A Tale About Wu Yifan

Pure Obsession
Please Subscribe to read the full chapter

Pure Obsession

A Storyline by KimMoon

©2016

 

 

A KrisHan/FanHan/KrisLu Fanfiction

 

 

 

KimMoon's present ......

 

 

 

^^ Happy Reading ^^

 

 

 

 

 

 

Chapter 8 : A Tale About Wu Yifan

 

 

 

 

Changmin dan Siwon sangat khawatir dengan kondisi mental Yifan, karena itu mereka ingin lebih baik Yifan dibawa kerumah sakit. Tapi, tentu saja, Yifan tak akan mendengarkan mereka. Dan Luhan lah yang harus membujuk Yifan dengan alasan Luhan begitu cemas.

Awalnya Yifan memang menolak tapi, setelah Luhan membujuknya akhirnya Yifan mau pergi ke rumah sakit. Walaupun ada sedikit konspirasi dari mereka bertiga.

 “Ini terlalu berlebihan,” ujar Yifan yang masih tidak terima kenapa dia harus berada di rumah sakit. Diruangan ini hanya ada Yifan dan Luhan. Sedangkan Changmin dan Siwon entah kemana Yifan tidak peduli.

“Tapi disini kau akan mendapatkan perawatan yang lebih baik.” Kata Luhan.

“Selalu saja alasan itu. membosankan,” desis Yifan.

Luhan memberanikan diri untuk mendekati Yifan, kedua mata mereka saling bertemu. Menyiratkan perasaan yang sulit dijelaskan secara verbal.

“Saat kau memelukku tadi, aku merasa sangat baik dan—“ Kalimat Yifan terputus karena Luhan yang tiba-tiba memeluknya.

"Lu,"

Yifan mengelus punggung Luhan. Sementara Luhan tengah menangis tanpa isakan. Air matanya mengalir begitu saja dan karena alasan itulah mengapa Luhan membiarkan posisi mereka hingga bermenit-menit, menunggu air mata Luhan mengering.

Kehangatan yang luar biasa dapat Yifan rasakan. Sebuah kenyamanan, kebahagiaan kecil hanya karena Luhan memeluknya mampu menghilangkan rasa sakit yang tengah ia rasakan, sakit di hati dan tangan yang kebas tak Yifan rasakan. Rasanya begitu nyaman dan membuat Yifan terbuai.

Setelah Luhan berhasil menghapus jejak air matanya ia kemudian melepaskan pelukannya dan beralih menatap Yifan. Ada kekecewaan pada diri Yifan, mengapa pelukannya harus berakhir?

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Luhan dengan tatapan penuh rasa iba.

"Maaf, kau harus melihatnya," jawab Yifan tanpa menatap Luhan.

Mata tajam yang kerap mengintimidasi itu sekarang terlihat sangat rapuh.

Mereka terdiam beberapa saat. Namun Yifan menggeram saat ia merasakan matanya mulai berat dan rasa kantuk menyerangnya.

Sial!. Apa yang disuntikan oleh suster sialan itu padaku?.

"Yifan, sebaiknya kau istirahat." Saran Luhan.

Dan Yifan mengangguk lalu memposisikan dirinya berbaring. Bahkan, Luhan menarik selimut hingga sebatas perut Yifan.

Luhan memperhatikan Yifan yang mengerjapkan matanya kemudian perlahan menutup. Meihat wajah damai itu, membuat Luhan tenang.

"Maaf, apa aku mengganggumu?"

Luhan menoleh kesumber suara, ternyata itu Wu Changmin—kakak Yifan.

"Tidak," jawab Luhan pelan. Takut membangunkan Yifan.

"Aku, ingin bicara denganmu."

Luhan menatap pria itu dengan mata yang penuh pertanyaan. Ada apa? Dan ingatan tentang pembicaraannya dengan Siwon tadi membuat Luhan sedikit khawatir.

