07.

One More Chance.

One More Chance

Chapter 07.

.

“Kalau tahu akan seperti ini sejak dulu aku akan menentang keputusan ayah yang menikahkanmu dengan lelaki kurang ajar itu.”

Taeyeon hanya tersenyum menanggapi ucapan Hyoyeon.

Hyoyeon berdecak pelan sebelum kembali mengumpat pada Sunggyu. “Kak Sunggyu benar-benar lelaki yang buta. Mana mungkin dia melepaskan berlian yang berkilau hanya untuk wanita jalang? Hahaha, lucu sekali lelaki itu.” Tukasnya dengan nada menggebu penuh kebencian.

Dan Taeyeon masih mengulas senyumnya dengan cantik.

“Kau terlalu lemah! Kenapa tidak kakak tampar lelaki itu sejak menyakitimu dan pergi sejauh mungkin? Sikapmu terlalu terlambat kak.”

Untuk kali ini, Taeyeon menghembuskan nafas di tengah ulasan senyum yang terukir. Ia menggeleng kecil sebelum mengungkapkan apa yang menjadi jawaban.

“Itu terlalu sulit, kakak memikirkan tentang Mingyu.” Jawabnya seraya mengalihkan pandangan pada sosok mungil yang duduk dengan tengah di kursi roda dan membawa mobil-mobilan milik putra kesayangan Hyoyeon.

Hyoyeon melepaskan nafas yang sedari tadi menghimpitnya; akibat emosi yang tak terkendali. Ia menatap miris kakak kandungan lalu menepuk pelan pundak Taeyeon. “Kau selalu seperti ini.”

Hanya ada senyum yang diukir oleh Taeyeon atas semua perkataan Hyoyeon.

Hari ini adalah hari kedua Taeyeon sejak kedatangannya kemarin malam di Jepang. Masih pagi, sekitar pukul delapan Hyoyoen telah menodong Taeyeon dengan segerombolan tanya yang bergoyang-goyang di otaknya. Sebelum menyiapkan makanan untuk keluarga kecil Hyoyeon, Taeyeon memutuskan untuk bercerita kepada Hyoyeon tentang apa yang selama ini disembunyikan oleh Taeyeon dari Hyoyeon. Selama Taeyeon bercerita pun Hyoyeon hanya mendengarkan dengan khidmat. Sesekali tangannya terangkat untuk mengusap pundak Taeyeon manakala mata bening yang terbungkus kelopak tipis itu akan menjatuhkan air. Sebesar apapun ketabahan dan keikhlasan yang dimiliki Taeyeon, rasa pedih dan sakit pasti masih akan terus mengiringi.

Namun Hyoyeon perlu bersyukur memiliki kakak seperti Taeyeon. Wanita ini begitu tegar. Ah, ini bukan rahasia lagi jika Taeyeon memang memiliki hati sebening berlian, selembut kapas, sebaik malaikat dan setegar batu karang. Disakiti, dihempas, dihujam dan dikoyak seperti apapun ia masih bertahan. Walaupun ada satu kelemahan yang ia miliki. Kim Mingyu, anak yang tidak diharapkan oleh Sunggyu itu begitu menyita seluruh hatinya. Apa yang terjadi pada Mingyu membuatnya melangkah lebih berani untuk menghadapi Sunggyu yang telah keterlaluan.

“Aku benar-benar akan mencontohmu jika Hyukjae bersikap seperti itu.” Tukas Hyoyeon dengan mata berbinar penuh kekaguman.

Taeyeon menggeleng kecil lalu mengusap pipi Hyoyeon. “Jangan punya pikiran seperti itu!! Selama kau yakin Hyukjae tidak akan menyakitimu, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Susah loh punya suami yang baik seperti Hyukjae.” Ucapan Taeyeon disusul dengan tawa pelan dari bibir mungil Taeyeon.

Hyoyeon mendesis pelan seraya menatap kakaknya sinis. “Kak!! Apa yang salah dengan berpikir? Aku hanya berkata jika!!” Sanggahnya.

“Aku tahu!! Tapi ucapan adalah do’a..”

“Ya ya ya!! Terserah kakak saja.” Hyoyeon bangkit dan berjalan menuju lemari es. Sedari tadi mengoceh dengan Taeyeon rupanya cukup membuat tenggorokan sedikit kering. Lekas ia meraih satu botol air dingin dan menegaknya cepat. “Lalu kakak?”

Taeyeon menaikkan sebelah alisnya.

“Tidak ingin menikah lagi?” Hyoyeon mengusap bibirnya yang basah.

Kedua alis Taeyeon saling bertaut dengan kening berkerut; sepertinya tengah berpikir. Beberapa detik dibiarkan dalam keheningan, Taeyeon kembali mengangkat kedua sudut bibirnya. Ia ikut bangkit dan berjalan menuju dekat counter dapur. Bersender di sana dengan tangan dilipat depan dada.

“Tidak.”

Hyoyeon membelalakkan kedua matanya lalu perlahan memicing. Merasa ganjil dengan jawaban dari Taeyeon. “Kau yakin?” Tanyanya skeptis.

“Menurutmu?”

“Kau masih muda kak.. Mana mungkin tidak ada keinginan untuk menikah lagi.” Ia kembali meneguk minuman di tangan. “Katakan bagaimana tipemu! Aku akan mencarikan untuk kakak.” Ucap Hyoyeon santai.

Kali ini kedua mata sipit Taeyeon terbelalak kaget. Ia mendecakkan lidah kilat. “Tidak terima kasih!! Aku benar-benar tidak ingin menikah.”

