From: Jonginnie-Oppa<3

Aku akan menjemputmu hari ini di sekolah. Tidak ada ekskul kan? Aku ingin ngobrol sebentar denganmu, maafkan aku soal yang kemarin ya… Aku benar benar merindukanmu Rin-ah<3 *chu*

Hyerin tersenyum maklum. ‘Apa aku se-ngangenin itu ya?’ gadis itu terkekeh sebelum mengetik balasan.

To: Jonginnie-Oppa<3

Ne, aku tidak ada ekskul kok hari ini. Sekolah selesai pukul 3. Geuraeyo oppaku sayaang, nado bogoshippeoso~ Anyyeong<3 *chu*

Hyerin menekan tombol ‘send’ lalu memasukkan buku-bukunya, bersiap untuk pergantian pelajaran.

“Aku pesan…”

“Honey Lime Tea?”

Hyerin membulatkan matanya lalu menatap wajah di depannya dengan surprise. “Bagaimana bisa kau menghapal minuman favoritku?”

“Bagaimana bisa aku tidak menghapalnya sementara tiap kita ke sini kau selalu memesan minuman yang sama,” Jong-In menjulurkan lidahnya, tertawa mengejek.

“Ya! Bagaimana lagi~ Itu.. benar-benar enak, lagipula aku kan tidak sempat membuatnya di rumah,”

Keduanya tertawa. Menikmati kebersamaan mereka yang langka ini sebelum kesibukan benar-benar membelenggu. Sesekali Hyerin berceloteh riang tentang berbagai kejadian yang dialaminya hari ini di sekolah—sementara Jong-In menanggapi dengan anggukan. Kadang kadang namja itu tertawa renyah mendengar perkataan polos Hyerin,

“Whoops sudah pukul 5, kkaja kita pulang, Oppa!”

Hyerin berjalan ke arah pintu keluar mendahului Jong-In yang masih sibuk mengantri di kasir. Gadis itu memandang takjub ke arah jalanan Appgeujong yang dipenuhi serpihan benda putih serupa kristal. Salju. Dengan nekad, ia melangkah keluar, menengadahkan kedua tangannya—merasakan sensasi white snow yang perlahan berjatuhan memenuhi tangan mungilnya.

Hyerin tersenyum lebar tanpa mempedulikan tubuhnya yang bergetar menahan dinginnya udara di Appgeujong senja itu. Hembusan uap keluar dari bibir pinknya yang mulai memucat. 

“Aish, anak nakal. Siapa yang bilang kau boleh bermain salju? Udaranya bisa membuatmu beku!”

Hyerin menoleh dan tersenyum lebar pada namja di hadapannya.

“Oppa…” gadis itu berjalan mendekat ke arah Jongin, “Kau tidak akan meninggalkanku, kan?”

Jongin terdiam mendengar pertanyaan yeojanya. Sebelum akhirnya ia menjawab dengan suara yang hampir tak terdengar, “Tentu saja.”

“Wah wah sepertinya kita memang ditakdirkan untuk selalu bertemu ya, Jongin-ah, Hyerin-ya.”

Rahang  Jongin mendadak mengeras melihat sosok yang sekarang tengah berada di depannya. Sementara Hyerin hanya terdiam di sampingnya, bingung harus memasang wajah seperti apa. Jantungnya mendadak mencelos dan perasaannya menjadi was-was.

Sosok tersebut—Eun Mun, menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyum canggung. “Tolong jangan menatapku begitu, aku sama sekali tak bermaksud apapun,”

Tak ada sahutan, reaksi ketertarikan apapun. Membuat gadis itu kembali membuka suara, “Ah, kenalkan, ini namjachinguku, Park Sung Hwan,” Eun Mun melepaskan tautan lengannya dari lelaki yang dipanggil Sung Hwan tersebut—memudahkannya menjabat tangan Jongin. Namun lagi-lagi keduanya tidak mendapat sebuah reaksi yang berarti. Tangan Sung Hwan menggantung di udara, tak disambut oleh Jongin.

Jongin malah menatap keduanya—Eun Mun & Sunghwan—dengan sebuah pandangan yang sulit diarti