Fase 08

Katalisator

KATALISATOR

 

.

 

Title: Katalisator

 

Author: Allotropy Equilibria (@allotropy117)

 

Genre: romance (), hurt/comfort

 

Main cast: Byun Bo Eun, Byun Baek Hyun, Park Chan Yeol, and other EXO members

 

Length: multichapter

 

Rating:  T

 

Disclaimer: BaekHyun dan ChanYeol milik Tuhan dan mereka memiliki diri mereka masing-masing dan saling memiliki :”> Saya hanya memiliki OC dan alur cerita abal ini saja. Pic yang dipakai di sini juga bukan milik saya, hanya dengan bantuan mbah gugle saya menemukannya.

 

Warnings: Shounen Ai a.k.a boyxboy. Don’t like? Don’t read. Simple, eh?

 

A/N: ANNYEONG!!!!!! Adakah yang inget saya??? Adakah yang nunggu ff ini?? muehehehe.... kalo ga ada ya udaah saya balik ke pelukan WooGyu couple *heh* kalo ada, mianheeee membuat menunggu.... >____<

 

Yang lupa lagi ceritanya, cek di sini aja ^^

 

Fase 01: http://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/titipan-member--chanbaek-katalisator-chap-1-allotropyequilibria/313934055390652

 

Fase 02: http://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/titipan-member-katalisator-chap-2-allotropy117/314372692013455

 

Fase 03: http://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/titipan-member--chanbaek-katalisator-chap-3-allotropy117/315095235274534

 

Fase 04 :  https://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/titipan-member-katalisator-chapter-4-allotropy/316498165134241

 

Fase 05 : https://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/titipan-member--baekyeol-katalisator-chap-5-allotropy-equilibria/322188851231839

 

Fase 06-a : http://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/titipan-member--chanbaek-katalisator-chap-6a-allotropy-equilibria/333184633465594

 

Fase 06-b : http://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/titipan-member--baekyeol-katalisator-chap-6-allotropy-equilibria/333897306727660

 

Fase 07-a : https://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/member--baekyeol-katalisator-part-7a-allotropy-equilibria/380842548699802

 

Fase 07-b : https://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/member-katalisator-chap-7b-allotropy-equilibria/382824771834913

 

Fase 07-c : https://www.facebook.com/notes/exo-fanfiction/member-katalisator-chap-7c-allotropy-equilibria/384359911681399

 

 

Nah, sekarang selamat menikmati Fase 08~~

 

.

 

.

 

.

 

Previous Chapter:

 

“Kau menang, Park Chanyeol. Aku akan mempercayakan Baekhyun padamu. Tapi, sedikit saja kau melukainya, aku akan membunuhmu!”

 

”Aku tidak ingin melepaskan matahariku begitu saja. Tapi aku salah, Sun-chagi. Ia bukan kegelapan. Ia bukan black hole. Ia api, yang aku tahu akan bisa membuat matahariku ini semakin bersinar dengan indah,”

 

“Setting matahari terbenam itu juga romantis. Kau yang berdiri di arah matahari terbenam pasti akan sangat mempesona. Park Chanyeol pasti tidak akan bisa menolak sihirmu, Chagi~”

 

“Apa kau sedang latihan untuk menyatakan perasaanmu pada seseorang lewat nyanyianmu?”

 

“Saranghae, Park Chanyeol. Jadilah namjachinguku.”

 

Ini bohong, kan?

 

 

KATALISATOR

Fase 08/?

 

.

 

Black Pearl Cafe adalah sebuah cafe yang terletak cukup dekat dari kawasan KAIST. Cukup ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit. Tempatnya yang cozy dan menunya yang beragam dengan harga terjangkau, menjadikannya lokasi favorit mahasiswa KAIST yang bosan dengan suasana kampus. Setiap harinya, cafe tersebut selalu ramai dipenuhi para mahasiswa yang betah menghabiskan waktu di sana untuk bersantai bahkan sampai mengerjakan tugas.

 

Sore itu pun cafe dengan dominansi warna biru laut dan mutiara hitam ini tampak ramai. Akan tetapi, kericuhan dalam cafe sedikit berbeda dari hari-hari biasanya. Karena hampir semua pasang mata yang ada di sana memfokuskan diri pada salah satu meja yang berada di pojokan. Meja dengan dua kursi yang diduduki dua namja tinggi yang sama-sama rupawan. Dua sosok yang mustahil tak dikenali.

 

Satu pemuda dengan surai pirang gondrongnya tak lain dan tak bukan adalah sang presiden kemahasiswaan di KAIST. Kris Wu. Satu entitas yang tak mungkin tak diketahui oleh seluruh mahasiswa KAIST. Sementara satu orang lagi adalah Park Chanyeol, pemuda bersurai kecoklatan yang meski tak setenar Kris tapi juga sangat populer. Tentu, bagaimana mereka tak mengenalinya jika di berbagai acara kampus namja itu sering tampil bersama teman satu band-nya?

 

Sejak detik pertama dua orang itu melewati ambang pintu cafe, berbagai bisikan heboh langsung terdengar di penjuru ruangan. Tentu, layaknya api yang menjalar di atas jerami, gosip yang terkait dengan dua namja itu sudah menyebar dengan begitu cepat. Dan kehadiran keduanya di tempat umum yang notabene banyak berisi massa kampus KAIST ini tentu saja amat menggegerkan dan menyedot perhatian.