“Sudah!! Aku akan mencarikan untuk kakak!! Yang pasti tidak seperti Kak Sunggyu!!”

“Yaa!! Kim Hyoyeon!!” Sentak Taeyeon.

Dan Hyoyeon hanya terkikik geli melihat bagaimana Taeyeon bereaksi. Baginya menggoda Taeyeon adalah hal yang menyenangkan. Wajah malaikat yang tengah menahan marah –atau malu bahkan- membuatnya ingin tertawa geli. Setidaknya dengan demikian akan mengurangi sedikit lukisan luka yang ada di wajahnya. Bisa membuat Taeyeon keluar dari zona kesedihan adalah hal yang disenangi oleh Hyoyeon. Karena ia ingin jadi adik terbaik untuk Taeyeon.

.

.

.

.

.

Hidup Sunggyu benar-benar berantakan.

Katakan saja hidupnya hancur. Hidupnya tak lagi berada dalam koridor yang benar. Hidupnya berada dalam ambang yang mengerikan. Sunggyu seolah makhluk lain yang terdampar di bumi. Terlontang-lantung dalam kegamangan hidup yang membuatnya harus menjadi jauh lebih buruk dari sebelumnya.

Ini sudah hari ke berapa semenjak Tiffany meninggalkannya demi lelaki yang katanya adalah sang tunangan? Sunggyu tak tahu atau bahkan tak mau tahu. Hal itu hanya akan terus menggerus hatinya yang tak lagi sekeras batu. Kali ini sedikit saja tetes air atau bahkan udara, mampu merobohkan hatinya. Sunggyu bukan lagi sosok kuat yang berhati bagaikan batu. Saat ini Sunggyu hanya lelaki lemah yang hidupnya telah terhempas dari kata bahagia.

Sunggyu baru kali ini merasakan yang namanya sakit hati dan dikhianati.

Sunggyu tak pernah menyangka jika Tiffany yang sangat ia cintai akan meninggalkan dengan cara yang menjijikkan; setidaknya itu menurut Sunggyu. Lelaki bermata sipit itu tak pernah membayangkan sebidang hati yang ia berikan pada Tiffany akan dirusak dengan kejinya. Sunggyu tak pernah mengerti bahwa selama ini Tiffany sama sekali tak mencintainya. Dan Sunggyu sadar dia sangat bodoh selama ini. Bodoh sekali!! Tapi...

Sunggyu...

Bisa dibilang masih mencintainya.

“Kau benar-benar akan bersembunyi disini?”

Suara itu lagi terdengar memekak di telinga Sunggyu. Pemilik suara terlalu sering datang ke rumah Sunggyu. Bisa dikatakan ada sekitar dua sampai tiga kali datang ke rumah semenjak kepergian Taeyeon dan Sunggyu memutuskan kembali ke rumah miliknya.

Sunggyu menaikkan selimut tak menjawab pertanyaannya. Ia terlalu malas buka mulut hanya untuk menjawab yang jelas memiliki jawaban sama.

Sosok itu duduk di tepi ranjang. “Bangun!! Kalau kau hanya bergelung saja tidak akan menyembuhkan sakit hatimu!! Ayo keluar!! Kita bisa nikmati hari ini di klab!!” Bujuknya seraya menarik selimut Sunggyu.

Sunggyu masih tak bergeming dan terdiam di tempat.

“Sunggyu!! Ayoo!! Ah, kau takut bertemu dengan Tiffany?”

Itu pertanyaan sederhana, namun dada Sunggyu bagaikan diremas ribuan tangan setan yang menyakitkan. Sunggyu mengeratkan pejaman kelopak mata seolah ia tak akan mendengar lagi ucapan lelaki itu.

Ada tawa yang terdengar memekik keji dan penuh penghinaan.

“Bayangkan bagaimana dulu Taeyeon kau sakiti!! Itu jauh lebih buruk dari ini Gyu!!” Ia bangkit lalu menatap miris Sunggyu. “Hah, aku pikir Tuhan telah menunjukkan kuasanya.”

Telinga Sunggyu panas mendengar hal itu. Berimbas pada hatinya yang berdenyut perih. Sementara air matanya mendesak ingin segera lepas. Sunggyu tahu sangat tahu bagaimana rasanya sakit hati yang sesungguhnya saat ini. Lalu apakah seperti ini rasa yang dialami Taeyeon dulu? Apa sesakit ini? Apakah lebih sakit? Sunggyu tak tahu pasti. Ia tak bisa memastikan.

Bagaimana bisa, jika dulu Sunggyu tak punya hati untuk melihat luka di hati Taeyeon?

“Aku sudah bosan memberitahu hal ini padamu!! Tapi kau selalu saja mengelak dari kenyataan.” Ia kembali lagi duduk dan memandang sebal pada jendela kamar Sunggyu yang tak ditutup.

Sunggyu akhirnya membuka selimut, bangkit dan menatap datar pada sosok itu.

Nam Woohyun, sekretaris perusahaan Sunggyu yang sering mengunjungi Sunggyu untuk melihat keadaannya. Lelaki ini terkadang mengangkat Sunggyu namun tak jarang ia menjatuhkan Sunggyu sedalam-dalamnya. Apalagi jika berkaitan dengan masalah Taeyeon. Mantan istrinya.

“Kalau kau ingin hidup bahagia, pergi datangi Taeyeon dan minta maaf padanya. Siapa tahu dia mendo’akan kau bahagia?” Ucap Woohyun enteng.

Sunggyu menggeretak. Rahangnya menguat dengan pandangan tak fokus pada Woohyun. Sedetik kemudian, ia mendesah pelan lalu menyingkap selimut di kaki. Sunggyu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

“Kau mau kemana?”

