The Departure, and The odds

Stranger in my head

 

.
 
.
 
.
 
.
 
"Anak itu akan merasakan akibatnya karena telah melukaimu dan membuatmu seperti ini Lay. Tenang saja, ibumu ini tak akan membiarkan siapapun, bahkan anak tiriku mengurangi kencantikanmu..." Ibu Lay mengusap dahi anaknya dengan penuh kasih sayang, namun bukannya senang Lay malah cemberut.
 
"Ibu, kenapa sih ibu benci banget sama Tao? Tau gak sih? Tao itu gak bermaksud ngelakuin ini ke aku, aku tau kalau Ayah itu keras banget sama Tao-ie, makanya aku gak keberatan kayak gini selama Tao gak mati di tangan ayah..." Lay mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi ibunya.
 
"Tapi nak, kamu gak mungkin bisa menghalangi ibu untuk membuat anak itu membayar perbuatannya padamu. Ini sudah melebihi batas. Anak ibu yang cantik ini sudah terluka. Dan lihat, bukan cuman lecet sana-sini, tulang rusukmu patah 3 biji! 3 biji Lay! Kau bisa mati kalau saja lebih dari itu yang patah..." Ibu Lay berusaha meyakinkan anaknya kalau perbuatannya itu benar.
 
Perbuatannya?
 
Ya, Ibu Lay akan melakukan segala sesuatu untuk membuat Tao muncul di gedung pengadilan dan mengakui kalau di pertandingan itu dia berbuat curang.
 
1. agar Lay diakui sebagai pemenang
 
2. karena Ibu Lay memang benci pada Tao dan menunggu waktu yang cukup lama untuk melampiaskan kebenciannya yang datang enah darimana itu
 
Berita yang tersebar menyatakan kalau Tao-lah yang berbuat curang, dan "went overboard" saat pertandingan itu. Dan, hal itu menyebabkan Tao tidak aman lagi berada di mansionnya. Saat berita itu tersebar, Tao langsung berpikir cepat. Dan pada waktu itu, hanya ini yang bisa Tao lakukan.
 
-Flashback-
 
Tao's POV
 
"Saat ini, ex-pemenang perlombaan wushu nasional, Huang Zi Tao, sedang dicari oleh beberapa instansi keamanan untuk dibawa ke pihak berwajib dan diadili atas kecurigaan pada kecurangannya selama pertandingan yang menyebabkan luka parah pada tubuh lawannya. Karena ibu dari pihak korban yang memberikan perintah merupakan orang yang cukup berpengaruh di masyarakat, maka nampaknya, pencarian ini akan tersebar ke seluruh China, karena nampaknya Huang Zi Tao telah kabur dari rumah kediaman Huang."
 
 
yeah. Aku tahu ini akan terjadi cepat atau lambat. 
 
 
Aku segera memanggil Jessica-ssi ke kamarku.
 
This has to be fast. Pikirku...
 
Flipping fast.
 
Ibu dan ayah serta Yixing-xie sedang di rumah sakit, dan nampaknya sebentar lagi orang-orang suruhan 'ibu'ku akan menyeretku ke pengadilan, atau tempat lainnya yang mengerikan.
 
Tempat yang aneh buat orang yang sebenarnya tidak bersalah bukan?
 
Ah~ sudahlah. Sekarang lebih baik Jessica-ssi cepat da-
 
Ah... itu dia 
 
"Jessica-ssi aku dica-" sebelum aku sempat melanjutkan perkataanku maid cantik nan jangkungku itu sudah menyerocos duluan.
 
"Aku sudah menyiapkan tiket perjalananmu ke Korea Selatan, aku juga sudah menyiapkan seorang supir yang akan membawamu ke Guangzhou airport. Semua bajumu, dan semua yang kaubutuhkan ada di dalam sini. Sesampainya kau di Incheon airport, segera berjalan ke alamat yang kutaruh di kantong paling depan tas yang ini. Jangan lupa pakai contact lens ini, juga pakai masker ini." Jessica-ssi langsung menarik napas panjang setelah menjelaskan hal yang panjang lebar juga kepada Tao.
 