 

Akan tetapi, entah tak mendengar entah pura-pura tak mendengar, dua insan itu sama sekali tak mempedulikan keributan di sekitar mereka. Meski sebenarnya sangat mustahil jika mereka menyatakan tak mendengar bisik-bisik penuh napsu dari meja sebelah.

 

Park Chanyeol terlihat mengacuhkan es krim rasa pisang yang ada di hadapannya. Sementara di seberang meja, Kris Wu menyeruput smoothies-nya dengan tenang. Sesekali iris tajam itu menatap Chanyeol dengan seulas senyum.

 

“Kenapa kau tidak makan es krim-mu, chagiya? Nanti meleleh,” ujar suara berat agak serak itu.

 

Satu kalimat yang sontak membuat jeritan tertahan terlontar dari para yeoja di cafe itu. Dilanjutkan dengan bisik-bisik yang semakin tak terkendali. Sementara lawan bicaranya hanya melirik sosok sang senior dengan malas.

 

“Kenapa kau lakukan ini, Hyung?” tanya suara bass Chanyeol perlahan.

 

“Wae? Apa aku tak boleh mengajak kekasihku ke cafe berdua saja?” Kris balas bertanya dengan tampang tak berdosa.

 

Chanyeol memutar bola matanya kesal. “Kenapa kau lakukan ini, Hyung?” ulangnya dengan sedikit penekanan. Punggung lebarnya yang tadi menyandar bosan pada kursi kini menegak. Sepasang kristalnya menatap lurus manik tajam Kris. “Apa yang kau rencanakan?”

 

Senyum lembut terukir di rahang kuat Kris. “Aku mencintaimu, Park Chanyeol,” ujarnya datar.

 

Dengusan muak adalah respon yang diberikan Chanyeol. “Tak perlu membohongiku, Hyung. Aku tahu kau menginginkan Baekhyun,” geramnya. Kilat benci tampak jelas di sepasang irisnya.

 

Sebuah seringai miring sempat mampir di bibir Kris. Sebelum ujung jemarinya menyentuh pipi Chanyeol dan mengusapnya lembut. “Kau marah padaku? Jangan menatapku begitu, chagiya. Aku minta maaf kalau kau tidak suka dengan es krim-mu. Mau kupesankan yang lain?” tanyanya dengan senyum simetris yang kembali mengundang dengusan kesal dari lawan bicaranya.

 

Membuang muka ke arah lain selama beberapa saat, Chanyeol menangkap tatapan seisi cafe pada mereka. Pemuda jangkung ini memejamkan mata sebelum tangannya menggenggam jemari Kris di wajahnya. “Dengar, Hyung. Aku tak menyangka kau bisa melakukan hal seperti ini. Tapi... jika kau menginginkan Baekhyun.... kau tak perlu seperti ini.... Kau... bisa mendapatkannya,” ujarnya dengan suara rendah. Berusaha agar pembicaraan mereka tak terdengar oleh pengunjung di sebelah.

 

“Kau pikir aku akan percaya kau akan membiarkanku mendapatkan Baekhyun begitu saja?” Kris mendengus. Rahangnya terlihat mengeras. “Kau adalah halangan utamaku mendapatkan Baekhyun, Park Chanyeol. Dan aku akan menyingkirkanmu terlebih dahulu,” ujarnya dengan gigi rapat.

 

Chanyeol menggeleng pelan dan bergumam, “Kau membuang-buang waktumu, Hyung.... Kau berbeda... Kau bisa mendapatkannya....”

 

Kris tersenyum miring. “Tentu, aku akan mendapatkannya,” ujarnya pelan sebelum jemari panjangnya meraih tangan Chanyeol dan menggenggamnya di atas meja. Sorot tajamnya menatap lurus manik datar sang hoobae. “Aku tak peduli kenapa kau mau menerimaku begitu mudah, Park Chanyeol. Tapi, kuharap kau akan mengikuti rencanaku dengan patuh.”

 

Sorot benci berkilat di kristal Chanyeol. “Aku melakukannya untuk Baekhyun. Bukan untukmu,” geramnya.

 

.

 

.

 

.

 

Detak jam dinding dan gesekan pulpen di atas kertas adalah satu-satunya suara yang memenuhi indera pendengar Bo Eun. Gadis ini bahkan tak berani bergeser sedikitpun dari posisi duduknya di ujung kasur sang saudara. Takut menimbulkan bunyi yang dapat memecah keheningan aneh di kamar ini. Sepasang irisnya menatap intens sosok Baekhyun yang tengah mengerjakan tugas di meja belajarnya. Tatapan sendu dikirimnya pada postur mungil yang tampak sangat fokus itu. Meski tak terucapkan, Bo Eun tahu, belahan jiwanya itu... sedang hancur....

 

Mendesah panjang, gadis bersurai panjang ini bangkit dan menghampiri Baekhyun. Lengan rampingnya ia lingkarkan di pundak sempit sang saudara. “Sun-ah...” panggil gadis ini perlahan. Akhirnya memutuskan untuk menghancurkan atmosfer canggung yang sejak beberapa jam lalu mengungkung mereka.

 

“Hmm?” Hanya sahutan pelan itu yang terdengar dari bibir tipis Baekhyun. Gerakan jemarinya di atas kertas sama sekali tak terganggu oleh rangkulan Bo Eun.

 

“Besok... aku yang ke kampus, ya?” ujar gadis ini perlahan.