“Menemui Tiffany!!”

Woohyun terasa ditonjok oleh jawaban Sunggyu. Buat apa ia menemui Tiffany? Kenapa?

“Untuk apa kau kesana?”

Sunggyu menghentikan laju kerannya. Woohyun menempelkan telinga agar dapat menangkap suaranya. “Ini bukan urusanmu!! Aku masih ingin mendapatkan Tiffany!!”

“Kau bodoh Gyu!! Bodoh sekali!! Sudah tahu hidupmu hancur karena wanita itu dan kau masih ingin mengejarnya lagi? Kau bodoh!! Kau bodoh!!”

Untuk selanjutnya Sunggyu tak menanggapi lagi ucapan Woohyun. Ia terlalu lelah berdebat dengan Woohyun. Baginya menemui Tiffany bukan hal yang salah. Ia memang sakit dan terluka dengan semua, tapi jika sudah berkata tentang cinta. Bagaimana? Setelah mendengar penuturan dari Woohyun malah membangkitkan jiwa bertarungnya. Ia ingin menang lagi dan setidaknya ia harus membalikkan keadaan.

Entahlah, cinta memang bisa merubah orang sewaktu-waktu. Percaya kan bahwa terkadang seseorang rela untuk dilukai dan kembali datang pada orang yang menyakitinya atas dasar cinta?

.

.

.

.

.

Jika dihitung, hari ini hari ketiga ia tinggal sendiri di rumahnya yang pernah menjadi tempat Taeyeon dan Mingyu bernaung. Ini benar-benar rumahnya; dibangun dari kerja keras dan uang pribadi dari Sunggyu. Tapi kenapa?

Kenapa rasanya berbeda? Ia seolah asing dengan tempat ini? Kenapa suasananya berbeda. Seakan ada yang menghilang..

Sekali lagi ia mengedarkan kedua mata sipitnya. Memang semua terasa asing. Telinganya tak lagi mendengar berisik suara yang ditimbulkan dari tawa ceria Mingyu. Tak ada lagi sentakan atau jeritan yang biasa ia lakukan. Suara-suara menenangkan untuk Mingyu yang menangis juga tak lagi ia dengar. Terlebih, suara ceria yang sering memanggilnya dengan sebutan..

‘Ayah..’

Dada Sunggyu tiba-tiba berdesir pelan. Ada gelitikan asing yang menggoda rongga hatinya. Kenapa Sunggyu merasa aneh dengan suasana rumah ini? Ia terbiasa hidup sendiri dan terbiasa juga tanpa suara-suara itu. Tapi menginjakkan kaki kembali di rumah ini tanpa mereka rasanya sangat berbeda.

Bukankah ini juga kemauannya?

Ah, Sunggyu mengerutkan keningnya sejenak. Mungkin ini semua karena ia masih belum terbiasa dengan suasana yang berbeda. Setiap tempat pasti akan memiliki suasana berbeda bukan meskipun ia sama-sama tinggal sendiri? Ya, Sunggyu mungkin masih belum terbiasa dengan kepergian Taeyeon dan Mingyu.

Lelaki itu mengendikkan bahunya sejenak sebelum kembali melangkah keluar rumah. Seperti yang dikatakan sebelumnya, Sunggyu akan menemui Tiffany untuk memintanya kembali. Walau itu terdengar konyol dan bodoh sekali.

.

Yang Sunggyu tatap ini siapa? Apakah wanita ini adalah Tiffany Hwang? Wanita seksi yang sering bertingkah centil dan menggoda di depan Sunggyu juga bersikap elegan maupun berkelas. Apakah ini Tiffany Hwang? Si wanita itu? Kenapa wanita ini hanya menunduk takut dan sama sekali tak ada keinginan untuk menatap balik Sunggyu? Sunggyu hanya mendesah pelan sebelum mengungkapkan apa yang sebenarnya ingin ia katakan.

Sunggyu meraih ganggang cangkir kopi dan membawa kopi itu ke dekat bibir. Menyesap pelan dan membiarkan cairan pekat menyapa tenggorokan.

Diletakkannya kembali cangkir itu. “Apa kau benar-benar bertunangan dengan lelaki itu?” Getar suara Sunggyu tak terdeteksi jelas di pendengaran Tiffany; antara ia marah atau kecewa.

“Jawab aku Tiffany..” Suara Sunggyu terdengar menuntut penuh ketajaman. Kedua mata yang menatap pada Tiffany telah berselimut kilat amarah. “Apa benar kau bertunangan dengannya?”

Tiffany tak sanggup mengucapkan jawabannya. Sebagai ganti, ia mengangguk ragu.

Sunggyu mendesah, ia menyederkan tubuh pada kursi lalu mengusap wajahnya. Sedangkan Tiffany masih terdiam dengan tangan saling bertautan; berusaha menghilangkan gugup ataupun perasaan yang mengganggu ketenangannya.

“Apa yang kurang dariku Tiffany? Apa? Aku kurang apa? Aku kaya!! Bukankah kau menginginkan seorang pasangan yang kaya? Siapa tunanganmu? Siapa dia?” Sentak Sunggyu setelah ia mengumpulkan segala macam kekecewaan dalam hatinya. “Apa yang kau inginkan sampai kau membohongiku dan berkhianat seperti ini?”