"Eung... Jessica-ssi... aku... jadi aku harus..." Aku menggaruk-garuk kepalaku karena masih bingung dengan perkataan Jessica-ssi yang coretsangatcoret cepat itu
 
"Sudah, pokoknya kau bawa barang-barang ini ke mobil yang sudah menunggu di bawah. Jangan banyak cing-cong. Kami di sini akan mengcover kepergianmu. Kami tahu kalau kau tidak curang di pertandingan waktu itu..." Jessica-ssi melontarkan senyuman angelicnya padaku. Ah~ coba saja ibuku masih di sini, aku pasti memintanya untuk menjadikan Jessica-ssi sebagai kakak angkatku.
 
Eh... tunggu...
 
"Kami? memang ada siapa saja?" Aku menggaruk lagi kepalaku yang tidak gatal, karena memang kapasitas otakku tidak lebih dari milik seekor bagyi udang (?) maksudnya... aku ini lemot. Entah dapetnya dari siapa.
 
"Kami, semua maid, butler, dan pekerja di sini... asal kau tahu saja, kami bekerja di sini karena kami tahu kaulah yang membutuhkan kami, bukan ibumu, atau Lay, ataupun ayahmu. Kami tidak akan berkata satu katapun, meskipun itu berarti nyawa kami melayang. We crossed our hearts. Kami tau kau pasti bisa membuktikan kebenarannya suatu hari. Saat ini yang bisa kau lakukan hanyalah berlari, dan sembunyi. Dan... Jangan pernah melihat 
ke belakang..." Jessica-ssi mendorongku keluar dari kamar, dan mengantarku ke depan rumah sambil sedikit-sedikit berlari.
 
"Okay, all set and ready to go unjeonsa-nim! Kami titip Princess Panda kami ya~" Jessica sepertinya menangis -itu sih dari pengelihatanku melalui contact lens biru yang super gatal ini- Tapi sepertinya, dia hanya berakting dan pura-pura membersit hidungnya ala artis-artis kawakan itu.. Cih... tetap saja, dia pasti kesepian tanpaku.
 
Sekarang, sepertinya aku hanya bisa mengikuti kata ingstingku. Aku memakai maskerku dan melihat rupaku di cermin kecil. 
 
"Lumayan juga... sepertinya dugaan bahwa aku punya sedikit darah bule itu benar... Aku cocok dengan mata biru." Aku tersenyum kecil melihat pantulan diriku di cermin itu.
 
"Good bye China, Good bye mom..." ungakpku dalam hati...
 
Tao's POV end
 
-Flashback end-
 
.
 
.
 
.
 
Author's POV
 
Di pesawat kelas eksekutif itu, -ya nampaknya Jessica-ssi masih peduli pada Tao, dengan membelikanya tiket kelas eksekutif- Tao duduk sendirian, dan nampakna di penerbangan itu memang hanya ada sangat sedikit orang, yang rata-rata adalah bapak-bapak dan ibu-ibu... 
 
Tao mulai merasa sedikit takut, karena kalau boleh jujur, walau dia super kaya, ini adalah kali pertama Tao menaiki pesawat, terutama sendirian. Selama ini ayah Tao tidak pernah membiarkan Tao pergi kemanapun, karena sebenarnya semua yang Tao butuhkan sudah ada di mansionnya, dan yang kedua, 
ayahnya itu sebenarnya agak terlalu posesif, dan overprotektif pada Tao, sehingga Tao tidak pernah diinjinkan pergi sendiri, minimal 3 orang bodyguard mengikutinya. Hal ini jugalah yang mebuatnya -hampir- tidak memiliki teman. Dia juga mencap dirinya sebagai seorang ansos.
 
