I Miss You

TIME

Ini sudah yang ke sekian kalinya ia menguap, merasakan bahwa kantuk telah menang atas dirinya. Tetapi, rasa itu tak kunjung tiba. Ia lelah. Jadwal padat yang terlihat tanpa akhir sejak matahari terbit hingga kembali ke peraduannya telah dengan sukses menarik semua energi dalam tubuhnya. Ia lelah, ingin rasanya kembali bersama keempat sahabat yang sudah dianggapnya keluarga, yang mendadak harus ditinggalkannya demi sebuah profesionalitas dan konsekuensi dari apa yang ia jalani.
Ia sudah sejauh ini. Sulit untuk kembali memutar waktu saat konsekuensi telah mengambil alih hidupnya. Dan, jika ia dapat kembali pun rasanya tidak akan mengubah apapun. Ia adalah salah satu pemenangnya, dan kembali di saat-saat seperti ini hanya akan membuat namanya terlihat buruk.
Pria 23 tahun itu mendecak lelah. Tangannya meraih smartphone abu-abu yang diletakkannya begitu saja di tepi tempat tidurnya. Merasa sepi, ia mengamati sekelilingnya. Teman-teman sekamarnya sudah menyerah dengan kantuk, rupanya. Ia tidak tahu, kantuk, atau mengalah kepada kenangan tentang orang-orang yang ditinggalkan demi masa depan mereka yang katanya lebih cerah, atau sekedar rutinitas. Ia memilih untuk percaya kepada kemungkinan pertama.
Ia kembali fokus pada smartphone di tangannya, mengamati foto lima orang dengan berbagai ekspresi disana. Hatinya menghangat. Ia merindukan berada disana, di tengah-tengah lingkungan yang sudah terasa seperti rumah. Ia merasa ada yang hilang sejak pengumuman pemenang nyaris satu tahun yang lalu. Saat-saat dimana ia tahu bahwa hanya dirinya yang berhasil menang atas program survival itu, atau dengan kata lain, hanya dirinya yang berhasil bertahan. Kenangan-kenangan hari terakhir program itu kembali muncul dalam . Ia ingat, biasanya ia selalu tertawa bersama mereka. Mereka selalu berhasil membuatnya tertawa. Tetapi hari itu, ia melihat mereka menangis sedih, tetapi mengucapkan selamat kepadanya. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa sejak hari itu, ia benar-benar akan kehilangan sahabat sekaligus keluarganya.
Rasa hangat di dadanya berubah menyesakkan. Tidak ingin terlalu lama larut dalam sesak, ia mencari memori lain yang tersimpan rapi di galeri fotonya. Ia berniat untuk mencari jejak kenangan sahabatnya yang lain ketika tangannya berhenti bergerak pada sebuah foto. Ditatapnya foto itu lekat-lekat. Ah.. anak itu. Apa kabarnya dia sekarang? Jemarinya masih ingin mencari dan menyelami galeri fotonya utuk mencari foto sahabat-sahabatnya –sesuatu yang biasa ia lakukan saat benar-benar merindukan mereka–, tetapi pergerakannya terhenti sampai disitu. Pikirannya mendadak terpaku pada seseorang dalam pelukannya di foto itu: Yoo Seonho.
Kilas balik tentang bocah itu seketika bermain-main di benaknya. Pelukannya yang selalu penuh semangat tetapi tulus, cara bocah itu memanggilnya dari jauh, bagaimana dia tidak bisa tidak mendekatinya saat tahu pria itu kebetulan bersamanya, bagaimana dia mengatakan tidak bisa lagi melihatnya terlalu sering saat hari terakhir program itu berjalan….
Saat itulah pria itu sadar bahwa selama program itu berlangsung ia tidak sendirian. Sahabat-sahabatnya ada disana, tentu, tetapi ia tahu bahwa mereka juga berjuang untuk diri mereka sendiri. Sementara bocah ini, ia tahu dia berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi ia merasa bahwa bocah ini juga berjuang untuk dirinya, karena dia bilang dia menyayanginya.
Pria itu menutup galerinya dan beralih ke peramban. Ia ingin tahu bagaimana kabar bocah itu. Sejenak, ia bingung pada dirinya sendiri. Ia ingin tahu apa kabar sahabat-sahabatnya, tetapi ia belum mendengar lebih lanjut selain comeback grup tanpa dirinya dan serangkaian aktivitas solo untuk sahabat-sahabatnya. Kesibukan sambil menunggu ia pulang, begitu ia menganggapnya. Satu hal yang membuatnya melanjutkan pencariannya: ia tidak mendengar cukup banyak tentang bocah itu selain kabar samar-samar dari rekan satu agensinya yang juga menjadi pemenang.
Ia tenggelam dalam penelusurannya. Merasa bangga, mengetahui bocah itu direncanakan untuk memulai debutnya tahun depan bersama rekan-rekan satu agensinya, tersenyum senang sekaligus geli saat tahu bocah itu masih kerap membicarakannya dalam berbagai wawancara. 
Kau benar-benar menyukaiku seperti itu, hm? Batinnya tergelitik, masih dengan senyum bangga bercampur geli di wajahnya. Ia menikmati waktunya menilik hasil-hasil photoshoot bocah itu untuk berbagai majalah dan acara hingga saat sudut matanya menangkap jam digital pada ponselnya, ia terkejut dan memutuskan untuk mengakhiri penelusurannya. Karena bagaimana pun juga, tubuhku juga perlu istirahat, batinnya.
Ia meletakkan ponselnya di tepi ranjang, setelah sebelumnya menyalakan alarm. Masih ada 4 jam untuk tidur, batinnya sembari menatap langit-langit kamar yang remang-remang oleh cahaya lampu dari luar jendela. Ia diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri yang sudah berkelana kesana-kemari. Deru napas teratur dan dengkur halus rekan-rekan sekamarnya terdengar cukup jelas. Pria itu juga ingin segera menyusul mereka ke alam mimpi. Sambil menarik selimut, ia menyadari bahwa ia harus menemukan waktu luang untuk sekedar mampir dan merasakan rumah, dimana ia bisa menjadi dirinya sendiri dan mengistirahatkan tubuh dan pikirannya di lingkungan yang sangat dikenalnya. Dan satu hal lagi yang membuatnya cukup heran atas keputusannya sendiri; Ia merindukan bocah itu. Ia ingin merasakan kehadirannya lagi, mendengar panggilannya yang khas dan terkadang membuatnya jengah serta merasakan pelukannya lagi yang terkadang memang membuatnya sulit bernapas. 
  Pria itu membungkus tubuhnya dengan selimut. Ia memejamkan mata, meremas ujung selimutnya seakan ia tengah memeluk seseorang. Malam ini, Hwang Minhyun merindukan Yoo Seonho.

