What?

Stranger in my head

 

A/N: Mian readers... author baru update lagi. Author terlalu lama ngespazz si KrisTao

.

.

.

#Abaikan

.

.

.

Ini Krisbernya sudah author banyakin. Mian juga kalau masih ada yang aneh.

Typo berterbangan bersama naga Indosiar (?)

Enjoy Reading :)


.

.

.

Author's POV :

Setelah keluar dari apartemennya Kris segera berlari menuju lift yang akan membawa dirinya ke basement, tempat Audi R8 milikknya bertengger.

Kris kini bekerja di Wu Company, lebih tepatnya sih, kini dia yang memilikinya. Dulu kakek Kris memiliki sebuah perusahaan mainan, dan ayah Kris memiliki toko mainan. 'Wu's Toys and goods' namanya.

Usaha itu cukup sukses, namun ayah Kris ingin usaha yang lebih serius sekaligus lebih besar. Padahal Kris sangat menikmati bisnis ayahnya pada waktu itu. Bisnis mainan itu membuat Kris merasa... ehm.. bahagia. Karena setiap kali ada anak yang membeli mainan dari tokonya, pasti mereka akan keluar dengan senyum lebar di wajah mereka, dan orangtua mereka yang tersenyum cerah pula.

Kris menyukai usaha keluarganya. Namun beberapa tahun silam, ayah Kris pindah ke Kanada untuk merintis bisnis di bidang otomotif, sehingga dia harus meninggalkan Cina, negara tempatnya lahir. Dan meninggalkan seseorang (A/N:Tebak siapa hayo... :D)

Ayah Kris mempercayakan perusahaan barunya ke tangan Kris saat namja itu berumur 20 tahun.

Baru 1 tahun memerintah sebagai Bos di sana, saham milik Wu Company sudah naik pesat sekita 10% dari nilai saham awalnya yang sebenarnya sudah tinggi itu.

Sebenarnya... Kris adalah namja yang berbakat, kaya, cerdas, dan ya... tampan. Namun sayangnya, semua kelebihannya itu membuat ego-nya tinggi, dan jangan salahkan dia kalau kini dia punya lebih dari 5 'teman perempuan'... well, mereka hanyalah wanita-wanita yang jadi teman 'bermain' Kris di club langganannya, Phoenix Club. Tapi Kris hanya tertarik pada satu orang, yang untungnya bukan merupakan salah satu dari 'teman perempuan'nya di Phoenix.

Dia adalah adik kelas Kris, Amber.

.

.

.

Amber adalah satu-satunya perempuan yang mampu memikat hati Kris. Kris menyukainya karena kepolosannya, tingkahnya yang supel, dan sikapnya yang tidak pernah kegenitan. Namun, Kris harus akui, ketertarikannya cuma sebatas 'itu'. Kris tidak memiliki niat untuk menjadikan Amber 'miliknya'. Namun, Kris juga tidak pernah menolak saat Amber melakukan 'skinship' dengannya. Amber sungguh menarik perhatian Kris.

Tapi...

Kris hanya menginginkan Amber sebagai 'adik'nya.

He only wants her as his little sister. Nothing less, nothing more.

Kris sangat peduli pada Amber, namun kadang Kris suka bersikap overprotektif pada Amber bila ada laki-laki lain yang mendekatinya. Walau selama ini orang mengatakan kalau Amber adalah yeoja yang tomboy, bagi bagi Kris, dia sempurna saat dia menjadi dirinya sendiri. Kris menyukai Amber yang selalu tersenyum dan selalu optimis, dan Kris tau kalau Amber juga sayang kepadanya, namun Kris tidak tahu saja kalau selama ini Amber menganggapnya lebih dari sekedar sosok 'kakak' yang melindungi dan menjagai adiknya.

Ya, selama lebih dari 3 tahun terakhir, saat Kris masih berkuliah di Seoul University, Amber yang merupakan adik kelasnya memang selalu mendapat perhatian 'khusus' dari Kris yang terkenal dengan sebutan 'Ice Prince'nya.

