Malam Tanpa Rahasia

TIME

Hwang Minhyun baru saja keluar dari kamar mandi ketika ia mendengar rekan-rekan satu grupnya bersorak di ruang tengah. Masih dengan training abu-abu muda dan kaus putih polosnya, ia menunda keinginannya untuk mengeringkan rambut di kamar dan memilih untuk melihat apa yang terjadi di ruang tengah. Pria itu mengusap rambutnya dengan handuk putih yang melingkar di lehernya sembari berjalan ke ruang tengah.

       “Whoa.. apa yang kulewatkan?” tanya pria itu, langsung duduk tanpa permisi di lengan sofa di samping Woojin. Woojin masih tertawa dan menunjuk sofa yang berukuran lebih kecil di seberang mereka. Disana, Daehwi duduk di antara Jinyoung dan Jihoon sambil menutup wajahnya dan menahan tawa sementara Jinyoung dan Jihoon saling berpandangan dengan penuh arti. Minhyun baru akan bertanya lagi ketika tiba-tiba Jinyoung dan Jihoon kompak mencium pipi Daehwi lalu memeluknya.

“SHOOT!” –Jaehwan.

“WELL DONE, DAEHWI!” –Sungwoon, lalu tertawa sambil bertepuk tangan.

“Yaaah anak-anakku sudah tahu masalah seperti ini ternyata..” –Jisung.

       Minhyun mau tidak mau ikut tertawa karena ia terkejut sekaligus senang bercampur bingung melihat adegan di depannya. Sekarang Daehwi menangis, Jihoon reflek menyandarkan anak itu di bahunya sementara Jinyoung menghapus air matanya.

“Bisa kau.. beritahu aku apa yang sebenarnya kulewatkan? Jujur, aku bingung,” bisik Minhyun kepada Woojin. Woojin beringsut mendekati Minhyun dan mengangguk.

“Kau melewatkan sebuah pengakuan, hyung.” Minhyun bingung.

“Pengakuan?” Ia menatap tiga orang di hadapannya sambil mencoba berpikir, lalu melanjutkan, “..apa itu cinta segitiga?”

Woojin menatapnya dan menjentikkan jari.

“Tadi Daehwi mengaku ia punya perasaan khusus untuk Jihoon dan Jinyoung, tapi ia bingung harus memilih siapa. Ia tidak ingin melukai mereka berdua, jadi ia menahannya sampai beberapa menit yang lalu sebelum akhirnya memberitahu mereka tentang perasaannya. Daehwi bilang, dia tidak bisa memilih satu dan kehilangan yang lainnya karena mereka berdua sama-sama berharga untuknya. Jisung hyung menyarankan agar Jihoon dan Jinyoung yang memilih, siapa di antara mereka berdua yang akan menerima perasaan Daehwi karena jika mereka yang memilih, itu pilihan mereka, jadi Daehwi tidak melukai siapapun.”

       Minhyun menghela napas mendengarnya. Woojin melanjutkan sementara hyungnya menatap pemandangan tiga orang di depannya.

“Daehwi menolak, tetapi karena Jihoon dan Jinyoung setuju dia tidak bisa melakukan apapun. Dan, hyung, kau tadi sampai disini saat mereka memberikan jawabannya.”

Minhyun menoleh menatap Woojin. Main dancer Wanna One itu tersenyum dan mengangguk.

“Jawaban yang cukup adil kurasa, yang tidak melukai siapapun pada akhirnya. Mereka berdua.. memilih menerima perasaannya. Dan memutuskan untuk bergantian menjaga Daehwi karena mungkin saja di masa depan kita harus menghadiri suatu acara tidak full team. Dan jika saat itu datang, siapapun di antara mereka berdua yang bersama Daehwi akan bertanggung jawab untuk menjaganya.” Woojin menatap Minhyun.

“Kurasa ini sedikit menyedihkan karena harus berbagi rasa, tetapi sekaligus indah karena pada akhirnya tidak harus kehilangan atau melukai siapa-siapa. Benar, hyung?”

       Minhyun kembali menatap tiga orang di depannya dengan penuh haru. Kalimat terakhir Woojin berdengung di telinganya. Ia mengangguk.

“Benar. Indah, tetapi memang sedikit tragis karena harus dibagi. Ah, aku jadi penasaran bagaimana hari-hari mereka ke depannya,” katanya, kembali mengalihkan pandangan untuk Woojin dan bertanya lagi.

“Apa mereka akan mempublikasikan ini?”

Tiba-tiba Jisung muncul di sampingnya dan merangkul Minhyun dan Woojin bersamaan.

       “Ini rahasia kita. Kita semua. Aku khawatir mereka akan dapat komentar-komentar tidak menyenangkan dari publik jika mereka tahu tentang ini. Jihoon dan Jinyoung mungkin akan menyelesaikan ini dengan diplomasi atau apapun untuk melindungi Daehwi, tetapi, aku khawatir dengan anak itu. Dia pasti akan merasa sangat bersalah sudah membiarkan dua orang yang sangat disayanginya menjadi sasaran pandangan negatif publik. Daehwi akan menyalahkan dirinya sendiri.”

