Chapter 3

Take My Hand
Please Subscribe to read the full chapter

Udara dingin sama sekali tidak membuat Mingyu untuk berniat masuk ke dalam. Atap sekolah memang selalu menjadi tempat kesukaannya di sekolah. Tidak ada orang yang pergi ke sana karena itu Mingyu menyukainya.

Beberapa hari belakangan ini Mingyu selalu memohon kepada Seokmin untuk menerimanya tinggal di rumahnya untuk sementara waktu. Namun, Seokmin selalu menolak dengan alasan ia ingin Mingyu untuk mencoba menerima Wonwoo dan ibunya. Seokmin terlalu sering mengatakan kalau Mingyu harus mencoba Wonwoo dan ibunya sampai Mingyu kesal dibuatnya. Karena sampai kapan pun Mingyu tidak akan pernah mau mengikuti perkataan Seokmin.

Mingyu mengeluarkan cokelat batang dari sakunya kemudian memakannya sambil melihat pemandangan dari atap sekolah. Padahal seharusnya sekarang ia sedang berada di kelas karena kelas sudah dimulai sejak satu jam yang lalu.

“Kelas sudah dimulai tahu.” Tanpa menoleh pun Mingyu tahu siapa pemilik suara itu.

Mingyu tidak membalas apa pun.

“Kau marah padaku karena tidak mengizinkanmu tinggal di rumahku?” Seokmin berdiri di sebelah Mingyu

Mingyu masih tidak menjawab.

Seokmin menghela napas. “Aku bukannya tidak ingin, Mingyu. Kau tahu itu. Aku hanya ingin kau mulai bisa menerima mereka.” Seokmin belum mengetahui nama saudara tiri Mingyu adalah Wonwoo.

“Kau tahu sendiri kalau aku tidak bisa, bukan?” Kali ini Mingyu bersuara.

“Kau belum mencobanya! Aku tahu ini sulit, tapi kau mau terus seperti ini? Kau juga yang akan menderita!” Seokmin mencoba memberikan Mingyu pengertian.

“Aku tidak bisa, Lee Seokmin!”

Mereka berhadapan. Kedua pasang mata itu bertemu dengan penuh emosi.

“Kalau tidak bisa, mengapa sampai sekarang kau masih tahan tinggal di rumahmu? Kau bisa mencari tempat tinggal lain dengan tabunganmu. Atau kau bisa ke surga. Kau bilang lebih baik ikut ibumu ke surga, kan? Daripada kau harus tinggal dengan mereka.”

Mingyu diam. Masih menatap mata Seokmin.

“Aku tidak bisa menolak permintaan ibuku!” Mingyu sedikit berteriak.

Seokmin diam.

“Dan kau tidak mengizinkanku untuk mati, Lee.” Mingyu mengalihkan pandangannya.

Seokmin tersenyum tipis lalu menepuk bahu Mingyu yang tegang.

“Ayo ke ruang kesehatan. Kau butuh tidur. Kantung matamu menggangguku. Kita tidak usah masuk kelas Guru Kim.”

 

***

 

Kebanyakan dari mereka menghabiskan waktu istirahat dengan makan di kantin. Ada beberapa yang membaca buku di perpustakaan, memakan bekal mereka di bangku taman sekolah, dan sekedar mengobrol di kelas. Namun itu hanya segelintir dari kebanyakan siswa. Mingyu dan Seokmin termasuk dari mereka yang menghabiskan waktu istirahat dengan makan di kantin.

Keduanya duduk berhadapan dengan piring makanan masing-masing di depan mereka. Mingyu dan Seokmin makan sambil membicarakan hal-hal yang kurang penting seperti pertandingan bola kemarin, game online baru, sampai kisah cinta Seokmin yang tidak pernah terbalas. Sedang asyik mengobrol tiba-tiba mata Seokmin menangkap sosok gadis yang sedang makan di meja paling ujung dekat pintu.

Gadis itu Yuju.

“Wah Yuju sedang sendiri. Aku ke sana dulu, ya.” Seokmin segera menghabiskan makanannya yang tinggal sedikit.

“Kau cari mati? Hey, Lee Seokmin!” Mingyu menatap Seokmin yang sudah siap pergi meniggalkannya. Mingyu tidak masalah kalau berkelahi dengan Seungcheol, tapi ia sedang malas untuk berkelahi hari ini.

Satu sekolah tahu kalau Yuju merupakan kekasih Seungcheol dan mereka juga tahu kalau Seokmin itu merupakan musuh Seungcheol. Seokmin tidak peduli kalau ia harus berkelahi dengan Seungcheol pada akhirnya karena mendekati Yuju. Mereka memang selalu berkelahi jadi tidak masalah bagi Seokmin. Terlebih lagi Seungcheol yang membuat Yuju menjadi membenci Seokmin. Ia yang menyebar rumor bahwa Seokmin merupakan laki-laki yang senang mempermainkan perempuan demi mendapatkan Yuju. Kalau Seungcheol mengajaknya berkelahi sekarang juga pun Seokmin bersedia.

