The past... that's what hurts the most

Stranger in my head

 

.
.
.
.
 
"Tao, kau sudah dua kali latihan hari ini, lebih baik sekarang kau istirahat. Gak usah sok kuat lah, Jiejie-mu ini tahu kau bisa kram otot seharian kalau latihan wushu terlalu banyak." Yi Xing memperingatkan adik perempuannya yang sedang latihan wushu untuk kedua kalinya hari itu.
 
Yi Xing sudah kapok merawat adiknya itu saat seluruh tubuhnya kejang otot akibat overpractice 2 bulan yang lalu. 
 
Zi Tao adalah nama perempuan bermata panda dan bertubuh tinggi itu.
 
Walau Yi Xing adalah kakaknya, tinggi Yi Xing masih kalah jauh dengan tinggi Tao, sehingga Yi Xing kadang benci setengah mati kepada ibunya yang mewariskan gen 'pendek' kepadanya
 
"Sudahlah, kau tak perlu mengkhawatirkanku. Lagipula, waktu itu aku cuman kram otot biasa kok, gak sampai kejang otot. Dasar hiperbolis."  Tao tetap kukuh melanjutkan latihan wushunya
 
"Yah! Kau bilang teriak-teriak kesakitan seperti itu kram otot biasa!? Tetangga yang jauhnya 2 rumah dari kita saja sampai bertanya, 'Ada yang melahirkan ya di rumah sebelah?' Dan kau masih bilang itu kram otot biasa?? Kau hampir mati tahu! Otot-otot tubuhmu hampir saja hampir lumpuh total. Kalau waktu itu aku lebih mementingakn beauty sleepku, mungkin kau sudah mati sekarang!" Teriakan Yi Xing menggema di Gym extra besar milik ayah Tao. Gym itu telah menjadi tempat latihan Tao dan Yi Xing setiap harinya, sejak ayah Tao mendirikannya sejak entah kapan.
 
"Jiejie, aku tahu kau khawatir, tapi kali ini aku gak akan overpractice kok. Janji." Tao, meletakkan tongkat latihannya sebentar sambil menatap Yi Xing.
 
Walau Yi Xing benci setengah mati pada adiknya yang satu itu, tapi kalau Tao sudah menatapnya seperi itu, rasanya melting abis.
 
"Y-yasudah... t-tapi kalau sampai kau sakit lagi, jangan salahkan aku kalau aku tidak menolongmu dan membiarkanmu mati! Wee.."  Yi Xing menjulurkan lidahnya sambil berjalan keluar gym.
 
"Aisshh... dasar kakak keras kepala. Pake acara ngingetin kejadian waktu itu lagi..." Tidak berapa lama setelah Yi Xing keluar, Tao menyudahi latihannya.
 
Saat ia keluar dari gym, handphonenya bergetar, menandakan ada pesan yang masuk
 
 
Fr : 'Dad'
 
"Tao, lusa kau akan ,mengikuti pertandingan wushu tingkat nasional. Persiapkan dirimu, jangan sampai sakit. 
 
Aku sudah mendaftarkanmu, kau tinggal datang saja ke tempatnya. Kalau kau sampai tidak datang, siap-siap saja.
 
Jangan buat ayah mengingatkanmu apa yang akan terjadi padamu kalau sampai kau keras kepala."
 
.
 
.
 
.
 
.
 
 
"Sial, kenapa harus aku lagi? kan masih ada Yi Xing... dia juga jago wushu kok... Ayah sialan." Tao mengutuk dirinya sendiri karena sudah lahir di keluarga macam itu.
 
Sekeluarnya Tao dari ruang gym pribadi keluarganya, Tao menyusuri tangga dan naik ke lantai 4, tempat  kamarnya berada.
 
Ya.
 
Lantai 4.
 
Total lantai di rumah itu adalah 5. 
 
Rumah itu sendiri sebenarnya tidak bisa dibilang rumah. Lebih tepat lagi, tempat tinggal Tao adalah sebuah mansion.
 
Tanah seluas 10 hektar milik ayah Tao itu, punya apapun yang diinginkan setiap manusia di bumi (mungkin)
 
Dari fasilitas olahraga, sampai perawatan kecantikan, mansion keluarga Tao memiliki segalanya.
 
