consequences and sleeping

Stranger in my head

 

.
 
.
 
.
 
Tao's POV
 
Namja gila ini... Ckckckck... menyusahkan saja. Sudah dari tadi dia berisik, masih mau nyalain lampu lagi! Dia gak tau apa, kalau tadi orang-orang itu dengar ada orang di dalam sini pasti mereka akan membawaku entah-kemana sekarang... (*Oke kali ini, Tao bermasalah sama lampu... jadi masalah utamanya adalah lampu... gaje... tapi biarlah)
 
Sekarang dia malah nanya siapa aku? Cih... Mau tau banget kali?
 
Aku berdiri, dan memberikan not-so-death-glearku kepadanya.
 
"Kau benar-benar harus tahu?" Aku terus menatap mata hitamnya dengan intens, yang di balas dengan tatapan yang sama intensnya dari dirinya
 
"Ya, sepertinya aku harus. Aku HARUS tahu yeoja macam apa yang tiba-tiba masuk ke dalam apartemen seorang Kris Wu, dan melakukan hal-hal aneh seenak jidatnya saja. Jelaskan kepadaku sekarang. You can't say no... Kau membuat kepalaku pusing." Namja itu memijit pelipisnya pelan sambil memejamkan matanya. 'Kasihan juga dia' batinku
 
Saat itu aku baru menyadari kalau tubuh namja itu masih basah,dia belum berganti dari bathrobe nya.
 
"Baiklah, mungkin aku akan menjelaskannya, tapi sebaiknya... Kau pakai dulu bajumu." Aku merasa tidak enak sudah menatapi tubuhnya seperti itu, maka aku menatap ke arah tembok, dan berusaha melupakkan apa yang barusan aku lihat.
 
Namja itu melihat tubuhnya sendiri yang memang cuman memakai bathrobe itu, dan tiba-tiba sebuah smirk muncul di wajahnya.
 
"Ckckckck... baru tahu aku, ada juga cewek yang tahan gak megang tubuh seorang Kris Wu yang udah tersekspos gini... Sudah, tunggu saja di sini. Jangan kemana-mana."
 
"Cih, memangnya aku bisa kemana? Pabbo..."
 
Namja yang sepertinya bernama Kris Wu itu menghilang di balik sebuah tembok, dan tak berapa lama, ia kembali lagi dengan menggunakan sebuah T-shirt putih, dan celana jeans hitam.
 
"Sekarang, masuk dan jelaskan semuanya tadi. Kalau aku sudah mengerti, baru kau boleh pergi dari sini. Oh! Tunggu... jangan pikir kau bisa kabur tanpa menjelaskan kejadian barusan. Karena hal itu tak akan pernah terjadi.." Namja itu menaruh tangannya di pinggangnya, dan mengedipkan matanya seperti seorang bocah innocent
 
Cih, cowok prevert-munafik...
 
"Memang kau bisa apa ha? Mau memperkosaku? Silahkan saja, yang ada selangkanganmu patah duluan sebelum sempat menyentuhku!" Aku mengarahkan telunjukku dan menyentuh pelan jidat namja pirang itu
 
Ooppss... sepertinya aku telah membuatnya agak marah.
 
"Ya, yeoja sial.. sini kau!" Namja itu berteriak ke arahku dan menarik kasar tanganku ke ruangan tengah apartemenya yang terlihat seperti... ruang tamu?
 
"Duduk di situ." Namja itu berkata sambil duduk di sebuah sofa putih besar di sebrangku, yang serupa dengan yang sedang kududuki.
 
Setelah aku duduk, aku mengedarkan pandanganku pada ruangan besar yang merupakan apartemen dari namja gila didepanku ini.
 
Sial, sepertinya dia kaya juga. Ruang tamunya sebesar kamarku.
 
Sebuah suara barritone tiba-tiba memecah keheningan yang sempat tercipta saat aku sedang memperhatikan apartemen namja itu.
 
