Chapter 8

Take My Hand
Please Subscribe to read the full chapter

Cuaca hari ini lebih dingin dari hari-hari sebelumnya. Dengan langkah panjang, Wonwoo berjalan cepat memasuki gedung sekolahnya. Mantelnya ia rapatkan agar dingin tidak menembus kulitnya. Baru ingin menyentuh lantai lobby, seseorang memanggilnya.

Itu Soonyoung, dengan mantel kebesaran di tubuhnya dia berlari menghampiri Wonwoo yang sudah sampai di lobby. Wonwoo tertawa melihat Soonyoung karena temannya itu kini mirip  kepompong. Hampir seluruh tubuhnya tertutup mantel.

“Duh, mantel ini membuatku susah gerak!” keluh Soonyoung saat sampai di depan Wonwoo.

“Kok sudah masuk, Kwon?” Wonwoo bertanya dengan tampang bodohnya.

“Tentu saja. Memang aku Junhui! Lagipula aku sudah mendingan.”

Wonwoo tertawa keras ketika mendengar nama Junhui disebut. Ia jadi ingat Junhui yang memang sering membolos dan mendapat teguran wali kelasnya.

Tidak ada yang berbeda dengan penampilan Soonyoung. Semuanya masih sama. Tapi entah mengapa Wonwoo merasa ada yang beda dari temannya itu. Sesekali ia melirik Soonyoung yang duduk di sebelahnya. Tidak ingin Soonyoung tahu kalau ia sedang memerhatikannya, Wonwoo segera mengambil novel dari dalam tas lalu pura-pura membaca.

Diperhatikannya Soonyoung lebih lama, wajah temannya itu tampak sedikit pucat. Sepertinya memang Soonyoung belum sembuh sepenuhnya.

“Kalau belum sembuh benar kenapa masuk?”

Soonyoung langsung menolehkan kepala ketika mendengar suara Wonwoo. Ia lalu tersenyum sambil mengeluarkan buku pelajaran untuk mata pelajaran pertama.

“Sudah sembuh kok!”

Wonwoo tahu Soonyoung tidak ingin bicara tentang hal ini, maka ia berhenti. Bukannya tidak peduli dengan Soonyoung, ia hanya tidak ingin masuk ke dalam urusan yang seharusnya tidak ia campuri.

“Won,” panggil Soonyoung.

“Apa?”

Alis Wonwoo bertautan ketika melihat Soonyoung tiba-tiba menaruh kepalanya di atas meja.

“Kau kenapa? Pusing?” Tanya Wonwoo khawatir.

Soonyoung menggeleng lalu memejamkan matanya sebentar sebelum membukanya lagi. Wajahnya lebih pucat dari pertama kali datang.

“Nanti ke game center, ya. Aku sudah janji dengan temanku akan mengenalkanmu dengannya.” Suaranya lemas, tapi Wonwoo bisa tahu kalau Soonyoung benar-benar niat akan mengajaknya ke game center.

“Kau yakin? Lebih baik langsung pulang saja. Kau belum sehat.”

Soonyoung menggeleng lagi. Dan Wonwoo tahu kalau keputusan Soonyoung untuk mengajaknya pergi ke game center ini sudah final.

 

***

 

Seharusnya pagi ini tidak ada bedanya dari pagi-pagi sebelumnya. Tapi, perasaannya ada yang mengganjal. Seperti ada sesuatu yang belum ia selesaikan. Seperti ia menulis cerita lalu lupa membuat akhirnya. Ya, seperti itu. Rasanya tidak enak dan membuat dadanya sesak.

Sudah berulang kali ia membuang napas, tapi dadanya masih terasa sesak. Entah karena apa yang jelas ia mulai merasakannya sejak berangkat sekolah.

“Hei, kenapa melamun?”

Suara Seokmin membuyarkan lamunannya. Ia menggeleng lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai mengotak-atiknya tanpa tujuan yang jelas. Perasaannya masih belum tenang.

“Kau kenapa, sih? Pagi-pagi sudah lemas seperti ini.”

“Tidak. Hanya..” Ucapannya berhenti lalu ia menggeleng.

“Aneh. Hati-hati nanti pelajaran Guru Song, jangan sampai kau dihukum lalu aku ikutan!”

Sial. Padahal Mingyu sedang serius, tapi Seokmin masih bisa bercanda. Mana mungkin Mingyu membiarkan Seokmin bebas dari hukuman mereka berdua?

Pikirannya benar-benar sedang berantakan. Semua materi tidak ada yang masuk ke dalam kepalanya. Padahal Mingyu sudah mencoba berkonsentrasi penuh. Jam di pergelangan tangan kirinya seolah tidak bergerak padahal Mingyu selalu mengeceknya. Ia menghela napasnya lagi. Lagi, lagi, dan lagi.

“Kau kenapa, sih? Seperti orang banyak masalah saja.” Seokmin yang gerah mendengar helaan napas Mingyu dari tadi akhirnya bertanya.

“Memang. Masalahku banyak tahu!” Mendengar jawaban Mingyu, Seokmin jadi kesal.

“Dasar gila. Sudah gila banyak masalah jadi tambah gila. Aku tidak mau berteman denganmu.”

“Kau lebih gila!”

“Diam! Dasar orang gi..” Tenggorokan Seokmin langsung tercekat ketika matanya menangkap Guru Song yang sedang melihat ke arahnya.

