017

High School Story On
Please Subscribe to read the full chapter

Hari itu pada November sore yang dingin, sekumpulan gadis muda berteduh dari rinai hujan yang tiba-tiba saja mengguyur bumi. Baju seragam basket mereka kuyup oleh air dan keringat.

"Yah payah banget, hujan segala ish!" 

Seseorang dari mereka mengeluh, memantul-mantulkan bola merah ditangannya ke lantai koridor dan membuat lantai keramiknya kotor oleh jejak noda bola.

Bosan menunggu disana, sebagian dari mereka berpencar untuk pergi ke kantin yang buka sampai jam 5 atau mengemasi barang-barang bersiap pulang saat hujan reda.

Namun satu gadis diantara mereka tengah bergeming memerhatikan sesuatu yang cukup jauh dari pandangannya, namun cukup jelas untuk dilihat.

"Nay? Ke kantin ga?"

"Hah?"

Gadis itu tersentak saat seseorang memanggil namanya.

"Ke kantin ga? Atau lo mau sendirian disini?"

Sahabatnya yang berambut pendek tersenyum menggoda--menakut-nakuti tepatnya. Karena jika benar ia tak ikut dengannya, ia akan sendiri di sana sedangkan suasana mencekam karena sepi dan gelap oleh mendung.

"Duluan aja, tar gue nyusul."

"Yaudah." 

Sahabatnya itu langsung berlari meninggalkan dirinya untuk menyusul teman-temannya yang lain.

Gadis itu Nayeon, dua tahun yang lalu saat dirinya masih duduk di bangku kelas sembilan.
Saat itu Nayeon tidak segera menyusul teman-teman basketnya yang sedang berada di kantin. Dia malah melangkahkan kakinya untuk mengikuti teman sekelasnya yang lain ke lantai dua. Teman sekelasnya itu tidak punya jadwal latihan ekskul hari ini, namun ia tinggal di perpustakaan untuk beberapa waktu kemudian terlihat berjalan riang menaiki tangga. Tidak ada yang menghabiskan waktu di lantai dua pada jam segini, tidak ada yang berani. Belum lagi gerak-geriknya sungguh mencurigakan.

Nayeon melihatnya memasuki ruangan paling pojok, ruangan itu digunakan untuk menyimpan kursi-kursi yang tidak digunakan, bukan kursi tua, melainkan kursi baru yang belum sempat dipakai karena kursi yang lama masih bagus. Intinya, ruangan itu tidak digunakan untuk belajar.

Nayeon berjalan mengendap di bawah jendela, di sana tidak ada gorden menjadikan apa yang ada di dalam sana terlihat cukup jelas. 

Nayeon mendengarnya berbicara, namun ia tak bisa menangkap apa-apa karena kerasnya suara hujan yang membentur atap.

Nayeon mengintip lagi. Pupil matanya membesar saat ia mulai sadar apa yang tengah ia saksikan, dan menyadari apa yang sedang terjadi di dalam sana. kecurigaannya terbukti benar.

Nayeon berusaha menahan diri agar tidak memekik. Jantungnya berpacu dengan kencang saat pria yang ada disana--ya, memang ada pria, dan Nayeon tahu siapa dia--mengulurkan tangannya pada kancing kemeja teman sekelasnya. Jari-jari Nayeon sampai memutih karena mencengkram celana basketnya terlalu keras, ia sungguh tak tahan menyaksikan ini. Yang mengerikan, teman sekelasnya itu terlihat senang, ia tersenyum genit sambil merayap untuk duduk dipangkuan pria itu.

Nayeon jatuh ke lantai saat ia melihat mereka mulai bercumbu, ia mencengkram dadanya yang rasanya mau meledak. Tangannya bergetar saat ia merangkak menjauh dari situ. 
Saat ia sudah sampai di tangga, dengan tergesa ia bergegas ke tempat di mana ia menyimpan tasnya. Setelah itu, ia pulang. Berlari menembus hujan.

.


"Gimana kabar kamu Nayeon?"

Salah satu dari tiga orang komite dari sekolahnya bertanya dengan gelagat yang terlalu sopan.

Nayeon tidak mengangkat wajahnya, namun ia menjawab, "tentu saja tidak baik." 

Ibunya yang duduk disebelahnya, meraih tangan Nayeon untuk dielus. Gurat wajahnya menunjukan kekhawatiran mengenai kondisi gadis bungsunya.

Nayeon mendongak, menatap para komite itu dengan datar sambil tangannya mulai bergerak, merayap untuk menggenggam tangan ibunya.

"Apa saya di drop out?"

Baru saja seseorang dari mereka akan menyahuti, namun Nayeon berbicara lagi.

"Tanpa mau tahu apa yang sebenarnya terjadi?"

"Nayeon..." ibunya kini meremas tangannya untuk memperingatkan. Bagaimanapun, beliau ingin Nayeon selalu menjafa sopan santun.

"Tentu saja tidak begitu Sayang, kami juga ingin tahu dari sudut pandang kamu, kenapa kamu sampai melakukan itu sama temen kamu?"

Kenapa kamu sampai melakukan itu sama teman kamu.

Temen?

"Mempertahankan diri." Nayeon menjawab lirih.

Ia menatap tajam pada komite-komite didepannya. Ia juga merasa, jawaban baru itu mengundang rasa ingin tahu ibunya. Memang benar, Nayeon belum menceritakan apapun mengenai kejadian itu pada ibunya.

"Apa yang akan kalian lakukan kalau seseorang benar-benar ingin membunuh kalian?"

Nayeon menurunkan kerah kaos turtle neck yang ia kenakan. Ibunya memekik mendapati tanda keunguan disana.

"Ya Tuhan, Nayeon!!!"

Ibunya sampai histeris, membuat para k

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
byunlight #1
Chapter 21: Huweeee endingnya gemash sekaliiiiiiiii ??? terima kasih juga udah buat cerita iniii ⭐⭐⭐
youngsaid #2
Chapter 21: sweet banget nayeon jiwon,
Navydark
#3
Chapter 20: Pantesaaaaan. Tapi untunglah nayeon bener, alasan dan tindakannya. Itu si pak dion stress ga ya?
youngsaid #4
Chapter 20: Semakin kesini Jiwon kenapa semakin manis? Gemes,
Akhirnya update juga, penasaran banget sama kelanjutannya.
NanaElfIndo
#5
Chapter 20: Yashhh... finally update.^^ Jiwon sweet anjeerrr!!!
byunlight #6
Chapter 20: Wiiiiiiiihhh, ngeri amatttt bagian Pak Dion ngejar 3 cewek itu. Kalo gue, pasti udah panik banget sihh. Huhuhuhu aku selalu nungguin cerita ini update lhooo. Swmangattttttt
youngsaid #7
Chapter 19: Yassh finally update . jiwon udah berubah, sukaaa
nayeonism #8
Chapter 19: finally update!!! semangat buat selesain ceritanya hehe. ditunggu next chapternya! ♡
kunikuma #9
Chapter 19: Finally thank youuuuuuuu
byunlight #10
Chapter 19: What???? Om2??? Omaigadddd