Reflek Tiffany mengangkat kepalanya. Ucapan yang baru saja keluar dari mulut Sunggyu terasa pedas di telinga. Apa? Hanya menginginkan pasangan kaya? Kenapa ia berpikir sedangkal itu. Tiffany menggeratkan rahangnya dan menarik nafas dalam. Ia memang masih merasa bersalah dengan penghianatan ini. Tapi ia berhak membela diri bukan?

“Kau bilang apa?” Tanya Tiffany pelan.

Sunggyu memutar bola matanya lalu memijat keningnya yang terasa berdenyut.

“Aku kurang apa? Aku cukup baik untukmu!!”

Tiffanya menghembuskan nafasnya sejenak. “Kau memang cukup baik untukku!! Tapi aku kecewa kepadamu!!” Sahutnya dengan suara datar.

Sunggyu terbelalak kaget. “Apa?”

“Kau menikah tanpa memberi tahuku!!” Kali ini suara Tiffany terdengar lebih tajam. “Kau pikir akan semudah itu memaafkanmu? Aku sakit Gyu!! Aku sakit saat itu!! Kau menikah tanpa memberitahuku saat aku ada di Amerika. Apa itu caramu? Bukankah sudah jelas dulu aku membencimu? Aku juga membenci Taeyeon, mantan istrimu itu!!” Tiffany tampak mengumpulkan udara yang mulai menipis di dadanya. “Kau selalu datang dan memohon padaku untuk menerimamu kembali!! Itu menyakitkan untukku Gyu!! Aku seperti wanita perebut suami orang!!”

Sunggyu terkesiap dengan penuturan Tiffany.

“Aku memang masih mencintaimu, tapi aku tidak bisa terus-terusan melihatmu bersama dengan Taeyeon. Aku tahu kau tidak mencintainya. Tapi tetap saja Gyu, itu menyakitkan!!”

Sunggyu mengepalkan tangan. Emosinya benar-benar teraduk-aduk saat ini. Jadi ini alasan kenapa ia berselingkuh? Tapi kenapa Tiffany selalu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa?

“Kau!!” Sunggyu memejam sejenak. Kepalanya berdenyut tak karuan dan hatinya remuk berantakan. Kata-kata yang diucapkan Tiffany terlalu tajam baginya. “Lalu!! Apa maksudmu dengan semua ini Tiffany? Apa??” Sentak Sunggyu nyaris menggebrak meja di depannya.

“Aku ingin balas dendam padamu!!”

“Balas dendam?” Sunggyu mencelos lalu mengacak-acak surainya.

Tiffany menatap lawannya dengan sedikit pandangan bercampur. “Aku ingin tahu bagaimana reaksimu ketika aku tiba-tiba menikah!! Aku ingin kau juga merasakannya Gyu!! Aku juga ingin kau tahu rasanya.”

Jawaban dari Tiffany bagaikan tombak yang menancap pas di ulu hati Sunggyu. Ia tertohok perih dengan ucapan Tiffany. Jadi selama ini wanita yang ia cintai adalah wanita licik yang ingin balas dendam padanya. Sunggyu kembali merasa dirinya bodoh sebodoh-bodohnya lelaki. Ia tak habis pikir dengan ini semua. Sunggyu menerang kecewa dan menatap datar Tiffany yang telah menghancurkan dirinya lagi. Kali ini mungkin Sunggyu akan benar-benar melepas Tiffany dan tak lagi mengusiknya. Yang ada dirinya hanya akan sakit hati lebih dan lebih.

“Pergilah!!”

Tiffany bangkit. Untuk sesaat, ia memperhatikan Sunggyu yang tampak menyedihkan. Jika boleh jujur, sebenarnya ia juga masih memiliki rasa untuk Sunggyu. Tapi ia terlampau kecewa. Walaupun tujuan utama ingin balas dendam tan tercapai sesuai rencana, ia cukup senang melihat Sunggyu seperti ini.

“Maafkan aku Kim Sunggyu.”

.

.

.

.

.

Hari telah berganti, mentari yang bersinar beberapa jam lalu telah mulai meninggi. Cicit burung yang sempat mengalun pun perlahan menyisih. Hanya beberapa saja yang masih setia membagi suara mereka untuk menyertai sinaran mentari. Ini adalah hari keempat setelah Taeyeon memutuskan hidup selamanya di Jepang. Dan pada pagi hari ini Taeyeon berencana membawa Mingyu jalan-jalan.

Mengenalkan Mingyu pada lingkungan bukan hal salah bukan? Sepertinya Mingyu juga mulai bosan terus-terusan ada di rumah. Taeyeon menyiapkan segala sesuatunya sebelum membawa Mingyu jalan-jalan. Sepertinya dekat dengan rumah Hyoyeon ada sebuah taman yang nyaman untuk didatangi.

“Kakak akan jalan-jalan yaaa?” Hyoyeon baru saja memandikan Gayoon –buah hatinya- dan menggendong mendekat pada Taeyeon.

Taeyeon yang tengah memasukkan bekal untuk Mingyu tersenyum lalu mengangguk. “Kau tidak ingin ikut?” Tanyanya kemudian.

“Tidak, Hyukjae akan pulang sebentar lagi. Dia paling benci ditinggal kak.”

Ah, beruntung sekali kau punya suami seperti Hyukjae.”

“Kakak!!” Hyoyeon duduk dengan wajah bersalah.

Taeyeon tertawa kecil. “Kenapa? Ada apa dengan wajahmu? Sudah yaa, aku akan pergi sekarang.”

