Waktu yang Sulit
TIMEBocah itu masih asyik menyesap smoothie berry-nya sembari sesekali menyeka peluh di keningnya. Matanya tertuju pada layar ponsel yang menampilkan beberapa berita fanmeeting senior-seniornya. Sepertinya asyik kalau bisa fanmeeting di luar negeri, batinnya dengan mulut yang masih setia mengulum sedotan. Ia memeriksa bar notifikasi ponselnya; nihil. Tidak – atau belum– ada apapun disana. Ia menghela napas dan membuat manajernya menoleh.
“Sebentar ya, Seonho-ya. Bersantailah dulu, istirahatkan tubuhmu dulu sementara kami mendiskusikan beberapa tema. Kalau kau punya saran untuk fanmeeting mendatang, nanti sampaikan saja, jangan ragu-ragu, oke?”
Bocah itu menoleh dengan sedikit terkejut. Bukan ini maksudku, tapi – ah, ya sudahlah. Ia memberikan sang manajer senyum lebarnya dan mengangguk.
“Aku sedang mencari beberapa referensi, hyung. Jangan khawatir,” ujarnya, menunjukkan layar ponselnya yang penuh tab berbagai berita, foto-foto dan video fanmeeting senior-seniornya. Manajernya memberikan acungan jempol.
“Aah ide bagus! Beri kami beberapa menit lagi ya. Nikmati minumanmu dulu,” kata manajernya sembari mengangkat cup kopi di tangannya. Seonho membalasnya dengan ‘ya’ dan mengangkat gelas smoothienya juga. Perhatiannya kembali tertuju pada ponselnya. Kenapa lama sekali?
Manajer dan beberapa staffnya tengah mencorat-coret secarik kertas. Mungkin beberapa konsep untuk fanmeetingku nanti, batinnya sembari memandang sekelilingnya. Ia menangkap beberapa gadis muda yang histeris ketika mata mereka tidak sengaja bertemu pandang. Seonho tersenyum, lalu mengangguk dan melambaikan tangannya sementara gadis-gadis itu semakin histeris. Ia melihat beberapa gadis lainnya bahkan membidikkan kameranya, tetapi Seonho memilih untuk pura-pura tidak tahu. Mungkin setelah ini aku akan dapat beberapa foto yang bagus dari google atau twitter.
Layar ponselnya menyala, menunjukkan notifikasi satu pesan baru. Raut wajah bocah itu langsung berubah. Lama, batinnya sembari memasang tampang merengut. Masih dengan ekspresi wajah yang sama, ia membuka pesan itu.
From: Minhyunie Hyung
Belajarlah beberapa tarian girlgroup.
Aku yakin kau tidak perlu usaha ekstra untuk itu,
tetapi biasanya fans menyukainya. Hanya untuk
persiapan jika tiba-tiba mereka memintamu melakukan
itu, kau sudah punya persiapan. Ah, iya .
Siapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tidak terduga,
seaneh apapun pertanyaan yang dapat kau pikirkan.
Seonho terdiam membaca saran terakhir dari hyungnya. Pertanyaan-pertanyaan tidak terduga? Pertanyaan aneh? Ia kembali membaca pesannya beberapa kali. Sepertinya akan menakutkan kalau kadar anehku dan hyung berbeda, batinnya, kembali menyesap smoothienya yang tinggal setengah.
“Seonho-ya! Kami sudah selesai,” seru salah satu staff, tersenyum dan melambaikan tangannya, memintanya untuk mendekat.
“Ah, tunggu sebentar,” katanya, mengambil tasnya di sebelah kanan dan beringsut mendekat dengan ponsel dan smoothie di tangannya.
Ia cepat-cepat mengetikkan ‘meeting in progress, beritahu aku kalau hyung sudah selesai latihan’ , mengirimnya, dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.
“Jadi, apa itu?” tanya bocah itu, menunjuk kertas penuh sketsa di hadapannya yang kemudian di jawab panjang lebar oleh para staff dan manajernya.
Pembahasan fanmeeting itu selesai kurang lebih satu setengah jam kemudian. Mereka akan melanjutkannya lusa, setelah Seonho selesai latihan. Anak itu pulang ke rumah dengan tubuh yang lelah. Sambil membuka kunci dormnya, ia membuka ponselnya. Masih tidak ada apapun, batinnya, lalu masuk dan mengunci pintu.
Ia menghela napas melihat keadaan dorm-nya yang cukup berantakan. Anak itu pasti juga belum cuci piring, batinnya sembari reflek memeriksa dapur. Dan benar saja, beberapa piring, mangkuk, sendok, sumpit dan bahkan panci untuk memasak ramyun masih tertumpuk disana. Ia mengambil ponsel di sakunya sambil menuju ke kamarnya.