 

Pergerakan tangan Baekhyun sempat terhenti selama beberapa detik. Sebelum paras manis itu menoleh dengan seulas senyum manis. “Nde. Jangan lupa rekamkan materinya ya.” Setelah berkata begitu, ia kembali berbalik dan melanjutkan tugasnya.

 

Meninggalkan Bo Eun yang hanya bisa menatapnya dengan raut sedih.

 

Meski tak terucap, Bo Eun tahu betapa senyum di bibir tipis itu amat palsu....

 

Meski tak tampak, Bo Eun tahu betapa belahan jiwanya ini kini tengah menangis....

 

Dan air mata yang tak terlihat itu... lebih menyesakkan....

 

 

Suara kunci yang dibuka dan pintu yang bergeser kemudian mengalihkan fokus dua saudara ini. Bo Eun melirik pintu kamar yang tertutup, sementara dalam dekapannya, bisa ia rasakan tubuh Baekhyun menegang. Langkah kaki perlahan terdengar di luar pintu kamar. Langkah pelan yang begitu lambat dan terasa berat. Akan tetapi, fakta itu luput dari perhatian dua sosok manis ini. Karena Baekhyun tengah berusaha keras menahan air mata dan gemetar tubuhnya. Sementara Bo Eun tengah berusaha keras menahan amarahnya.

 

‘Park Chanyeol, Kris Wu... jangan pikir aku akan membiarkan kalian menyakiti Baekhyun-ku begitu saja!!’ batinnya geram. Kilat benci tampak jelas menari-nari di sepasang manik indahnya.

 

.

 

.

 

.

 

“Kau gila, Kris!”

 

Seruan itu adalah kalimat pertama yang menyambut sosok jangkung bersurai pirang ini begitu membuka pintu apartemen. Alisnya bertaut tersinggung menatap sosok cantik di hadapannya. “Apa maksudmu tiba-tiba mengataiku begitu?” tanyanya.

 

Luhan hanya menggeleng-geleng tak percaya. Beberapa kali mulutnya terbuka namun kembali ditutupnya karena ia terlalu bingung dengan apa yang harus dikatakannya. Berita yang ia terima terkait dongsaeng yang amat disayanginya ini benar-benar tak dapat dipahaminya.

 

“Kenapa.... kenapa kau lakukan itu, Kris Wu?” tanyanya akhirnya. Mengikuti sosok jangkung Kris yang mulai berjalan masuk dan meletakkan tasnya di atas sofa.

 

“Melakukan apa?”

 

“Kau! Dan Park Chanyeol! Lelucon macam apa ini?? Bukankah kau menyukai Baekhyun?” seru namja bersurai pirang ini dengan manik melebar.

 

Kris melirik sosok cantik itu dengan senyum miring. “Bahkan beritanya sudah sampai padamu?” gumamnya.

 

“Kenapa kau lakukan itu, Kris?” Luhan mengulang pertanyaannya.

 

Decak kesal lolos dari bibir penuh Kris. “Kenapa kau ikut-ikutan menentangku? Padahal kau yang memberiku ide soal ini,” gerutu namja jangkung ini kesal.

 

‘Padahal kupikir setidaknya kau akan berada di pihakku.’

 

“Mwo?? Aku? Aku tak pernah –“

 

“Semalam siapa yang memberiku saran untuk memisahkan mereka?”

 

Kristal indah Luhan melebar. Ia ingat memang dirinya sempat memberi saran demikian. Akan tetapi... “Tapi bukan dengan cara... bukan dengan cara rendahan seperti ini!” serunya.

 

“Lalu dengan cara apa aku harus memisahkan mereka, hm?” tanya Kris sinis. Punggungnya tampak bergetar samar.

 

Luhan mendesah. “Kau istimewa, Kris. Kau memiliki banyak kelebihanmu sendiri. Kau bisa memisahkan mereka dengan pesonamu. Bukan dengan cara curang seperti ini,” sahutnya.

 

Bugh!

 

Benturan antara kepalan tangan Kris dengan tembok di belakang tubuh mungil Luhan membuat namja cantik itu seketika bungkam. Raut terkejut tak bisa disembunyikannya mendapati sosok di hadapannya menunjukkan gestur mengancam seperti ini.

 

“Aku tak memiliki pilihan lain, Lu!! Cara seperti itu tak berguna. Sudah sekian lama kulakukan dan Baekhyun tetap tak melihatku! Aku tak memiliki banyak waktu! Aku menginginkannya, Lu! Aku tak ingin ia dimiliki Park Chanyeol!” seru sosok bersurai pirang itu dengan gigi bergemeletuk dan napas memburu menahan emosi.

 

Luhan menatap sendu Kris yang menunduk ke arahnya dan mengungkung pergerakannya dengan sebelah tangan masih menempel di tembok. Tak ada tatapan takut di paras cantik itu. Perlahan, jemari rampingnya terulur dan menangkup pipi tirus Kris yang memanas karena luapan emosi.

 

“Tapi, tindakan seperti ini akan mengurangi nilaimu, Kris,” ujarnya lembut.

 

Paras yang terbentuk indah bak lukisan dengan rahang kuat itu menggeleng pelan. “Aku tak peduli. Aku hanya ingin Baekhyun. Asalkan aku bisa mendapatkan Baekhyun,” gumamnya dengan raut putus asa.

 

Hela napas panjang lolos dari bibir Luhan. Ia sungguh tak percaya, adik tingkat yang dikaguminya ini.... akan jadi seperti ini.... Melihat Kris yang seperti ini membuat hatinya sakit.