Setelahnya Hyoyeon mempersilahkan Taeyeon mendorong Mingyu di atas kursi roda untuk pergi ke taman. Taeyeon dengan senang hati membawa Mingyu berjalan kaki menyusuri jalan selama pergi ke taman dekat apartemen. Bibir tipis Taeyeon juga tak berhenti bercerita kepada Mingyu yang penasaran dengan ini itu. Ia cukup maklum dengan si kecil yang berada dalam tahap keingintahuan yang cukup tinggi.

Kaki Taeyeon melangkah pelan seiring dengan mata yang mengedar penasaran. Jepang merupakan salah satu negara yang jarang Taeyeon kunjungi. Bisa dibilang ia hanya sekitar tiga kali datang kemari jika dibandingkan Tiongkok maupun Thailand. Bibirnya melengkung cantik ketika menyadari bahwa suasana Jepang jauh lebih baik daripada Korea. Lebih bersih, lebih menenangkan dan pastinya Jepang tidak sekejam Korea.

Pada akhirnya, Taeyeon menghentikan dorongannya saat mereka sampai pada tempat yang dituju. Sebuah taman kecil namun cukup ramai di tengah Kota Kyoto. Sebuah taman yang di kelilingi oleh sungai kecil dengan air mengalir pelan. Senyum Taeyeon mengembang lagi. Ini benar-benar seperti apa yang ia inginkan.

“Mingyu, kita duduk disini yaa?”

Si kecil Mingyu mengangguk antusias. Lekas ia meminta sang ibu untuk menurunkannya setelah Taeyeon melebarkan tikar dan meletakkan bekal yang mereka bawa. Taeyeon mengangkat Mingyu dan menurunkannya pada tikar. Si kecil tampak senang sekali berada di taman itu. Ia begitu bahagia. Mungkin bisa bertemu dengan dunia baru memberikan pengalaman bagi Mingyu. Si kecil menyeret bagian bawahnya untuk bisa mendekat dengan bocah cilik lainnya yang tengah bermain disana.

Taeyeon hanya mengulas senyum dan membiarkan Mingyu berinteraksi dengan teman barunya. Meski ia sedikit yakin bahwa keduanya akan susah berkomunikasi mengingat Mingyu tidak pandai berbahasa Jepang. Namun sepertinya mereka tak begitu mempermasalahkannya. Taeyeon terus memperhatikan Mingyu dengan tenang. Tetapi, di tengah kegiatan Taeyeon memperhatikan si kecil, sebuah rasa iri begitu jelas melingkupinya. Ia juga ingin merasakan apa yang mereka rasakan. Ia juga ingin pergi bersama dengan keluarga kecil. Sosok suami yang menyayanginya dan anaknya. Sebuah keluarga kecil yang saling melengkapi.

Tiba-tiba dadanya berdenyut nyeri. Melihat beberapa keluarga kecil tengah piknik bersama membuatnya iri. Jika saja..

Ah, tidak. Ia benar-benar harus melupakan semua kenangan pahit itu.

“Ibu... Kue ini Mingyu bagi ke teman baru Mingyu yaa?” Mingyu mengambil satu kue yang disediakan oleh Taeyeon sebelumnya.

Taeyeon mengangguk. “Hmm, bawa semua saja Mingyu!! Bagi dengan teman barumu yaa..” Jawab Taeyeon seraya mengusap surai kelam milik sang anak.

Mata sipit Mingyu melengkung menyertai bibirnya yang tersenyum. Taeyeon menghangat. Senyuman dari sang buah hati selalu bisa membuatnya tentram.

Saat Taeyeon sibuk dengan novelnya, suara Mingyu memaksanya untuk mendongak; mengalihkan pandangan dari novel yang sempat menyita perhatiannya.

“Dokter tampan!!” Sekali lagi teriakan Mingyu yang tengah memanggil seseorang membuat Taeyeon mengerutkan kening. “Dokter tampan!!”

Taeyeon mengikuti arah lambaian tangan Mingyu dan terkejut begitu melihat sosok yang cukup ia kenal datang mendekat. Ia adalah Lee Sungyeol, salah satu dokter yang menangani Mingyu kala di Korea dulu. Sosok itu tersenyum; masih terasa hangat. Detik selanjutnya ia duduk di hadapan Taeyeon setelah Mingyu bergeser menyambut kedatangannya.

Waahhh... Mingyu, kau ada di Jepang yaa? Sedang liburan?” Tanya Sungyeol sembari mengusap pipi gembul Mingyu.

Mingyu menggeleng cepat. “Mingyu tidak liburan. Mingyu tinggal di Jepang.” Sahutnya dengan menggemaskan kas milik anak kecil.

“Tinggal di Jepang?” Reflek, Sungyeol menoleh pada Taeyeon seolah ia tengah meminta kepastian.

Taeyeon mengangguk dengan bibir mengulas senyum.

“Lalu dokter tampan kenapa ada di Jepang?” Tanya Mingyu.

Sungyeol tersenyum. “Dokter ada pekerjaan di Jepang, sayang..”

Taeyeon suka sekali melihat Sungyeol yang bersikap hangat kepada Mingyu. Lelaki itu begitu tampak menyayangi Mingyu. Entah memang Sungyeol menyukai anak-anak atau ada hal lain Taeyeon tak tahu. Yang jelas, ia patut bersyukur ada sosok lain yang menyayangi buah hatinya.

Beberapa saat berlalu, Mingyu kembali tenang bermain dengan teman barunya. Seorang anak keturunan Jepang-Tiongkok; Takoya. Si tampan Takoya cukup senang bermain dengan Mingyu. Di saat Mingyu asyik dengan teman barunya, Taeyeon tengah berbincang-bincang dengan Sungyeol. Cukup canggung memang awalnya, namun lama kelamaan pembicaraan semakin mengalir.

