deh."

Kris menghela napas kesal. Guru bidang kesiswaan di hadapannya ini sangat keras kepala. Demi Tuhan, Kris itu ketua OSIS, alias siswa paling sibuk di sekolah itu. Terlebih lagi, dalam beberapa minggu akan ada festival budaya, dan tentu saja, Wu Yifan adalah ketua panitia. Ingin rasanya Kris meneriaki gurunya jika ia bukan siswa terhormat di sekolah itu.

"Choi-seonsaeng—"

"Hyung. Sudah kubilang berkali-kali, panggil aku 'Hyung'. 'Seonsaengnim' terdengar terlalu tua untukku. Aku baru 26 tahun dan—"

"Baiklah, Siwon-hyung." Kris menahan tangannya untuk tidak menggebrak meja Siwon yang lebih peduli terhadap hal-hal tidak penting seperti itu. "Beberapa minggu lagi ada festival budaya, kau tahu? Aku sibuk sekali, rapat ini-itu, membuat laporan macam-macam, telepon sana-sini, semua itu sambil mempertahankan nilai-nilaiku." Sang ketua OSIS berusaha mempertahankan nada bicaranya agar tetap terdengar sopan.

Parahnya, Siwon hanya mengangguk santai sambil merapikan kertas-kertas di mejanya. Kris berusaha untuk tidak lepas kendali sebelum tangannya melayang ke pipi salah satu guru paling tampan di sekolahnya itu.

"Sekarang Hyung memintaku jadi guide seorang murid beasiswa?" Kris menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Yang benar saja. Aku tidak mau."

"Yifan-ah," Siwon tersenyum sabar. Ia sudah terbiasa menghadapi Kris yang penggerutu namun sebenarnya bisa diandalkan. "Aku tahu kau sibuk, tapi bukankah akan lebih baik jika kau, murid terbaik di sekolah ini dan juga ketua OSIS, yang membantunya beradaptasi dengan sekolah barunya? Guru-gurumu juga pasti memaklumi kesibukanmu."

"Sudah kubilang, aku—" Terlambat. Siwon menyerahkan sebuah file holder berisi data tentang murid beaiswa baru itu. Kris dengan terpaksa membukanya.

Nama murid baru itu Do Kyungsoo. Sekarang murid kelas 2-2, dan menempati kamar asrama single nomor 112. Pindahan dari sekolah negeri biasa. Nilai raya harus Kris akui memang bagus-bagus. Semua subjek dapat A atau A+, kecuali olahraga yang sayangnya dapat B. Juara dari banyak kompetisi vokal dan choir tingkat daerah. Kris membolak-balikkan halaman dalam file holder itu dan menyadari ada yang kurang dari dokumen penting yang seharusnya lengkap itu. Kolom fotonya kosong.

"Kok tidak ada fotonya?"

Siwon menepuk dahinya. "Ah, benar juga. Anak itu terlambat menyerahkan fotonya." Siwon mengeluarkan sebuah pas foto kecil dari saku kemejanya dan menyerahkannya pada Kris bersama dengan sebuah lem kertas. "Tadi pagi, sebelum masuk kelas dia menyerahkan ini. Tolong sekalian ditempel ya." Bel tanda pergantian jam pelajaran berbunyi. Sang guru yang merangkap sebagai guru bahasa Mandarin itu berdiri sambil menepuk pundak Kris. "Sekarang aku ada kelas. Sampai nanti, Kris." Dan Siwon pun berlalu, meninggalkan Kris yang matanya terpaku pada foto sang murid baru.

Siapa sangka, seorang murid baru yang jelas-jelas seorang pemuda seperti dirinya bisa terlihat begitu mempesona.

 

-----------------

 

Di sinilah Kris berdiri sekarang, di depan pintu kelas 2-2. Bel istirahat sudah berbunyi, dan kelas itu nyaris kosong. Beberapa siswa masih mengobrol di dalam kelas, tidur, atau malah belajar. Kris, dengan kepercayaan dirinya yang tinggi, melangkahkan kakinya ke dalam ruang kelas 2-2 seakan kelas itu adalah kelasnya sendiri. Setiap pasang mata langsung tertuju pada sosok Kris yang memang mencolok dengan tinggi badannya dan wajah tampannya yang karismatik berjalan mendekati meja sang murid baru.

