01.

One More Chance.

One More Chance

Chapter 01.

.

“Ibu... Ayah kemana? Kenapa ayah masih belum pulang?”

Untuk kesekian kalinya pertanyaan itu menyesakkan dada Taeyeon. Ia harus bagaimana lagi menjawabnya? Sang anak akan terus melontarkan tanya yang sama. Taeyeon menghela nafas pelan. Seulas senyum tipis ia berikan dengan tangan masih sibuk menata makanan pagi mereka. Taeyeon duduk di sebelah sang anak seketika ia selesai menata sarapan.

Tangannya mengusap pipi si mungil dengan gerakan lembut. Tak lupa juga mengecup kilat pipi gembul mirip sang ayah.

“Ayah akan pulang sayang... Ayah masih ada banyak kerjaan di luar sana.” Tukasnya tercekat. Mati-matian ia menahan air yang bersembunyi di balik kelopak tipis miliknya.

Si kecil Kim Mingyu hanya mengerucutkan bibir mungilnya. Jawaban ini bukan jawaban yang ia inginkan. Ia memang masih kecil, namun ia bisa merasakan ketidak hadiran sang ayah yang lebih dari sebulan tak kembali pulang. Dan yang paling penting, ia juga merasakan kerinduan yang teramat pada ayah tercintanya.

“Kapan ayah pulang?”

Taeyeon menggigit kecil bibir bawahnya. Sejenak memejam demi mengurangi denyut perih yang bersarang di dada. Ia menghirup nafas dalam sebelum menghembuskannya pelan. Masih, senyum yang terukir itu tampak pilu. Taeyeon hanya bisa mengusak surai kelam milik sang anak lalu mengecupnya dalam.

“Nanti.. Nanti pasti ayah akan pulang.”

Kata-kata itu..

Kata-kata itu bagaikan sebuah tombak yang menghantam penuh pertahanan Taeyeong. Apa mungkin yang ia katakan akan terjadi? Nanti? Nanti? Nanti kapan?

“Sekarang Mingyu siap-siap ya? Mingyu harus berangkat sekolah.” Taeyeon mengalihkan pembicaraan agar sang anak tak terus bertanya tentang sang ayah. Ia bangkit dan menata bekal untuk Mingyu.

Si kecil tak menolak. Ia menurut saat Taeyeon mulai meletakkan makanan di depannya. Mingyu menyantap makanan itu dengan lahap. Taeyeon bersyukur, meskipun suaminya tak pulang lama si kecil Mingyu tak kehilangan gairah hidupnya. Ia masih menikmati makan seperti biasa. Hanya saja...

Ada waktu tertentu yang memaksa Taeyeon melepaskan air matanya karena tak tega menyaksikan si kecil.

Selesai makan pagi, Mingyu segera keluar rumah. Teman sekolah yang biasa menjemput Mingyu telah tiba. Jang riwoo, putra dari Kwon Yuri yang merupakan teman Taeyeon itu sering datang untuk mengajak Mingyu berangkat bersama. Meski di balik semua ini adalah suami Yuri yang rela menjadi supir bagi kedua jagoan mungil itu.

Mingyu mengecup pipi Taeyeon dalam lalu melambaikan tangannya. Ia masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Riwoo. Kedua anak itu tampak senang bersama. Sebelum mobil yang ditumpangi jalan, Dongwoo lebih dulu menyapa Taeyeon dengan membunyikan klakson. Beberapa detik kemudian, mobil itu mulai meninggalkan perkarangan rumah.

Wanita muda itu mendesah tertahan. Ia mendongak sejenak demi menghalau sesuatu yang mendesak keluar. Bibirnya terkatup sempurna. Nyeri di dada terus saja menggempurnya. Hanya ada satu tanya yang terus ia kumandangkan dalam hati.

Kapan sang suami akan pulang?

Pesakitan ini entah berawal dari mana Taeyeon tak yakin. Tumpukan memori yang terus ia singkap nyatanya tak memberikan jawaban pasti. Yang jelas saat ini ia harus menahan segala beban yang bertumpu di pundaknya. Merawat si kecil sendiri dengan segala kebohongan yang menyertai.

Kemana sebenarnya suaminya pergi?

Apa memang ia benar-benar menginginkan ini semua berakhir dan tak berbekas lagi?