Ah, jadi kau sudah bercerai dengan suamimu..” Ungkap Sungyeol merasa bersalah manakala menanyakan ayah si kecil.

Taeyeon hanya menunduk dengan ulasan senyum kecil di wajahnya. Ia mengangguk kemudian, lalu mendongak dan menerawang jauh ke depan.

Yah, seperti itu lah..” Taeyeon menoleh pada Sungyeol dengan senyum mengembang cantik. Dalam hati Sungyeol terus memuji wanita yang bersamanya ini. Sungguh, ia adalah berlian yang patut untuk dijaga tidak untuk disakiti. “Jangan lagi membahas masa lalu!! Aku malas sekedar mengingat siapa nama mantan suamiku.”

Dan setelahnya, Sungyeol tertawa mendengar ucapan Taeyeon yang sedikit di tambah nada gurauan. Ia senang melihat bagaimana Taeyeon menghadapi hidupnya yang bisa ia simpulkan tergolong rumit. Meskipun ia tak mendengar banyak tentang kehidupan Taeyeon, ia masih bisa menilainya.

Taeyeon termasuk salah satu wanita tangguh yang pantas dicintai. Dan Sungyeol, mungkin rasa yang sempat mampir akan kembali bersemi? Siapa tahu.

.

.

.

.

.

Tepat seminggu setelah kepergian Taeyeon dan Mingyu. Juga ini adalah hari kelima setelah Sunggyu harus dan dipaksa melepaskan Tiffany. Wanita yang mengisi rongga hatinya selama bertahun-tahun itu telah menghianatinya. Ia dengan sendirinya mengatakan bahwa ingin balas dendam padanya. Bukankah itu menyakitkan?

Jangan tanyakan bagaimana keadaan Sunggyu saat ini. Jauh lebih buruk daripada sebelumnya. Setiap malam, Sunggyu akan pulang dengan keadaan mabuk parah. Ia sering mangkir dari rapat penting yang harus ia hadiri. Bahkan ia hanya mengurung diri di rumah saat siang dan keluar malam hari untuk mabuk-mabukkan. Keadaannya sungguh memprihatinkan hingga membuat Ibu Sunggyu datang untuk merawat sang anak. Nyonya Kim takut jika Sunggyu akan sakit secara fisik jika ia terus-terusan seperti ini.

Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya. Sejak dua hari yang lalu, Nyonya Kim memutuskan untuk merawat Sunggyu yang tampak tak lebih seperti mayat hidup. Ia cukup prihatin dengan keadaannya setelah ditinggal Tiffany. Andai saja Sunggyu bisa membuka mata dan menerima Taeyeon lebih tulus, mungkin ia tak akan seperti ini. Mengingat sosok Taeyeon, membuat Nyonya Kim ingin menelponnya. Lekas ia mengambil ponsel dan menekan nomor telepon Taeyeon.

Oh, Taeyeon-ah!! Apa kabar sayang? Ibu merindukanmu..”

Dari seberang terdengar suara antusias dari Taeyeon. “Ibu.. Taeyeon dan Mingyu baik-baik saja disini. Jepang selalu memberikan yang terbaik untuk kami.” Jawabnya senang.

Nyonya Kim senang mendengar Taeyeon tampak bahagia.

“Ibu senang kalau kau bahagia disana Tae.. Ibu baik-baik saja. Hanya...”

“Hanya?”

“Ah, tidak..” Nyonya Kim bangkit dan berjalan mendekati jendela. “Kau bahagia tinggal di Jepang? Bagaimana? Apa kau merindukan Korea?”

“Ibu...”

Hmmm?”

“Jelas Taeyeon bahagia disini bu.. Taeyeon tidak merindukan Korea.. Tapi Taeyeon merindukan ibu..” Gurauan Taeyeon diiringi tawa kecil yang mengalun merdu.

Nyonya Kim tersenyum getir. Taeyeon terdengar bahagia disana. Tetapi tidak dengan Sunggyu disini.

“Tae..”

“Ya ibu?”

“Kau merindukan Sunggyu?”

Mungkin ini terdengar canggung, namun Nyonya Kim ingin tahu bagaimana reaksi Taeyeon mendengar nama Sunggyu lagi. Terdengar kejam juga memang, namun sebagai mantan mertua Nyonya Kim juga ingin tahu.

“Sunggyu?” Nyonya Kim menajamkan telinganya. “Tidak ibu.”

Dingin.

Jawaban dari Taeyeon cukup terdengar dingin. Nyonya Kim paham jika menantunya itu telah menghapus sosok Sunggyu dari hidupnya.

“Sunggyu sedang tidak baik Tae.. Dia, buruk sekali!! Menjadi sangat buruk setelah kalian pergi ke Jepang.”

“Tuhan selalu tahu mana yang terbaik untuk umat-Nya ibu. Ini adalah pelajaran yang harus dijalani oleh Sunggyu.”

Hati Nyonya Kim benar-benar tersentuh dengan penuturan Taeyeon. Sungguh, wanita ini begitu berharga untuk dilepas. Dan ia menyayangkan atas sikap anaknya selama ini.

“Bahagialah disana Taeyeon!! Maafkan ibu dan Sunggyu yaa..”

“Ibu...”

“Ibu mengerti.. Sudah ya, ibu tutup sepertinya Sunggyu sudah bangun..”

Sambungan telepon itu terputus setelah Nyonya Kim mengucapkan kata perpisahan. Ia mendesah lirih sebelum berjalan mendekat ranjang Sunggyu. Kedua mata sayunya menatap pilu sang anak yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Seharusnya Sunggyu bisa lebih baik setelah kepergian Taeyeon namun Tuhan memang tidak pernah tidur dan menunjukkan kuasanya dengan membalas Sunggyu melalui Tiffany.