 

“Lalu memangnya apa rencanamu?” tanya namja cantik ini kembali pada intonasi normal. Melepaskan sentuhannya di pipi Kris.

 

Sementara namja jangkung itu menegakkan tubuh dan kini duduk di pinggiran sofa. “Sejujurnya aku hanya baru terpikir untuk memisahkan mereka. Jika Park Chanyeol menjadi kekasihku, aku bisa membuatnya jauh-jauh dari Baekhyun. Selanjutnya... aku akan memberi kesan bahwa Chanyeol menyakitiku dan membuat Baekhyun membencinya. Dengan begitu nanti aku bisa mendekati Baekhyun... setelah memutuskan Chanyeol...” ujar Kris dalam gumaman pelan. “Rinciannya belum sempat kupikirkan,” tambahnya sambil mengedikkan bahu.

 

Luhan tampak berpikir. “Tapi, kenapa Park Chanyeol bersedia jadi kekasihmu?”

 

“Mungkin sebenarnya dia menyukaiku,” sahut Kris dengan tampang datar.

 

Jawaban itu membuat Luhan memutar bola matanya malas. “Oh, ayolah, Kris. Kau bahkan takkan bisa membohongi seorang yang buta dengan mengatakan Park Chanyeol tidak menyukai Baekhyun,” tukasnya sarkastis.

 

Lagi, Kris hanya mengangkat bahu tak peduli. “Siapa yang peduli? Ia membuat rencanaku lebih mudah. Aku jadi tak perlu buang-buang waktu untuk mendekatinya lagi,” sahutnya.

 

Luhan kembali menghela napas panjang. Kekecewaan masih tampak jelas di paras cantiknya. “Baiklah. Terserah padamu, Kris Wu,” ujarnya sambil berbalik dan mulai melangkah menuju kamarnya. Sebelum mencapai pintu, suara lembutnya kembali terdengar. “Tapi... aku sungguh tak percaya ternyata kau sepengecut ini, Kris,” ujarnya tanpa membalikkan tubuh. Sosok mungilnya lalu menghilang di balik pintu kamar.

 

Menyisakan Kris yang termangu menatap arah kepergiannya sambil berdecak kesal.

 

Sosok tinggi itu terdiam dan menatap lantai dengan tatapan menerawang. Entah kenapa... kalimat Luhan tadi... mengusiknya. Ia tidak suka Luhan menilainya seperti itu. Ia tidak suka... Luhan menatapnya seperti itu... Hatinya sakit....

 

Kris bangkit dari sofa dan mengetuk pintu kamar Luhan dengan keras. “Yak! Kau jangan langsung tidur! Buatkan makan malam untukku! Yak! Xi Luhan!!” serunya.

 

“Aku ini Hyung-mu! Dasar bocah tidak tau sopan santun!” balas gerutuan Luhan dari dalam kamar. Jawaban kesal yang anehnya membuat senyum tipis terukir di bibir Kris.

 

Entah kenapa, ia lega karena namja cantik itu.... menjawabnya dengan seruan cerewetnya yang biasa....

 

.

 

.

 

.

 

Bo Eun memejamkan mata dan menghela napas panjang di hadapan pintu kamar yang masih tertutup. Sebelum membuka kenop pintu, ia berbalik dan melirik sang saudara yang tengah bemain dengan i-pad-nya. Seolah tak peduli dengan sekitar. Meski gadis ini bisa melihat pundak kecil itu menegang.

 

“Sun-ah.... kau ingin aku bersikap bagaimana pada Park Chanyeol?” tanya Bo Eun perlahan. Memastikan barangkali belahan jiwanya itu memiliki pantangan yang tak boleh dilakukannya.

 

Baekhyun terdiam. Jemarinya membeku membiarkan games yang tengah dimainkannya game over. Perlahan, kepala bersurai coklatnya menggeleng ragu. “...aku tidak tahu...” bisiknya lirih.

 

Melihat itu, Bo Eun melintasi kamar dan berlutut di lantai agar dapat memeluk sosok yang tengah duduk bersandar pada ujung kasur itu. Ekspresi kosong yang dimilikinya membuat gadis ini sesak. Rasanya, Baekhyun yang seperti ini lebih menyedihkan daripada melihatnya menangis....

 

“Kalau begitu, serahkan semuanya padaku, ne?” gumam gadis bersurai panjang ini. “Kau mempercayaiku, kan?”

 

Baekhyun mengangguk-angguk dan berusaha mengukir senyum lemah. Bo Eun menatapnya dalam. Hatinya bergemuruh. Ntah kenapa ia merasa ada yang salah. Ia sangat percaya dengan analisisnya. Ia percaya dengan ketajaman pengamatannya. Bo Eun berani bersumpah, bahwa Park Chanyeol dapat dipastikan mencintai mataharinya ini.

 

Karena, perlakuan namja jangkung itu selama ini, terutama saat ia sakit kemarin, sama sekali bukan akting. Di sana tergambar ketulusan yang nyata.

 

Kalau begitu kenapa?

 

Ucapan “Park Chanyeol mencintaimu, percayalah padaku,” sudah ada di ujung lidah gadis ini. Akan tetapi, ia memilih bungkam dan hanya mengecup puncak kepala sang saudara. ‘Aku akan lakukan apapun untuk kebahagiaanmu, Sun-chagi,’ batinnya. Sebelum postur rampingnya ia bawa meninggalkan kamar dan Baekhyun yang masih tertunduk lesu.

