I didn't mean to...

Stranger in my head

 

.
 
.
 
.
 
.
 
 
"Tao...Tao-er? Kau tidak apa-apa? Kenapa gak bangun-bangun sih..." Terdengar samar-samar suara seorang wanita di depan Tao.
 
"Errgghhh.... sebentar lagi, kepalaku sakit sekali." Tao yang merasa tergangggu oleh kehadiran suara yang tak diinginkan itu, mengerang pelan dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut
 
"Tapi, kau belum minum obat. Kau, kan yang menyuruhku untuk datang dan membawakanmu obat. Jangan buat aku menunggu Tao. Atau akan kuadukan pada ayahmu."  Jessica yang sudah biasa menghadapi Tao yang seperti ini, mengeluarkan devilish smirknya ketika Tao langsung bangun saat kata 'ayahmu' disebut.
 
Kata ayah adalah kata-kata ajaib buat Tao.
 
"Cihhh.... kayak berani aja. Sini mana obatnya?" selesai mencibir Jessica, Tao pun meminum obatnya dalam sekali lahap.
 
"Ahh~ kapan ya aku bisa sembuh dari semua kutukan sial ini? Rasanya semua penyakit yang ada di dunia ini dilimpahkan kepadaku deh... Aku kan
pengen kayak cewek-cewek lainnya juga... Ke sekolah, main sama temen, ngeggossip, suka sama cowok... eh... cowok?" Tao bingung sendiri dengan imajinasinya. Jessica hanya tertawa kecil melihat tingkah Tao, yang -sama sekali tidak- dingin itu. Ah, tidak. Tao hanya bisa menunjukkan sifat aslinya kalau sedang  bersama orang-orang yang benar-benar dianggapnya berharga. Seperti Jessica, yang sudah menjadi maid pribadinya sejak dia berumur 5 tahun. 
 
"Ya! Kau tahu kan? Homeschooling itu lebih cocok buat cewek sepertimu.. dan apa lagi kau bilang? cowok? Baru sadar kalau selama ini kau tak pernah melihat cowok? Selama ini yang kau lihat kan hanya teman-teman cowok sebatas teman seperjuanganmu di 'Huang Wushu Academy' kan? Baru ingat aku ternyata kau juga remaja perempuan yang sedang masih mencari cinta... Hehehehe~ peace Tao" Jessica hanya menempelkan senyum 4 jari di wajahnya, sambil membentuk huruf 'V' dengan kedua jarinya.
 
"Jessica-ssi... kalau saja kau bukan maid yang sudah merawatku sejak aku sejak 13 tahun lalu... kau pasti sudah kuterkam... kau tahu itu? Aku sih masih normal... masih suka cowok. Tapi bagaimana mau suka sama cowok, kalau sejarah cowok yang pernah kulihat hanya anak-anak ingusan dan keringetan di sekolah wushu? Bahkan menurutku, mereka gak bisa dibilang cowok... mereka itu batita... terutama dalam hal wushu..." Tao yang paling benci kalau sudah ditanyain tentang cowok, mem-poutkan bibir tipisnya. Jessica yang -hampir- naik pitam, langsung luluh melihat tingkah gadis panda yang kelewat imut itu.
 
"Joh-ayo... aku keluar dulu ya Tao... jangan lupa istirahat, latihan wushunya besok saja. Ayahmu belum pulang kok..." Jessica keluar dari kamar Tao dan melesat pergi untuk mematikan lampu kamar Tao, yang jaraknya cukup jauh dari tempat tidur Tao (?)
 
"Ya... ya... ya... gadis panda ini akan segera tidur... xie-xie Jessica-ssi" Tao berterimakasih pada maid kesayangannya itu, dan kembali ke alam mimpinya
 
SKIP TIME
 
Hari kompetisi wushu
 
Grand Aula 'Huang house of Wushu'
 
Tao datang. Selain untuk menepati janjinya pada ayahnya sebagai anak yang baik, dan juga supaya nyawanya tidak melayang konyol di tangan ayahnya yang manic itu...
 
"Pertandingan final kali ini akan menampilkan 2 perempuan. Tidak seperti biasanya, nampaknya tahun ini pemenang kita adalah para wanita-wanita
 
perkasa ini... Kami persilahkan... Huang Zi Tao melawan...."
 