Tak ada keraguan ketika Seokmin melangkah mendekati Yuju. Sebenarnya Yuju tahu kalau Seokmin menghampirinya, tapi ia mencoba tidak peduli.

“Tumben makan siang sendiri.” Seokmin memulai percakapan.

Yuju tidak membalas. Menoleh pun saja tidak.

“Kau masih percaya rumor yang disebar Seungcheol?”

Yuju masih tidak menjawab. Matanya tidak lepas dari makanannya.

“Berapa kali aku harus mengatakannya padamu, Yuju? Rumor itu tidak benar. Apa kau pernah melihatku mendekati gadis lain? Aku hanya melihatmu, Yuju.”

“Aku hanya melihatmu di sekolah. Tentu saja aku tidak pernah melihatmu bersama gadis lain.” Kali ini Yuju bicara.

“Yuju—.” Perkataan Seokmin terputus ketika kerah kemeja bagian belakangnya ditarik seseorang. Itu Seungcheol.

Seokmin melepas cengkraman Seungcheol dari kemejanya. Matanya menatap Seungcheol tajam. Dirapikan kembali seragam sekolahnya. Lalu memandang Seungcheol sengit.

“Wow kupikir kau sudah menyerah mendekati Yuju, brengsek.” Seungcheol tersenyum sinis. Di belakangnya ada Jeonghan dan Jisoo.

“Mana mungkin aku melepaskannya untuk orang sepertimu? Pecundang.” Seokmin membalas senyum Seungcheol. 

“Sialan kau,” kata Seungcheol saat ingin melemparkan pukulan ke Seokmin. Namun tangan Seungcheol segera ditahan oleh Jisoo.

“Jangan di sini! Kalau ingin berkelahi cari tempat lain. Kita bisa dikeluarkan dari sekolah karena poin kita yang semakin banyak.” Mendengar perkataan Jisoo, Seungcheol segera melepaskan tangannya dari cengkraman Jisoo.

Suasana kantin menjadi hening. Semua orang yang ada di sana melihat ke arah mereka. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sadar kalau menjadi bahan tontonan, Seungcheol segera menarik Yuju yang dari tadi hanya diam untuk keluar kantin. Jisoo mengikuti Seungcheol di belakang. Sementara Jeonghan sempat menatap Seokmin sebentar sebelum mengikuti teman-temannya.

Mingyu yang hanya memerhatikan perkelahian kecil tadi akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Seokmin yang masih berdiri memerhatikan Seungcheol dan Yuju. Ia mneghela napas lalu menepuk pundak Seokmin.

“Ayo keluar. Minummu belum habis, tapi kuyakin kau sudah tidak ingin minum lagi.”

Seokmin mengangguk dan mengikuti Mingyu untuk keluar kantin tanpa bersuara.

 

***

 

Pelajaran masih berlangsung, tapi tidak jarang siswa yang terlihat menggeleng-gelengkan kepala karena mengantuk. Sehabis makan siang merupakan waktu yang sulit bagi mereka karena setelah makan mereka akan mengantuk dan sulit berkonsentrasi. Wonwoo bahkan berkali-kali menepuk pipinya sendiri guna menghilangkan rasa kantuknya.

Guru J

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Nandaaulia #1
Chapter 9: Oh my—
Wooocie12 #2
Chapter 9: ????? next dong
annaswanluv5 #3
Chapter 9: Sedih banget sama nasib wonu dan gyu.. Mohon cepat lanjut update nya plisss
oohtea #4
Chapter 9: yaampun sedih banget ntar berarti tinggal berdua doang dong udah malah gaada yang bisa masak masa mau delivery terus kasian :"(
fikafiko11 #5
Chapter 9: mereka udah makin deket
fikafiko11 #6
Chapter 9: mereka udah makin deket
Bunnygirls #7
Chapter 9: Seneng karena meanie udah mulai deket satu sama lain :")
LifeisSushi #8
Wow big fan
gyujin
#9
Chapter 8: nemu ini diantara ratusan ff meanie berbahasa inggris :^) alurnya bagus, lambat tapi pasti/? plotnya jg beda dari yg lain dan ku suka! you got my subscribe!
btw author kepikiran buat ngepost di ffn ga? secara kalo disana pasti lbh banyak baca. hehe
keyhobbs
#10
Chapter 8: whahaha kan,kan,kan.... hubungan mingyu sama wonwoo udah mulai ada kemajuan ayolah ayolah jadi makin akrab ajj biar seru... by the way, soonyoung kenapa??? duuhh jngan sampe ada apa-apa deh..mudah2an cuma sakit biasa, kan kasian...-_-