 

 

 

Park Chanyeol belum keluar dari kamarnya dan Bo Eun menarik napas panjang untuk menenangkan perasaannya. Sejujurnya ia masih belum yakin dengan rencana dadakan yang akan dilakukannya ini. Karena hal ini benar-benar di luar dugaan dan Bo Eun tak memiliki plan B untuk kemungkinan kejadian seperti ini.

 

Setelah mengontrol emosinya, gadis ini memanggil Chanyeol dengan nada biasa. “Yeollie! Ayo berangkat!! Nanti kita tertinggal kereta!” serunya ke arah pintu kamar Chanyeol.

 

Di dalam kamarnya, Chanyeol sedikit terkejut karena tak menyangka rekan serumahnya itu akan memanggilnya dengan....seruan biasa. Maksudnya.... Chanyeol tak akan heran jika tiba-tiba Baekhyun mendiamkannya. Atau marah padanya. Atau....

 

Namja jangkung ini menyentuh gagang pintu dengan ragu. Ia belum tahu harus seperti apa menghadapi Baekhyun. Ia tidak tahu.... Tadinya, ia berniat membiarkan Baekhyun berangkat lebih dulu dan ia tak keberatan untuk datang terlambat. Sejak ia yakin namja mungil itu akan mengacuhkannya dan membiarkannya. Makanya, ia tak menyangka....

 

“Ya! Park Chanyeol! Aku tidak mau terlambat! Ayo cepat berangkat!!” seru Bo Eun lagi, menirukan bentakan Baekhyun jika mulai kesal, dengan suara indahnya.

 

Menghela napas berat, Chanyeol melangkah keluar dengan raut panik yang dibuat-buat. “Ah. Mianhe. Aku lupa di mana kacamataku,” ujarnya, seratus persen bohong.

 

“Kajja! Aku bangun kesiangan jadi tidak sempat buat sarapan. Nanti beli roti saja, ne,” tukas Bo Eun sambil melangkah menghampiri pintu depan.

 

“A-ah! Nde. Aku juga baru bangun, hehe,” sahut Chanyeol sedikit gugup dan menampilkan cengiran lebarnya.

 

Kristal kembar Bo Eun meliriknya sebelum terkekeh. “Kenapa kau malah ikut-ikutan kesiangan?” guraunya. Rangkaian kalimat yang membawa desah lega dari mulut indah Park Chanyeol.

 

Keduanya melangkah melintasi halaman sambil masih beradu mulut terkait hal sepele itu. Saat mulai membuka pagar, sebuah mobil sport hitam berhenti di depan rumah kecil mereka. Menyangka bahwa itu tamu untuk rumah sebelah, dua entitas yang baru keluar itu berusaha mengacuhkan dan tak melirik pengemudinya. Namun, bunyi klakson yang diiringi turunnya kaca mobil pengemudi membuat Bo Eun dan Chanyeol menghentikan langkah.

 

Dua pasang kristal melebar terkejut saat alat optik itu merefleksikan sosok sempurna Kris dari balik kaca mobil.

 

“Untunglah aku datang tepat waktu,” ujarnya dengan senyum lebar di rahang kuatnya.

 

Mau apa Kris-sunbae kemari?

 

Pertanyaan tak terucap itu segera terjawab saat Kris melangkah keluar dan berdiri di hadapan sosok jangkung Chanyeol. “Mulai hari ini aku akan mengantarmu ke kampus. Ayo naik,” ujarnya dengan keriangan yang hanya ditanggapi dengan raut datar dari paras tampan Park Chanyeol.

 

Mengeratkan kepalan tangannya, Chanyeol berjalan dan menghampiri kursi di samping kemudi yang pintunya telah dibukakan oleh Kris. Iris cerahnya sama sekali tak melirik sang sunbae. Apalagi mengucapkan terimakasih. Mulutnya terkatup rapat.

 

Sambil memutari mobil untuk kembali ke kursinya, Kris berujar ramah pada Bo Eun yang tercenung di posisinya berdiri. “Kau juga naiklah. Kita berangkat bersama,” ajaknya.

 

Menatap mata tajam di hadapannya, Bo Eun memaksakan senyum manis khas mataharinya. “Gomawo, oppa,” ucapnya lembut. Padahal buku jarinya memutih karena terlalu kuat mengepalkan tangan untuk meredam kemarahannya.

 

Ia marah. Ya, tentu saja Bo Eun marah. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana hancurnya perasaan belahan dirinya itu jika besok Kris kembali menjemput Park Chanyeol untuk pergi ke kampus....

 

Apa sebenarnya yang diinginkan dua orang ini? Bukankah mereka menyukai mataharinya?

 

Sepanjang perjalanan, iris kembar Bo Eun menatap lekat dan penuh benci pada dua sosok namja yang duduk di bangku depan.

 

.

 

.

 

.

 

Kang-songsaengnim baru saja meninggalkan kelas Unit Operasi yang diikuti oleh Chanyeol dan Baekhyun. Beberapa mahasiswa masih betah di bangku masing-masing karena ruang kelas itu tidak digunakan oleh kelas berikutnya. Sebagian dari mereka masih sibuk mencatat atau mendiskusikan tugas yang baru diberikan pada mereka.