Kalau saja mereka berdiri lebih dekat dengan Kris, suara debar jantung Kris yang tidak normal pasti sudah terdengar dan akan jadi gosip terpanas minggu ini.

Kyungsoo, sang murid baru, sedang membaca ulang buku cetak sejarah milik Oh Sehun, teman sebangkunya. Kepalanya tertunduk, dan mata bulatnya terfokus pada huruf-huruf yang membentuk sederet kalimat membosankan tentang konflik Korea Utara. Ia sama sekali tidak menyadari kehadiran Kris yang kini berdiri tepat di samping mejanya.

"Ahem."

Suara dehaman yang dalam itu sukses menarik perhatian Kyungsoo. Pemuda bertubuh mungil itu mendongakkan kepala dari buku yan dibacanya, mendapati seorang pemuda berambut pirang dengan tubuh tinggi dan bermata tajam menatapnya dengan... angkuh? Kyungsoo menciut seketika dalam hati, tapi ia harus mengakui kalau pemuda jangkung di hadapannya itu sangat tampan. Mungkin juga, pemuda paling tampan yang pernah Kyungsoo temui seumur hidupnya.

"Kau Do Kyungsoo... kan?" Kris memulai pembicaraan sambil pura-pura melihat ke arah dokumen yang diberikan Siwon padanya. Padahal nama pemuda itu sudah melekat permanen di kepalanya sejak dirinya masih berada di ruang guru.

"i-iya, kau bisa panggil aku Kyungsoo saja, emm..." Kyungsoo menggigit bibirnya saat dia sadar kalau ia belum mengenal pemuda itu.

"Yifan. Wu Yifan, tapi orang-orang biasa memanggilku Kris. Aku kelas 2-1."

"Oke, Kris." Kyungsoo mengulang nama itu dengan suaranya yang lembut dan senyumnya yang ramah dan bersahabat, tanpa menyadari efeknya pada hati Kris yang mendadak dipenuhi bunga-bunga musim semi. "Senang bertemu denganmu."

Sopan sekali, batin Kris. "Aku ditugaskan oleh guru bagian kesiswaan untuk membantumu beradaptasi dengan sekolah barumu."

"Benarkah? Kalau begitu, mohon bantuannya, Kris." Kyungsoo menundukkan kepalanya singkat. Kris mengangguk.

"Bagaimana kalau kita mulai dengan melihat-lihat lingkungan sekolah?"

 

-----------------

 

Trip singkat keliling sekolah tidak sesingkat yang diduga Kris. Kyungsoo mungkin memang pintar, tapi ia seringkali lupa letak ruangan yang sudah mereka lalui, dan akhirnya terus-terusan bertanya seperti anak hilang, misalnya "Kris, kita mau ke mana?" atau "tadi di mana toiletnya? Aku lupa."

Kris tidak keberatan, sama sekali tidak. Kalau teman-temannya yang bertanya seperti ini, Kris pasti sudah menyuruh mereka tutup mulut atau meninggalkan mereka. Hal itu entah kenapa tidak berlaku pada Do Kyungsoo. Ia sendiri tidak tahu kenapa. Sambil menunjuk satu persatu pintu yang mereka lalui, Kris memberanikan diri untuk sedikit bertanya mengenai Kyungsoo, dan sang murid baru dengan senang hati menjawabnya.

Kyungsoo berasal dari Busan. Ia tidak berasal dari keluarga yang mampu secara finansial, tapi itu tidak menghalangi niatnya untuk belajar dan berprestasi, khususnya dalam hal menyanyi. Karena memang pintar dan berbakat, Kyungsoo berhasil mendapat beasiswa penuh.

Sopan, manis, cerdas, dan berkemauan keras. Benar-benar tipe Kris. Sepanjang perjalanan mereka, Kris hanya mengangguk menanggapi omongan Kyungsoo. Kalau ia tidak menahan diri, ia sudah memuji-muji Kyungsoo sejak tadi.

"'—tapi aku tidak punya teman di sini."

"Eh?"

Kris menoleh ke arah Kyungsoo, dan mau tidak mau  bertemu mata dengan sepasang iris gelap yang terlihat sedikit kesepian, membuat Kris akhirnya bertanya kenapa.