"Ya! Jelaskan semuanya. Aku tak peduli kalau itu harusnya jadi rahasiamu atau apapun itu. Aku berhak tau karena kau sudah memasuki wilayah kekuasaanku tanpa etika." Namja itu setengah berteriak padaku
 
'Kasar sekali' batinku lagi
 
Sebelum membocorkan cerita keramatku, aku menimbang-nimbang dulu. Apa benar aku bisa percaya namja ini gak bakal ngasih tau semua rahasiaku?
 
Aisshhh... menyusahkan saja.
 
"Ennngg... oke oke.. tapi kau juga tidak boleh berkata satu patah kata pun mengenai semua hal yang akan kukatan ini. na-ege yagsog..."
 
Aku menatap matanya sekilas lalu bermain dengan ujung bajuku lagi. Sial kebiasaan ini pasti bakal muncul kalau aku lagi takut... 
 
"ne .. ne .. yagsog hae. Jigeum malhae.." namja itu menatapku, kali ini tatapnnya lebih lembut.
 
"Aku... nama asliku Huang Zi Tao, tapi karena kau akan mendengar ceritaku yang... Erhhmm.. terserah mau kau bilang apa, jadi kau harus memanggilku Zhang Lanfen kalau kau bertemu denganku di tempat lain. Aku adalah anak dari seorang atlet wushu first-class China, Edward Huang, dan 'almarhum' ibuku adalah Xi Yuanjun, mantan model tahun 70'an. Kini aku hidup dengan ibu tiri yang membenciku setengah mampus, dan yang menjadi alasan mengapa aku ada di sini. Wanita itu bernama Li Chao Xing, dia memiliki seorang anak perempuan yang bernama Zhang Yi Xing, dia adalah kakak tiriku. Sebenarnya, aku dan Yi Xing tidak punya masalah apa-apa, bahkan kita berdua berhubungan baik. Tapi dia... baru saja kupatahkan beberapa tulang rusukknya dalam pertandingan wushu nasional di Beijing beberapa waktu lalu. Aku harus melawan dan lebih naasnya lagi mengalahkan kakak tiriku sendiri. Semua karena perintah ayahku. Dan tidak, aku tidak bisa melawan, berkata balik sedikit pun aku bisa hancur. Karena kalau aku melawan, aku tidak tau aku akan koma berapa hari lagi. Dan, ibu tiriku menganggap aku memang berniat untuk membunuh anaknya. Dia mengajakku bertemu di pengadilan. Tentu saja kau kabur ,kan aku tidak salah. Setidaknya aku tidak sepenuhnya salah. Maka, dengan senang hati, dia mengejarku hingga ke sini, tentu saja dengan orang suruhannya yang entah ada berapa banyak itu. Dan sialnya, dia adalah orang yang cukup berpengaruh di Cina, dia adalah branch holder dari 3 five star hotel di Guangzhou, Beijing dan Paris. Jadi, tidak sulit baginya untuk menjadikanku buronan se-Cina, dengan alasan bahwa aku adalah seorang pembunuh-berdarah-dingin-bermuka-cantik yang gagal membunuh anaknya. So dia bilang, aku bisa enjadi ancaman bagi negara-negara lain yang merupakan kemungkinan tempat aku berada. Dan tadi itu... orang-orang itu mengikutiku dari airport dan sialnya sampai ke apartemen ini. Aku melihat ada celah untuk menghilang dari pandangan orang-orang itu, maka aku masuk ke ruang apartemenmu -yang untungnya- kau biarakan terbuka. Kalau kau ingat menutup pintu apartemenmu mungkin sekarang aku sudah disesah ayah gilaku itu. Hhhhmmm... Kau sudah mengerti belum?" Aku menyelesaikan kisah hidup dramatisku dengan mendesah pelan. 
 
Aku benci mengingat kejadian sial itu.
 