∞∞∞

Ketika ia melangkah menuju kamar tidur, air matanya tak bisa terbendung lagi. Bulir bening itu berhasil menyeruak keluar dengan bangganya. Membuat sang pemilik hanya mampu memejam dan menunduk. Dadanya terus berdenyut nyeri kala air mata itu tak mau berhenti turun. Ia merosot, kakinya melemah. Sesak itu memaksanya untuk menumpahkan segala air mata yang ia punya.

Taeyeon tak tahu mengapa hidupnya harus menjadi seperti ini. Ia pikir dengan pilihan orang tua akan membawanya ke jenjang pernikahan yang membahagiakan. Namun nyatanya tidak. Sosok yang semula tampak baik di depan itu ternyata memiliki hati yang kejam. Memang, ia sama sekali tak pernah memukul atau bertindak kasar. Tetapi sikap diam dan watak kerasnya yang membuat Taeyeon semakin tersiksa dan hidup dalam hiruk pikuk pesakitan seperti ini.

Ya.. Sebulan yang lalu Kim Sunggyu –suaminya- pergi meninggalkan keluarga kecil itu. Tanpa ada kabar, tanpa ada alasan apalagi sebuah ijin. Taeyeon tak mengerti hal apa yang membuat suaminya pergi dari rumah. Apa karena keinginannya yang tak ia kabulkan? Sebuah perceraian? Hey, Taeyeon punya alasan sendiri ia tak mau bercerai dengan Sunggyu.

Apa karena cinta?

Bukan.

Taeyeon memang memiliki rasa sayang pada Sunggyu, namun ia tak mencintai lelaki itu.

Lalu apa?

Kim Mingyu.

Alasan Taeyeon bertahan dalam pertempuran batin ini adalah Kim Mingyu. Putra semata wayangnya dengan Sunggyu yang sangat ia cintai. Jika saja Mingyu tak menyayangi dan menginginkan Sunggyu dengan amat sangat, mungkin Taeyeon akan membawa Mingyu pergi dan mengikuti keinginan Sunggyu. Tapi kenyataan berkata sebaliknya. Mingyu sangat menyayangi Sunggyu dan selalu ingin bersama sang ayah. Walaupun sampai saat ini Sunggyu tak menampakkan batang hidungnya.

Sudah sebulan lamanya Taeyeon harus berjuang dengan benih kepedihan yang ditaburkan oleh Sunggyu. Apa lelaki itu tak memiliki hati hingga berbuat seperti ini?

“Sunggyu.. Aku mohon pulanglah!!”

Lirihan itu terus menguar lemah setiap harinya. Tak hanya sekali Taeyeon mengalah demi sang anak. Ia berulang kali menghubungi Sunggyu agar kembali. Meskipun tak ada balasan dari sang lawan, Taeyeon tak menyerah. Ia tetap menghubungi sang suami dan berharap Sunggyu membalas satu pesan yang ia kirimkan.

Tubuhnya ia paksa untuk bangkit. Ia tak mau terlalu lemah dengan ini semua. Masih ada si kecil yang membutuhkannya. Bagaimana dengan Mingyu jika ia lemah?

Saat akan merapikan lemari pakaian, bel rumah berbunyi. Degup jantungnya berpacu cepat. Dalam hati ada sepenggal harapan itu adalah Sunggyu. Lekas Taeyeon menutup lemari dan berlari menuju ruang tamu.

“Kakak.. Bagaimana kabarmu?”

Helaan nafas itu memburu setelah sebuah sapaan ia dengar. Ternyata Myungsoo, adik ipar dari Taeyeon.

“Baik.. Kau sendiri?” Sahutnya dengan senyum mengulas cantik.

Myungsoo menggeleng kecil. Arah pandangnya mengalih pada sebuah kedai yang tak jauh dari kediaman Taeyeon.

“Bersama dengan Soojung.. Kami ingin mengunjungimu. Kami membawakanmu buah-buahan.” Tanggapnya dengan menunjukkan sekeranjang buah-buahan.

Taeyeon mengangguk. Ia membuka pintu lebih lebar agar sang tamu dapat masuk. Tak lama setelah keduanya masuk, Soojung –istri Myungsoo- datang menyusul. Tangan halusnya menggenggam dua buah kresek berisi bubble tea. Taeyeon menggeleng kecil. Adik iparnya itu memang sangat menyukai minuman seperti itu.

“Apa Kak Sunggyu masih belum kembali?”

Taeyeon melirik sejenak pada Myungsoo sebelum menunduk dengan bibir tergigit. Ia menggeleng. Tangannya sibuk menangkup agar rasa itu menghilang cepat.