"Teman-temanku semuanya di Busan. Aku sebenarnya tidak ingin pindah sendirian ke sini, apalagi mereka sempat menangis waktu mengantarku ke stasiun. Tapi, aku sudah lama sekali ingin sekolah di sini." Kyungsoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku egois ya."

"Tidak kok."

Kyungsoo berkedip polos. "Eh?"

"Kau tidak egois." Kris menghentikan langkahnya dan menatap lurus ke dalam mata Kyungsoo. "Bukankah bagus kalau kau berusaha keras demi dirimu sendiri?"

Untuk pertama kalinya, Kyungsoo melihat Kris tersenyum. Itu bukan senyum ramah yang lebar seperti Jongin yang juga sekelas dengannya, ataupun senyum terpaksa dan simpatik. Sebuah senyum yang sangat... Kris. Tanpa sadar, ia balas tersenyum. "Terima kasih."

"Oh ya."

"A-apa, Kris?"

"Aku mau kok, jadi temanmu."

"Hah?" Kyungsoo mengerjapkan matanya tidak percaya. Kenapa Kris mendadak ingin jadi temannya? "Kau serius?"

"Memangnya kau tidak mau?"

Percaya diri sekali, batin Kyungsoo. Seakan-akan Kris belum pernah bertemu orang yang tidak ingin berteman dengannya.

Who is he to refuse anyway?

Tanpa keduanya ketahui, takdir sudah menentukan nasib hubungan keduanya di masa depan.

 

-----------------

 

Tidak butuh waktu lama bagi Kris sampai akhirnya ia berniat menyatakan perasaannya pada Kyungsoo. Hanya satu setengah bulan sejak perkenalan pertama mereka. Tanpa disadari, keduanya hampir selalu menghabiskan waktu bersama, walaupun berbeda kelas dan kegiatan klub.

Kris bahkan memperkenalkan Kyungsoo pada teman-temannya: Luhan dan Minseok dari kelas tiga, Yixing yang seangkatan dengan mereka, dan Zitao yang kebetulan teman sekamar Kris di asrama. Kyungsoo pun melakukan hal yang sama: memperkenalkan Kris pada Junmyeon, Sehun, dan Jongin.

Mata Kris selalu tertarik ke arah yang sama, seperti magnet, dan magnet itu hanya mengarah ke satu objek.

Sosok Kyungsoo yang sedang membaca buku pelajaran dengan serius. Sosok Kyungsoo yang tertawa lepas bersama teman-teman barunya, termasuk dirinya. Sosok Kyungsoo yang merengut kesal jika nilai ujiannya di bawah target yang sudah ditentukannya. Sosok Kyungsoo yang selalu tersenyum.

Semuanya selalu soal Kyungsoo.

 

-----------------

 

"Aku suka padamu."

Kyungsoo nyaris tersedak biskuit yang sedang dimakannya di jam istirahat bersama Kris. Apa Kris terlalu stres dengan urusan OSIS dan pelajaran sekolah sehingga dia bicara ngelantur seperti ini? Hari ini bukan April Mop, kan?

"A-apa katamu? Kau bercanda, Kris?" Kyungsoo tertawa canggung.

"Apa aku terlihat seperti sedang becanda?"

Tidak, Kyungsoo menjawab dalam hati. Mata tajam Kris menatap serius ke arah Kyungsoo, seakan mencoba membaca isi hatinya. Wajah Kyungsoo memanas dengan cepat. "Kenapa...?"

"Apanya yang kenapa?"

"K-kenapa kau... menyukaiku?"

Pertanyaan bagus. Kris membetulkan posisi duduknya, sehingga sekarang tubuhnya condong ke arah Kyungsoo yang duduk di hadapannya. "Simpel saja: kau manis, jujur, cerdas, dan hatimu baik." Kris bicara dengan sangat santai seakan itu bukan hal besar, sementara pipi Kyungsoo rasanya seperti terbakar.

"Kau mau jadi pacarku?"

"P-pacar?" Mata besar Kyungsoo semakin melebar. Ia menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Seumur hidup, Kyungsoo belum pernah berpacaran. Masa kecilnya dihabiskan dengan belajar, membantu pekerjaan rumah tangga ibunya, dan latihan vokal. Ia hanya bermain dengan teman-temannya di sekolah dan saat liburan panjang. 

"Kau tidak mau?"

"Bukan begitu!"