Woojin mengangguk paham sementara Minhyun kembali menatap tiga adiknya yang masih berpelukan satu sama lain.

“Itulah mengapa aku bilang ini indah tapi tragis..”

“Tragis, karena demi sebuah kebahagiaan dan melindungi mereka yang kau sayangi kau harus menyembunyikan semuanya,” sahut Minhyun. Jisung mengangguk membenarkan.

 “Sejak hari ini, semuanya memang berbeda di dalam sini, tetapi saat kita diluar dan menjadi Wanna One, tidak akan ada yang berubah. Aku harap, kalian bisa membantuku untuk melindungi satu sama lain, ya?” Woojin memberikan dua oke dengan jarinya dan Minhyun mengiyakan sambil tersenyum.

            Semua member Wanna One masih di ruang tengah. Jaehwan mematikan lampu utama dan menyalakan lampu meja serta beberapa lilin sebagai gantinya. Minhyun dan Daniel datang dari dapur membawa beberapa minuman kaleng dan tteokpokki dalam sebuah mangkuk besar. Member lainnya duduk mengitari meja sambil mengobrol satu sama lain. Jisung berdiri, meraih sekaleng minuman, membukanya, lalu minum beberapa teguk. Minhyun dan Daniel bergabung dengan yang lain. Daniel duduk di samping Guanlin, berhadapan dengan Seongwoo yang tengah mengambilkan Sungwoon satu kaleng minuman. Minhyun mengambil tempat di antara Jaehwan dan Woojin sambil memberikan mereka dua bungkus permen mint dari sakunya.

Jisung berdehem, dan semua perhatian tertuju padanya.

       “Oke, karena semuanya sudah disini, aku akan langsung ke inti pembicaraan. Seperti kalian tahu, tiga hari ini kita tidak ada jadwal. Jadi, mulai dari hari ini sampai lusa, kita bisa melakukan apapun yang kita mau. Tapi ingat, jangan menyakiti dirimu sendiri karena setelah lusa kita punya dua fansign,” kata Jisung, diiyakan oleh rekan-rekannya.

“Satu lagi, sebelum aku lupa. Ada hal besar terjadi hari ini, dan mungkin saja hal itu akan memicu terjadinya hal-hal besar lainnya di antara kita semua, apapun itu,” kata Jisung, menatap Jihoon, Daehwi dan Jinyoung yang duduk berdampingan sambil tersenyum. Daehwi menunduk sambil tertawa kecil saat sadar Jisung membicarakan dirinya sementara Jihoon yang merangkulnya meringis menatap Jisung sambil mengusap punggung Daehwi pelan. Jinyoung, yang tangan kanannya digenggam Daehwi hanya tersenyum sambil membenarkan pernyataan hyungnya.

       Jisung melanjutkan sambil mengedarkan pandangannya. “Jika hal itu terjadi, apapun itu, aku harap kalian bisa memahami dan melindungi satu sama lain, jika kalian paham maksudku.”

Minhyun dan Woojin mengangguk paham. Yang lain sibuk berbisik-bisik menerka-nerka siapa lagi yang kira-kira akan  menjadi Daehwi selanjutnya.

“Yang penting,” kata Jisung, membuat semuanya terdiam dan kembali memperhatikannya, “jika ada hal besar yang terjadi lagi, yang berubah adalah di dalam sini. Diluar, saat kita menjadi Wanna One, tidak akan ada yang berubah. Mengapa? Karena kita semua masih menyandang nama Wanna One, dan jika kalian mendapat komentar atau pandangan negatif dari publik, itu akan berpengaruh terhadap kita semua. Dan jika itu terjadi, maka aku gagal memenuhi tugasku sebagai leader kalian.”

       Kalimat terakhir Jisung membuat semua orang terdiam. Beberapa menahan napas, merenungkan dan membenarkan ucapannya. Melihat ekspresi dan reaksi rekan-rekannya, Jisung melanjutkan.

“Well.. aku tidak sedang mengancam kalian untuk menjaga nama baikku sebagai leader, tidak. Tapi, begini, aku memang leader kalian, dan jika ada hal buruk yang menimpa kita sebagai grup, hal pertama yang mungkin terlintas di benak beberapa orang adalah bagaimana caraku mengatur grup selama ini. Melihat yang terjadi hari ini, aku sudah memutuskan beberapa hal yang mungkin akan membuat status kita sebagai grup dan individual aman tanpa harus mengorbankan hal-hal personal kalian. Mungkin, beberapa dari kalian kurang setuju dengan ini, tapi aku menerima saran, apapun itu.”

Member Wanna One masih diam, menatap Jisung dan menunggu kalimat selanjutnya.

