Bad Start

Pure Obsession
Please Subscribe to read the full chapter

Pure Obsession Chapter 1 : Bad Start

 

 

Guangzhou, China

Sebuah Aston Martin tipe Rapide S berwarna hitam baru saja berhenti tepat di sebuah rumah yang layak disebut mewah walau desainnya minimalis.

Tuan Chen selaku supir yang membawa Aston Martin itu dengan segera membuka pintu penumpang dan munculah seseorang dari dalam. Tuan Chen membungkuk ringan saat sang majikan keluar dengan hati-hati.

Sang majikan yang ternyata adalah seorang gadis muda balas menganggukan kepalanya sebagai rasa terima kasih pada Tuan Chen sambil tersenyum tipis.

Gadis itu kemudian bergerak guna mengambil kopernya yang berukuran sedang. Melihat gadis itu agak kesulitan membuat Tuan Chen ikut bergerak mengambil alih pekerjaan majikannya itu karena ia merasa tidak sopan jika mengabaikan majikannya yang mungkin membutuhkan bantuannya.

"Terima kasih." Kata gadis itu dengan suara lembutnya. Bahkan suaranya terlalu rendah.

"Biar saya bawakan nona. Mari," kata Tuan Chen agar nona muda itu segera masuk kedalam rumah.

"Luhan, kau sudah datang, sayang?" Sambut seorang wanita paruh baya.

"Bibi Huang," sahut Luhan sambil menyambut pelukan wanita itu yang tak lain adalah bibinya.

"Kami sangat merindukanmu," ujar bibi Huang sambil mengelus punggung Luhan.

"Aku juga Bi,"

"Jadi aku dilupakan, ya?" Luhan menengok dan menemukan sang paman tengah melipat tangannya di depan dada. Setelah terlepas dari pelukan sang bibi Luhan langsung menghambur ke pelukan pamannya. "Aku juga merindukanmu paman."

"Keponakanku sudah besar dan semakin cantik." Puji paman Huang dan berhasil membuat Luhan merona.

Luhan melepas pelukannya, lalu beralih menatap ke sekeliling ruang tamu rumah itu. Masih sangat terasa asing baginya. Ini berbeda dengan suasana rumahnya di Beijing.

"Ada apa sayang? Kau nampak tidak puas," tanya bibi Huang.

Luhan seketika merasa bersalah. Bukan, bukan itu maksudnya. Luhan menggeleng pelan "Bukan begitu bi, a..aku,"

"Tidak apa-apa sayang, kami tahu kau masih harus membiasakan diri dengan suasana baru." Bibi Huang mengusap rambut panjang Luhan. Ia tahu bahwa keponakannya yang satu ini adalah yang paling pemalu dan pendiam. Dan tidak percaya diri. Itulah yang ia dengar baru-baru ini dari kakaknya, ayah Luhan.

"Lebih baik kau istirahat sayang, kamu pasti lelah kan menempuh perjalanan dari Beijing kesini?" usul paman Huang dan Luhan mengangguk pelan sebagai jawaban.

 

Luhan suka dengan kamarnya yang berdesian minimalis, ia tersenyum saat matanya menyapu seluruh ruangan kamar itu. Dan kembali menatap pasangan Huang yang berdiri di belakanganya.

"Oh iya, uhmm ... aku membawa ini untuk kalian. Maaf kalau tidak sesuai dengan selera kalian." Luhan memberikan sebuah paper bag warna hijau tua dan wajahnya harap-harap cemas karena mungkin paman dan bibinya tidak menyukainya.

Bibi Huang tersenyum lembut sambil meraih paper bag itu. "Apapun yang kau berikan kami pasti menyukainya Xiao Lu." Dan kalimat itu sukses membuat Luhan tersenyum lega. Di perjalanan tadi Luhan bahkan sempat berpikir paman dan bibinya akan kecewa dengan apa yang dia beri.

"Sebaiknya kau istirahat, bibi akan siapkan makan malam. Dan besok kau akan masuk sekolah bukan?"

"Iya,"

"Masih pemalu, belum berubah." Celetuk paman Huang. Melihat Luhan yang pemalu begitu membuat dia sedikit heran pasalnya ayahnya adalah seorang pria tegas dan Ibunya sama sekali bukan tipe wanita pemalu namun entah dari mana Luhan mendapatkan sifat itu.