Amber sangat senang ketika Kris yang sepertinya 'dingin' itu memperlakukannya 'beda' dari yeoja-yeoja lainnya. Namun sayangnya Amber 'menganggap' kalau sikap Kris kepadanya selama ini adalah 'cinta'.

Salahkah jika Amber menganggapnya cinta?

Di satu sisi, ya, Kris mencintainya, namun di sisi lain, hal itu salah, karena cinta Kris kepada Amber adalah cinta seorang kakak kepada adiknya.

.

.

.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaanya, Kris memutuskan untuk segera pulang. Jam digital di sudut meja kerjanya sudah menunjukkan angka '23.50 PM'. Saat Kris beranjak dari tempat duduknya, handphone Kris berbunyi. Kris melihat caller IDnya, dan mendapati kalau Amberlah yang menelfonnya.

'Gege!'


'Ne... waeyo Ambie? Tumben kau menelfon malam-malam begini, memang appa dan eommamu tidak menyuruhmu tidur?'


'Gege.. *Hiks Appa dan Eomma bertengkar lagi.. Appa sepertinya tidur di luar malam ini, entah di hotel atau di mana, tapi eomma juga sulit untuk diajak berbicara. Dan aku belum makan! Gege.. help! *Hiks'


'Mwo? Kau belum makan sudah jam segini? Sudah kau siap-siap saja, aku akan menjemputmu segera. Ulljima nee.. nae gwiyeoun Amber kan kuat, jadi jangan menangis ya. Kau tunggu di luar rumah saja sebentar, biarlah eommamu menenangkan dirinya sebentar, mungkin dia masih salah paham dengan appamu. Kau tunggu di situ ya... Gege akan datang ke sana'


'Jinjihage? *Hiks Gomawo yo gege... aku tidak tau bakal jadi apa kalau tidak ada gege *Hiks'


'Yasudah, berhentilah menangis, aku tidak tahan mendengarmu menangis. Aku jalan dulu ne?'


'Nde... gomawo gege'


'Ne cheonma'

Tut....

Suara telpon yang diputuskan mengawali kepergian Kris ke rumah Amber.

.

.

.

Kris sangat dekat dengan keluarga Amber, bahkan Kris sudah menganggap eomma dan appa Amber sebagai orangtua keduanya. Begitu juga dengan orangtua Amber yang sangat senang dengan kehadiran Kris di kehidupan anak mereka, yang membuat Amber berubah menjadi pribadi yang lebih 'cewek' (?)

Namun semua berubah sekitar 5 bulan yang lalu ketika orangtua Amber bertengkar, entah karena alasan apa.


Merasa bahwa dirinya tidak berhak untuk menanyakan permasalahan antar mereka, Kris tidak pernah berniat untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada orangtua keduanya itu.


Sejak saat itu, orangtua Amber sering bertengkar, dan selalu berakhir dengan salah satu dari mereka yang tinggal atau tidur di luar rumah selama beberapa hari. Dan pihak yang tinggal di rumah hanya akan diam-membatu dan tidak melakukan apa-apa yang berarti. Sehingga, Amber harus pasrah dengan tidak diberikan makanan atau kadang di masa bodo-kan oleh eomma atau appanya jika mereka sedang bertengkar.


Amber sering menangis sendirian di kamarnya saat mendengar suara teriakkan kedua orangtuanya di ruang tamu ketika sedang bertengkar.

Amber tidak suka pertengkaran.

Namun semua kesedihan yeoja itu selalu hilang dalam sekejap ketika Kris datang dan menyediakan keamanan dan kenyamanan hanya baginya. Jika Amber menangis, Kris akan membawanya ke dalam pelukannya dan mengelus pelan kepala Amber sambil terus berbisik pelan pada Amber, 'gwaenchanha...gwaenchanha...' dan mengayun-ayunkan tubuh Amber yang ada di dalam pelukannya dengan pelan hingga akhirnya Amber tertidur di pelukkan Kris setelah lelah menangis.