Dan tentu saja, hanya keluarganyalah yang bisa menikmati fasilitas yang banyaknya segunung itu.
 
 
Sebelum sampai di kamarnya, Tao melihat seorang maid yang berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa.
 
Tao bertanya kepadanya, "Ada apa Krystal-ssi? Ada sesuatu yang salah?" Tao bertanya dengan nada selembut mungkin.
 
Namun maid itu hanya menganggukkan kepala singkat dan segera menghilang dari hadapan Tao.
 
 
Tao berpikir "Apa yang salah denganku? perasaan niatku baik, kok dia malah kabur ya? Mukaku seram ya?"
 
secara reflek Tao mencubit-cubit pipinya. Namun setelah sadar kalau dirinya tidak seseram yang dia kira, Tao melanjutkan perjalanannya ke kamarnya.
 
Sesudah sampai di kamar bernuansa black and white yang juga dipenuhi atribut panda dan naga (?)
 
Ya, Tao sangat menyukai panda, karena mendiang Ibunya selalu bilang kalau dirinya memang mirip panda China yang sangat lucu nan gembul itu.
 
Dan Tao sungguh sayang pada ibunya, dan semua memorinya tentang ibunya adalah satu-satunya pencerahan di hidupnya.
 
Dan naga. Entah mengapa, naga mengingatkannya pada olahraga favoritnya, yang juga jadi sumber kesengsaraan yang tak ada habis-habisnya baginya.
 
Ya, naga mengingatkannya pada wushu. Dan juga membuatnya merasa kalau dia punya kekuatan lain, yang hanya bisa dilihat oleh dirinya sendiri.
 
Kamar Tao itu... luasnya juga... yah begitulah *author speechless. 
 
Tao merebahkan diri di tempat tidurnya, dan melayangkan pikirannya ke perkataan ayahnya tadi.
 
 
"Kalau kau sampai tidak datang, siap-siap saja."
 
 
Kata-kata singkat dari ayahnya yang selalu membuat Tao merinding. 
 
Setiap saat, ada saja yang diinginkan ayahnya -yang hanya bisa tercapai kalau Tao yang melakukannya- Dan kalau dia menolak, dia akan dipukuli habis - habisan oleh ayahnya yang abussive itu. 
 
Namun menurut Tao, ayahnya tidak cuma abussive. Tapi juga gila, dan maniac.
 
Ayahnya memang seorang gentleman yang ganteng, berbakat dan pintar. Dan bukti kegantengan ayahnya terpampang di muka bocah itu sejak dia lahir.
 
Namun, kalau soal obsesi, ayahnya adalah jagonya. 
 
Sudah cukup sekali bocah itu merasakan betapa dinginnya tangan ayahnya.
 
 
-Flashback-
 
.
 
.
 
.
 
.
 
 
 
"Tao, besok kau akan diantar Daeyo-ssi untuk latihan wushu. Jangan sampai tidak datang." Ayah tao berkata dingin, dan expressionless pada anaknya.
 
"Tapi besok aku ada pertandingan basket persahabatan antar sekolah pa, aku sudah janji akan datang." Tao, si bocah panda yang tomboy itu, berusaha menghindar dari latihan wushu yang sudah mulai mendominasi hidupnya, dan menyiksanya secara tidak langsung.
 
"Latihan wushu besok akan diadakan oleh Master Chen, jadi jangan sampai kau tidak datang. Dia adalah orang penting di Huang's house of Wushu. Sampai kau tidak datang, jangan harap kau melihatku lagi." Ayahnya berkata lagi, kali ini dengan nada yang lebih dingin dan dengan tatapan mata yang lebih... 
 
membunuh. 
 
"KENAPA AYAHSELALU MEMAKSAKU SIH!? AKU SUDAH LELAH DENGAN WUSHU! AKU MUAK! MUAK! DENGAR TIDAK? AKU MUAK
AYAH!"  Bocah perempuan yang sudah lelah akan semua perkataan ayahnya itu berdiri, dan berteriak di depan wajah ayahnya, dan sebagai respon sang ayah yang memang tidak-pernah- bisa mengontrol amarahnya, memukulinya dan menendangnya hingga bocah itu tak sadarkan diri.
 