Tao mendongakkan kepalanya untuk mendengar lebih jelas, siapa yang akan jadi lawannya di final kompetisi kali ini.
 
"Zhang Yi Xing..." Suara riuh tepuk tangan penonton menggema di Grand Aula itu...
 
 
'Zhang Yi Xing'
.
 
.
 
 
'Zhang Yi Xing'
 
.
 
.
 
'Zhang Yi Xing'
 
.
 
.
 
Tunggu... 
 
"Bagaimana bisa aku melawan kakakku sendiri?!" Tao berteriak sendiri di dalam ruang persiapannya. 
 
Tanpa ba-bi-bu, Tao segera menghampiri ayahnya di tepi arena dan bertanya dengan lantang.
 
"Ayah, katakan kalau ini semua bukan rencanamu. Katakan kalau aku tidak harus melawan Lay. Karena aku tidak mau."
 
"Tao... ingat...  you have to obey me. Just fight with her... what's the big deal... she's just your step sister..."
 
"Tapi, walaupun kami hanya diikatkan oleh hubungan pernikahan, bukan berarti aku harus mematahkan tulangnya di arena ini kan?"
 
"Diam, dan lakukan tugasmu sebagai seorang anak. Kau harus menurut kepadaku. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Aku hanya ingin kau bisa mempertahankan dirimu sendiri. Dan kau harus menang. Aku tak terima alasan apapun kalau sampai kau kalah."
 
Mendengar kata-kata ayahnya, bulu kuduk Tao sekali berdiri, dan firasatnya mengatakan kalau Ia harus melakukan hal ini. Bagaimanapun konsekuensinya.
 
Tao tahu, melawan Lay sama dengan mencari mati.
 
Karena ibu Lay, lebih tepatnya, Ibu tiri Tao, sangat membenci Tao.
 
Entah mengapa.
 
Kalau kata Jessica, Ibu Lay membenci Tao karena Tao lebih sering diandalkan suaminya (dalam hal ini, ayah Tao) dalam hal wushu, walaupun Lay juga bisa wushu. 
 
Sehingga Ibu Lay merasa kalau perhatian ayah Tao hanya kepada Tao, dan bukan pada anggota keluarga baru mereka.
 
Tao hanya bisa menelan ludahnya sebelum masuk ke arena pertandingan, yang baginya menjadi lebih gelap dan dingin dibanding pertandingan-pertandingan sebelumnya.
 
.
 
.
 
.
 
"Lay, aku minta maaf, tapi aku harus melakukannya..." Tao berbisik pelan di telinga Lay sebelum menghentakkan tongkat wushunya di bahu Lay. 
 
Tidak keras sih... namun tidak pelan juga. Tao tau kekuatannya sendiri, dan ia tahu, alau minimal ada beberapa tulang yang akan patah di tubuh Lay.
 
Tao tidak pernah mengingnkan hal itu terjadi kalau bukan karena ia harus menang.
 
Kalau saja ayahnya normal, pasti bukan masalah bila Tao kalah atau menang.
 
Hentakan tadi cukup untuk membuat Lay jatuh ke luar arena, terbaring tak sadar selama beberapa menit sebelum akhirnya Lay dinyatakan kalah.
 
Dan juga...
 
Cukup untuk membuat setengah ruangan itu berteriak karena aksi Tao, yang... 
 
begitu memukau, indah, dan menyeramkan dalam detik yang sama. 
 
Dan juga, cukup untuk membuat Ibu Lay berteriak super keras karena anak kesayangannya terbaring lemah, -entah hidup atau tidak- di luar arena
pertandingan.
 
Tim medis yang datang sudah bilang kalau Lay akan baik-baik saja, walau ada beberapa rusuknya yang patah akibat bantingan Tao, namun, -kata paramedik yang menurut Tao sok tau itu-  Lay bisa sembuh dengan cepat. Dan ya, Tao menang.
 
Dan tidak...
 
Rasanya tidak menyenangkan sama sekali
 
Tidak membanggakan sama sekali...
 
Dan ayah Tao hanya mengeluarkan seringaiannya, yang -entah apa artinya- menyeramkan itu.
 