(A/N: Wew, ini terlampau cocweet...)


Hal ini selalu terjadi ketika Amber menangis. Tak perlu bertanya dulu,apa alasan Amber menangis, Kris selalu menyediakan bahunya untuk Amber. Kris selalu menyediakkan waktu untuknya. Menyediakan dirinya untuknya.

Banyak hal yang Kris lakukan pada Amber yang membuat wajar semua spekulasi orang bahwa mereka memang 'berhubungan'

Kris sering -hampir selalu- menjemput Amber sepulang kuliah

Kris selalu menggandeng tangan Amber kemanapun mereka pergi

Kris selalu mengajak Amber untuk pergi ke segala jenis tempat

Kris tidak pernah segan mengeluarkan 'isi dompet'nya untuk Amber yang -kasihannya- selalu ditolak oleh Amber

Kris selalu ada saat yeoja itu menangis, tertawa, bahkan saat yeoja itu kesal kepadanya

Kris selalu menyediakkan waktu dan segalanya bagi Amber

Dan Kris tidak pernah segan memelukknya, atau menciumnya -di pucuk kepalanya- (A/N: Emang kalian pikir dimana heh? kekeke~)

Kris menyayanginya -sungguh- sebagai adiknya sendiri...

.

.

.

Amber's house

Mobil Kris sudah terparkir persis di depan rumah Amber. Kris bisa melihat figur Amber yang sedang terduduk di teras rumahnya sambil memeluk tubuhnya sendiri.

'Sepertinya udara hari ini dingin ne...' Kris berpikir kepada dirinya sendiri

Seperti refleks, Kris membuka pintu mobilnya dan segera berjalan cepat ke arah Amber, lalu membawa yeoja berambut pendek itu ke dalam pelukannya.

"Hei... hei... hei.. kau sudah tidak menangis kan?" Kris mengangkat kepala Amber yang sedari tadi tertunduk

Sang pemilik kepala hanya menggeleng pelan dan mempout-kan bibirnya imut ke arah Kris lalau berkata

"Aku sudah tidak sedih lagi... tapi aku lapar gege~" Amber memukul-mukul pelan dada bidang Kris sambil terus mempout-kan bibirnya

'adikku ini memang kyeopta~' Kris menyimpan perkataanya barusan di dalam hatinya sendiri

"Aisshh... kukira kau masih akan menangis dan merengek kepadaku, ternyata kau malah minta makanan? Seperti binatang peliharaan saja..."

"YA! Gege kira aku anjing apa? Aku ini manusia tau! terlebih aku ini yeoja! Kau tidak lihat ada yeoja yang sedang kelaparan di sini? Cepat beri aku makanan ge.."

"Hmppfft..." Kris menahan tawanya melihat ekspresi Amber yang sepertinya terlalu 'urrgghhh' baginya

"Ya... ya... YA! Kenapa kau malah ketawa? sudah cepat di sini dingin tau!" Amber mendorong Kris keluar dari teras rumahnya menuju mobilnya, yang dengan senang hati dituruti oleh Kris

"Ambie... aku tidak menganggapmu anjing. Sudah jangan ngambek. Kau tetap yeoja terlucu yang aku pernah temui. Sudahlah kita ke apartemenku saja, sepertinya aku masih punya beberapa bungkus ramyun di sana..."

"Yes! Setelah seminggu tidak makan ramyun akhirnya kau bisa makan ramyun juga!"

Kris hanya tertawa kecil mendengar Amber yang seneng sekali walau cuman diajak makan ramyun. Kris memutuskan untuk membawa Amber ke apartemennya, Kris tidak suka memikirkan Amber yang menangis seperti tadi.

Setelah sampai di depan apartemen, Kris menyuruh Amber turun duluan dan menunggunya memarkir mobilnya. Pada saat Kris ingin keluar dari mobil Kris baru ingat kalau ada yeoja bermata panda di apartemennya sekarang ini.