“Sebenarnya apa yang terjadi kak? Kenapa Kak Sunggyu pergi?” Kali ini Soojung yang bersuara. Terdengar nada prihatin dari pertanyaan itu.

“Aku juga tidak tahu pasti.. Mungkin dia tidak tahan hidup serumah denganku.” Jawab Taeyeon lirih.

“Kenapa kalian begitu hebat menutupi rumah tangga kalian?” Celetuk Myungsoo.

Kerutan jelas terlihat di kening Taeyeon. Menutupi? Bukankah Sunggyu sering menolak dan meminta cerai pada orangtuanya? Kenapa Myungsoo mengatakan seolah..

“Sunggyu tidak hanya sekali menolak hidup denganku. Apa maksudmu aku menutupinya?”

Myungsoo tersenyum. Ia merasa sedikit canggung telah mengatakan hal yang ambigu seperti itu. Lantas ia menusuk salah satu bubble tea dan mulai menyesapnya pelan.

“Bukankah kakak merasa baik-baik saja saat Kak Sunggyu meminta kehidupan kalian dibubarkan? Kakak selalu terlihat tenang.. Kakak pandai menutupi kesakitan yang kakak rasakan.”

“Ah... Aku memikirkan Mingyu saat Sunggyu meminta cerai.”

Baik Soojung maupun Myungsoo mengangguk bersama. Mereka berdua paham. Sebagai sepasang suami istri yang juga memiliki seorang putri kecil pasti bisa merasakan apa yang Taeyeon rasakan. Pilihan Taeyeon untuk bertahan dari kerasnya sikap Sunggyu memang bukan pilihan yang menyenangkan. Namun semua demi kebaikan Mingyu. Si kecil itu masih butuh perhatian dari kedua orangtuanya. Apa yang terjadi jika keluarga mereka retak di saat Mingyu masih kecil dan butuh kasih sayang kedua orangtuanya? Pasti... Itu bukan hal yang baik.

Keluarga Sunggyu sempat dibuat bingung dengan kepergian Sunggyu yang tiba-tiba. Mereka tak menyalahkan Taeyeon. Memang sejak awal keluarga Sunggyu telah mengetahui bahwa penolakan itu akan berakhir seperti ini. Ini murni kesalahan ayah Sunggyu yang memaksa sang anak menikah dengan pilihannya dan tak memikirkan nasib Sunggyu selanjutnya. Walau ibu Sunggyu telah memohon agar perjodohan ini dibatalkan. Namun janji tetap janji, perjodohan tetap perjodohan dan semua tetap harus berjalan sebagaimana mestinya.

Ada perkiraan bahwa Sunggyu menghilang ke Jepang. Perkiraan ini muncul saat Sunggyu masih aktif mengurus perusahaan yang dilimpahkan padanya. Sebagai direktur muda, Sunggyu memiliki tanggung jawab yang tinggi. Sekertaris perusahaan yang mengabarkan bahwa Sunggyu mengirimkan email ke perusahaan tentang keputusan selanjutnya. Namun masih, setiap telepon yang disambungkan kepada Sunggyu tak satupun diterima ataupun diangkat. Membuat seluruh keluarga khawatir dan bingung.

∞∞∞

Seperti malam-malam sebelumnya, Taeyeon akan tidur di ranjang Mingyu. Si mungil terus menggumamkan nama Sunggyu dan meminta sang ibu untuk mengajak pulang Sunggyu. Mau bagaimana lagi? Taeyeon tak tahu harus berbuat apa. Yang ia lakukan hanya bisa menina bobokan si mungil dengan suara parau akibat menahan tangis.

Tangan Mingyu terus menggenggam Taeyeon. Seolah si kecil tak mau kehilangan sosok yang ia cintai. Genggaman posesif itu memberikan desir perih di dada Taeyeon. Ia ingin sekali melihat Mingyu tersenyum dan tidur damai di dalam dekapan Sunggyu. Tapi kapan? Apakah hal itu bisa ia lihat?

Setelah Mingyu tertidur pulas, Taeyeon bangkit dari ranjang dan mengambil ponselnya. Ia mengetik sebuah pesan yang akan ia kirim pada Sunggyu. Benar-benar, ia ingin bertemu dengan Sunggyu dan menyelesaikan semuanya dengan baik-baik. Tidak seperti ini.

“Ayah...” Taeyeon menoleh pada sumber suara. Si kecil menggigau dan menyebut kata ayah.

