Apa Aku Bisa Melihatmu Lagi?

TIME

      Pagi hampir tiba. Ini adalah waktu dimana orang akan mulai bersiap pergi ke alam mimpi, atau sebagian bahkan sudah berada disana terlebih dahulu. Jalanan di Seoul masih cukup ramai, meskipun terbilang lengang jika dibandingkan dengan Seoul di siang atau sore hari. Lampu studio itu masih menyala, lengkap dengan musiknya yang sudah diulang entah untuk ke berapa kalinya. Tubuh-yang-cukup-tinggi itu masih larut dalam tariannya. Ia seolah tidak memedulikan waktu yang sudah semakin larut. Yah, semenjak program itu berakhir, latihan hingga larut malam sudah menjadi kebiasaan barunya. Ia melakukan itu untuk mengusir rasa sepi yang kerap kali hadir menghantuinya. Ia bukan salah satu pemenangnya. Ia adalah salah satu dari sekian banyak trainee yang ditinggalkan.

      Kaca di studio itu berembun entah sejak kapan. Ia tidak benar-benar mengingat kapan tepatnya kaca itu memburam. Yang ia tahu, ia harus bekerja lebih keras lagi agar dapat mengejar mimpinya. Remaja 16 tahun itu terengah dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia sedikit terkejut mendapati kaca di sekitarnya telah benar-benar memburam. Ia berlutut, meraih botol minumnya yang masih terisi separuh, lalu bangkit untuk mematikan musiknya. Pikirannya melayang pada hari-hari yang telah dijalaninya selama berada dalam naungan program itu, program yang pada akhirnya membuatnya sendirian karena sahabat satu labelnya keluar sebagai pemenang.

“Ah, jadi aku seorang vokal? Tetapi, kupikir akan lebih baik kalau hyung yang memulai duluan,”

“Selamat! Kau lolos lagi! Teruslah berusaha, ya? Aku yakin kau bisa menjadi salah satu pemenangnya. Aku akan vote untukmu, sekarang aku kan salah satu produser nasional..”

“Tidak apa-apa! Kau hebat! Teruslah berlatih keras, kau benar-benar harus bertahan sampai akhir, ya? Aku akan terus vote untukmu!”

            “Seonho benar-benar menyukaiku.. tetapi, sejujurnya itu cukup berat untukku hahaha,”

            “Kau boleh menyukaiku, tapi sewajarnya, ya!”

Dan kilas baliknya terhenti disitu.          

Dengan langkah sedikit tertatih, remaja itu mendekati kaca yang berembun. Ia menuliskan sebuah nama disana, nama seseorang yang tidak pernah hilang dari benaknya sejak ia benar-benar mengenalnya.

           “Acara ini sudah berakhir, artinya aku tidak bisa lagi melihat hyung sesering ini, ya?”

“Aish, apa maksudmu.. kau masih bisa melihatku, kok. Kita harus makan daging bersama, aku yang traktir!”

Ia tersenyum kecil mengingat ajakan makan daging itu. Lama, ia menatap sendu pada nama yang tertulis di kaca studio. Pikirannya terus kembali pada saat-saat dimana ia dan pria itu sering menghabiskan waktu bersama. Memang pada kenyataannya dirinyalah yang lebih sering memulai. Ia yang selalu lebih dulu berinisiatif untuk memeluk pria itu, memanggilnya dengan cara yang khas dan terdengar lucu, menghapus air matanya tanpa permisi meskipun pria itu lebih tua darinya, bahkan mengecup pipinya pada konser final program itu.

            Remaja itu tengah asyik tenggelam dalam kilas baliknya sendiri ketika pintu studio itu terbuka. Sedikit terkejut, ia dengan cepat mendekatkan dirinya pada tulisan nama pria itu di kaca dan menghapusnya perlahan dengan tangan kanan sementara tangan kirinya berpura-pura menuangkan tetes-tetes air terakhir dari botol minumnya.