'Anak itu sudah makan belum ya? Dari tadi aku belum menelfon... Hah? Apa yang kupikirkan? bodo amat kalau dia belum makan. Memangnya dia siapa?' Kris bingung sendiri kenapa dia malah memikirkan yeoja panda itu.

'Ah, aku harus menelfonnya dulu supaya dia masuk ke gudang itu. Kalu Amber melihat dia, bisa-bisa dia mikir yang 'tidak-tidak' lagi' Kris mengambil handphonenya untuk menelfon telpon di apartemennya.

'Yeoboseyo. Ini siapa ya?'

"Ya Panda-ssi, ada temanku yang mau main ke rumah, kau masuk ke gudang itu dulu. Jangan keluar sampai aku membukakan pintu untukmu. Kalau berani keluar awas saja! Aku tidak mau temanku berpikiran aneh-aneh melihat orang sepertimu ada di apartemenku." Kris berkata panjang lebar sambil berjalan cepat ke arah Amber yang masih menunggunya di depan gerbang apartemen Kris.

'Arrasseo. Arrasseo. Aku segera masuk. Tak usah khawatir, aku tak mau ambil resiko denganmu, kau aneh.' Tao membalas telfon Kris dengan suara malas di sebrang sana. Kris yang tak sudi dipanggil aneh oleh orang yang dianggapnya lebih aneh dari dirinya segera membalas Tao

"YA! Siapa yang aneh di sini kau-"

Tuttt...

Sebelum Kris sempat menyelesaikan kata-katanya, Tao sudah menutup teleponnya di seberang sana.

"Mwo? Dia menutupnya? Dasar gila." Kris yang tadinya kesal langsung bergembira lagi setelah melihat Amber yang sudah menunggunya di depan lobby apartemen Kris.

"Seingatku, dulu apartemenmu tidak sebagus ini." Amber mengawali percakapan saat mereka masuk ke lift

"Kau saja yang jarang main ke sini, makanya, jangan kebanyakan belajar. Oh iya, kau lulus bulan depan kan?" Kris menjawab Amber dengan muka penuh senyum, sambil memencet salah satu angka di tombol yang ada di lift itu.

"Ndeee, aku baru bisa dibilang lulus bulan depan. Setelah itu aku akan mencari kerja deh! Keren kan? Kuharap sih, setelah itu, aku bisa mencari tempat tinggal sendiri. Aku muak tinggal dengan eomma dan appa, mereka berisik sekali" Tatapan Amber tiba-tiba menjadi kosong dan sedih. Kris yang menyadari mood swing Amber yang begitu cepat segera menggelitiki pinggang Amber yang sukses membuatnya tertawa terpingkal-pingkal sambil memohon-mohon pada Kris untuk menghentikkan tindakannya.

"Hahahah! Ya! Aaaa... Ya! Stop it Yi Fan! Gege!" Kris menghentikkan kegiatannya setelah Amber sudah tertawa lepas.

"Ya! Kau tidak boleh sedih, apalagi menangis kalau sedang bersamaku. Aku tidak suka melihatmu menangis, arra?"

"Iya gege. Aku akan berusaha. Tapi kalau sudah terlanjur gege tidak akan marah kan?" Amber memasang tampang puppy-eyesnya pada Kris

"Aisshh... iya iya. Mana mungkin aku bisa marah padamu!" Kris mengacak pelan rambut Amber yang menghasilkan sebuah pout lucu dari si empunya rambut.

TING!

Setelah sampai di depan pintu apartemen Kris, Kris membuka pintu aparetmennya dan menengok sebentar ke dalam.

'Hmm.. sepertinya manusia itu sudah masuk.'

"Nah, Amber... Kajja! Aku akan segera buatkan ramyun untukmu! Kau tunggu saja di situ sambil menonton TV... eottae?"