"Lalu?" Kris mengangkat alisnya, meminta jawaban yang lebih spesifik. Kyungsoo menunduk malu. "Aku... belum pernah pacaran."

"Aku juga." Kris tertawa kecil saat ia melihat ekspresi kaget Kyungsoo mendengar jawaban tidak terduga darinya. Manis sekali. "Ada apa?"

"Ma-masa sih, kau tidak pernah pacaran...?"

"Kenapa aku harus bohong?" Kris mengangkat bahunya santai. "Aku tidak pernah tertarik dengan siapapun sebelumnya. Perempuan itu menyebalkan, dan yah, kau lihat sendiri laki-laki di sekitarku. Cuma menang wajah saja." Kyungsoo mau tidak mau tertawa kecil mendengar pernyataan berani dari Kris. Luhan dan Tao tidak akan senang mendengarnya.

Kris berdeham. "Jadi? Apa jawabanmu?" Kyungsoo terdiam, kepalanya lagi-lagi tertunduk malu di bawah tatapan Kris. Dia belum pernah berada dalam situasi seperti ini. Perlahan, ia mengangkat wajahnya dan menatap Kris. Tidak bisa dipungkiri kalau Kris sangat mempesona. Dia tampan, pintar, dan selalu memperlakukan Kyungsoo lebih lembut dibanding teman-temannya.

Wajah Kyungsoo memanas mengingat itu semua. Sambil menggigit bibirnya lagi, ia mengangguk. Sekarang giliran Kris yang kaget.

"Kau serius, Kyungsoo?"

Sekali lagi, hanya anggukan malu-malu yang menjawab pertanyaan Kris, tapi baginya, itu saja sudah cukup,

karena sekarang Do Kyungsoo adalah miliknya.

 


 

A/N:

Maaf mengecewakan buat yang udah subscribe, tapi saya cuma mau masukin A/N (gak penting) ini dan merapikan kesalahan-kesalahan kecil. Kalo ada yang nemu lagi, bilang yaaah. Ini dipost tepat sebelum berangkat kuliah sih =..= /maksa. Makasih yang udah baca. Sungguh, silent reader pun saya hargai. Tunggu chapter berikutnya yaaa :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
theworstisnotbehind
[All About Us; 141003] writer's block and homework attacked. Patience, my loves :*

Comments

You must be logged in to comment
coisulli #1
Chapter 11: maaf sebelumnya, aku chanbaek shipper, dan kaisoo shipper, disini gaada chanbaek sama sekli dan ternyata krisoo tapi aku msh bisa suka sama ceritanya. Beneer bener daebak;-; kebawa banget feel nya;-; aku jg suka ada xiuhan disini (kebanyakan hunhan) tp yg agak sedih ga ada chanbaek nya. Tp gapapa twtep bagus lanjutkan ditunggu chap selanjutnya!!
VidyZu #2
Chapter 10: Aaaaaaa first kiss mereka.... OMG
VidyZu #3
Chapter 9: So sweet.... Wuah makin banyak couple yang terungkap... Krisoo number one...
VidyZu #4
Chapter 7: Huuuhh... Tegang juga tadi... Tapi tak apa, kisah cinta mereka yang manis ini selalu membuatku tersenyum...
Eh? Apa ini? #terbawasuasana
VidyZu #5
Chapter 6: Krisoo forever ever ever... Haaa jangan sampai tim basketnya kalah gegara mikirin kyungsoo....
VidyZu #6
Chapter 5: Oohhhh manisnya couple ini.....
VidyZu #7
Chapter 4: Ya ampun... Seneng banget ma ff ini... Maafnya chap sbelumnya gak komen... Tapi tetep semangat ya bikinnya...
VidyZu #8
Chapter 4: Ya ampun... Seneng banget ma ff ini... Maafnya chap sbelumnya gak komen... Tapi tetep semangat ya bikinnya...
VidyZu #9
Chapter 3: Walaupun aku gak terlalu suka ff shounen ai (boyxboy/) atau apalah itu namanya.... Tapi aku suka ff ini...

Lanjutkan thor... *Krisoo shiper :)
BabyBuby #10
Chapter 11: OMG. sy g bs berhenti baca ff ini dr awal smp chap 10... sweet manis bgt g ketulungan smp linu gigi sy.. wow.. sy akan subscribe supaya kl ipdate lgnsng tw deh..