 

Changmin dan Luhan berjalan di area taman rumah sakit. Taman itu cukup luas ada beberapa pasien dan suster yang juga ada disana.

Luhan yang berjalan dibelakang Changmin, hanya mengikuti saja saat Changmin menuju ke sebuah bangku panjang yang terletak di bawah pohon cherry.

Keduanya duduk bersampingan tentu dengan menyisakan jarak disisi tengah.

Changmin menatap kedepan dan tersenyum getir. Ah, Wu Yifan. Changmin merasa bersalah atas kejadian hari ini. Walaupun Yifan sakit karena pertengkaran dengan ayahnya tadi, tapi dia merasa ikut andil dalam setiap rasa sakit yang Yifan rasakan.

"Apa benar, kau kekasih Yifan?" Changmin bertanya pada Luhan dan seketika membuat Luhan yang tadi juga tengah menatap lurus menolehkan wajahnya pada Changmin.

Apa yang harus Luhan jawab? Iya? Tapi Luhan tidak mencintai Yifan.

Jika tidak? Tapi Yifan menyatakan Luhan adalah kekasihnya. Walaupun hanya Yifan yang menganggapnya begitu.

Lalu apa yang harus Luhan jawab?

Beberapa menit berpikir, Luhan memutuskan untuk mengangguk lemah sebagai jawaban.

Changmin juga ikut menganggukan kepala. "Apa kalian sudah lama mengenal?"

"Belum, aku baru pindah ke Guangzhou dan saat hari keduaku disekolah, Yifan memintaku menjadi kekaksihnya." Luhan menunduk malu. Ah, kenapa juga dia menceritakannya.

"Benarkah? Jadi kau murid pindahan dan Yifan memaksamu menjadi kekasihnya. Wah, anak itu benar-benar," Changmin menggelengkan kepalanya.

"Itu berarti kau tak sempat mengenal Yifan dan kau pasti tak menyukainya,"

Changmin menangkap tatapan penuh penyesalan di mata Luhan. Rupanya begitu.

Changmin tersenyum getir. "Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Maaf, maksudmu?"

"Setelah kau tahu tentang kondisi Yifan. Apa kau akan meninggalkannya?"

Luhan menatap dalam manik Changmin. Luhan memang tidak mencintai Yifan dan memang ia berniat menjauh dari pemuda itu. Tapi meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Luhan merasa akan menjadi orang jahat.

"Kau tidak mencintai Yifan, jadi untuk apa kau memaksakan diri? Yifan memang seperti itu selalu memaksa. Apalagi saat ... ibu kami pergi dari rumah," Tatapan penuh luka Changmin membuat Luhan ingin tahu apa yang terjadi.

"Aku memang seorang kakak yang bodoh. Aku mengabaikan adikku sendiri. Tidak menyadari rasa sakit yang coba ia tahan sendiri. Hingga ia menyakiti dirinya tanpa sepengetahuan kami." Changmin menahan rasa sesaknya.

"Aku sangat merasa bersalah padanya. Aku juga adalah orang yang menyakitinya. Aku ..."

"Tidak perlu diteruskan jika kau tak ingin menceritakannya."

"Tidak apa-apa. Kurasa kau memang harus tahu."

"Wu Yifan adalah satu-satunya adikku. Ayah dan ibu kami bercerai saat usia Yifan berusia 10 tahun. Ayah mengusir ibu dengan segala makian dan mungkin juga kesalahpahaman. Hari itu mereka bertengkar hebat ...”

 

 “Kau benar-benar keterlaluan. Baji ngan. Bisa-bisanya kau tidur bersama jalang itu diranjangku!”

“Berhenti, meneriaku. Kau pikir kau siapa?”

Suara tamparan menggema dari dalam kamar suami istri yang tengah bertengkar hebat itu.

“Berani kau menamparku!”

“Kakak, ada apa dengan ayah dan ibu? Kenapa mereka bertengkar?”