Perjalanan dari China ke Korea bukanlah perjalanan yang singkat dan hanya memakan waktu 1 atau 2 jam. Maka itu, setelah 20 menit pertama, Tao sudah bosan setengah mampus. Satu jam setelahnya, Tao berusaha untuk tidur, namun yang ada selama Tao berusaha untuk tidur, fragmen-fragmen masa kecilnya yang ia cari waktu itu, mulai muncul sebagai mimpi di alam bawah sadarnya.
 
.
 
.
 
.
 
*A.N : Maaf ya readers... banyak flashbacknya... maklum author masih labil (?) Mianhae~
 
-Dream a.k.a Flashback-
 
"Jessica-ssi... kenapa sih, aku tidak boleh keluar dari rumah ini? Kan aku bosan dikurung terus...  Aku bosan belanja di Mall, main di Arcade, diajak spa terus sama Lay-jie, Aisshhh... semuanya ngebosenin.. Apalagi kalau sudah latihan wushu... ihh... musti keringetan! Lepek! Aku kan pengen main sama 'manusia' lain juga... Heh, Jessica-ssi kau dengar tidak??"   Tao, gadis panda yang telah berumur 11 tahun itu merengek manja pada maid pribadinya yang sedang serius dengan rajutannya yang masih tenang saja sambil mendengar keluh kesah sip panda kecil ini, yang entah, sudah berapa melenyapkan beberapa jam. 
 
"Ya, ya dan ya Tao. untuk kesekian kalinya, kau tahu aku akan selalu mendengarkan semua ocehanmu itu. Dan kau kan tahu, jawabannya adalah tidak. Kau tidak boleh keluar dari mansion ini. Itu bukan keinginanku Tao-er, itu kehendak ayahmu. Aku tidak bisa melawan yang satu itu. Jadi, kau harus temukan cara lain untuk mengalihkan kebosananmu itu" Jessica pun melanjutkan rajutannya setelah membalas keluhan Tao.
 
Tiba-tiba, muncul ide 'ajaib' dari otak Tao yang terpancar melalui seringaian anehnya.
 
"Ya, kalau Jessica-ssi kan tidak bisa melawan ayah, bagaimana kalau aku saja. Bagaimanapun juga, aku ini kan anaknya... Hehehe..." Aura di sekitar Tao tiba-tiba berubah menjadi gelap
 
"Ergghh... Tao, apa yang sedang ada di pikiranmu sekarang? Jangan bilang kalau kau berpikir untuk kabur..." Jessica-ssi meletakkan rajutannya dan memandang Tao dengan tatapan -kau tidak mungkin melakukannya kan?-
 
Tao menganggukan kepalanya sambil berkata... "Oh yeah~"
 
Jessica-ssi hanya bisa melakukan face palm "Tao, please, just be careful. Kau sudah besar, kau harus tahu apa yang kau lakukan."
 
.
 
.
 
.
 
Malam itu, jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.30. Tao yang sudah mempersiapkan mentalnya, mengendap-endap keluar dari kamarnya, dan berjalan menuju taman belakang rumahnya, yang selalu sepi itu.
 
Di dekat temboknya, ada sebuah tangga yang selalu diggunakan oleh gardener di rumah Tao untuk memangkas daun-daun pohon yang sudah terlalu lebat. 
 
Tao yang sudah terbiasa latihan wushu tidak kesulitan mengangkat tanga yang tingginya kira-kira dua kali dirinya itu, yang beratnya juga 2 kali tubuhnya. 
 
1
 
2
 
3
 
Dan Tao pun berada di luar Huang Mansion. 
 
Tao menghirup udara malam itu sebanyak mungkin hingga paru-parunya terasa sesak.
 
"Haahhh.... ini baru hidup. Sekarang aku ke mana ya? Sudah berapa lama aku tak keluar rumah ini? Aishh... sampai-sampai aku tidak tahu lingkungan rumahku sendiri..." Tao yang tidak tahu mau berjalan kemana hanya mengikuti instingnya untuk berjalan mengikuti lampu jalanan, yang ternyata menuju ke sebuah taman bermain kecil dengan pohon besar di tengah-tengahnya.
 