Saat waktu makan malam tiba pun, suasana sebenarnya cukup kondusif dibanding dengan orang lain yang ketika keponakan atau keluarga yang sudah lama tidak berjumpa pasti saat seperti ini akan banyak diisi oleh berbagai obrolan dan tawa canda demi melepas rindu. Namun sepertinya hal itu tidak berlaku bagi keponakan pasangan Huang. Pasalnya Luhan yang terkesan pendiam-karena-sifat-pemalunya membuat pasangan Huang itu harus melempar pertanyaan terlebih dahulu agar memancing obrolan dan membuat Luhan bicara lebih banyak. Dan pada akhirnya pasangan Huang itu harus mengalah dan memaklumi sifat Luhan yang satu itu. Mereka tidak ingin memaksa Luhan, mungkin pelan-pelan Luhan akan mulai bicara banyak pada mereka.

 

-Pure Obsession-

 

Luhan menarik simpul dasinya dan jadilah kini ikatan simpul kupu-kupu itu bertengger manis di kerah seragam sekolahnya.

Luhan menghela nafas guna mengusir rasa gugupnya. Hey, siapapun pasti akan merasa gugup ketika pertama kali datang disekolah baru sebagai murid pindahan. Bagaimana jika Luhan tidak diterima di lingkungan barunya? itulah pikiran Luhan yang secara tidak langsung membuat dirinya terbebani oleh dugaan-dugaan buruk yang belum tentu benar akan terjadi. Siapapun tolong Luhan dengan sifat ketidakpercayaan dirinya ini.

"Kau sudah siap, sayang?"

Itu bibi Huang, yang dengan senyum hangatnya bertanya pada Luhan.

"Sebentar lagi," kata Luhan, lalu kembali menatap cermin memastikan penampilannya sudah sempurna.

Bibi Huang berdecak kagum dalam hatinya tat kala memperhatikan Luhan yang sedang mengambil tasnya yang berada diatas ranjang. Luhan benar-benar sangat cantik.

"Semoga hari pertamamu menyenangkan sayang." Paman Huang mengecup kening Luhan dan mengusap rambut panjang Luhan yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri itu. “Maaf, paman tak bisa mengantarmu. Paman ada meeting penting pagi ini juga.”

"Tidak apa-apa, paman. Terima kasih."

"Aku yakin semua murid laki-laki disana akan jatuh cinta padamu." Goda bibi Huang membuat paman terkekeh pelan.

"Bibi, kurasa itu tidak mungkin." kata Luhan merendah.

"Ya sudah, sebaiknya kau cepatlah berangkat sebelum kau terlambat, Tuan Chen sudah menunggu. Dan ingat kau harus menemui kepala sekolah terlebih dahulu oke," ujar Bibi Huang mengingatkan.

Luhan mengangguk mantap sambil tersenyum lalu ia memberi pelukan singkat pada paman dan bibinya kemudian ia menghampiri Tuan Chen yang siap mengendarai mobil membawa Luhan menuju sekolah barunya.

 

-Pure Obsession-

 

Luhan melangkah dengan perasaan gugup yang semakin ia rasakan saat kakinya melangkah di koridor Guangzhou International School. Luhan sedikit agak kesulitan mencari ruang kepala sekolah ditambah para siswa dan siswi yang kerap memperhatikan dirinya membuat ia malu untuk bertanya. Kenapa harus malu, Luhan?.

Dengan penuh pengharapan, Luhan mengikuti seorang murid yang tengah membawa setumpuk buku yang diyakini Luhan sebagai buku tugas yang akan dibawa menuju ke ruang guru. Menurut Luhan, ruang kepala sekolah pastilah bersebelahan atau beberapa sekolah menempatkan ruang pribadi kepala sekolah bersamaan dengan ruang guru.

Dan binggo!

Luhan melihat papan kecil persegi berwarna cokelat menempel di pintu dan disana bertuliskan 'Kepala Sekolah'. Luhan mengatur nafasnya agar lebih tenang karena jantungnya yang berdebar karena ia akan bertemu seseorang yang sangat berpengaruh bagi sekolah ini. Dan kharisma itulah yang membuat Luhan harus berhati-hati dalam setiap ucapan dan etikanya.