“Kalian berdua keluar dan kerjakan soal halaman 125. Kumpulkan saat istirahat pertama selesai.” Suara Guru Song sangat lembut tapi penuh penekanan.

Seokmin menatap Mingyu sengit. Mingyu membalasnya dengan tatapan yang sama.

“Sialan kau.” Seokmin mulai lebih dulu.

“Kau yang sialan.”

“Kau lebih si..”

“Keluar sekarang!” Guru Song memukul meja keras membuat semua yang dikelas menahan napas.

Untuk kesekian kalinya mereka harus melewati istirahat jam pertama.

 

***

 

Setelah berhasil meyakinkan Wonwoo kalau ia baik-baik saja, Soonyoung pergi ke toilet. Ia masuk ke dalam salah satu bilik lalu menutup pintu rapat-rapat. Ponselnya ia keluarkan dari saku mantelnya kemudian ia menelepon seseorang. Matanya menatap kosong ke arah kloset sampai panggilan tersebut diangkat.

“Halo, Ibu.”

“Obatnya sudah diminum? Sekarang sudah jam sepuluh.”

Bibir pucatnya kemudian mengulas senyum setelah mendengar jawaban dari seberang telepon.

“Aku sudah lebih baik. Tadi habis dari ruang kesehatan. Jangan khawatir. Oh iya, nanti aku pulang telat ya, Bu? Aku mau bertemu Seokmin sebentar. Bibi Jung nanti datang, kan?”

Diam sebentar lalu ia melanjutkan,

“Baik, Bu. Aku tutup dulu, ya.”

Soonyoung tahu seharusnya ia merawat ibunya yang sedang sakit. Tapi, ia juga tidak mau kalau beasiswanya dicabut hanya karena terlalu banyak izin tidak masuk. Menjadi tulang punggung keluarga memang tidak mudah, Soonyoung tahu jelas. Terkadang ia iri dengan Wonwoo yang masih bisa bergantung pada ibunya, ia iri dengan Junhui yang masih bisa merasakan nikmatnya pergi kencan, dan ia iri dengan Jihoon yang masih bisa bebas pergi bermain.

Rasanya Soonyoung ingin menangis kalau seperti ini. Dadanya yang sesak dan kepalanya yang sakit membuatnya ingin menangis kencang. Tapi, bukankah Soonyoung laki-laki? Bukankah seharusnya laki-laki tidak boleh menangis? Soonyoung tidak kuat lagi. Air matanya keluar seperti ada yang mendesaknya dari kelopak mata. Persetan dengan stereotip laki-laki tidak boleh menangis. Ia tidak peduli. Ia hanya ingin bebannya terangkat barang sedikit.

Selesai menutup panggilan, Soonyoung menyandarkan tubuhnya ke pintu bilik. Kepalanya terasa sakit lagi. Ia lupa membawa obatnya tadi. Dan obat dari ruang kesehatan tidak membantu banyak. Dengan tenaganya yang hampir habis, ia mencoba kembali ke kelas. Pipinya yang sempat basah karena air mata diusapnya kasar. Kemudian ia tersenyum mencoba untuk bersikap biasa.

Langkahnya sempoyongan. Tubuhnya mencoba untuk tegak. Tapi pandangannya yang buram membuatnya tidak bisa melihat jelas hingga menabrak setiap orang yang lewat di depannya. Tubuhnya hampir terjungkal ke belakang sampai seseorang menahan tubuhnya.

“Astaga, Soonyoung!”

Setelah mendengar teriakan itu, semuanya gelap.

 

***

 

Mingyu dan Seokmin sudah selesai mengerjakan hukumannya tadi. Keduanya kini berada di atap dengan sekotak susu dan sebungkus roti masing-masing. Kantin yang begitu ramai hari ini membuat mereka malas berlama-lama di sana. Pemandangan bangunan-bangunan rumah di sekeliling gedung sekolah sesungguhnya tidak lebih menarik, tapi setidakny

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Nandaaulia #1
Chapter 9: Oh my—
Wooocie12 #2
Chapter 9: ????? next dong
annaswanluv5 #3
Chapter 9: Sedih banget sama nasib wonu dan gyu.. Mohon cepat lanjut update nya plisss
oohtea #4
Chapter 9: yaampun sedih banget ntar berarti tinggal berdua doang dong udah malah gaada yang bisa masak masa mau delivery terus kasian :"(
fikafiko11 #5
Chapter 9: mereka udah makin deket
fikafiko11 #6
Chapter 9: mereka udah makin deket
Bunnygirls #7
Chapter 9: Seneng karena meanie udah mulai deket satu sama lain :")
LifeisSushi #8
Wow big fan
gyujin
#9
Chapter 8: nemu ini diantara ratusan ff meanie berbahasa inggris :^) alurnya bagus, lambat tapi pasti/? plotnya jg beda dari yg lain dan ku suka! you got my subscribe!
btw author kepikiran buat ngepost di ffn ga? secara kalo disana pasti lbh banyak baca. hehe
keyhobbs
#10
Chapter 8: whahaha kan,kan,kan.... hubungan mingyu sama wonwoo udah mulai ada kemajuan ayolah ayolah jadi makin akrab ajj biar seru... by the way, soonyoung kenapa??? duuhh jngan sampe ada apa-apa deh..mudah2an cuma sakit biasa, kan kasian...-_-