 

Melirik jam dan menyadari sudah waktunya mereka makan siang, Bo Eun memutar tubuh untuk mengajak Chanyeol ke kantin—sejak mereka memiliki waktu kosong setidaknya satu jam sebelum kelas berikutnya mulai.

 

Pemuda bertubuh jangkung itu sedang menekuri catatannya dan panggilan sudah berada di ujung lidah Bo Eun, saat tiba-tiba saja sebuah teriakan dari arah pintu terdengar.

 

“Chanyeol-ah! Kris-hyung mencarimu!” panggil salah satu rekan sejurusan mereka—Bo Eun tak ingat namanya siapa—dari depan ambang pintu.

 

Dua pasang kristal di bagian tengah ruangan serentak menoleh dan merefleksikan satu sosok bertubuh tinggi dengan surai pirang indahnya membingkai sempurna garis wajah yang terpahat tanpa cacat. Senyum mempesona terukir pas di wajah tampan Kris. Tatapan tajamnya terarah pada manik besar Chanyeol yang berusaha menyampaikan raut bertanya.

 

“Kau tidak ada kelas sampai satu jam berikutnya, kan, Channie? Kita makan di kantin, ya?” tanya suara berat agak serak milik Kris. Cukup keras terdengar oleh seisi kelas yang beberapa penghuninya sudah meninggalkan ruangan.

 

Sepertinya Kris sangat sengaja mengucapkan kalimat itu dengan lantang karena senyum indahnya justru semakin lebar saat bisik-bisik mulai terdengar di sekitar mereka.

 

Bo Eun melirik Chanyeol yang tanpa berucap apa-apa membereskan peralatannya dengan acak dan bergegas menghampiri Kris. Gadis ini luput menangkap raut sebal di paras tampan Chanyeol. Menundukkan kepalanya, Bo Eun berusaha berpikir cepat, menimbang tindakan apa yang harus dilakukannya. Seiring langkah lebar Chanyeol yang semakin menjauhinya, gadis ini merasa jantungnya berdetak semakin cepat karena gugup.

 

Apakah yang akan dilakukannya ini tepat? Apakah ini yang terbaik untuk mataharinya?

 

Mendengar langkah dua orang itu semakin menjauh, Bo Eun semakin gugup dan menarik barang-barangnya dengan tergesa. Tungkai rampingnya berusaha mengejar dua namja bertubuh tinggi itu.

 

“Tunggu, hyung!” serunya.

 

Kris dan Chanyeol menghentikan langkah mereka dan menoleh heran.

 

“Aku juga ingin ke kantin. Bagaimana kalau pergi sama-sama?” tanya gadis bersurai panjang ini sambil memasang raut memohon yang menggemaskan ala Baekhyun. ‘Kalau ia pikir lagi, interaksi mereka di mobil tadi sedikit aneh, bukankah akan menarik jika bisa mempelajari bagaimana mereka berinteraksi saat makan?’ Begitulah kira-kira isi pemikiran Bo Eun.

 

Sementara itu Kris tentu saja memiliki pikiran lain. Meski ia sangat ingin bisa makan bersama pujaan hatinya itu, tapi tujuan utamanya kini adalah memisahkan Park Chanyeol dari Baekhyun. Karenanya, presiden kemahasiswaan KAIST ini memasang senyum indahnya dan melingkarkan lengan di pinggang Chanyeol sambil berucap, “Mianhe Baekhyun-ah. Aku ingin makan siang berdua saja dengan kekasihku ini. Tidak apa-apa, kan?”

 

Merasakan sentuhan Kris dan ucapannya yang membuat sebal, Chanyeol hanya memejamkan mata dengan kepala tertunduk. Kepalan tangannya yang tersembungi di saku jaket menggenggam kuat menahan kekesalan.

 

Iris kecil Bo Eun sedikit menyipit melihat respon Chanyeol. Sebelum paras manisnya berubah menjadi raut kecewa yang tergambar nyata. “Ah... geurae...?” gumamnya pelan. “Jadi... gosip itu benar, ya?” tambahnya dengan lirih.

 

“Kau belum tahu?” tanya Kris.

 

Bo Eun menggelengkan kepalanya dan tersenyum sedih. “Kupikir... kemarin itu hanya halusinasiku... Kupikir, kemarin itu hanya mimpi buruk...” sahutnya dengan suara bergetar—yang tentu saja buatan.

 

Kris mengeratkan rahang mendengar ucapan putus asa dari sosok mungil di hadapannya. Sebegitu...kecewanya kah Baekhyun pada fakta bahwa Park Chanyeol gagal didapatkannya? Namja bersurai pirang ini mencoba menarik napas panjang untuk menghilangkan kesesakan yang kembali menderanya.

 

“Kenapa... kau lakukan ini, Hyung?” tanya Bo Eun kemudian. “Bukankah.... bukankah kau menyukaiku, oppa?” Iris kelam itu terangkat dan mencoba menatap kristal tajam Kris.

 

Sama sekali tak menduga akan kalimat Baekhyun, Kris tertegun. Ia hampir tak berkedip membalas tatapan terluka yang tergambar di paras manis entitas yang selama ini dipujanya. “Aku juga menyukaimu, Baekhyun-ah,” ucapnya tanpa sadar.

 

Namun, Bo Eun—dalam posisinya sebagai Baekhyun—menggelengkan kepalanya dengan sedih. “Kau tidak mengerti, oppa.. Bukan begitu maksudku,” lirihnya. “Aku.... –“ Dengan sengaja, gadis ini tidak melanjutkan kalimatnya dan bergegas pergi. Dengan sengaja pula ia memberi gestur seolah menahan tangis sambil menundukkan wajahnya. Meninggalkan dua pemuda bertubuh tinggi itu terdiam dengan pemikirannya masing-masing.