"Baru tahu aku, ternyata di tempat seperti ini ada taman bermainnya... Eh, ada pohon! Coba naik ah~ lagian juga aku mau lihat-lihat bintang!" Tao menggumam pada dirinya sendiri sambil bersiap memanjat pohon setinggi 3 meter itu
 
"AH~ Anginnya dinginnn!! Baru tahu aku, AC di kamarku bisa dikalahkan oleh angin alam semacam ini... Brrrrrr...." Tao memeluk dirinya sendiri yang agak menggigil saat angin dingin menerpa tubuhnya yang hanya dibaluti piyama tipis, Tao lupa memakai jaketnya malam itu.
 
Happp...
 
Tao pun sampai di atas pohon itu. Ia sedang mencari-cari dahan yang bisa ia jadikan tempat bersandar yang nyaman. Setelah menemukannya, Tao bersandar sambil melihat bintang, dan juga bulan purnama yang bersinar terang di langit hitam.
 
'Such a beautiful antilogy'  Pikir Tao.
 
" Kapan ya, aku bisa bebas seperti bintang-bintang itu? Mereka bisa berdiri dan bersinar sendiri-sendiri tanpa dibantu siapa-siapa. Mereka benar-benar mandiri, dan bebas. Tidak ada yang melarang mereka untuk bersinar seterang apapun, untuk mejadi sebesar atau sekecil apapun.Namun sepertinya, aku tidak akan pernah mengalaminya." Tao menggumam pelan pada dirinya sendiri.
 
"Huffff.... AKU CUMA INGIN BEBASSS~ " Tao berteriak dengan merdu dari pangkal perutnya.
 
Setelah bosan memandangi langit, Tao memutuskan untuk pulang. Namun Tao baru sadar...
 
 
Ta-dah!
 
 
Bodoh.
 
Aku lupa bagaimana cara turun pohon! Bagaimana ini?! Tao melihat ke bawah, dan menyadari kalau dahan yang ia duduki sekarang ini adalah dahan paling tinggi di pohon itu.
 
Stupid panda! Bagaimana bisa aku memanjat setinggi ini tapi lua cara turun pohon? Aishh.... Keturunan Huang aneh!
 
Dan demi semua jenis pohon yang ada di bumi, jarak tanah dengan keberadaan kaki Tao saat itu mampu membuat beberapa sendinya berada di tempat yang tak semestinya, jika dia nekat melompat dari jarak itu.
 
"Aduh, dasar kau keturunan Huang bodoh! Bagaimana bisa aku lupa cara turun pohon... mana di sini gak ada siapa-siapa lagi?" Tao berusaha memikirkan cara lain untuk turun dari tempat itu ketika ia mendengar suatu suara
 
 
Kretekk..
 
 
Suara ranting yang patah karena terinjak memenuhi udara dingin malam itu.
 
 
Kretekk...
 
Suasana yang agak gelap membuat Tao tidak bisa melihat maupun berpikir jelas. 
 
"Ehhh... apakah ada seseorang di situ? Atau... sesuatu?" Tao menggetok kepalanya sendiri mengingat pertanyaan terkahir yang ia lontarkan.
 
Itu tidak mungkin hantu... tidak.. mungkin?  tidak...
 
"Si-si-siapa itu? K-kau hantu?" Orang itu nampaknya lebih takut daripada Tao saat ini. Orang itu mendongakkan kepalanya kesana kemari untuk mencari asal suara tadi.
 