"Arraseo... jangan lama-lama ya gege, aku laparr..." Amber menekankan kata lapar di kalimatnya. Kris hanya tertawa singkat lalu pergi ke dapur untuk membuatkan ramyun mereka berdua.

Setelah melihat dapur yang lebih *koreksi* jauh-jauh-jauh lebih bersih dari kondisi biasanya yang memang gak bersih *ehem*jorok*ehem*, Kris baru sadar kalau dari tadi pagi si yeoja panda itu sudah membersihkan rumahnya.

'Pintar juga dia bersih-bersih' Kris bersmirk singkat sambil menyiapkan makanannya dan Amber.

.

.

.


Meanwhile in storage room

Setelah ditelfon oleh Kris tadi, Tao dengan malas masuk ke dalam ruang yang pernah ditunjuk Kris waktu pertama kali mereka bertemu. Ruangan itu adalah salah satu bagian dari perjanjian mereka.

Tao merasa kalau dirinya sangat-sangat bodoh karena mau-mau saja disuruh-suruh oleh namja macam itu. Namun, Tao mau bilang apa? Pertama dia sudah menyetujui perjanjian bodoh itu, dan dia juga tidak mau ambil resiko kalau sampai rahasianya diketahui orang lain. Apalagi dengan hadirnya orang lain di apartemen itu. Sudah jelas bagi Tao kalau lebih aman bila dia berada di dalam ruangan ini. Jika dia menampakkan diri secara terang-terangan, bisa-bisa dia sudah ada di Cina lagi.

Cklek!

Tao menutup pintu itu dan menguncinya lalu berusaha mencari tombol lampu yang segera ditemukannya di samping kiri pintu ruangan itu.

Ruangan itu tidak terlalu sempit atau kecil seperti yang Tao pikirkan pertama kali setelah mendengar kata gudang. Menurut Tao, sebenarnya ruangan itu harusnya menjadi kamar pada awalnya, karena ukurannya hampir sama dengan ukuran kamar Kris yang pernah dimasukinya kemarin malam.

Tao tersenyum kecil ketika melihat sebuah piano kecil yang tertutup oleh kain yang kini sudah dipenuhi oleh debu. Tao cukup kaget karena mengetahui kalau di dalam apartemen ini, ternyata ada alat musik favoritnya.

'Memang dia bisa memainkannya?' Pikiran Tao tiba-tiba melayang kepada Kris. Namun segera dihilangkannya pikiran itu berhubung, saat ini dia sedang tidak ingin memikirkan hal lain selain musik, dan... eommanya.

Tao memang atlet wushu, tapi sebagai seorang yeoja, dia juga menaruh minat pada musik. Sejak kecil, Tao diajari piano klasik oleh eommanya dan juga guru privat yang datang ke rumahnya, tentunya saat appanya tidak ada, karena appanya tidak suka jika Tao menaruh perhatian lebih pada hal lain selain wushu.

Tao bahkan dibuatkan ruangan rahasia oleh eommanya yang tidak pernah diketahui appanya. Ruangan itu berisi alat-alat musik yang biasa dipelajari dan dimainkan Tao bersama eommanya di 'golden time' mereka.

Strict enough? Yeah right...

Setelah membuka kain penutup piano itu, Tao memperhatikan stuktur piano itu. Ukurannya tidak terlalu besar, bukan seperti grand piano yang ada di rumahnya, namun juga tidak kecil. Warnanya putih.

'Seperti semua barang milik Kris di apartemen ini' Pikir Tao sambil tersenyum singkat saat wajah namja pirang itu muncul di kepalanya. Saat Tao memencet satu tuts piano, Tao mendengar suara pintu yang dibuka dan lampu dinyalakan. Tao yang menyadari kalau suara itu berarti si pemilik rumah dan 'tamu'nya sudah datang. Tao menekan pedal peredam di piano itu agar suaranya itu tidak terdengar hingga keluar ruangan itu. Cukup terdengar oleh Tao sendiri.


dang wo cheng zuo zhe feng...

zai ni de shi jie xiang luo yeah

bai se de feng...

zai ni shen bian huan rao zhe

ni wen wo lai zi na li, xiao zhe hui da shi mi mi

zhi yao shi ni he wo yi qi zou xia qu...

tian tang zai sui shi he sui di...