"Kau.. tunggu. Emmm...Jadi kau.. sekarang kau buronan China? Kau atlet wushu? Lalu, kau kabur ke Korea dan berhasil kabur dari orang-orang tadi?" Namja itu memiringkan kepalanya dan menatapku bingung
 
"Ya, mungkin kau bisa bilang begitu. Singkatnya sih memang begitu. Maka itu... eummm... boleh tidak aku menumpang di sini selama beberapa hari? Aku belum terlalu tau Korea, ini kali pertama aku di sini. Salah - salah, nanti aku di kejar orag-orang itu lagi... Siapa yang tau mereka sudah menyebar kemana saja." Aku mempoutkan bibirku... semoga saja dia cukup berkeprimanusiaan untuk membiarkan aku tinggal beberapa hari di apartemennya ini. Kalau dia menolakkupun sepertinya aku akan memaksanya, aku punya banyak koleksi gerakan wushu untuk kupertunjukkan kepadanya kalau sampai dia menolak permintaanku.
 
"Hmm... Alright. Fine. Aku masih agak bingung sih dengan alasan kau bisa sampai di sini, tapi... Kau bisa tinggal di sini. Dengan syarat, kau harus menuruti peraturan-peraturanku..." Sebuah smirk muncul lagi di wajah -facenya itu. Senyumannya kayak pedhopil.
 
Menyeramkan.
 
"Memangnya ada peraturan apa saja?" 
 
"Pertama, kau sama sekali tidak boleh tidur maupun masuk di dan ke kamarku, kedua, kau harus melakukan semua yang kusuruh, dengan kata lain, kau adalah slaveku, ketiga, aku cuman mau dan akan memanggilmu panda, keempat, jika ada orang yang datang ke apartemen ini kau tidak boleh berada di ruangan manapun selain di gudang itu, aku akan menguncimu di situ juga kalau kau menyusahkanku. Arra?" Namja itu mengarahkan tangannya padaku mengajakku bersalaman.
 
"slave? dikunci di gudang? Panda?? neo micheoso? Aisshh..." Aku menampar pelan tangan putih nan-panjangnya itu. Ogah banget aku dipanggil panda oleh dia. Cuma Jessica-ssi dan Lay-jie yang boleh manggil aku Panda.
 
"Ya! Kau mau kubiarkan tinggal bersamaku atau kutendang kau kembali ke Cina supaya kau dihabisi oleh orang-orang gila tadi?" 
 
Cih, semua lelaki memang kasar. ARRGGHHHH!!!! Bisa gila aku kalau terus tinggal bersama namja pirang sial ini. 
 
"Arrasseo... arraseo... terserah kau mau memanggilku apa. Dan.. erghhh... okelah kalau aku harus jadi slavemu... tapi kau juga harus tahu batas... kalau kau sudah kelewatan, kau yang bakal bonyok kalau kau mau tahu."
 
"Terserah kau panda~ Sekarang bersihkan seluruh apartemen ini! Ha-ha! Untung aku belum mencuci bajuku di laundry sejak bulan lalu..." Namja itu mengacungkan tangannya ke atas sambil tersenyum penuh kebahagiaan
 
"MWOYA? YA! Dasar namja jorok! Masak kau tidak pernah mencuci bajumu sendiri? Sebulan? memang ada berapa banyak bajumu?" mataku membelo setelah menyadari kandang naga-gila apa yang sudah kumasuki... 
 
"Sudahlah, kau jalankan saja perintahmu~ Jangan melawan, nanti kau dapat hukuman loh~" Dia memegang daguku sambil mengatakan kata-kata barusan dengan nada yang agak seduktif-tapi gagal.
 
Tapi seduksi sudah tidak mempan padaku, aku menampar tangannya dan berbisik di kupingnya
 
"Lihat saja siapa yang bakal dapat hukuman pirang~" Aku bisa rasakan bisikkanku tadi membuat wajahnya memerah, pasti geli pikirku...
 