"Psstt... aku di atas pohon ini... kau manusia kan? Bisa bantu aku turun tidak?" Tao yang menyadari kalau si penakut itu adalah manusia, yang ternyata juga sama takutnya dengannya, meminta pertolongan dengan muka termelas yang ia miliki
 
"Heh? Kau orang toh... kirain apaan... Memangnya kau siapa minta dibantuin sama namja ganteng macam aku?" Orang yang nampaknya adalah seorang namja itu memasang wajah cockynya kepada Tao sambil mendongakkan kepalanya ke arah Tao berada
 
"Yaa!! Ganteng darimananya? anjing laut peliharaanku masih lebih layak disebut ganteng daripada kamu tau! Sudah cepat, bantu aku... Plisss.... aku akan memberimu apapun yang kau mau deh!" Tao mencoba merengek kepada namja itu
 
"Aishhh... kau ini bikin susah saja. Sudah, tunggu di situ. Jangan bergerak kemana-mana" Namja itu mulai memanjat pohon sial itu dengan mudahnya. Dengan cepat ia sudah berada di belakang Tao dan mem-poke pipi Tao
 
"Cepat naik ke punggungku kalau kau masih mau hidup. Jangan anggap ini gratis." Namja itu berkata dingin pada Tao. Figur namja itu... 
 
Tinggi, kulitnya putih namun sedikit tan, dan rambut hitamnya yang bersinar di bawah sinar bulan membuat sesuatu bergemuruh di dada Tao
 
 
Deg
 
 
. Perasaan apa ini?
 
 
Deg
 
 
Aishh... hati! jantung! paru-paru! atau apapun yang tadi berbunyi di dadaku! berhentilah! nanti dia akan mendengarnya...
 
"Ya! jangan menatapku seperti itu, rasanya aneh... Sudah cepat naik! Masih mau hidup tidak?" Namja itu berkata agak keras pada Tao yang langsung tersadar dari lamunannya
 
"Ahh... iya iya. Maaf..." Tao pun menaikki punggung namja tersebut.
 
Nyaman. Hangat. Kokoh.
 
Itulah yang ada di pikiran Tao saat masih berada di belakang punggung namja itu.
 
Jadi rasa punggung namja seperti ini ya? Hmm... baru tahu aku.
 
Saat kaki namja itu sudah menginjak tanah, Tao segera melompat turun, dan membungkukkan tubuhnya menandakan terimakasihnya
 
"Terimakasih banyak sudah mau menolongku. Aku kira aku akan mati di sana." Ucap Tao polos sambil menatap sinis dahan pohon sialan itu.
 
Namja yang tadi bersikap dingin pada Tao itu menahan tawanya melihat ekspresi Tao yang lucu, dan... mirip panda
 
"Hmpffftttt... Mukamu... mukamu... mukamu persis seperti boneka panda yang ada di toko mainanku! Muahahahah!" Namja itu tertawa lepas sambil memukul-mukul pahanya.
 
Kalau dia tertawa, dia terlihat... ganteng.
 
Plakk... Tao menampar dirinya sendiri di dalam pikirannya
 
Pikiran macam apa ini? Tidak... tidak... Tao, kau tidak merasakan persaan itu.
 
"Oh iya, namamu siapa? omong-omong kita harus membicarakan balas budimu kepadaku atas pertolonganku tadi..." Namja itu duduk di ayunan yang berada di sebelah Tao.
 
"Nama? Oh... namaku Tao, Zi Tao, terserah kau mau memanggilku apa... Dan kau? Siapa namamu dan berapa umurmu?" Tao mendongakkan kepalanya saat melontarkan pertanyaan terakhir
 
"Nama dan umur? Cih, seperti interogasi polisi saja. Hhhh... Namaku Yi Fan. Umurku 14 tahun." Namja itupun mrnggaruk kepalanya yang napknya tidak gatal itu.
 
Dia lucu. Pikir Tao.
 
"Ehm... Zi Tao? nama yang aneh. Nama margamu apa? Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu..." Namja itu melanjutkan perkataannya
 
Namja itu lalu memiringkan kepalanya sambil terus menatap lurus ke mata Tao. Tao yang menyadari tatapan intens dari namja yang ternyata 3 tahun lebih tua darinya itu segera menundukkan kepalanya.
 