(▼EXO-M - Angel)

Tao bernyanyi dengan pelan sambil memainkan piano itu. Walau sudah lama tidak bermain piano, tapi Tao masih hafal beberapa lagu favoritnya. Dan tidak perlu bagi Tao untuk meihat partitur, karena Tao sudah hafal lagu-lagu itu diluar kepala. Lagu-lagu itu diajarkan eommanya sejak lama.

Setelah sampai di akhir lagu, Tao merasakan ada suatu benda cair dan basah yang mengalir di pipi kanannya.

Air mata.

Sudah lama Tao tidak menangis karena musik. Dan Tao merindukannya. Dia merindukkan musik dan juga merindukkan eommanya.

Setelah selesai dengan reminisence-nya tentang eommanya, Tao mengeringkan air matanya dengan lengan bajunya dan mencoba mengalihkan perhatian dan pikirannya pada benda-benda yang berada di sekelilingnya saat ini.

'Gudang namja inirapih... dan juga... penuh dengan benda yang sebenarnya masih bagus, tapi kenapa dia taruh di sini ya?'

Tao menjelajahi ruangan itu dengan sudut matanya untuk sejenak, lalu memutuskan untuk mencari sesuatu yang menarik untuk dijelajahi lebih jauh olehnya.

Akhirnya, Tao menemukan sebuah kotak berwarna putih yang menarik perhatiannya karena posisinya yang unik. Ditaruh dengan sangat hati-hati di dalam sebuah lemari kaca, yang tidak berdebu, layaknya semua benda lain di dalam gudang itu.

Benda itu berada di pojok ruangan, lebih tepatnya di samping tumpukkan buku-buku yang nampaknya adalah buku-buku bisnis milik Kris.

Tao mengambilnya sambil mengucapkan pelan 'aku pinjam dulu ya naga' di dalam hatinya.

Ketika Tao mengeluarkan kotak putih itu dari lemari kacanya, Tao bisa melihat jelas kalau di atas kotak putih itu ada sebuah tulisan yang tercetak indah dengan warna hitam bertuliskan huruf Cina yang diketahuinya dengan baik bertuliskan '她的' yang berarti 'her'

Tao tidak bisa menghilangkan rasa pensaran yang memuncak di dalam dirinya ketika melihat tulisan itu.

'Mungkin ini berisi barang yang berhubungan dengan cinta pertama namja itu? Aku ingin lihat seperti apa rupa yeoja yang disukainya...'

Tao dengan hati-hati membuka kotak yang tidak dikunci oleh pemiliknya itu. Di dalamnya Tao melihat sebuah kain berwarna putih yang menutupi benda di bawahnya. Saat Tao membukanya, Tao melihat sebuah music box yang memiliki ukiran nomor '11'

.

.

.

Tao membelalakkan matanya melihat angka yang terukir di music box itu.

"Mwo?" Tao berbisik pelan, masih takut suaranya terdengar oleh siapapun yang ada di apartemen Kris sekarang ini.

Ukiran angka itu, mirip seperti yang dibuat eommanya.

Tidak.

Ukiran itu MEMANG ukiran eommanya.

'Bagaimana ini bisa ada di sini?' Tao mencoba berpikir keras tentang apa yang terjadi di masa lalunya.

Apakah namja bernama Kris itu terdapat di dalamnya?

1

2

3

Nothing

Tao tidak bisa mengingat apa-apa, Tao berusaha berkali-kali untuk bertanya kepada dirinya sendiri dan mencoba untuk berpikir mengenai masa lalunya, hanya beberapa saat sebelum eommanya 'pergi'.

