Prolog : Klien Pertama
Luziden TräumenSelamat datang di D.R.E.A.M!
—hidupkan dunia mimpimu.
.
.
.
Pernahkah anda mengalami lucid dream?
Lucid dream atau yang sering disebut sebagai mimpi sadar merupakan suatu keadaan dimana kita sadar bahwa kita sedang bermimpi. Istilah lucid dream diciptakan oleh Frederik Willem van Eden, seorang psikiater dan penulis berkebangsaan Belanda. Berdasarkan keadaannya, lucid dream terbagi menjadi dua:
- Dream Initiated Lucid Dreaming (DILD)
adalah keadaan saat kita sadar kita sedang berada dalam mimpi saat sedang di tengah mimpi. Keadaan ini lebih sering terjadi, dan terjadi secara kebetulan.
- Wake Initiated Lucid Dreaming (WILD)
adalah keadaan lucid dream yang disengaja.
Dari kedua macam lucid dream tersebut, saya sudah pernah mengalami DILD dan pernah mencoba WILD. Inti dari lucid dream adalah menjaga kesadaran kita saat sedang bermimpi. Sebelum melakukan lucid dream—terutama WILD—cobalah menanamkan pikiran ini,
Menyadari diri kita berada di dunia mimpi membuat kita bisa ‘hidup’ di dalam mimpi.
Siapkah anda ‘menjelajahi’ mimpi?
.
.
.
EXO © SM Entertainment
Members of EXO (K and M) are not mine, but God and themselves. I don’t take any profits from this fanfic.
MIMPI © Eka Kuchiki
Inspiration from movie Inception by Christopher Nolan
Warning: OOC, alur loncat-loncat, (mungkin) death character, Alternate Universe (AU)
.
.
.
Seorang pemuda berkulit putih itu menguap lalu meregangkan tubuhnya yang pegal karena dipaksakan untuk mengetik selama dua jam. Ia menatap tampilan blog yang baru saja dibuat di laptopnya kemudian tersenyum puas melihat hasilnya.
Ia beranjak dari tempat duduknya, dan melangkahkan kaki ke dapur untuk mengecek roti bakar yang baru dibuatnya. Setelah roti bakarnya selesai dibuat, ia masuk ke satu kamar sambil menenteng I-pad hitamnya.
Waktunya membangunkan ‘Koala’.
“Bangun, Fan!” Joonmyun menggoyang-goyangkan tubuh besar pemuda China yang mulai menggumamkan bahasa yang tidak dimengerti, lalu menarik paksa selimut yang membungkus tubuh kurus tinggi itu, “Kamu harus liat hasil kerjaku dan kasih komentar sebagai apresiasi buatku. Kamu kan gak ikutan bikin artikelnya.”
Pemuda China itu menepis tangan putih Joonmyun, kemudian menarik selimutnya lagi. Habislah kesabaran Joonmyun; ditariknya kembali selimut itu lebih kuat dari sebelumnya.
“Aih, Wu Yifan! Bangun sekarang atau gak ada sarapan!”
Si ‘Koala’ pun menguap, dengan tubuh yang dipaksakan untuk bangun. Ia menatap tajam pemuda pendek yang berdiri di depannya—yang telah berani mengganggu hibernasinya. “Oke, sekarang gue bangun. Artikelnya udah lo selesein?”
Pemuda bertubuh mungil itu menyunggingkan senyum kemenangan, sembari menunjukkan I-pad hitamnya. “Gimana artikel yang kubuat, Fan?”
“Hmm.” Yifan membaca artikel itu sepintas dengan pose berpikirnya, sebelum akhirnya ia mengangkat bahunya, “Boleh juga.”
Joonmyun mengerucutkan bibirnya. “Nggak ada komentar lain apa?”
“Daripada gue kritik karena tampilan artikelnya masih polos.”
“Okay, Mr. Perfect,” Joonmyun mengibaskan tangannya—tanda ia mulai malas berdebat, “harusnya aku gak usah memperlihatkannya padamu.”
Dahi Yifan berlipat ketika melihat tubuh teman sekamarnya dibalut jas hitam dan bau parfum pria mulai menusuk hidungnya. “Mau kemana, Myun?”
“Mau ke rumah sakit, dong! Memangnya kayak kamu, napas masih bau naga dan mata belekan.” sindirnya. “Buruan mandi sana!”
Yifan menggeleng malas, dan kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. “Gue capek tahu! Habis fashion show di Busan, Incheon dan Seoul, mondar-mandir di tiga catwalk. Dan gue baru tidur jam satu terus dibangunin tiba-tiba sama lo!”
Joonmyun terkekeh mendengar curhatan Yifan—lengkap dengan ekspresi ‘ please’-nya. “Makanya jadi orang jangan moloran!” Obsidiannya melirik ke arah jam tangan hitamnya, “Lagipula sekarang udah jam setengah delapan.”