Ibu Lay yang histeris -mengira anaknya sudah berkurang kecantikannya atau entahlah- segera menghampiri Tao, dan mencacimaki Tao dengan semua kata-kata cacian yang ada...
 
Dan 'Ibu'nya menamparnya dengan kekuatan yang... cukup kuat. Karena bisa membuat seorang atlet wushu seperti dirinya terjatuh. 
 
Tao benci tamparan. Tao benci dipukul. Tao benci segala bentuk kekerasan. Namun Tao mencintai wushu.
 
Baginya wushu bukan kekerasan, namun sebuah pertahanan diri yang dikemas dalam sebuah bentuk keindahan dalam setiap jurus-jurusnya.
 
Tao berlari keluar arena itu, sambil masih mendengar samar-samar seruan namanya dari para penonton yang -sepertinya- masih tetap mendukungnya walau mereka juga melihat jelas, apa yang terjadi di depan tadi...
 
Tao menyuruh supir pribadinya untuk segera melesat pulang, dan sesampainya di rumah, Tao mendekam di dalam kamarnya dan hanya bisa berfikir, bagaimana caranya Ia lolos dari terkaman 'ibu'nya yang ganas itu.
 
Sudah cukup ayahnya saya yang phsyco, sekarang Ibu tirinya juga gila. Lebih tepatnya gila karena ingin membunuh dirinya...
 
Entahlah, semenjak tinggal bersama dengan Ibu Lay, dan saat berada dekat dengannya, aura yang dirasakan Tao hanyalah aura pembunuh, yang kurang-lebih ditujukan kepadanya.
 
Tao berusaha untuk tidur dan melupakan semua itu, namun matanya menolak untuk ditutup.
 
Maka ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan menonton TV
 
---
 
"Ya, inilah pemenang kita Huang Zi Tao! *YEAHHH~~~~ HUUUU~~~~~ PROKPROKPROKPROK~~"
 
Suara MC itu terdengar sangat jelas di telinga Tao. Tao baru ingat, ini kan pertandingan nasional... otomatis siarannya juga sedang ditonon oleh semua orang di China.
 
Oh . Pikir Tao.
 
"Plakkk..."  tiba-tiba mata Tao kembali lagi terpaku pada TV di depannya.
 
Sosok dirinya yang tiba-tiba jatuh terduduk berkat tamparan dari 'ibu'nya
 
Najis, aku terlihat sangat lemah di situ. Apakah aku tidak bisa terlihat lebih keren lagi? Tao mencoba untuk berpikir lebih keras, namun sesuatu tiba-tiba menamparnya.
 
"Ya, dan untuk berita berikutnya adalah, pemenang Lomba Wushu tingkat Nasional baru-baru ini, Huang Zi Tao, dinyatakan tidak sah kemenangannya karena menyebabkan luka yang cukup parah pada tubuh lawannya, dan sang pemenang dituntut oleh ibu lawan untuk mengganti kerusakan yang disebabkannya pada anaknya, dan menuntutnya ke pengadilan.."
 
That's it. I'm ing dead. Tao menampar pipinya pelan.
 
Ya. Itu adalah suara pembawa berita di TV sial itu. 
 
Semuanya sial.
 
Sial.
 
Sial.
 
Sial.
 
.
 
.
 
.
 
.
 
 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
330nai #1
Chapter 8: please.... aku rayu. mahu tau sambungannya
ellin_kim #2
Chapter 8: Authornim~ gak ada lanjutannya kah?? Huwaaaa ㅠㅠ berharap ada lanjutannya,please....^^ditunggu next chap nya authornim, keren kok author...
qiuiie #3
Chapter 8: tak ada lagikh sambungannya???
Nakamio
#4
Chapter 6: Hiyaa ada KrisBer chap depan? O.o KrisBernya... cuma slight kan ya? Haha x.x Update soon authornim :)
amberkrisxoxo
#5
Chapter 5: Update thor~ krisbernya banyakin
._. Btw, ada typo yg menggangu._.
spygenl #6
Chapter 2: oh mai gad wat do yu do to mai xing xing xie?! oh salah, xing ge -_- wateper lah. kasian banget tao, sabat ye
masih sangsi apakah krisber akan ada di cerita ini atau pure taoris lol