 

Kris yang sama sekali tak menduga dengan ucapan Baekhyun, masih berusaha mencerna kesimpulan yang begitu lambat terbentuk di otaknya. Lambat terbentuk karena ia merasa banyak hal yang berbenturan. Sementara Chanyeol menggenggam kuat tangannya, berusaha meredam suara pecah dalam hatinya di kejauhan sana.

 

“Sudah kubilang, kau tidak perlu melakukan ini, Hyung,” bisiknya dengan tatapan sendu. Kalimat lemah yang membuat Kris semakin mengerutkan alisnya bingung.

 

.

 

.

 

.

 

“Bukankah kau menyukaiku?”

 

Kalimat lembut Baekhyun siang tadi terus terngiang di benak Kris. Bahkan hingga ia tiba di apartemen Luhan pun, tiap kata itu masih terbayang jelas.

 

Bruukkk!!

 

Kris menjatuhkan tubuh jangkungnya di sofa di ruang tengah apartemen Luhan. Membuat pemilik rumah yang juga sedang duduk di sana dengan kamera kesayangannya, terlonjak karena terkejut.

 

“Yak! Kau sudah pulang? Tiba-tiba duduk begitu, mengagetkan saja!” gerutu namja cantik ini.

 

Pemuda yang lebih muda di sana tak menjawab dan hanya menyandarkan punggung kekarnya pada sandaran sofa. Meski dalam hati ia balas menggerutu karena Luhan lah yang terlalu tenggelam dalam foto-foto di kameranya sehingga tidak menyadari kedatangannya tadi. Tapi, ia sedang malas berdebat. Pikirannya sedang penuh oleh Baekhyun. Ya, Baekhyun dan ucapannya...

 

Sejak kapan Baekhyun tahu bahwa ia menyukainya? Apakah begitu terlihat?

 

“Luhannie...” panggil Kris sedikit ragu.

 

“Hmm?” Meski sebenarnya terpaut 1 tahun, Luhan sama sekali tak keberatan hoobae-nya itu sama sekali tak memanggilnya ‘hyung’.

 

“Apa aku terlihat jelas menyukai Baekhyun?” tanya presiden kemahasiswaan KAIST ini dengan raut serius. “Apa orang lain akan dengan mudah mengetahui bahwa aku menyukainya?”

 

Luhan mengangkat wajah dari kamera di tangannya dan memandang paras tampan Kris. Keningnya berkerut samar, mencoba menimbang. “Kurasa tidak. Kau sih, tidak pernah terang-terangan menunjukkan. Kalau kau tidak memberitahuku, kurasa aku juga tidak akan tahu,” ungkap Luhan. “Kau memperlakukan Baekhyun sama seperti pada hoobae-mu yang lain. Makanya kau itu seharusnya .. “

 

Kris tak lagi mendengarkan ocehan Luhan yang kembali menasehatinya. Ia sudah bosan dengan ceramahan Luhan yang satu itu. Selain karena sekarang kondisinya sudah terlambat. Dan lagi, Kris semakin bingung dengan fakta yang diungkapkan Luhan.

 

“Apa kau memberitahu Baekhyun bahwa aku menyukainya?” tanya Kris lagi kemudian. Pertanyaan yang langsung dijawab dengan gelengan oleh Luhan. Jawaban yang juga sudah Kris duga. Kalau begitu.... dari mana Baekhyun tahu?

 

Apa dari Chanyeol? Tidak mungkin, kan, Chanyeol memberitahu Baekhyun tentang rivalnya sendiri?

 

“Kalau begitu, pada siapa kau memberitahu soal aku yang menyukai Baekhyun?” Kris kembali bertanya. Siapa tahu saja Baekhyun mendengarnya dari orang lain. Seseorang yang dekat dengan Luhan barangkali?

 

Pemuda berparas cantik dengan surai pirang dan manik besar itu terlihat berpikir. Mengingat-ingat pada siapa ia pernah mencerocoskan terkait dongsaeng tersayangnya ini? “Paling pada anak-anak di band,” ujarnya kemudian.

 

Anak-anak di band mereka, yang berarti Suho, Xiumin, Tao... Ketiganya seingat Kris tak ada yang cukup dekat dengan Baekhyun—sejak tak ada dari mereka yang juga mahasiswa KAIST....

 

Kenapa Kris begitu ngotot ingin tahu dari mana Baekhyun tahu? Itu karena ia merasa ada keganjilan. Ia sangat tahu dan yakin dengan ingatannya bahwa senin lalu Baekhyun menyatakan akan mengungkapkan perasaannya pada Chanyeol. Jadi, sikap Baekhyun yang secara tersirat menunjukkan ia patah hati karena Kris tadi siang itu.... sedikit aneh. Apakah Baekhyun mengerjainya? Yang mana yang merupakan kebohongan? Apakah tadi siang? Ataukah...senin lalu?

 

“Ah! Aku ingat. Aku juga pernah bilang pada Moon,” seru Luhan tiba-tiba. Kalimat mendadak yang memutus renungan Kris dan seketika membuat pemuda ini menatap Luhan tajam.

 

“Moon?” ulangnya.