Ibu Tao yang mendengar suara ribut-ribut dari ruang tamu segera berlari dan mendapati Tao yang sedang -entahsudahdiapakansaja- tersungkur di lantai.
 
"Apa yang kau lakukan pada anakku? Dia anak kita!! Dia cuman anak kecil! Demi Tuhan, dia hanya seorang anak kecil Edward!" Ibu Tao memeluk tubuh Tao yang sudah tak sadarkan diri itu.
 
Karena ayah Tao juga seorang atlet wushu pro, maka setiap pukulan dan tendangan yang diberikan kepada Tao, setara dengan pukulan dan
tendangan yang dia berikan kepada setiap lawan-lawannya di arena wushu.
 
Bocah itu tidak sadarkan diri lagi, dan hanya bisa mendengar samar-samar ayah dan ibunya yang masih berargumen.
 
Ibu Tao berusaha membangunkannya, Tao ingin bangun. Tapi badannya menolak untuk bergerak, dan matanya tidak mau terbuka.
 
Akhirnya Tao, berakhir di Rumah Sakit, dan koma selama seminggu.
 
Selama masa komanya Tao tidak tahu apa yang ibunya lakukan agar ayah Tao merasa bersalah akan apa yang dilakukannya.
 
Namun ayah Tao, bukanlah manusia lagi kalau dia sudah marah.
 
Tidak tanggung-tanggung, ayah Tao yang sudah muak mendengar ceramahan istrinya itu, melempar istrinya dari balkon lantai 2 Rumah Sakit tempat
 
Tao masih belum sadar.
 
Ayahnya tidak menangis. Satu kata maaf atau penyesalanpun tidak pernah terdengar dari bibirnya.
 
Tao yang saat itu masih koma, tiba-tiba bangun. 
 
Dan dia sudah harus kehilangan satu orang yang benar-benar menyayanginya. Satu-satunya orang yang mengorbankan hidupnya untuknya.
 
Ibunya.
.
 
.
 
.
 
.
 
-End of flashback-
 
 
Sejak saat itu, Tao tidak berani menatap wajah ayahnya, namun ayahnya masih saja menyruh-nyuruh Tao ini-itu.
 
Dan tentunya, semuanya berhubungan dengan wushu. Dan karena Tao juga dilatih wushu oleh ayahnya, maka
 
Bocah itu memang sudah besar, saat ini di sudah menduduki kelas 3 SMA.
 
Dia adalah seorang remaja perempuan yang sudah tumbuh besar, mandiri, dan -entah- kuat
 
Tapi hatinya tidak bisa berbohong, kalau dia masih seperti anak kecil, yang masih linglung, dan takut akan dunia di luar sana yang lebih besar dari apapun yang dapat dipikirkannya.
 
Tao yang masih tidur-tiduran tiba-tiba bangun, dan berlari kecil menuju sebuah lemari kecil di ujung kamarnya.
 
Lemari itu terbuat dari kayu yang paling indah yang pernah Tao tau, warnanya putih dengan sedikit corak berbentuk bunga berwarna merah pucat. 
 
Lemari itu buatan ibu Tao. Ibu Tao sangat senang membuat berbagai macam benda. Lemari itu adalah hadiah ulang tahun Tao yang ke-12, yang
sayangnya menjadi tahun terakhirnya bersama ibunya.
 
Dengan hati-hati Tao membuka lemari kayu itu dan melihat isinya satu-persatu.
 
Pertama, sebuah foto dirinya, ibunya, dan... ayahnya. Dulu ayahnya benar-benar ganteng, dan terlihat seperti manusia.
 
Kedua, beberapa music box, yang merupakan hadiah ulang tahun rutin dari ibunya. Sudah ada 10 music box yang dimilikinya. 1 lagi, entah dia lupa letak music box itu. Dan sisanya adalah beberapa benda-benda yang merupakan buatan handmade ibu Tao.
 
Tao mengingat masa-masanya bersama ibunya dan mulai menangis. Pelan memang. Satu persatu air mata Tao jatuh membasahi benda-benda
berharga itu.
 