"Huang... Aku Huang Zi Tao. Putri dari Edward Huang." volume suara Tao mengecil di kata-kata terkahir, air mukanyanya pun berubah, tapi tidak ada seorangpun yang menyadarinya karena kegelapan malam itu. 
 
Bodoh, tak seharusnya aku mengucapkan nama lelaki itu
 
"Jadi kau tetanggaku? Hmmm... interesting..." Namja itu menatap Tao dengan senyuannya -yang lebih mirip seringaian- yang... harus Tao dan author berdua akui... sangat tampan.
 
"T-tetangga dari mana? Apa maksudmu?" Tao yang penasaran hanya bisa menatap Yi Fan bingung.
 
"Sepertinya benar gosip tante-tante di sebelah rumah... Hhhh.... jadi gini, singkatnya, rumahmu, atau lebih tepatnya istanamu itu diketahui berisikan seorang keluarga super kaya, dan juga berisi seorang 
 
putri yang tidak pernah dibolehkan keluar dari rumahnya. Dan ternyata, dia malah di sini, tengah malam, kabur dari istananya, manjat-manjat ke atas pohon, terus lupa cara turun pohon dan minta tolong sama namja macam aku. Dan, just for your information, aku ini tinggal 2 blok dari mansion, eh salah istana kerajaanmu itu. Jadi, tidak aneh kan kalau aku tahu siapa kau? Jangan anggap aku stalker atau semacamnya..."  Yi Fan menjelaskan status ketetanggaannya kepada Tao sambil terus memperhatikan mata panda gadis itu.
 
"Sepertinya putri yang mereka bicarakan itu gak terlihat seperti putri ya... Lebih mirip Pa-" Sebelum Yi Fan menyelesaikan kata-katanya, Tao keburu melanjutkannya
 
"Panda. Iya, iya dan iya. Aku sudah terlalu sering mendengar kata itu. Ngomong-ngomong, kau mau anterin aku pulang gak? Kayaknya, ini udah malem banget deh... Aku... takut." Tao menghentikkan ayunannya dan berdiri lalu menundukkan kepalanya sambil menatap tanah.
 
Huang Zi Tao, kau bodoh sekali. Kau pikir dia siapa? Memang ada orang sebaik itu, yang baru beberapa menit kenal sudah mau mengantarmu pulang? Apalagi dengan resiko orang itu bisa ikut terkena marah ayahmu juga! Pikir Tao
 
"Kalau kau mau kuantarkan pulang, ada satu syarat..." lelaki bernama Yi Fan itu memecah keheningan yang sempat tercipta di antara mereka
 
"Ehm... memang syaratnya apa saja?" Tao berlagak serius menanggapi persetujuan namja itu.
 
"Kau harus memanggilku gege setiap kita bertemu, dan kau tidak boleh melepaskan tanganmu dariku saat kita berjalan nanti, maupun saat kapanpun kita bertemu . Hao ma?" Kris mengulurkan tangan kanannya ke depan muka Tao
 
"Seriusan nih? cuman gitu doang syaratnya? Kalo gitu sih pasti bisa!" Tao tersenyum lebar sambil menyalami tangan Yi Fan.
 
Tangannya halus, dan lebar. Dan...
 
Bwo? Aku harus menggenggam tangan ini sampai sampai di rumah? Mau jadi apa aku nantinya?
 
Muka Tao memerah dan menjadi semakin merah. Untungnya, Dewi Fortuna sedang berada di pihak Tao. Malam itu, hanya ada cahaya bulan dan bintang yang agak redup, sehingga semburat merah di wajah Tao sama sekali tidak terlihat namja itu.
 
"Ya sudah. Ayo kita pulang..." Namja itu mengambil tangan Tao dan menggenggamnya dengan erat, seperti seorang anak kecil menggenggam balonnya.
 