Mendadak Yifan terlonjak dari tempat tidurnya, melihat jam dinding (yang ternyata seiya sekata dengan Joonmyun), lalu berteriak sambil berlari menuju kamar mandi,
“Joonmyun sialan! Kenapa lo baru bangunin gue sekarang? Gue ada janji jam delapan sama desainer Lee yang bawel itu! Mati gue!”
Tidak ada balasan dari Joonmyun selain tertawa sebentar dan memakai tas punggungnya. Ia harus bergegas enyah dari apartemen itu sebelum Yifan sempat memenggal kepalanya.
.
.
.
Empat jam melayani pasien yang bermasalah dengan kejiwaannya ternyata berefek pada otak dan tubuh Joonmyun yang mulai minta disuplai makanan. Sebelum memesan makan siang, Joonmyun membuka laptopnya. Pemuda berkulit putih itu dengan sabar menunggu proses booting selesai, lalu mulai membuka blog yang baru saja dimuat.
—proyek besarnya kini terdapat di dalam blog itu.
Blog D.R.E.A.M diciptakan untuk membantu jiwa-jiwa orang kembali sehat dengan metode mimpi, salah satunya lewat lucid dream.
Alasan Joonmyun membuat blog itu adalah untuk melengkapi penelitiannya tentang lucid dream. Beruntung teman seapartemennya, Wu Yifan, adalah oneironaut alami—pada waktu pertama kali bertemu dengan Yifan, Joonmyun hampir tidak percaya seorang model internasional seperti Yifan adalah seorang oneironaut. Oneironaut—orang yang menjelajahi mimpi orang lain—umumnya adalah seorang saintis atau psikiater seperti dirinya.
—mungkin Yifan adalah pengecualian.
Dari artikelnya yang baru saja dimuat, sudah sepuluh komentar yang masuk. Ia membaca sekilas lima komentar yang sebagian besar mengandung inti komentar, “Artikel ini keren!” atau “Ajari aku cara lucid dream!”. Kemudian ia mengabaikan empat komentar lainnya yang cenderung mencemooh dan meragukan pengalamannya menjelajahi dunia mimpi.
Namun ada satu komentar yang membuat darah Joonmyun berdesir. Pesan inilah yang ia tunggu.
“Tolong cek email anda. Saya sudah mengirimkan konfirmasi untuk konsultasi.”
Tanpa ragu, Joonmyun segera membuka alamat e-mail-nya—yang sengaja ia cantumkan di bawah artikelnya—dan menemukan satu pesan baru. Ia mengeklik pesan baru itu dan pesan baru itu pun menampilkan isinya.
[“Nama saya Lu Han. Saya punya masalah mengenai mimpi saya. Seminggu yang lalu, saya bermimpi bertemu dengan seseorang yang mirip dengan saya, tapi dia lebih tampan dan lebih tinggi. Dalam mimpi itu, kami hanya saling bertatapan kemudian tersenyum. Saya merasa sangat mengenali pemuda itu, tapi saya tidak tahu siapa dia.
Saya ingin bertemu dengannya lagi. Saya mencoba untuk melakukan mimpi lucid agar bisa bertemu dengannya lagi, tapi saya hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Padahal saya ingin bertanya siapa dia sebenarnya.
Kapan saya bisa bertemu dengan anda? Saya ingin berkonsultasi dengan anda.”]
Bibir Joonmyun melengkung membentuk senyuman. Kini jemarinya mulai menari lincah di atas tuts keyboard.
[“Saya Kim Joonmyun, salah satu pemegang akun ini. Kami membuka konsultasi dari jam 20.00 KST sampai 03.00 KST. Jika ingin berkonsultasi, silakan hubungi 220-519-910.”]
.
.
[Bersambung]
.
.
Eka’s Note: Dari fanfic ini, saya mau menyampaikan adiksi saya terhadap mimpi. Gak tau kenapa setiap fanfic saya pasti ada adegan mimpinya. Makanya saya (yang juga penggemar film inception) pengen bikin fanfic tentang lucid dream. XD
Dan keinginan bikin fanfic ini makin menggebu setelah saya mengalami sendiri DILD dua minggu yang lalu. Saya sadar saya masih bermimpi, tapi pas mau bangun tuh susah banget. Kayak seluruh tubuh saya ada yang nahan. Mungkin karena panik, makanya saya jadi bangun. -.-
Maaf kalo intro-nya kurang greget. Nanti chapter selanjutnya akan diusahakan lebih ‘greget’ lagi.
Buat yang pengen baca versi inggrisnya, silakan baca fanfic D.R.E.A.M. WORLD.
Oke, selesai bacotan panjang saya. Boleh minta komen? :D
P.S.: Nomor pada telepon gengam orang Korea modelnya injeksi, jadi gak seperti sim card yang bisa dilepas. Nomor injeksi itu tertanam di ponsel. Biasanya orang Korea membuat nomor hp mereka dengan kombinasi tanggal lahir, nomor rumah, dsb.
Comments