Chapter 2
RainSehun mengambil bola yang menggelinding dan berhenti tepat dikakinya. Dan Soojung—si pengejar bola itu tampak tak bereaksi apa-apa selain mulutnya yang menganga karena terkejut. Sehun tertawa geli lalu melangkah mendekati Soojung.
“Kau lucu.” Ucap Sehun dengan tersenyum manis sembari menyerahkan bola itu pada Soojung. Tapi bukannya segera mengambil bola yang sudah disodorkan itu dan mengucapkan terima kasih, Soojung malah bersuara yang tidak seharusnya ia keluarkan dari tenggorokannya.
“Mwooo?” ucap Soojung sangat keras dengan mata yang membulat. Ia sangat terkejut ketika Sehun mengatakan jika ia lucu. Namun sedetik kemudian ia bersikap senormal mungkin karena beberapa orang kini tengah berkasak-kusuk menyebut namanya. Bagus. Sekarang ia menjadi perhatian orang-orang karena interaksinya dengan Sehun yang notabene adalah sang Ice Prince. Sehun terlihat sedikit terkejut dengan sikap spontan Soojung namun kamudian Sehun malah tersenyum yang membuat Soojung tambah heran. Tentu saja heran, Sehun sangat murah senyum padanya dan tidak untuk gadis lain. Sama sekali tidak.
“Kau mengejar bola seperti anak kecil. Itu lucu, Jung Soojung.” Sehun semakin mendekat kearah Soojung dan kembali menyodorkan bola. Kali ini Soojung menerimanya.
“Kau bisa mengucapkan terima kasih lain kali saat kau sudah benar-benar ingin mengatakannya.” Dan Sehun tersenyum geli sebelum meninggalkan Soojung yang membeku.
Ya tuhan, Sehun jauh lebih tampan dijarak yang begitu dekat.
“Soojung..” Seulgi menarik lengan Soojung membuat Soojung kembali dari kebekuannya.
“Kita semua menunggu bolanya dan kau malah mengobrol dengan Sehun.”
“Ya!!! Aku tidak mengobrol. Dia hanya menyerahkan bola ini.” Sanggah Soojung tak terima sambil mengangkat-angkat bola.
“Sama saja. Ngomong-ngomong dia bicara apa?”
“Kau marah-marah tapi akhirnya penasaran juga.” Soojung meledek Seulgi dan tertawa melihat ekspresi sebal milik Seulgi.
“Jung Soojung!! Kang Seulgi!! Lari mengelilingi lapangan satu kali karena kalian tidak serius dengan olahraga ini.” suara Minho Songsaenim menggelegar membuat kedua gadis yang namanya disebut itu membelalakknan mata tak percaya.
“Cepat! Atau kalian akan mendapakan nilai D.” Dan tidak ada pilihan lain bagi mereka selain berlari. Dan bukan Soojung serta Seulgi namanya jika tidak saling bertengkar dan saling menyalahkan.
.
.
.
“Eonni...” Soojung mengetuk pintu kamar kakaknya. Tapi tak ada sahutan dari dalam. Dengan hati-hati—karena nampan yang ia pegang, Soojung membuka pintu yang tak terkunci itu. Ternyata sang kakak sedang tidur. Soojung meletakkan nampan yang ia bawa dimeja lalu duduk disamping kakaknya yang terlihat sangat lelap itu. Ia tersenyum sambil merapikan anak rambut didahi kakaknya.
“Eonni cepat sembuh ya? Jika dia mencintai Eonni, dia pasti akan datang lagi pada eonni.” Soojung mengecup puncak kepala kakaknya sebelum beranjak dari duduknya untuk kembali kekamarnya yang terletak tepat disamping kamar kakaknya.
Soojung mengikat rambutnya asal-asalan sebelum ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Kakinya terasa sangat lelah karna harus berlari mengitari lapangan.
