The Encounter

Stranger in my head

 

A/N: Wahai para readers... pertama-tama author makasih banyak yah buat yang udah mau review ini fanfic. Terus buat yang minta update... ini author baru bisa update segini, otak author lagi diservis. Jadi, kalau part ini agak 'something' maap ya~

Jeonmal Gomawo udah mau jadi readers loh~

Enjoy

.

.

.

Tao segera menduduki kursi paling depan di bus yang akan membawanya ke airport, karena jarak antara pesawat dan airportnya tidak bisa dibilang dekat.

2 orang pria berjas hitam duduk di belakang Tao, dalam diam memperhatikan semua gerak-gerik Tao.

Setelah sampai di airport, Tao celingak-celinguk, menengok ke kiri dan ke kanan, kadang berniat untuk bertanya, namun karena kendala bahasa, Tao tidak bisa terlalu banyak berbicara.

Bingung ingin jalan kemana, akhirnya dia berjalan ke arah wanita Korea dengan baju super formal, yang terlihat seperti petugas bandara.

Tao bertanya dengan gugup "Ehm.. bisakah kau memberitahuku dimana aku bisa mencari taksi? Aku baru pertama kali ke sini." Tao berbicara dengan bahasa Korea seadanya, dicampur dengan bahasa Inggrisnya yang memang bagus.

Ternyata wanita itu benar-benar petugas bandara, maka ia menjawab semua pertanyaan Tao dengan lancar, dan benar.

Untuk mencapai taksi, Tao harus berjalan ke luar airport dan menunggu di depan airport sekitar 5 menit, setelah itu, pasti akan ada banyak taksi yang mengantri yang akan mengantarnya kemanapun dia mau.

Setelah mencoba mencari-cari akhirnya Tao melihat sebuah pintu dengan tulisan "EXIT" super-besar di atasnya.

Dengan senyum lebarpun Tao berjalan ke arah pintu 'surga' tersebut. Namun,langkah Tao tiba-tiba terhenti.

'Siapa itu? Kenapa mereka melihatku dengan tatapan itu? Mereka mengikutiku.' Tao bertanya dalam hatinya.

Tao yang sedari dulu memang memiliki sharp senses merasakan dua orang mengikutinya, dan menatapnya dengan intens... sedari tadi.

Dan ya, memang ada dua orang yang terus mengawasinya, bukan cuman saat di bandara, melainkan juga sejak kaki Tao melangkah keluar dari Huang Mansion.

Tao yang menyadari situasi yang 'berbahaya' itu segera menambah kecepatan berjalannya.

Pertama, Jalan biasa.

Kedua, Jalan Cepat.

Ketiga, Lari.

Terakhir, Marathon.

Itulah kondisi Tao sekarang, dan untungnya saat sampai di luar airport itu, sebuah taksi berhenti tepat di depan Tao. Entah dewi fortuna mana yang sedang berpihak padanya, Taopun segera membuka pintu taksi itu, melompat ke dalamnya dan menutupnya dengan sebuah bantingan.

"Pokoknya bawa aku ke pusat kota Seoul sekarang juga! Cepat Ajeossi!" Tao menepuk-nepuk bahu si supir taksi, dan untungnya si supir taksi cepat tanggap, maka sang supirpun segera menancap gas, dan Tao memberanikan diri untuk menengok ke belakang, dan melihat dua orang berjas hitam berlari mengejar taksi yang ditumpanginya.

"Ajeossi! Palli! Tancap gasnya!" Tao teriak-teriak histeris sendiri,dan si supir cuman bisa menancap gas hingga mencapai keepatan200 km/h...

Ok, itu akselerasi yang cukup drastis, tapi setidaknya kecepatan itu mampu membuat mereka (Tao dan si taksi) terhilang dari jarak pandang 2 orang tadi.

"Aisshh... pasti mereka orang suruhan 'wanita' itu. Sial, dasar wanita cepat tanggap. Aku musti kabur kemana ya?" Tao berusaha mengingat-ingat apa yang dikatakan Jessica-ssi kepadanya, tapi hasilnya...

.

.

.

Epic Fail. Tao tidak mengingat apa-apa.

Tao yang sudah putus asa akhirnya memutuskan untuk turun di depan sebuah mall besar.

"Ajeossi, turun di sana saja. Gomawo ya ajussi..." Tao segera keluar dari taksi itu, membayar si ajeossi, dan tidak lupa melemparkan senyum mautnya, yang berhasil membuat si ajeossi senyam-senyum sendiri.