"Selamat datang Nona Xi.” Kepala sekolah Wang mempersilahkan Luhan untuk duduk dengan gesture tangannya. “Aku sudah mendengar semuanya dari kedua orang tuamu. Dan aku juga yakin kau pasti sudah mengetahui aturan-aturan yang ada disekolah ini bukan?"

Luhan mengangguk pelan. “Iya.”

Kepala Sekolah Wang kemudian sedikit mengajak ngobrol Luhan hingga beberapa menit.

Luhan berusaha menanggapi ucapan si kepala sekolah itu dengan sopan. Kemudian sedikit terkejut ketika kepala sekolah Wang tiba-tiba berdiri dari kursinya dan Luhan ikut bangkit juga. Kepala sekolah Wang menjulurkan tangannya di depan Luhan. Dan Luhan pun menyambut uluran tangan pria paruh baya itu. "Ku harap kau suka dengan sekolah kami."

Luhan hanya balas dengan tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Semoga harimu menyenangkan nona Xi."

"Terima kasih." Dengan sopan Luhan membungkuk dan segera undur diri dari ruangan kepala sekolah.

Setelah menerima beberapa penjelasan dari bagian kesiswaan, Luhan diantar oleh seorang guru yang kebetulan adalah wali kelasnya. Pria itu bernama Deng Chao. Dan dia sangat yang ramah. Itu adalah kesan pertama Luhan.

Deng Chao sudah sampai dikelasnya dan kemudian memperkenalkan Luhan pada semua muridnya. Lalu setelah Luhan memperkenalkan diri. Deng Chao menyuruh Luhan segera duduk di kursi kosong.

Dua kursi paling belakang kosong. Dan Luhan dengan santainya memilih kursi yang berada di dekat jendela daripada yang disebelahnya. Karena Luhan suka dengan pemandangan. Setidaknya belajar sambil memandang keluar adalah hal yang cukup menyenangkan. Seperti di dalam anime-anime favoritnya.

 

-Pure Obsession-

 

Alarm berbunyi dengan nyaring memenuhi seisi kamar seorang pemuda yang masih asik bersembunyi dibalik selimut tebalnya. Ini sudah lebih dari lima kali alarmnya berdering namun pemuda itu masih enggan untuk bangun. Dan pada akhirnya dengan tangan panjangnya, pemuda itu meraih jam weker sialan itu guna menghentikan suara berisik yang-d

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
❤_❤
sendulce #2
ini apaaa? setelah hampir setahun hiatus baca ff dan nemu ff ini itu rasanyaaaa~~ selamat membuat saya bavver sebavvernyaa haha
kannykim
#3
Chapter 12: Weh si yipan pikirannya naena mulu nih -_-

Tadi kenapa gak lanjutin aja coba? ^^ *plakk
yupsyupi
#4
Chapter 11: Ahhh jia itu maminya yifan, tp jia sendiri lupa? Gt kah.

Aduh gatel bgt sm zitao yg cemburuan sm luha. Udah sih lo udah banyak harta juga.

Lhah kan kebawa emosi... Hahahha
kannykim
#5
Chapter 11: Baca epep ini berasa lagi nonton drama2 china. Ke inget film never gone jadinye. Dibayangan gue settingannya kek ntu film. Gak berasa koreanya. Biasanya gue klo baca epep pasti kebayangnya drakor2 gitu. Baru kali ini deh, nuansanya beda bgt. Mungkin gara2 pemainnya namanya china semua kali ye. Hehehe
Tapi gapapa ane ttp suka. Lanjut juseyooo~
kannykim
#6
Chapter 10: Next author~
Suka deh tiap ipan mau nyium lulu ^^
kannykim
#7
Chapter 10: Yifan frontal aned pen naenaan ama lulu -_-
Pan lulu jadi atut pan
sparklingyeollie #8
Chapter 1: oh tidak ini gs..
ricayong #9
Chapter 9: Next ditunggu
kannykim
#10
Chapter 9: Semoga likun kagak jahat ye kesananye -_-

Btw epep deal with love nya ditunggu loh kelanjutannya ^^