“Ya ampun, aku tidak tahu kalau minummu sampai habis begitu. Tunggu disitu, kuambilkan air dari kantor,”

Remaja 16 tahun itu berbalik pelan-pelan, menatap si pembuka pintu sembari meringis dan mengangguk. Ia menghela napas lega setelah managernya pergi. Ia kembali menghadap kaca, menatap tulisan nama seseorang yang begitu dirindukannya yang kini telah terhapus oleh tangannya sendiri.

Hyung, sedang apa sekarang? Apa kau makan dengan baik? Tidurmu cukup? Aku ingin melihatmu lagi..

Lamunannya kembali terputus oleh suara langkah kaki yang semakin mendekat dari luar studio. Remaja itu bergegas menghampiri tasnya dan berpura-pura mencari ponselnya.

            “Seonho-ya, ini. Minumlah, kau sudah bekerja sangat keras akhir-akhir ini,” ujar sang manager, memberikan sebotol air minum yang masih tersegel rapi kepada remaja itu.

“Ah, terima kasih, hyung-nim!” seru sang remaja, berpura-pura ceria sembari membuka segel air kemasan itu dan meminum setengah isinya.

“Sudah larut, nak. Pulanglah, istirahatkan tubuhmu. Jangan lupa besok siang kau punya jadwal photoshoot dengan CeCi,” kata sang manager, menepuk bahu sang remaja yang mengangguk tanpa melepas botol minumnya.

Ia menghabiskan sisa air dalam botol lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia bergegas berdiri dan membungkuk pada sang manager.

“Kalau begitu, hyung-nim, aku pulang dulu. Terima kasih untuk airnya!” serunya dengan senyum mengembang di akhir kalimat.

“Ya.. ya.. tentu, pulanglah. Pastikan dirimu mendapat istirahat yang cukup, kau masih punya cukup banyak waktu untuk latihan sambil menunggu Guanlin kembali kesini,” kata sang manager.

Penyebutan nama ‘Guanlin’ membuat ia terkejut sesaat. Sesungguhnya, bukan nama itu yang membuatnya terkejut melainkan fakta bahwa pria kesayangannya juga berada dalam grup yang sama dengan rekan satu labelnya tersebut. Sang manager mengantarnya hingga ke depan gedung Cube Entertainment. Mereka berpisah disana karena jalan pulang mereka berbeda.

 

            Remaja itu berjalan pulang masih dengan pikiran kacau. Tatapannya kembali sendu. Ia menatap ke bawah nyaris sepanjang perjalanan, menatap ke depan sesekali untuk memeriksa apakah ia berada di jalan yang benar. Ia berhenti di persimpangan. Matanya terpaku pada sebuah billboard dan videotron yang menampilkan foto dan video iklan minuman yang dibintangi oleh kesebelas member grup Wanna One, grup para pemenang. Mata remaja itu seketika bergerak mencari sosok pria kesayangannya. Ditatapnya foto itu dengan senyum kecil yang tanpa sadar terukir di bibirnya. Ia berdiri di persimpangan itu cukup lama sebelum akhirnya tersadar oleh kerinduannya yang semakin lama berubah menyesakkan. Ia tidak ingin meledak di keramaian, jadi ia menatap foto itu untuk terakhir kalinya sebelum bergegas pulang dengan napas terengah.

            Waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Remaja itu masih terjaga. Ia masih setia memandangi layar ponselnya yang menampilkan foto-foto pria kesayangannya.

Hyung, kau tahu mengapa aku berlatih hingga larut malam nyaris setiap hari? batinnya sembari mengusap foto di layar ponsel itu dengan lembut.