"Oke, sekarang aku harus berpikir. Kemana aku harus pergi ? Sial, dasar otak udang, bagaimana aku bisa lupa dengan mudah setiap hal yang sangat mudah di saat-saat genting seperti ini. Tapi aku benar-benar lupa! Tadi Jessica-ssi ngomong apa coba? Aishh... dasar lemot!" Tao berakhir menggumam pada dirinya sendiri sambil terus menapar pipinya sendiri pelan.

Tap

Tap

Tap

Tap

Tap

Tao mendengar suara langkah orang, yang agak familier.

6 meter.

4 meter.

2 meter.

Saat Tao menengok ke belakang...

Ta-dah! Ternyata dua manusia misterius tadi sudah berjalan ke arah Tao.

"! Aku harus kabur kemana sekarang? Ah, molla! pokokya sekarang aku harus kabur ke suatu tempat yang... tertutup!" Taopun berlari ke arah random sambil memegang erat tas ranselnya.

Run...

Run..

Run...

Akhirnya, Tao melihat sebuah apartemen dengan banyak orang yang lalu lalang, masuk dan keluar dari dan ke dalamnya.

"Great chance! sekarang aku harus masuk ke tempat ini, siapa tahu aku bisa lolos dari 2 manusia itu." Tao berkata di dalam hatinya.

Taopun sukses melesat masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang masuk ke dalam apartemen itu, dan segera mencari lift terdekat.

Ting!

Suara pintu lift terbuka menuntun Tao ke dalamnya. Taopun masuk ke dalam lift itu bersama beberapa orang lainnya. Tao memilih untuk berdiri di belakang, sudah cukup tinggi badannya yang over buat ukuran cewek itu membuat dirinya stand out diantara orang-orang, jadi daripada menjadikan diri lebih mencolok lagi, lebih baik ia berdiri di belakang saja. Untung saja di dalam lift itu banyak orang-orang yang setinggi dirinya, yang tentu saja hanya laki-laki.

Ting!

Suara lift tertutup.

Dan itu adalah moment yang diberikan dewi fortuna pada Tao, karena Tao bisa melihat dua manusia aneh itu sedang celingak-celinguk saat masuk ke dalam apartment itu, dan sepertinya mereka kelelahan berlari. Taopun mengubah posisinya menjadi agak menunduk.

Rasakan. Pikir Tao.

Namun, Tao tidak tahu kalau 2 orang tadi sempat melihat figur Tao di dalam lift. 2 orang tadipun melesat menuju tangga emergency exit.

Tao asal memencet jajaran nomor di dalam lift, dan ternyata dia memencet tombol untuk lantai 22.

Tao berakhir sendiri saat sudah sampai di lantai 20. Manusia-manusia yang lain sudah keluar di lantai-lantai sebelumnya.

Dalam diam, Tao merutuki dirinya sendiri, keluarganya, ayahnya, terutama ibu tirinya.

Kalau saja, ayahnya tidak gila, kalau saja, Ibunya tidak mati, kalau saja, ayanya tidak menikah lagi dengan wanita gila itu. Kalau... Kalau... Kalau...

Setelah terlalu banyak berpikir, Tao berhenti di lantai 22.

Saat keluar, Tao menyadari kalau lorong di lantai 22 itu gelap. Setiap kamar apartemen itu tertutup rapt, hanya ada beberapa lampu yang menyala di atas pintu beberapa kamar.

Ah~ mungkin mereka sedang meninggalkan apartmentnya, jadinya, lampunya tidak dinyalakan. Tao berusaha menenenangkan dirinya sendiri.

Drrrttt...

Suara lampu yang hampir mati, lalu hidup lagi itu memecah keheningan di sepanjang lorong itu..

Tao berjalan dengan sangat pelan

Nggiiikkk~

Ada suara pintu dibuka.

Tao sebenarnya tidak mau lagi menengok ke belakang, ia terlalu takut.

Tap

Tap

Tap

Langkah kaki beberapa orang memenuhi lorong kosong nan gelap itu

"Pasti mereka, sial cepat sekali mereka naik tangga emergency exit. Eotokkhae?" Tao yang sudah bingung mau lari kemana lagi tiba-tiba melihat pencerahan dari atas langit (?)

Ta-Da!

Pintu salah satu apartemen itu terbuka agak lebar, setidaknya membiarkan Tao tahu, kalau apartemen itu sedang kosong, namun dengan lampu yang menyala dan pintu yang terbuka.

Hmmm... aneh. Tapi daripada ditangkap orang-orang sial itu, lebih baik aku masuk ke dalam sana saja. Tao berkata dalam hatinya sambil berjalan pelan-pelan ke arah cahaya kamar yang berpendar itu.