Lagi-lagi ia merasa sesak luar biasa. Ia harus apa? Segera ia mendekat pada Mingyu dan menggenggam tangannya.

“Ayah...”

“Mingyu sayang.. Tidur yang tenang yaa.. Ayah akan pulang.. Ayah akan pulang...”

Taeyeon berucap seraya mengecup tangan Mingyu berulang. Ia juga mengusap kening Mingyu yang mulai berkeringat.

“Ayah...”

“Mingyu...”

“Ayah..”

Butir bening turun dari sudut mata Taeyeon. Ia benar-benar tak sanggup dengan ini semua.

“Sunggyu.. Aku mohon! Pulanglah... Mingyu mencarimu..”

Harapan Taeyeon, Sunggyu akan pulang dan memeluk tubuh mungil si kecil. Jangan lagi siksa perasaan Taeyeon. Wanita itu benar-benar tak mampu jika bertahan lebih lama lagi. Apa tidak cukup sakit yang ditanam sebulan ini? Sampai kapan ia harus menerimanya?

∞∞∞

“Kau benar-benar tidak akan pulang?”

Lelaki bersurai cokelat tua itu melirik sejenak sebelum kembali berkutat dengan komputer di depannya. Ia masih tak bergeming dari tempat itu. Sekitar dua jam sudah ia berada di tempat yang cukup membosankan.

Yang bertanya duduk di salah satu sofa kamar. Kedua iris kucingnya masih memperhatikan sosok itu dengan seksama. Tangannya tak kosong. Menggenggam sebuah gelas berisi bir dengan kadar alkohol rendah. Sesekali ia menggoyang-goyangkan kecil seakan memanggil lelaki agar bangkit dari duduknya.

“Aku tidak ingin melihat wajahnya.” Sahutnya datar dengan arah mata masih terpaku pada komputer.

“Kejam.” Tanggap sosok lain dengan nada yang sedikit menyindir. Tak lama kemudian ia berdecak pelan. “Kau sangat membenci istrimu hanya gara-gara perjodohan itu? Bahkan pernikahan kalian sudah berjalan lebih dari lima tahun. Menggelikan.”

Ucapannya berhasil mengalihkan atensi lelaki itu. Sedikit desah kasar lolos dari bibir tipisnya. Ia meregangkan otot sejenak sebelum bangkit dari duduknya. Beberapa detik berselang, ia berjalan mendekati sosok yang tengah menikmati minuman di tangan. Sedikit kasar, ia mengambil alih minuman itu.

Sekali teguk, minuman itu ludes di mulutnya. Ia menghela lalu menatap datar sosok yang hanya menampilkan senyum miring.

“Aku tidak tahu kenapa.. Setiap kali aku melihat wajahnya, kebencian semakin tumbuh dalam diriku.”

“Munafik!!”

“Munafik?”

Sosok itu berdecih. “Kalau kau membencinya kenapa ada anak di antara kalian? Itu hal yang menggelikan. Bagaimana bisa kau menggauli seseorang yang kau benci?” Tukasnya.

Alih-alih menjawab, sebuah tawa terdengar hina. Ia menuangkan minuman ke dalam gelas yang ia pegang lalu menggeleng kecil sebagai tanda tak setuju dengan apa yang barusan ia dengar.

“Itu karena obat yang diberikan orangtuaku. Apa kau bisa mengatakan itu sebuah kemunafikan?”

“Ah~. Aku baru mengetahuinya sekarang.”

“Berhenti menanyakan hal ini.. Aku tidak suka membahas tentang ini.”

Sosok lain itu tertawa pelan. Ia menyamankan duduknya di sebelah lelaki yang tampak sedikit lebih kusut dari sebelumnya. Apa yang tengah ia lihat saat ini sangat berbeda dengan beberapa waktu lalu. Lelaki yang ia temani sejak dua minggu lalu ini sedikit lebih pucat. Sepertinya ia kurang tidur dan banyak pikiran.

Ia tak lagi memikirkan hal itu, ia hanya menikmati hal yang dilakukan oleh lelaki itu. Saat ia akan memejamkan mata sebuah dering ponsel terdengar. Dering itu bukan miliknya. Kalau begitu..

“Siapa? Kenapa tidak kau angkat?” Tanyanya heran dengan ponsel yang dibiarkan berbunyi. Dari yang ia baca sekilas, sebuah deretan angka tanpa nama. Siapa yang menelpon?

Lelaki itu hanya menggeleng kecil. Ia menyenderkan tubuhnya pada sandaran sofa.

