Chapter 7

Take My Hand
Please Subscribe to read the full chapter

Kalau bukan karena rasa penasaran yang ada dalam dirinya, Mingyu tidak akan mau repot-repot untuk datang ke atap sekolah untuk menemui orang yang dua hari yang lalu mengirim pesan singkat padanya. Mingyu bahkan tidak memberi tahu Seokmin kalau ia akan menemui orang itu. Bukan karena apa, ia hanya ingin tahu siapa orang itu dan setelahnya ia tidak akan peduli. Meskipun sakitnya belum sembuh benar, tapi ia memaksakan diri untuk sekolah. Sekolah menjadi tempat yang lebih baik dari pada rumah.

Ia mengecek ponselnya. Jam makan siang akan selesai lima belas menit lagi, tapi orang yang mengajaknya bertemu belum juga menunjukkan kehadirannya. Dan Mingyu tidak akan sudi untuk mengirim pesan kepada orang itu, memberi tahu kalau dirinya sudah berada di atap sekolah. Lebih baik ia menunggu sambil melihat pemandangan dari atap sekolah, meskipun pemandangan yang dimaksud hanyalah sekumpulan rumah-rumah yang letaknya tak beraturan.

“Kau datang sendiri rupanya.”

Tanpa menoleh ke sumber suara, Mingyu sudah mengenal suara itu. Suara Seungcheol. Ia berbalik dan mendapati Seungcheol beserta teman-temannya berdiri di depannya. Mingyu sudah mengetahuinya, seorang Choi Seungcheol tidak akan pernah berani bertarung sendirian. Di samping kanannya ada Yoon Jeonghan dan di samping kirinya ada Hong Jisoo. Dan di belakangnya sudah ada beberapa siswa lain dengan tatapan meremehkan.

“Wow, kau bawa pasukan? Kau takut ya menghadapiku sendirian?” Mingyu tertawa mengejek Seungcheol.

“Terserah kau mau bicara apa, aku tidak peduli.”

“Jadi apa yang mau kau bicarakan. Bisa langsung ke intinya?” Tanya Mingyu yang sudah tidak ingin lama-lama melihat wajah Seungcheol.

Tatapan Seungcheol seketika berubah menjadi penuh kebencian. Memang Seungcheol membenci Mingyu, tapi kali ini tatapan itu seolah-olah benar-benar ingin membunuhnya.

“Apa yang kau lakukan dengan Yuju?”

Mingyu menatap Seungcheol bingung. Ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang Seungcheol coba cari tahu. Ia tidak pernah berhubungan dengan Yuju selain ketika mereka membicarakan hubungan gadis itu dengan Seokmin.

“Yuju? Aku tidak pernah berhubungan dengannya.”

“Kau menjalin hubungan dengan Yuju! Jangan mengelak, brengsek!” Emosi Seungcheol langsung meledak saat mendengar jawaban Mingyu.

“Aku dengan Yuju? Kau bercanda? Mana mungkin aku menyukai gadis yang disukai temanku sendiri.” Kembali Mingyu melemparkan tawa pada Seungcheol.

Merasa dipermalukan, Seungcheol langsung melayangkan pukulan tepat di wajah Mingyu. Sialnya Mingyu tidak siap dengan pukulan Seungcheol yang begitu mendadak. Hasilnya sudut bibirnya robek dan mengeluarkan sedikit darah. Ia ingin membalas pukulan Seungcheol tadinya, tapi niat itu diurungkan. Ia tidak mau repot-repot mengotori tangannya dengan memukul Seungcheol.

“Dasar bodoh. Berpikirlah yang benar. Aku tidak ada hubungannya dengan Yuju. Lagi pula.. Yuju itu menyukai Seokmin.”

Mingyu mengusap darah di sudut bibirnya lalu menatap Seungcheol tajam.

“Kau kalah Choi Seungcheol.”

Setelah mengatakannya, Mingyu pergi dari sana. Meninggalkan Seungcheol dan teman-temannya yang masih berdiri di tempat sambil melihat kepergiannya.

“Brengsek.”

 

***

 

Seharusnya mereka semua ada di sekolah sekarang, bukan di rumah Soonyoung. Namun, nyatanya Wonwoo, Jihoon, dan Junhui sedang duduk manis di lantai kamar Soonyoung. Sebelum bel masuk berbunyi, Wonwoo menerima pesan dari Soonyoung yang menyatakan kalau dirinya tidak masuk sekolah hari ini. Tanpa pikir panjang, Wonwoo langsung mengambil tasnya dan pergi keluar kelas setelah sebelumnya mengirim pesan kepada Jihoon dan Junhui untuk ikut dengannya ke rumah Soonyoung.