'Sepertinya Tao berjalan ke arah lorong ini' Suara barritone seseorang memecah keheningan yang sedari tadi Tao jaga.

Tao menahan nafasnya. Takut kalau satu hembusan nafasnya bisa membuat tempat persembunyiannya ketahuan.

Tao berlari dengan pelan, hampir saja langkah kakinya tidak terdengar.

Sebelum orang-orang suruhan itu berbelok ke arah lorong di mana Tao berada, Tao sudah masuk duluan ke dalam apartmen "kosong" tadi.

Cklek!

Suara pintu ditutup memenuhi apartemen yang sepertinya kosong itu.

Klek!

Tao mengunci pintu apartemen -yang entah punya siapa- itu, dan mematikan saklar utama lampu di apartemen itu.

Kalau masih menyala, bisa-bisa orang-orang itu curiga Tao sudah masuk ke dalam situ, karena lampu-lampu apartemen lainnya nampaknya sudah mati di lorong itu

.

.

.

"Yaaa! Masak mati lampu jam segini sih? Perasaan gue udah bayar tagihan listrik bulan ini..." Suara barritone lain datang dari suatu ruangan, yang nampaknya ada di seberang Tao

Suara itu terdengar agak menggema, Mungkin ruangan itu kamar mandi? Entahlah...

Tao masih duduk berjongkok (lebih tepatnya meringkuk) di sudut pintu, sambil memegangi handle pintu apartemen itu.

Seluruh tubuhnya bergetar, karena baru pertama kali ia kejar-kejaran dengan orang-orang macam itu sekaligus berada entah dimana di negri yang baru pertama kali ia kunjungi, dan Tao berpikir, apa yang bisa terjadi pada dirinya setelah ini?

Tertangkap? Diculik? Dipenjara? Dijadikan budak? Semua itu bisa terjadi, setidaknya baru itu yang Tao pikirkan sekarang.

"Mom, why do I have to live like this? I just want to go with you..." Suara Tao bergetar seiring dengan tetesan-tetesan kristal bening yang keluar dari matanya yang sekarang berwarna biru.

Tao tidak berani menangis keras-keras. Takut si pemilik apartemen mendengarnya.

Kriiittt...

Suara pintu terbuka, menampilkan figur seorang... namja? yang kurang jelas karena hanya ada kegelapan yang melingkupi mereka.

"Aisshh... menyusahkan saja, siapa sih yang mematikan lampunya?" suara baritone tadi kembali lagi.

Cetek!

Suara saklar lampu yang dinyalakan mengiringi kembalinya cahaya lampu ke ruangan apartment tersebut.

.

.

.

"B-B-BWOOO! A-APA - APAAN KAU?" Namja berambut pirang yang hanya mengenakan bathrobe putih tipis nan longgar itu terlonjak dari tempat awalnya berdiri dan menempelkan punggungnya ke tembok sambil menatap Tao dengan... takut?

"Nuguya? apa yang kau lakukan di sini?" Namja pirang itu berkata dengan penuh karisma -yang sepertinya sudah kembali padanya- setelah melihat wajah Tao yang tidak terlihat membahayakan.

"Mianhae~ aku harus bersembunyi di sini sebentaaaarrr saja. Tolong kecilkan suaramu, mereka mungkin masih ada di luar, nanti mereka dengar... Dan tolong matikan lampu itu!" Tao menatap namja itu sebentar lalu melanjutkan kegiatannya sedari tadi. Berjongkok sambil menatap lantai dan memegang handle pintu (Yeah right...)

"Ya! Apa yang kau lakukan di sini eoh? Ini apartemenku! Bagaimana bisa tiba-tiba kau yang entah berasal dari mana, masuk begitu saja! Aku bahkan belum pernah melihat wajahmu!" Namja pirang itu mengamuk tanpa dihiraukan oleh Tao.

Tiba-tiba namja itu mengangkat tubuh Tao -dengan memegang pinggangnya- untuk melihat wajah manusia di depannya dengan lebih jelas karena suasana remang-remang yang meliputi keduanya.

Namun, segera namja itu melepaskan tangannya dari tubuh Tao setelah mengetahui kalau ia bukanlah seorang namja -bisa diketahui dari figur S line yang baru dirabanya-, seperti yang ia kira sebelumnya. Manusia yang barusan dia pegang adalah seorang yeoja.

'Ngapain seorang yeoja masuk tiba-tiba ke dalam apartemenku? Jangan-jangan dia mau-'

"Kau berani menyentuhku? Juggo sip-eo?" Tao berkata pelan, hampir berbisik sambil menundukkan kepalanya. Entah salah tingkah atau apa.