Karena aku ingin berada di atas panggung bersamamu, hyung. Rasanya lama sekali kalau aku harus menunggu debut resmiku tahun depan. Rasanya seperti aku akan jadi gila. Aku ingin sekali bisa mengunjungimu di dorm Wanna One sesekali, tetapi rasanya tidak mungkin, ya? Jadwal kalian padat sekali. Aku tidak ingin mengganggu waktu luangmu, hyung. Kau juga harus istirahat..

Remaja itu merasakan matanya menghangat. Jemarinya masih asyik menjelajahi foto-foto di ponselnya hingga akhirnya berhenti di salah satu foto. Ia menatap foto itu dengan seksama, lalu tersenyum sedih.

Aku akan senang sekali jika bisa memelukmu lagi, hyung. Ini sudah lama sekali sejak terakhir aku melihatmu..

Ia menutup galerinya, menyalakan alarm, lalu memutuskan untuk tidur. Benaknya masih penuh dengan kilatan-kilatan memori tentang pria itu, tetapi ia berusaha mengabaikannya. Ia ingin istirahat. Ia lelah dengan kesehariannya, latihan-latihan tiada akhir, hangout dengan teman-temannya yang selalu ia harapkan suatu hari nanti akan berubah menjadi hangout dirinya dan pria itu, dan satu hal lagi: ia lelah dengan rasa rindunya sendiri.

Remaja 16 tahun itu menarik sebuah bantal di dekatnya dan membenamkan wajahnya disana.

Aku benar-benar merindukanmu, hyung..

Apa kau mau menemuiku di dalam mimpi?

Sebentar saja tidak apa-apa, aku hanya ingin memelukmu sekali lagi..

 

 

_______________________________________________________________________________________________________________________

Halo hai, semuanya!

Bagaimana chapter kedua ini? Ini dari pov byeongari imut kita, Yoo Seonho.

Suram ama galaunya kerasa gak nih? Menurutku ini masih kurang ngena tapi karena udah stuck ya yaudah aku publish dulu he-he-he

Maaf yaa kalo ada pemilihan kata yang agak aneh disini, kayanya kemarin aku ngetiknya sambil membayangkan macem-macem jadi ya begini dah ha-ha-ha XD

Aku tunggu subscribe dan feedbacknya guys, terima kasih!

-cutiepie21-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kumakura #1
sukaa, kutunggu author-nim lanjutannya, suka couple seonho minhyun sejak pd 101, sayang seonho gk debut bareng wanna one ?
Sky_Wings
#2
Chapter 9: Bagus ceritanya! ^^d
izz_suzzie
#3
Chapter 8: kutunggu kelanjutannya
izz_suzzie
#4
Chapter 7: akhirnya lanjut juga...
aduh kirain di minhyun bakal dateng ke rumah seonho, eh ternyata enggak.
tapi nelpon aja udah bikin seonho seneng kok ya, apalagi kalo ketemuan terus makan bareng. astagaaaah aku gak sabar
ditunggu kelanjutannya.
semangat terus ya ^^
izz_suzzie
#5
Chapter 6: greget greget manis rasanya...
mungkin ini yang mereka rasain sebenernya ya.. kangen tapi pada sibuk.
seonho gws dek, sabar ya...
semangat buat authornya. aku sllu tunggu apdetannya :)
izz_suzzie
#6
Chapter 5: akhirnya ada kemajuan meski cuma sebatas pesan, seenggaknya ada momen buat mereka...
asyiknya mereka ngapain ya? kok nganu sih!!
ah mending makan berdua aja dulu, kan buat nepatin janjinya minhyun ke seonho... habis itu ngabisin waktu berdua di taman atau mungkin berkunjung ke dorm w1 ??
ah gak tau!! terserah author aja...
ditunggu kelanjutannya
izz_suzzie
#7
ya ampun... aku suka ff nya.
kapan mereka dipertemukan?? nyesek mereka saling kangen tapi gak punya waktu buat ketemuan...
next plisss
mohnium #8
Chapter 2: Waaah akhirnya ada ff tentang minhyun sama seonho.lanjutin thooor