"Ya! Gila kau... jangan pernah melakukan itu lagi! Rasanya aneh! Sudah sana! Mulai dari menyapu... sapu ruangan ini sampai kinclong-clong-clong! Ah! Taruh dulu barang-barangmu di sofa itu... Selamat bersih-bersih Panda! Aku pergi dulu ya~ Aku balik tengah malam, dan makanan sudah harus siap, uang ada di meja dapur kalau kau perlu, dan jangan coba-coba melakukan hal yang aneh. Arra?" Namja itu menyampirkan sebuah jaket leather berwarna hitam di pundaknya dan berjalan dengan langkah ringan keluar apartemennya sendiri.
 
Sekarang aku sendirian. Lagi.
 
"Aisshhh... kenapa sih nasibku seperti ini????" Aku berteriak sendirian di ruang apartemen yang sekarang kosong ini.
 
Setelah akhirnya aku menemukan sapu di sebuah tempat yang terselubung (?) di dekat kulkas, akhirnya, aku mulai membersihkan apartemen Kris.
 
Aku sendiri bingung, kenapa aku mau melakukan apa yang dia suruh?
 
"Ah!!! Gila Gila Gila! Namja -faced itu telah memperdayaiku! Tapi... aku juga gak bisa ngapa-ngapain sih... berhubung status buronanku sekarang... "
 
Setelah selesai membersihkan seluruh ruangan apartemen itu, aku bingung mau ngapain lagi. Akhirnya aku terpikir untuk membongkar tasku. 
 
'Kata Jessica-ssi, dia sudah memasukkan semua yang aku butuhkan di sini... emang ada apa aja sih?'
 
Saat membongkar ransel dengan gantungan panda di sisi kanannya itu, aku memperhatikkan isinya satu-persatu...
 
Baju
 
Baju
 
Passport
 
Visa
 
Tunggu...
 
Ini kan bukan namaku...
 
Oh iya, dia memberiku identitas palsu. Dasar cerdik...
 
Baju
 
Baju lagi
 
Music box..
 
Tunggu.. oh, ini music box punya mama.
 
Lalu, ah! Ada dua contact lens lagi!
 
Satu warna light-green dan satu lagi warna jade
 
Ah... warna-warna favoritku...
 
Lalu, ada cat rambut? warna merah dan dark-blue? Ah, mungkin ini supaya aku bisa mengganti-ganti penampilanku, boleh juga idenya...
 
Lalu, beberapa alat penyamaran kalau aku sedang jalan keluar, mulai dari masker, kacamata, sampai topi dan jaket serta scarf...
 
Aku masih bingung bagaimana bisa barang-barang sebanyak ini bisa muat di ransel berukuran-sedang ini
 
Sudahlah, lebih baik aku rapihkan saja barang-barang ini, nanti kalau berantakkan, yang punya rumah marah lagi...
 
.
 
.
 
.
 
Oh iya. Aku masih harus memasak buat si-pirang! Aigo... aku kan tidak pernah memasak, kalaupun pernah itu juga masak makanan yang super simpel, dan itupun aku gagal-total.. aduh, gimana ya..
 
Ting!
 
Aku bisa merasakan sebuah bola lampu yang muncul di atas kepalaku
 
Aku beli saja makanan dari restoran lalu bilang ke Kris kalau aku yang buat... Ha-ha-ha, smart one Zi Tao!
 
Setelah memakai alat penyamaranku, aku berjalan keluar apartemen itu, sembari terus menundukkan kepalaku untuk mengurangi perhatian dari orang-orang yang melihatku heran karena tinggiku ini.
 
Jadi orang tinggi itu gak enak, apalagi kalau udah dilihatin kayak gini...
 
"Eungg... makanan apa yang mungkin bakal disukai si pirang itu?" Aku berpikir keras sebelum akhirnya memilih mendatangi sebuah restoran masakan China dan memesan seporsi udang panggang dan makanan lainnya yang namanya terlalu susah disebut. 'Semoga saja dia pikir makanan ini cukup normal dimasak olehku...'
 