"Ya! S-salah siapa aku menyentuhmu? Siapa juga yang mau menyentuh orang sepertimu yang tidak jelas namja atau yeoja? Ngapain kau masuk ke sini? Wae?" Namja pirang itu menaikkan volume suaranya di kalimat terakhir.

"Ssstttttttt! Ya! bisa tidak, tutup mulutmu sebentar saja tuan pirang? Jangan berpikiran yang aneh-aneh dulu! Aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya melihat pintu apartemenmu terbuka, dan aku melihat celah supaya aku bisa masuk dan bersembunyi sebentar di sini. Tolong jangan buat mereka tahu keberadaanku di sini, aku tidak tahu akan diapakan oleh mereka kalau sampai aku tertangkap." Tao berbisik agak keras kepada Namja itu sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, lalu berdiri dan kembali mematikan lampu apartemen itu.

"Ya, apa-apaan kau? Ini apartemenku, terserah aku mau menyalakan atau mematikan lampunya! Dasar yeoja aneh..." Namja pirang itu memanjangkan tangannya, berniat menyalakan kembali lampu apartmennya, sebelum tangannya bergerak lebih jauh tangan Tao menahan tangannya.

Selagi itu Tao mendengar sayup-sayup suara 2 orang lelaki yang tengah bercakap-cakap. Nampaknya mereka sedang berada persis di depan pintu apartemen itu. Tao menempelkan telinganya pada pintu apartemen itu, dan namja itu terlihat bingung memeperhatikan tingkah Tao sedari tadi.

'Sial, kemana perginya bocah panda itu. Dasar keparat, berarti kita harus lapor ke Nyonya Zhang kalau dia hilang'

'Tidak. Lebih baik, kita mencari dia dulu, kalau sampai 3 hari tidak menemukan bocah brengsek itu, lebih baik, kita jujur kepada Nyonya Huang. Salah salah, malah kita yang kena imbasnya'

'Yasudah, Lebih baik sekarang kita pasang beritanya. Bilang saja dia anak yang hilang, jadi tidak akan menambah kecurigaan orang. Kalau sudah ada yang melapor, kita ambil saja bocah itu'

'Lihat saja kau Huang Zi Tao. Kalau sampai kami menemukanmu, kami pasti akan menghabisimu karena sudah melukai Nona Lay'

'Sudahlah Hyung, lebih baik kita pergi sekarang sebelum ada yang menangkap kita. Palli'

Drap

Drap

Drap

Suara derapan langkah kaki itu mengecil, hingga tak terdengar lagi. Saat itulah Tao baru bisa melepaskan pegangannya pada pintu itu, dan juga pada tangan namja itu.

Tao jatuh terduduk di lantai.

"I'd die any moment now." Tao meremas kepalanya dengan geram lalu mengalihkan pandangannya pada namja pirang yang sedari tadi hanya menatapnya bingung.

Namja itu menyilangkan tangannya di depan dadanya sambil memasang tampang 'kau-ini-sebenarnya-apa-sih' miliknya.

"Who on earth are you girl?" Namja itu mengedarkan pandangannya dari ujung kepala Tao hingga ke ujung kakinya, tak menghiraukan death glare yang lebih mematikan dari yeoja yang juga kini berdiri berhadapan dengannya.

.

.

.


A/N : OK, akhirnya sedikit KrisTao moment di sini, author tau ini rada garing. Tapi tunggu aja, sweet moments ada kok entar, Krisbernya juga bakalan diselipin, walau author masih belom pasti bakal author taro dimana. Gomawo buat yang udah comment, review, dan ngesubscribe ini cerita punya author. No plagiarism please~ And expect next chappie soon!

Gomawo~ *bow *bow *bow

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
330nai #1
Chapter 8: please.... aku rayu. mahu tau sambungannya
ellin_kim #2
Chapter 8: Authornim~ gak ada lanjutannya kah?? Huwaaaa ㅠㅠ berharap ada lanjutannya,please....^^ditunggu next chap nya authornim, keren kok author...
qiuiie #3
Chapter 8: tak ada lagikh sambungannya???
Nakamio
#4
Chapter 6: Hiyaa ada KrisBer chap depan? O.o KrisBernya... cuma slight kan ya? Haha x.x Update soon authornim :)
amberkrisxoxo
#5
Chapter 5: Update thor~ krisbernya banyakin
._. Btw, ada typo yg menggangu._.
spygenl #6
Chapter 2: oh mai gad wat do yu do to mai xing xing xie?! oh salah, xing ge -_- wateper lah. kasian banget tao, sabat ye
masih sangsi apakah krisber akan ada di cerita ini atau pure taoris lol