“Aku juga tidak tahu.” Sang kakak menggeleng lemah. Kedua anak lelaki itu tengah duduk bersandar dipintu kamar mereka.

Kemudian sang kakak membuka sedikit pintu kamar mereka dan dari cela yang terbuka, anak lelaki berseragam sekolah itu seolah tengah menerka apa yang sedang terjadi di kamar orang tua mereka. Karena pintu kamar ayah dan ibunya tidak tertutup sempurna setidaknya itu membuat suara-suara keras orang tuanya terdengar hingga ke kamar mereka.

Mata kecilnya membelalak lebar saat melihat sang ibu tengah terisak hebat. Wajahnya kusut dan sarat akan luka. Lalu ia melihat ayahnya sedang menunjuk ibunya dengan pandangan benci seperti tengah memarahinya. Setidaknya begitu yang ia tahu.

“kakak apa yang kau lihat?” Wu Yifan kecil penasaran dengan apa yang Changmin lihat.

“Tidak Yifan. jangan!” Changmin menghalangi Yifan yang akan mengintip.

“Tapi, kak. Ibu seperti tengah menangis. Dan kenapa ayah memarahi ibu?”

“Yifan, sebaiknya kita tetap disini.”

“Minggir, biarkan aku melihatnya.” Yifan berusaha menarik tubuh kakanya agar sedikit bergeser karena ia ingin melihat apa yang terjadi. Tapi Changmin sekuat tenaga mempertahankan posisinya.

“Kau memang keterlaluan. Aku benci padamu.”

Suara ibunya berada lebih dekat dan saat Changmin melihatnya ayah dan ibu mereka sudah berada diluar kamar. Ternyata bukan hanya Changmin yang melihat tapi Yifan juga ikut mengintip dari balik celah pintu itu.

“Kau pikir aku tidak? Kau tahu, selama ini aku tidak pernah mencintaimu.”

“Cukup! Kau memang berengsek. Aku .. aku akan membawa Yifan bersamaku.”

“Tidak akan kubiarkan.” Yongwen menarik kasar lengan Liyin dan sontak Yifan kecil mendoromg pintu kamarnya hingga nyaris membuat Changmin terjatuh. Lalu Yifan memeluk ibunya.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
❤_❤
sendulce #2
ini apaaa? setelah hampir setahun hiatus baca ff dan nemu ff ini itu rasanyaaaa~~ selamat membuat saya bavver sebavvernyaa haha
kannykim
#3
Chapter 12: Weh si yipan pikirannya naena mulu nih -_-

Tadi kenapa gak lanjutin aja coba? ^^ *plakk
yupsyupi
#4
Chapter 11: Ahhh jia itu maminya yifan, tp jia sendiri lupa? Gt kah.

Aduh gatel bgt sm zitao yg cemburuan sm luha. Udah sih lo udah banyak harta juga.

Lhah kan kebawa emosi... Hahahha
kannykim
#5
Chapter 11: Baca epep ini berasa lagi nonton drama2 china. Ke inget film never gone jadinye. Dibayangan gue settingannya kek ntu film. Gak berasa koreanya. Biasanya gue klo baca epep pasti kebayangnya drakor2 gitu. Baru kali ini deh, nuansanya beda bgt. Mungkin gara2 pemainnya namanya china semua kali ye. Hehehe
Tapi gapapa ane ttp suka. Lanjut juseyooo~
kannykim
#6
Chapter 10: Next author~
Suka deh tiap ipan mau nyium lulu ^^
kannykim
#7
Chapter 10: Yifan frontal aned pen naenaan ama lulu -_-
Pan lulu jadi atut pan
sparklingyeollie #8
Chapter 1: oh tidak ini gs..
ricayong #9
Chapter 9: Next ditunggu
kannykim
#10
Chapter 9: Semoga likun kagak jahat ye kesananye -_-

Btw epep deal with love nya ditunggu loh kelanjutannya ^^