Kepalanya masih pusing, tapi Soonyoung berusaha baik-baik saja. Setidaknya di depan ibunya dan ketiga temannya. Ia senang teman-temannya datang, tapi ia tidak mengharapkan mereka datang di saat jam sekolah seperti ini. Lagipula sejak kapan mereka jadi senang membolos?

“Harusnya kalian sedang belajar sejarah sekarang,” kata Soonyoung sambil menatap ketiga temannya satu per satu.

“Memang,” jawab Junhui santai sambil memakan cemilan yang disediakan ibu Soonyoung.

Jihoon hanya mengangguk-angguk dan Wonwoo hanya bergumam membalas perkataannya.

“Lalu kenapa kalian di sini? Kalian bisa menjenggukku sehabis pulang sekolah.”

Ketiganya kompak menggelengkan kepala. Tidak ada yang menatap Soonyoung, Jihoon sibuk dengan game di ponselnya, Wonwoo dengan novelnya, dan Junhui dengan cemilannya. Soonyoung memutar bola matanya melihat tingkah ketiga temannya.

“Padahal aku sakit dari kemarin dan kalian bilang ingin ke rumahku kemarin.” Soonyoung kemudian memiringkan badannya ke arah teman-temannya.

“Junhui pergi kencan. Jadi kami sepakat untuk ke rumahmu hari ini,” ujar Wonwoo yang langsung dihadiahi lemparan wafer cokelat oleh Junhui.

“Kau sendiri tidak bisa kan! Jangan menjadikanku tumbal.”

Soonyoung sudah tahu kalau akhirnya akan seperti ini. Ia sangat suka perhatian teman-temannya, tapi bukan dengan cara seperti ini. Ia menjadi merepotkan banyak orang. Bahkan ibunya yang masih belum begitu sehat malah harus merawatnya. Beruntung ada Seokmin yang menginap sampai hari Minggu sehingga ibunya tidak harus banyak melakukan pekerjaan dan tetap bisa mendapatkan istirahat yang cukup.

Selanjutnya tidak ada yang bicara. Entah tidak ada yang dapat dijadikan topik pembicaraan atau memang mereka yang malas untuk bicara. Jam masih menunjukkan pukul sembilan lebih tujuh belas menit. Itu artinya hampir satu setengah jam mereka di sana. Tapi tidak ada hal berarti yang mereka lakukan.

“Kau sudah ke dokter, Soon?” Suara Jihoon berhasil memecahkan keheningan di kamar Soonyoung.

“Sudah kemarin.”

Lalu hening lagi. Soonyoung tahu kalau bukan hanya itu jawaban yang diharapkan Jihoon. Temannya yang paling mungil itu masih menantikan jawaban lengkap dari mulutnya.

“Katanya kelelahan dan yah sedikit stress mungkin,” lanjut Soonyoung saat melihat Jihoon masih menatapnya.

Junhui dan Jihoon mengangguk setelah mendengar ucapan Soonyoung. Entah mereka yang malas berpikir atau memang percaya dengan Soonyoung. Keduanya tidak menanyakan lebih lanjut perihal sakitnya Soonyoung dan kembali bersikap biasa, berbeda dengan Wonwoo yang terlihat heran. Pandangannya tidak bisa diartikan, tapi yang jelas Soonyoung rasanya ingin menghindari tatapan temannya yang satu itu.

 

***

 

Napasnya memburu, rahangnya mengeras, alisnya bertautan, matanya kosong, dan wajahnya memerah. Emosi Seungcheol siap mel

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Nandaaulia #1
Chapter 9: Oh my—
Wooocie12 #2
Chapter 9: ????? next dong
annaswanluv5 #3
Chapter 9: Sedih banget sama nasib wonu dan gyu.. Mohon cepat lanjut update nya plisss
oohtea #4
Chapter 9: yaampun sedih banget ntar berarti tinggal berdua doang dong udah malah gaada yang bisa masak masa mau delivery terus kasian :"(
fikafiko11 #5
Chapter 9: mereka udah makin deket
fikafiko11 #6
Chapter 9: mereka udah makin deket
Bunnygirls #7
Chapter 9: Seneng karena meanie udah mulai deket satu sama lain :")
LifeisSushi #8
Wow big fan
gyujin
#9
Chapter 8: nemu ini diantara ratusan ff meanie berbahasa inggris :^) alurnya bagus, lambat tapi pasti/? plotnya jg beda dari yg lain dan ku suka! you got my subscribe!
btw author kepikiran buat ngepost di ffn ga? secara kalo disana pasti lbh banyak baca. hehe
keyhobbs
#10
Chapter 8: whahaha kan,kan,kan.... hubungan mingyu sama wonwoo udah mulai ada kemajuan ayolah ayolah jadi makin akrab ajj biar seru... by the way, soonyoung kenapa??? duuhh jngan sampe ada apa-apa deh..mudah2an cuma sakit biasa, kan kasian...-_-