"E-eee... i-i-iya... Ayo pulang."
 
.
 
.
 
.
 
Namja itupun mengantar Tao sampai ke depan mansionnya, dan namja itu melambaikan tangannya pada Tao, dan tersenyum lebar kepada Tao sebelum membalikkan tubuhnya ke arah rumahnya...
 
"Apa benar aku bisa menggenggam tanganmu sperti tadi setiap kali kita bertemu? Bwo? Bertemu? Aku bahkan tidak yakin kita akan bisa bertemu lagi. Kau terlalu sempurna untuk berada bersamaku. Bisa-bisa aku tidak akan pernah keluar dari rumahku lagi kalau kali ini aku ketahuan kabur tahu... Semoga saja tidak." Taopun berjalan ke arah belakang mansionnya, dan masuk dari pintu belakang yang sudah dia biarkan terbuka dari awal 
 
"Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi Yi Fan?" Tao berkata kepada dirinya sendiri saat berhasil memasuki kembali kediamannya dengan aman.
Setelah berada kembali di pulau kapuknya,Tao hanya bisa berharap namja bernama Yi Fan itu akan bertemu lagi dengannya, dalam keadaan yang lebih normal
 
Seperinya aku mencin-
 
 
-Flashback a.k.a Dream End-
 
 
 
 
 
Ding Dong Ding Dong Ding Dong Ding Dong~
 
 
'Kepada para penumpang harap segera mengenakan sabuk pengamam anda, karena sebentar lagi kita akan mendarat di Incheon International Airport'
 
 
"Huahhmmm! Ahh... sudah sampai rupanya. Lebih baik aku rapih-rapih sebentar..." Tao yang terbangun dari mimpinya langsung merapihkan surai hitam mengkilapnya, dan memasang kemabali contact lens light blue yang tadi dia lepas itu. Tak lupa, ia memakai masker yang diberika Jessica-ssi kepadanya. 
 
"I'm ready." Tao menenteng tas ransel extra besar yang jadi satu-satu barang yang dimilikinya di negri orang ini.
 
"Just wish me luck Mom..." Tao menutup mata dan melontarkan sebuah senyum untuk Ibunya yang ada di 'sana'
 
Tanpa Tao sadari 2 orang lelaki tinggi berpakaian serba hitam sedang tersenyum melihat tingkah Tao yang terlalu -dan selalu- polos, dan sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.
 
Tao berjalan keluar dari pesawat tanpa mengetahui apa yang telah mengawasinya sejak keberangkatannya tadi.
 
.
 
.
 
.
 

 


A/N : Maaf ya readers... banyak flashbacknya... maklum author masih labil (?) Mianhae~ Oke, next, kita lihat encounternya Kris sama Tao, intinya mereka bakal ketemu di situasi yang... lihat aja dah... aouthor udah kebanyakan bacot nih...

Comment please?

And thanks for your previous comments! I really appreciate it!

*bow *bow *bow

 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
330nai #1
Chapter 8: please.... aku rayu. mahu tau sambungannya
ellin_kim #2
Chapter 8: Authornim~ gak ada lanjutannya kah?? Huwaaaa ㅠㅠ berharap ada lanjutannya,please....^^ditunggu next chap nya authornim, keren kok author...
qiuiie #3
Chapter 8: tak ada lagikh sambungannya???
Nakamio
#4
Chapter 6: Hiyaa ada KrisBer chap depan? O.o KrisBernya... cuma slight kan ya? Haha x.x Update soon authornim :)
amberkrisxoxo
#5
Chapter 5: Update thor~ krisbernya banyakin
._. Btw, ada typo yg menggangu._.
spygenl #6
Chapter 2: oh mai gad wat do yu do to mai xing xing xie?! oh salah, xing ge -_- wateper lah. kasian banget tao, sabat ye
masih sangsi apakah krisber akan ada di cerita ini atau pure taoris lol