       “Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, jika ada hal besar yang terjadi, maka perubahannya di dalam sini. Diluar sana, tidak akan ada yang berubah karena aku khawatir dengan kalian. Mungkin nanti, setelah Desember tahun ini berakhir, kalian bisa membuka kartunya dan melihat reaksi publik. Tapi tetap saja, nama Wanna One mungkin akan terpengaruh, tapi kurasa tidak akan seburuk itu karena secara teknis, Desember sudah lewat. Jadi, sebelum semuanya berakhir…”

Jisung kembali mengedarkan pandangannya kepada rekan-rekannya.

“…mari kita jujur satu sama lain lalu menjaga semuanya tetap ada di dalam sini, dan melindungi satu sama lain saat kita di luar,” lanjut Jisung, lalu kembali duduk. Semua orang masih diam dan berpandangan satu sama lain.

“Jadi, malam ini sebenarnya aku ingin kita membuka rahasia kita kepada satu sama lain, tetapi jika kalian tidak ingin melakukannya, tidak masalah. Mungkin belum waktunya,” kata Jisung lagi, tersenyum manis lalu meneguk minumannya.

       Keheningan menyelimuti sebelas pria itu untuk beberapa saat. Tidak ada yang berbicara lantang, hanya berbisik-bisik pada satu atau dua orang di sampingnya. Jisung juga tidak memaksa mereka untuk membuka apapun dan memilih mengobrol dengan Guanlin.

Daniel sedari tadi menyetujui obrolan Guanlin dan Jisung di sampingnya. Ia menepuk bahu Jisung dan berbisik, “Kurasa aku akan mengatakan sesuatu. Apa menurutmu akan terjadi sesuatu yang buruk hyung?”

Guanlin memberi kode kepada Jisung untuk bertukar tempat, lalu ia kembali mendengarkan Daniel. Jisung kini duduk tepat di sebelah Daniel dengan Guanlin yang mengunakan kaki kanan hyungnya sebagai tumpuan tangan.

“Apa itu.. sebuah pengakuan?” Daniel mengangguk.

“Semoga saja jawabannya ya,” kata Guanlin, lalu melanjutkan, “Kau tidak akan tahu sebelum mencoba, hyung.”

Daniel menghela napas lalu tersenyum.

“Guanlin-ah, Jisung hyung.. doakan aku,” katanya, lalu berdiri.

 

 

 

_____________________________________________________________________________________________________________________

HAAAAAI SEMUANYA!!

Maaf aku baru update, ini tulisan pertama yang aku buat setelah berbulan-bulan selain paper dan essay T.T

Pertama-tama aku mau minta maaf yaa, karena updatenya lama banget dan tiba-tiba menghilang tanpa kabar.

Singkat cerita aku dapat kesempatan untuk jadi panitia di beberapa acara, dan waktu senggangku mendadak hampir semuanya terpakai untuk urus itu.

Dan berhubung ini sudah liburan, aku bebaaas hahahah XD

Well, ini lumayan panjang, memang bukan tentang Minhyun-Seonho, tapi ini akan membawa mereka ke jalan yang sama nanti kalau waktunya sudah tepat.

Jadi, sekali lagi maafkan akuuu dan semoga chapter ini bisa mengibati rasa kangen dan penasaran kalian.

Enjoy! :)

-cutiepie21-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kumakura #1
sukaa, kutunggu author-nim lanjutannya, suka couple seonho minhyun sejak pd 101, sayang seonho gk debut bareng wanna one ?
Sky_Wings
#2
Chapter 9: Bagus ceritanya! ^^d
izz_suzzie
#3
Chapter 8: kutunggu kelanjutannya
izz_suzzie
#4
Chapter 7: akhirnya lanjut juga...
aduh kirain di minhyun bakal dateng ke rumah seonho, eh ternyata enggak.
tapi nelpon aja udah bikin seonho seneng kok ya, apalagi kalo ketemuan terus makan bareng. astagaaaah aku gak sabar
ditunggu kelanjutannya.
semangat terus ya ^^
izz_suzzie
#5
Chapter 6: greget greget manis rasanya...
mungkin ini yang mereka rasain sebenernya ya.. kangen tapi pada sibuk.
seonho gws dek, sabar ya...
semangat buat authornya. aku sllu tunggu apdetannya :)
izz_suzzie
#6
Chapter 5: akhirnya ada kemajuan meski cuma sebatas pesan, seenggaknya ada momen buat mereka...
asyiknya mereka ngapain ya? kok nganu sih!!
ah mending makan berdua aja dulu, kan buat nepatin janjinya minhyun ke seonho... habis itu ngabisin waktu berdua di taman atau mungkin berkunjung ke dorm w1 ??
ah gak tau!! terserah author aja...
ditunggu kelanjutannya
izz_suzzie
#7
ya ampun... aku suka ff nya.
kapan mereka dipertemukan?? nyesek mereka saling kangen tapi gak punya waktu buat ketemuan...
next plisss
mohnium #8
Chapter 2: Waaah akhirnya ada ff tentang minhyun sama seonho.lanjutin thooor