Namun sekeras apapun Tao mencoba,Tao tidak bisa menemukan apa-apa di dalam memorinya. Satu-satunya hal yang Tao sadari adalah kenyataan bahwa dia hanya memiliki 10 music box di rumahnya. Sebelum Tao ke sini, Tao sempat melihat untuk terkahir kali koleksi music box miliknya yang merupakan hadiah eommanya.

Setiap music box memiliki angkanya sendiri. Angka itu diukir oleh eomma Tao yang jumlahnya sesuai dengan umur Tao pada saat diberikan benda itu, karena music box itu adalah hadiah ulang tahun Tao. Alunan musik dari music box itu adalah awal kecintaan Tao pada musik. Tao sadar kalau dia mendapat music box terakhirnya pada ulangtahunnya yang ke-11, dan music box yang dia miliki bernomor...

1 , 2 , 3 , 4 , 5, 6, 7, 8, 9 , 10, dan... 

'Eh? Tidak ada lagi? 11 beon-eun eodi?' Pikir Tao

Berarti yang Tao tidak miliki adalah music box nomor... 11

"What is exactly happening?" Tao sudah tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Kenapa music box miliknya ada di gudang Kris?

Kenapa music boxnya ditaruh di tempat yang sangat 'spesial' seperti itu?

Kenapa music boxnya di masukkan ke dalam sebuah kotak bertuliskan '她的'?

Tao tidak bisa berkata apa-apa. Pikirannya kacau sekarang. Tao menaruh kembali music box-'nya', lalu duduk dan menyenderkan tubuhnya di salah satu sofa kecil yang ada di ruangan itu.

"Sebenarnya Kris itu siapa sih? Membingungkan sekali..." Tao menengadahkan kepalanya ke atas hanya untuk melihat langit-langit berwarna putih di ruangan itu yang hanya diterangi oleh lampu gantung berwarna oranye yang sudah agak redup.

Tsssinnngg...


"Hhh... Appo..." Tao memegang kepalanya yang entah mengapa terasa sangat berat dan sangat sakit saat itu.

Sebelum dunia Tao membuyar, Tao mendengar samar-samar suara tawa seorang yeoja yang sepertinya berasal dari ruang tamu Kris

'Gege! Jangan begitu! Geli tahu... Hihihi.... Aishh! Gege! Film ini tidak lucu sama sekali kalau begitu! Ya ge-'

Kata-kata yeoja itu tidak terdengar lagi oleh Tao karena Tao sudah pergi ke alam bawah sadarnya.

.

.

.


 

A/N: Hehehe... gimana krisbernya udah lumayan kan? Ntar dilanjutin dulu deh... sabar ya buat updatenya..

Min to comment and subscribe?

Dan, gomawo ya buat semua yang udah comment. Whoever you are I love you like hell yeah! 

☆*:.。. o(≧▽≦)o .。.:*☆

hint : next chappie, 1/2nya KrisTao moment dan 1/2 flashback dan kriber moments

GOMAWO!  :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
330nai #1
Chapter 8: please.... aku rayu. mahu tau sambungannya
ellin_kim #2
Chapter 8: Authornim~ gak ada lanjutannya kah?? Huwaaaa ㅠㅠ berharap ada lanjutannya,please....^^ditunggu next chap nya authornim, keren kok author...
qiuiie #3
Chapter 8: tak ada lagikh sambungannya???
Nakamio
#4
Chapter 6: Hiyaa ada KrisBer chap depan? O.o KrisBernya... cuma slight kan ya? Haha x.x Update soon authornim :)
amberkrisxoxo
#5
Chapter 5: Update thor~ krisbernya banyakin
._. Btw, ada typo yg menggangu._.
spygenl #6
Chapter 2: oh mai gad wat do yu do to mai xing xing xie?! oh salah, xing ge -_- wateper lah. kasian banget tao, sabat ye
masih sangsi apakah krisber akan ada di cerita ini atau pure taoris lol