 

Luhan mengangguk dan mulai mencari-cari di kamera SLR-nya. “Nde. Gadis manis yang kubilang mirip Baekhyun itu,” ujarnya. Jemari indahnya lalu menyodorkan kamera ke arah Kris, menampilkan fotonya bersama Moon di Myeongdong street pekan lalu.

 

Kerutan di kening Kris semakin dalam saat matanya memancang sosok yang berdiri di samping Luhan.

 

Apakah mungkin Moon berhubungan dengan Baekhyun?

 

Suatu objek yang tertangkap lensanya, membuat Kris menekan tombol zoom di layar. Sepasang kristalnya menatap lekat benda yang tergantung di leher gadis bernama Moon itu. Satu sisi dari lambang yin dan yang berwarna hitam.

 

Rasanya...ia pernah melihat bandul kalung yang tepat sama di suatu tempat....

 

.

 

.

 

.

 

Kamar bernuansa rock itu temaram. Meski matahari mulai terbenam, pemilik kamar itu sama sekali tak berniat menyalakan saklar. Tubuh jangkungnya bersandar lesu di tembok. Sepasang kristal besar yang jernih terlihat menerawang. Pandangannya tak fokus dan ia hanya menatap sendu benda yang digenggamnya. Bandul berbentuk matahari dan bola api yang saling melengkapi dan bisa menyatu itu sedikit berputar dalam genggamannya. Sedikit memantulkan cahaya matahari yang lolos lewat celah jendela.

 

Desah pelan terlontar dari bibir penghuni kamar itu. Sebelum dua bandul kalung perak itu digenggamnya dengan erat di dada. Giginya bergemeletuk menahan emosi dan kesesakan di hatinya.

 

.

 

.

 

.

 

TBC

 

A/N: huwaaaahhhh fase ini aneh ya?? Ga tau ah aku juga ga ngerti lalalalalalalala.... Ide awalnya sih Cuma karena aku ingin coba bikin KrisYeol muahahahaha.... oke deh, sedikit spoiler, scene terakhir itu semcam preview untuk fase berikutnya~ tebak siapa?

 

Yah seancur apapun, ditunggu masukannya readers-nim *bow*

Gomawo udah mau baca dan mengikuti ff super ngaco ga jelas ini..

 

Regards,

 

Allotropy

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
zahranyzahra #1
Authoorrr-nim
daebak banget...
Tapi kenapa udah hampir 2 tahun ga update2..
sayang lho.. ff daebak kaya gini kalo discontinued :(
Masih banyak pertanyaan di otak aku bakal kaya apa chanbaek di ff ini...
Terus berkarya thor! Karena aku baca beberapa ff author yang lain dan emang author emang bakat banget jadi penulis!
suka sama gaya bahasa author sama teka teki di setiap ff karya author yang bikin cerita itu susah buat ketebak gimana endingnya..
Saking demennya ama ff ini aku sampe begadang sampe jam 3 pagi buat nyelesein ff ini karena aku orangnya kalo nemu ff bagus, pasti bikin nagih terus bakal sampe gatau waktu bacanya kalo belum selesai..
Eheheh
keep writing thor!
aikokataika #2
Chapter 2: Bo Eun? Nama yang cocok kalo Baek Hyun bener-bener jadi perempuan ><

Aduh, Park Chanyeol itu sebenernya mahluk apaan, sih?! Kok polos amat. Jadi pengen makan orangnya /apalah/ /digebukin/
aikokataika #3
Chapter 1: Ah, keren!
Sebelumnya aku udah bosen gara-gara daritadi cuma tulisan surat-suratnya 'si saudara kembar' :D
Tapi pas lanjut baca, langsung yakin fic ini bakal keren banget!!! ><
baekhyunlove599 #4
Chapter 8: Y ampun thor,frustasi aku jdinya. Emosiku bnr2 d uji,mulanya ku sebal sw si boo eun tp ke blkg ny ku mlh sebel sm kris,dan chanyeol jg. Aku cm berharap boo eun bs membantu baekhyun mengatasi masalahnya stdkny jd lah ibu peri untuk baek. Daebak thor bkn emosiku naik turun bc ny
AikoByun #5
Author, ini fanfic nya masi lanjut kan? Semoga iya. Updatenya cepetan ya thor. Uda penasaran banget ni.
Nisa_Park
#6
Chapter 8: apa ff ini masih lanjut author? Padahal ini ceritanya seru loh,, :( aku readers baru soalnya..
ChanBaekpants
#7
Chapter 8: Wahhh udah 2 bulan thor gak update O.O
Lanjut dong thor, aku penasaran tingkat dewa nih, demi cinta chanbaek padaku lanjutin ya thor T.T
Anddddd aku penasaran gimana ChanBaek ntar....
Trus kayaknya Kris suka deh sama Luhan wkwkwkwk
Lanjut ya thor :)
kkamJUN #8
Chapter 8: hueeeeee..lanjut thor lanjut !!
Penasaran !
TT
kkamJUN #9
Chapter 7: /pingsan kejang/
aaaaaaakk..author-nim !? Jinjjaaa !!
Asdfghjklzmxnvnblpoq !!
Sumpah yaah shock setangah mampus..gilak bener..kris !!
Argghh..
kkamJUN #10
Chapter 6: /pingsan/
aaaaaa..demi apa ini part yg menegangkan !!
><
aduuh yixing km tu ala2 pujangga cinta gitu yak.. XD
/bletak/
keren thor..lanjut !!
:D