Aku baru sadar, ternyata makanan-makanan itu memakan waktu yang cukup lama untuk dimasak, jadinya, saat aku keluar dari restoran Cina itu, suasana sudah berubah menjadi agak gelap, dan sedikit lebih dingin dari tadi siang.  Jam di handphoneku menunjukkan angka  "08:00 PM"
 
"Omo! Kalau sampai laki-laki itu sudah datang dan aku tidak ada di sana, aku pasti harus berurusan lagi dengannya."
 
Setelah, mengatur semua alat penyamaranku agar berada di tempatnya lagi, aku berjalan agak cepat ke arah perhentian bus terdekat, dan akhirnya menaiki bus yang langsung berhenti saat aku baru mau duduk di halte itu...
 
.
 
.
 
.
 
"Sampai juga... untung dia belum sampai..." Aku menghela napas sambil bersender pada pintu apartemen yang kini telah tertutup itu. Aku menyalakan lampu. Cepat-cepat aku mengatur semua makanan itu di meja makan dan membuat kotor beberapa peralatan dapur, sehingga namja it mengira aku memasak sungguhan.. kekekeke~
 
"Capek juga ngurusin apartemen si pirang itu... gimana nanti kalau aku jadi slavenya? Aissshh... memikirkannya saja sudah membuat tulangku pegal-pegal..." Setelah membuka semua alat penyamaranku, aku berbaring terlentang di sofa putih besar yang berada di ruang tamu namja itu.
 
"Ngomong-ngomong sepertinya, dia tidak memberitahuku dimana aku harus tidur? Jangan-jangan aku bakal disuruh tidur di sofa ini lagi? Aisshhh... nasib pelarian emang keras ya... sabar Zi Tao... sabar..." Aku mengelus-elus pelan dadaku sambil menghela napas pelan.
 
Capek sekali aku hari ini, kepalaku pusing. Sudahlah, daripada banyak mikir, aku tidur saja...
 
.
 
.
 
.
 
"AARRGGGHHH! AKU TAK BISA TIDUR! SOFA INI KERAS!" Aku berteriak keras hingga suaraku terdengar menggema di ruangan apartemen serba putih itu.
 
"Bagaimana aku bisa tidur di sofa sekeras ini? Aisshh... lagian, kapan sih si pirang itu pulang? Sudah jam 11 belum pulang juga... aku malas disuruh-suruh olehnya kalau sudah malam... Bodo amat lah~"
 
Sepertinya tak lama setelah melihat jam yang menunjukkan pukul '11:45 PM' aku tertidur, karena semuanya tiba-tiba menjadi gelap.
 
Dan tiba-tiba...
 
.
 
.
 
.
 
 

 

A/N : Mianhae readers... updatenya lama... ini chapter agak cheesy sih... belom ada krisber, Taoris pun masih dikit, author lagi bingung gimana nulisnya, tapi ni fanfic bakal lanjut terus kok. Untuk yang udah comment... 

 

JEONMAL GOMAWO~~

 

*bow *bow *bow

 

Dan buat yang udah subscribe author juga makasih banyak ya~ 

 

 

Expect the next one, 

 


 

"coincidence much?"

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
330nai #1
Chapter 8: please.... aku rayu. mahu tau sambungannya
ellin_kim #2
Chapter 8: Authornim~ gak ada lanjutannya kah?? Huwaaaa ㅠㅠ berharap ada lanjutannya,please....^^ditunggu next chap nya authornim, keren kok author...
qiuiie #3
Chapter 8: tak ada lagikh sambungannya???
Nakamio
#4
Chapter 6: Hiyaa ada KrisBer chap depan? O.o KrisBernya... cuma slight kan ya? Haha x.x Update soon authornim :)
amberkrisxoxo
#5
Chapter 5: Update thor~ krisbernya banyakin
._. Btw, ada typo yg menggangu._.
spygenl #6
Chapter 2: oh mai gad wat do yu do to mai xing xing xie?! oh salah, xing ge -_- wateper lah. kasian banget tao, sabat ye
masih sangsi apakah krisber akan ada di cerita ini atau pure taoris lol