Menurut Tao, satu-satunya hal yang layak dibilang berharga selain hidupnya dan dirinya sendiri adalah Ibunya dan barang-barang peninggalannya.
Menyedihkan memang. Namun itulah dunia sebenarnya yang Tao hadapi. Dunia kelas yang -sepertinya- hanya Tao yang menghadapinya.
 
Tiba-tiba Tao teringat pada music box-music boxnya. Sejak ulangtahunnya yang pertama hingga ulang tahunnya yang ke-11, ibu Tao selalu memberikan Tao music box, yang tentunya buatan ibunya sendiri.
 
Tao tidak pernah tau bagaimana cara membuat music box. Namun Tao tau benar, itu tidak mudah. Dan itu adalah pekerjaan yang paling ia sukai yang ibunya lakukan.
 
Pikiran Tao melayang pada music boxnya yang terakhir. Sebelum ulang tahunnya yang ke-12 Ibu Tao memberikannya music box terakhirnya, namun music box itu entah ditaruhnya dimana, atau entah hilang kemana.
 
Ada sebuah fragmen kecil di memori Tao yang memperlihatkan Tao dengan seorang bocah kecil yang lebih tinggi darinya sekian centi, dan mereka
sedang memainkan music box Tao. Entah music boxnya yang mana.
 
Lalu setelah mengingat fragmen itu, kepala Tao mulai berputar, dan Tao merasa pusing. Sangat pusing. Tidak, kalau pusing yang ini, pasti karena
anemianya kambuh. 
 
Tao menyeret tubuhnya ke tempat tidur, dan memencet sebuah tombol kecil yang berada persis di sebelah tempat tidurnya. 
 
Sekitar 3 menit kemudian, seorang pelayan datang dan mengetuk kamar Tao.
 
Tok
 
Tok
 
Tok
 
"Ya masuk saja." Tao membalas ketokan pintu kamar itu dengan suara yang agak parau dan kecil.
 
"Ada apa nona muda?" Jessica-ssi, head maid mansion Tao membungkukkan tubuhnya 90" dan bertanya dengan suara halus pada Tao.
 
"Ehm, tolong jangan panggil aku nona atau apapun itu, kesannya aku sudah tua saja. Ehm... Jessica-ssi, boleh tolong ambilkan obatku? warnanya merah dan ambilkan 3 ya, itu obat anemiaku..." Tao menyahut dengan suaranya yang semakin mengecil
 
"Anemianya kambuh lagi? Apa perlu saya panggilkan dokter?" Jessica mendongakan kepalanya, dan menatap Tao dengan tatapan prihatin
 
"Tidak... tak usah panggil dokter. Nanti kalau Lay tau, dia khawatir lagi padaku. Apalagi sebentar lagi aku ada pertandingan wushu. Sudahm ambilkan aku itu saja. Please..." Tao tersenyum tipis kepada head-maid sekaligus maid pribadinya itu.
 
"Joh-ayo... jamkkanman yo..." Jessica membungkuk pelan pada Tao, dan segera meninggalkan ruangan itu.
 
Tao hanya bisa memegang kepalanya yang terasa sangat berat itu, hingga akhirnya ia pergi ke alam mimpi.
 
.
 
.
 
.
 
.
 
.
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
330nai #1
Chapter 8: please.... aku rayu. mahu tau sambungannya
ellin_kim #2
Chapter 8: Authornim~ gak ada lanjutannya kah?? Huwaaaa ㅠㅠ berharap ada lanjutannya,please....^^ditunggu next chap nya authornim, keren kok author...
qiuiie #3
Chapter 8: tak ada lagikh sambungannya???
Nakamio
#4
Chapter 6: Hiyaa ada KrisBer chap depan? O.o KrisBernya... cuma slight kan ya? Haha x.x Update soon authornim :)
amberkrisxoxo
#5
Chapter 5: Update thor~ krisbernya banyakin
._. Btw, ada typo yg menggangu._.
spygenl #6
Chapter 2: oh mai gad wat do yu do to mai xing xing xie?! oh salah, xing ge -_- wateper lah. kasian banget tao, sabat ye
masih sangsi apakah krisber akan ada di cerita ini atau pure taoris lol