.

.

.

.

.

Pandangan Taeyeon jadi tak fokus setelah menerima telepon dari Nyonya Kim. Hatinya terasa sedikit janggal dengan sesuatu. Ia tak tahu pasti, yang jelas rasanya ada yang aneh menggelitik dirinya. Taeyeon berulang kali menghela nafasnya pelan. Ia tengah berada di depan rumah seraya memperhatikan Mingyu yang bermain sendiri di taman kecil depan rumah.

Si kecil masih berkutat dengan mobil-mobilan yang ia bawa. Ia tampak senang walau hanya bermain dengan sebuah mobil sendirian. Taeyeon tersenyum melihat si kecil bahagia. Setidaknya itu tak akan menambah beban pikiran pasca konfliknya bersama mantan suami. Masih ingat bukan jika si kecil begitu mencintai Sunggyu?

Namun tiba-tiba Mingyu menegang, tangan mungil itu memegang kepalanya dengan kuat. Reflek Taeyeon berlari dan menghampiri Mingyu yang berteriak tak karuan karena rasa sakit di kepalanya. Taeyeon panik. Ia ikut berteriak memanggil nama Hyoyeon adiknya yang kebetulan tidak sedang bekerja.

“Mingyu-yaaa!! Kau kenapa sayang? Kau kenapa?” Taeyeon memegang tangan si kecil untuk menjauhkannya dari kepala yang dicengkeram kuat.

Taeyeon menangis melihat Mingyu tampak begitu kesakitan.

“Mingyu yaaa, kau kenapa sayang?” Taeyeon memeluk tubuh si kecil. “Hyoyeon-ah!!! Hyoyeon-ah!!!” Teriak Taeyeon.

Tak lama kemudian, Hyoyeon datang dengan wajah khawatir dan panik. Ia berjongkok di depan Taeyeon dan Mingyu. “Ada apa dengan Mingyu kak?” Tanya Hyoyeon khawatir.

“Aku juga tidak tahu!! Cepat kau siapkan mobil, kita bawa ke rumah sakit. Kau yang sabar yaa nak!!” Taeyeon terus menenangkan si kecil yang meraung-raung kesakitan. Ibu muda itu tak mengerti kenapa anaknya tiba-tiba seperti ini? Bukankah sebelumnya baik-baik saja? Kenapa?

Sekitar lima menit kemudian, Taeyeon dan Hyoyeon membawa Mingyu ke rumah sakit. Selama perjalanan, Mingyu tak berhenti mengeluh sakit dan sakit. Hal itu jelas membuat Taeyeon teriris dan terus ikut menangis. Bagaimana tidak? Menyaksikan buah hati kesayangannya menahan sakit yang teramat di depan mata.

Di rumah sakit, segera Taeyeon membawa Mingyu ke ruang gawat darurat. Suster penjaga sigap memberikan pertolongan dan lekas memanggil dokter. Sempat Taeyeon terbelalak kaget melihat sang dokter yang menanggani Mingyu adalah Sungyeol. Apa ini sebuah kebetulan atau?

Entahlah, Taeyeon tak peduli itu. Yang ia inginkan saat ini adalah keselamatan Mingyu. Ia sakit melihat Mingyu begitu menderita dengan pesakitan di kepalanya.

“Sabarlah kakak. Mingyu akan baik-baik saja.” Hyoyeon mengusap pundak Taeyeon agar sang kakak bisa lebih tenang.

Taeyeon melirik pada Hyoyeon dengan sorot mata gelisah. Ia bangkit dan kembali mengintip ruang kaca itu. Sekitar sepuluh menit sudah ia menunggu kabar si kecil. Kakinya tak berhenti bergerak dalam kegelisahan dan terus menaruh pandangan pada kaca yang menghubung ruang itu.

Hingga pada akhirnya pintu bergeser, menampilkan sosok tampan dengan senyum hangat terulas.

“Bagaimana Mingyu?” Tanya Taeyeon tergesa. Ia tak mampu menahan rasa penasaran yang membumbung.

Sungyeol tersenyum lalu meminggirkan tubuhnya. “Kau bisa melihat keadaan Mingyu.” Jawabnya tenang. “Dia baik-baik saja. Aku akan melihat hasil scan dulu. Nanti akan aku kabari lagi.”

Anggukan Taeyeon mengiringi Sungyeol untuk berbalik meninggalkan Taeyeon. Setelah Sungyeol pergi, Taeyeon masuk ke dalam kamar demi melihat si kecil yang tengah terbaring dengan damai. Air matanya jatuh lagi. Dadanya menyesak dan mencelos kala mata cantiknya menangkap si kecil dalam keadaan damai. Mungkin pengaruh dari obat penenang.

“Mingyu...” Taeyeon menggenggam tangan si kecil. “Ada apa denganmu sayang? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?” Ia mengecup punggung tangan Mingyu.

Si kecil tak menyahut; masih dengan mata tertutup. Taeyeon terus terisak selama mendekap tubuh Mingyu. Ia ingin Mingyu sadar saat ini juga dan tak terjadi apa-apa kepadanya. Taeyeon ingin tawa Mingyu kembali lagi. Taeyeon ingin wajah Mingyu tampak bahagia lagi.

Tidak seperti ini..

Ada apa? Kenapa Tuhan kembali mengujinya? Kenapa?