Drrttt drrrttt
Ponselnya bergetar. Soojung melihat layar ponselnya yang menampilkan ada sebuah pesan. Soojung memutar bola matanya malas saat mengetahui Kang Seulgi lah yang mengiriminya pesan.
“Yaa!!! Penyihir ayo kita kerumah Jongin bersama Chanyeol.” Seperti itulah pesan yang Seulgi kirimkan. Soojung terlihat berbinar namun sedetik kemudian raut wajahnya terlihat sebal.
“BIG NOOOOOO!!!!” Soojung menulis balasan untuk Seulgi. Ia terlalu malas untuk menemui Jongin setelah insiden ‘diacuhkan’ dijalan menuju toilet tadi.
“Wae?” Seulgi bertanya lagi dalam pesannya. Kali ini Soojung mengacuhkan pesan sahabatnya itu dan memilih untuk mengistirahatkan kakinya yang terasa ingin lepas dari tubuhnya.
“Hari ini sangat melelahkan” gumam Soojung pelan sebelum matanya terpejam.
.
.
.
.
Sehun menghentikan laju motornya saat melihat sesosok gadis berdiri disamping mobil yang sepertinya sedang mengalami gangguan. Gadis itu gelisah terlihat dari tingkahnya yang sedikit-sedikit melirik jam yang melingkar ditangannya. Sehun berusaha menajamkan pandangannya. Dan benar. Gadis itu adalah Jung Soojung, gadis yang akhir-akhir ini selalu menyita pikirannya. Sehun tersenyum lalu menyalakan motornya lagi dan menghampiri Soojung.
“Hai..” sapa Sehun membuat Soojung berbalik arah dan cukup terkejut ketika melihat Sehun tengah tersenyum sangat manis padanya---seperti senyum kemarin. Sehun melepas helmnya yang tadi hanya ia buka bagian kacanya saja.
“Ada masalah apa?” Sehun bertanya dengan senyum yang masih tercetak dibibirnya.
“Sepertinya sedang ada masalah dengan mobil ini dan ahjussi sedang memeriksanya.” Soojung membalas senyum Sehun. Kali ini tidak canggung seperti kemarin.
“Kurasa kau akan terlambat jika menunggu itu selesai diperbaiki. Kau ingin berangkat bersamaku?” Sehun menunggu jawaban Soojung yang tampak sedang menimbang-nimbang. Ini Oh Sehun. Bukan yang lain. Dan apa jadinya jika orang-orang menganggap mereka berkencan lalu Soojung akan dibully habis-habisan para penggemar Sehun? Ini bukan ide yang bagus tapi terlambat dipelajaran fisika malah jauh lebih buruk.
“Tapi kumohon berhenti sampai depan sekolah saja Sehun. Aku.. aku taku.....”
“Ya aku janji. Cepatlah naik atau kita akan terlambat bersama.” Akhirnya dengan pertimbangan yang sangat matang Soojung naik dimotor besar Sehun.
“Sehun.. sehun.. berhenti.” ucap Soojung saat motor yang mereka kendarai sudah hampir mencapai gerbang sekolah. Sehun dengan sangat berat hati menuruti kemauan Soojung. Ya. Ia harus bisa membuat Soojung memandangnya sebagai sosok yang dapat dipercaya dulu jika ingin membuat gadis itu jatuh dalam pesonanya.
“Kau yakin turun disini?” Sehun memastikan keinginan Soojung ketika gadis itu turun dari motornya dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
“Ya. Aku akan berlari.” Sehun ingin protes tapi gadis berambut cokelat itu sudah berlari duluan. Sehun memandang Soojung yang tengah berlari. Rambut cokelatnya sedikt berkibar karena guncangan keras saat ia berlari. Diam-diam Sehun tersenyum. Bukan senyum manis seperti beberapa waktu yang lalu. Tapi senyum yang sedikit sulit untuk diartikan. Entahlah. Senyum Sehun memang seperti sebuah miste
Comments