To: Woochanie
Berapa kali harus kukatakan, selesai
makan ramyun cuci piring-_-
Seonho ingin sekali tidur, tetapi ia juga tidak bisa tidur dengan kondisi dorm berantakan dan tubuhnya yang masih cukup berpeluh. Mandi saja, besok pagi aku bersih-bersih, batinnya, memeriksa ponsel sekali lagi dan menghela napas kecewa karena masih belum ada balasan.
Anak itu duduk di lantai dengan sleeveless hitam dan boxernya. Tangannya sibuk memilah-milah sampah sambil sesekali menyeka air yang turun dari rambutnya. Mungkin aku harus benar-benar memberinya pelajaran kedisiplinan, pikirnya sambil memasukkan kemasan keripik kentang ke dalam plastik. Ia mengikat kedua plastiknya, lalu melangkah keluar menuju tempat sampah.
Pandangannya tertuju pada langit penuh bintang. Wah, cantik sekali..
Ia tenggelam dalam pemandangan itu untuk beberapa saat. Aroma-aroma kurang sedap dari kantung plastik yang dibawanya kemudian menyeretnya kembali ke dunia nyata. Ia mendengus menatap plastiknya. Sayang sekali aku harus bertemu sampah-sampah ini di tengah malam penuh bintang yang indah ini. Jo Woochan, aku akan memberimu pelajaran.
Seonho kembali ke kamarnya setelah mencuci tangan. Ia cepat-cepat meraih ponselnya, berharap akan ada setidaknya satu pesan baru. Napasnya tercekat saat melihat apa yang ia temukan disana.
2 pesan dan 2 missed call. Dari Hwang Minhyun.
Sampah sialan itu, benar-benar..
From: Minhyunie Hyung
Aku penasaran apa yang kalian diskusikan hingga larut malam
seperti ini kkk. Kau belum pulang, hm?
Hari ini panjang seperti biasanya.
Kami latihan untuk lagu-lagu di album Nothing
Without You, sekaligus melatih beberapa lagu untuk
album mendatang. Kau tahu, 2018 akan jadi tahun yang
sangat sibuk untuk kami. Kami akan punya 3 album tahun itu,
jadi, maaf kalau aku mungkin akan lebih sering menghilang.
3 album dalam waktu satu tahun. Kapan kau tidur, hyung. Ia beralih dengan pesan satunya. Raut wajahnya berubah kecewa, tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran.
From: Minhyunie Hyung
Maaf harus memberitahumu hal ini, tetapi sepertinya
aku akan tidur lebih cepat hari ini. Besok ada recording untuk Music
Core dan latihan seperti tadi, dan kepalaku sedikit pusing hari ini.
Maaf tidak bisa meneleponmu malam ini, semoga ada waktu luang
beberapa hari kedepan, jadi aku bisa mengganti hari ini.
Semangat untuk latihan dan jadwal-jadwalmu yang lain!
Seonho menghela napas panjang. Sepertinya tahun depan akan sangat sulit. Setelah beberapa minggu hanya berkirim pesan singkat, hari ini pun ia tidak jadi mendengar suara hyung kesayangannya itu. Ditambah, ia harus mendengar kabar kalau hyungnya sedang kurang sehat, rasanya Yoo Seonho jadi tidak ingin tidur. Ia ingin berdoa untuk kesehatan hyungnya dan kelancaran komunikasi –dan penyampaian perasaannya- tetapi ia sadar, tubuhnya juga butuh tidur.
Di bawah langit bertabur bintang, di bawah selimutnya, ditemani dua bantal pemberian fansnya, ia akhirnya memejamkan mata sambil mengulang pesan balasan yang sebelumnya ia kirimkan.
Tidak apa-apa, aku mengerti. Tolong jangan sakit, hyung…
Jangan sakit. Tolong jangan.
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Yoooo I'm back!
Aku sudah tulis beberapa part untuk chapter selanjutnya, semoga bisa dipost minggu depan yaa :)
Well, sedikit kabar buruk di chapter ini, tapi jangan khawatir.
Di cerita ini, gak akan ada yang luka parah atau sampai mati kok.
Hope you enjoy this chapter~
Oh iya, pada setuju gak kalau aku buat kumpulan oneshot?
Nanti sih, habis cerita ini selesai wkwkwk.
Lemme know your thoughts yaa. Thank youuu.
-cutiepie21-
Comments