Dalam hati Taeyeon berdo’a atas kesembuhan Mingyu. Berharap si kecil segera mengisi kesepian dan menepis segala macam hal buruk yang menghantui pikirannya.

.

.

.

.

TBC.


Hallo, maaf yaa kalau aku repost, ada yang aku rubah jalan ceritanya yang bagian akhir..

Mungkin yang ini jauh lebih masuk akal dibandingkan sebelumnya..

Maaf kalau mungkin ceritanya sedikit membosankan atau bagaimanapun, tapi saya senang jika kalau bersedia membacanya..

Apa lagi berkomentar..

Terima kasih.. ^^,

.

.

Best Regards

.

.

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Adeeee #1
Chapter 8: Kakaaaakk, hello. Salam kenal. Penasaran banget sama kelanjutannya. Aku dari awal baca nggak tegaan sama Taeyeon. Sunggyu-nya juga jahat sih, huhu. Tapi jangan pisahin Mingyu dong Kak, dari Sunggyu (Taeyeon juga, kalo bisa balikan lagi). Sakitnya Mingyu dibikin agak parahan aja, plus rindu bapaknya. Jadi dia lagi sakit (dengan mata merem setengah tidur) tapi manggil2 "ayah, ayah, ayah, ayah" gitu. Ngerengek terus. Terus si Sunggyu mimpi buruk tentang Mingyu. Biar agak tobatan sikit itu si sipit. Terus ke Jepang deh dia-nya, jengukin Mingyu.

Oke. Ini udahlah request, panjang pula. Maaf kali ya Kak. Hahhaha. Terserah Kakak sih. Itu cuma ekspektasi aku. Nggak rela kalo si Taeyeon sama Sungyeol, hehe.
Anashim #2
Chapter 8: sebenernya ini cerita bagus, dulu wkt blm pny akun selalu cek apa udh update..
tp trahir baca sampe skrg, baru 1 chapter update pdhl udh lama bgt, trahir update okt.
amaharanin #3
Chapter 7: Bentar yah aku intermeso dulu. Aku sebagai readers disini liat viewers sama komen ff tuh gak pernah sinkron. Viewers nya banyak tapi yg komen itu2 aja :'( :'( author tetep semangat yah. Aku yg liat aja sedih gimana author, bikin karya kan susah apa salahnya sih kalian2 yg baca kasih aplause buat authorny. Komen doang gak minta pulsa, maafin tapi aku ngerasa sedih. Semangat authorrr :D :D
Feel ceritanya sedikit beda dari part awal, gak tau dimana kurang atau gimananya tapi aku ngerasa beda. Sepertinya author lagi kena writeblock yah? Beda aja fellnya, kalo pun author sibuk jangan di paksain
Andai aku berasa gutuin bgt hari ini, maafinnnn. :D samangat terussss authorrrr
amaharanin #4
Chapter 6: Sepertinya udh gaya penulisan author, ttep bagus kok biar rada lambat juga pas awal2. Tapi pas abis ketemu Tiffany di bar itu alur ya jadi bagus. Juara lah!
Ini aku bacanya sambil nnton standup comedy jadi gak fokus antara mau ketawa dan nyesek maksimal. Hihihi abisan nyesek , bagus bgt authorrrr . Aku nungguin terus lah update an nya. Juara lah!
Dan seneng aja si mbak e udh strong , gitu atuh jangan mau kalah molo. Si abang juga kena karma kan ? Wkwk aku bahagia sekali sumpah, puas gitu
Makasihbb authorr
NadiaExoGangerKim
#5
Chapter 6: Karma for you sunggyu!

Seneng banget karena akhirnya karakter taeyeon yang suka ngalah berubah menjadi melawan. Jadi gak terlalu tersiksa :3

ada apa denganmu, gyu? Kenapa kau jadi seperti itu di hadapan taeyeon? Mulai merasa kasihan? Mulai sadar kalau selama ini kamu kejam? -_-

untuk alur, jangan dipaksa dipercepat thor, kerjain aja sesuai keinginan author. Mau lambat atau cepet, yang penting updatenya jangan lama dan ditunggu saat2 dimana sunggyu menderita haha *ketawaevil

next chap ditunggu ya thor, keep writing. Fighting..
({}) xoxo :-*
pororiahajima #6
Chapter 6: lanjuuuuuut
amaharanin #7
Chapter 5: Masih masalah sama alur sih dari chapter selanjutnya , masih lambat :D feelnya masih juara gak sanggup !
Mbok nya si cewenya jangan di bikin lemah bgt thor , kesel sumpah hargat martabat mbaaa elah . Nyesel da pasti itu
NadiaExoGangerKim
#8
Chapter 5: Feelnya gak hilang, masih ada kok. Ini aku bahkan nangis lagi baca chapter 5nya :-(

kesel ih sama sunggyu! Baru aja cerai udah mau nikah lagi sama cewe lain :3

mingyu-nya kasihan :-(

taeyeon sama mingyu mau ke jepang? Lah, makin penasaran sama next chapnya. Update soon ya <3
irfa_as #9
chapter 4: wah ceritanya bikin orang jadi nangis aja,,,
jadi tambah penasaran dengan lanjutannya,,
amaharanin #10
Chapter 4: Sumpah kerasa bener loh nyeseknya . Tapi kenapa yah kalo kata aku alurnya terlalu lambat , apa emang aku nya aja yg gak sabaran . Bacanya tuh yah sambil nyesek sambil deg deg an juga kalo liat tulisan TBC T.T author kenapa ? Kenapa nyesek bgt ceritanya , feelny juara sumpah . Tapi alurnya di percepat yah dikit :) menurut aku sih heheehe