______________________________________

Hola readers, ini ff pertama yang aku publish setelah sekian tahun vakum.......
Anyone mind to tell me what's your opinion about this very first chapter? Please kindly leave a comment below. Thank youu😆

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kumakura #1
sukaa, kutunggu author-nim lanjutannya, suka couple seonho minhyun sejak pd 101, sayang seonho gk debut bareng wanna one ?
Sky_Wings
#2
Chapter 9: Bagus ceritanya! ^^d
izz_suzzie
#3
Chapter 8: kutunggu kelanjutannya
izz_suzzie
#4
Chapter 7: akhirnya lanjut juga...
aduh kirain di minhyun bakal dateng ke rumah seonho, eh ternyata enggak.
tapi nelpon aja udah bikin seonho seneng kok ya, apalagi kalo ketemuan terus makan bareng. astagaaaah aku gak sabar
ditunggu kelanjutannya.
semangat terus ya ^^
izz_suzzie
#5
Chapter 6: greget greget manis rasanya...
mungkin ini yang mereka rasain sebenernya ya.. kangen tapi pada sibuk.
seonho gws dek, sabar ya...
semangat buat authornya. aku sllu tunggu apdetannya :)
izz_suzzie
#6
Chapter 5: akhirnya ada kemajuan meski cuma sebatas pesan, seenggaknya ada momen buat mereka...
asyiknya mereka ngapain ya? kok nganu sih!!
ah mending makan berdua aja dulu, kan buat nepatin janjinya minhyun ke seonho... habis itu ngabisin waktu berdua di taman atau mungkin berkunjung ke dorm w1 ??
ah gak tau!! terserah author aja...
ditunggu kelanjutannya
izz_suzzie
#7
ya ampun... aku suka ff nya.
kapan mereka dipertemukan?? nyesek mereka saling kangen tapi gak punya waktu buat ketemuan...
next plisss
mohnium #8
Chapter 2: Waaah akhirnya ada ff tentang minhyun sama seonho.lanjutin thooor