“Kim Taeyeon?”

“Mungkin.. Biarkan saja.”

Dan yang terjadi setelahnya lelaki itu memejamkan mata. Ia tak peduli dengan dering ponsel yang terus mengganggu. Tak ada niatan untuk mengangkatnya barang sedetikpun. Buat apa mengangkatnya jika pada akhirnya hal itu akan malah menambah pesakitan pihak sana?

Ia hanya ingin sebuah ketenangan. Tanpa tahu apa sebenarnya yang dimaksud dengan ketenangan itu..

∞∞∞

Datangnya pagi ini terasa sedikit berbeda. Angin berhembus lirih merangsek masuk melalui celah jendela yang tak tertutup sempurna. Tiarai itu berterbangan seiring dengan terpaan lirih angin yang berhembus. Sedikit cahaya ikut masuk dan menyapa dua sosok yang masih terlelap.

Walaupun dering jam weker telah berbunyi beberapa menit yang lalu, nyatanya tak mampu membangunkan sosok-sosok itu. Beruntung hari ini adalah hari minggu, tak masalah jika sosok itu masih ingin meneruskan tidur lelapnya.

Mungkin menangis semalaman menyebabkan rasa lelah yang menguasai dirinya. Siapa lagi kalau bukan Taeyeon? Sekedar membuka mata rasanya sangat berat. Jika ia bisa memilih, lebih baik ia tak akan membuka mata itu selamanya. Tapi.. Pikirannya masih sama, bagaimana dengan Mingyu?

“Ibu...” Ah, si kecil lebih dulu membuka matanya setelah beberapa waktu berjalan.

Taeyeon mengucek pelan kelopak matanya dan membukanya kemudian. Senyum manis ia tampilkan pertama kali kala melihat wajah tampan si buah hati.

“Ibu... Mingyu lapar..”

“Kau lapar? Baiklah... Ibu akan memasakkanmu sarapan.. Ayo sini.” Segera Taeyeon bangkit dari tidurnya dan menggandeng Mingyu keluar kamar.

Pertama kali kakinya melangkah ke luar kamar ia hanya bisa mendesah pelan. Dadanya masih terasa sakit melihat keadaan rumah yang sama seperti sebelumnya. Tanpa ada Sunggyu..

Tak mau terlalu sedih lagi, Taeyeon mengajak Mingyu duduk di depan meja makan. Taeyeon menyodorkan air putih pada si kecil. Setelah itu ia memulai kegiatan memasaknya.

“Ibu...”

Taeyeon yang tengah mengiris sayuran menoleh pada Mingyu.

“Kapan ayah pulang? Kenapa masih belum pulang juga?”

Wanita muda itu tersentak dan nyaris menjatuhkan pisaunya. Sebuah tanya yang biasa ia dengar namun tak sanggup membuatnya terbiasa dengan rasa sakit. Pertanyaan itu.. Kenapa masih muncul dari mulut mungil Mingyu?

Sunggyu... Aku mohon!! Pulanglah....

.

.

.

TBC


Mind to comment? Sorry for weird story..

But its okay for asking some commenrs right?

Please drop your comment.. ^^,

Thanks a lot~

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Adeeee #1
Chapter 8: Kakaaaakk, hello. Salam kenal. Penasaran banget sama kelanjutannya. Aku dari awal baca nggak tegaan sama Taeyeon. Sunggyu-nya juga jahat sih, huhu. Tapi jangan pisahin Mingyu dong Kak, dari Sunggyu (Taeyeon juga, kalo bisa balikan lagi). Sakitnya Mingyu dibikin agak parahan aja, plus rindu bapaknya. Jadi dia lagi sakit (dengan mata merem setengah tidur) tapi manggil2 "ayah, ayah, ayah, ayah" gitu. Ngerengek terus. Terus si Sunggyu mimpi buruk tentang Mingyu. Biar agak tobatan sikit itu si sipit. Terus ke Jepang deh dia-nya, jengukin Mingyu.

Oke. Ini udahlah request, panjang pula. Maaf kali ya Kak. Hahhaha. Terserah Kakak sih. Itu cuma ekspektasi aku. Nggak rela kalo si Taeyeon sama Sungyeol, hehe.
Anashim #2
Chapter 8: sebenernya ini cerita bagus, dulu wkt blm pny akun selalu cek apa udh update..
tp trahir baca sampe skrg, baru 1 chapter update pdhl udh lama bgt, trahir update okt.
amaharanin #3
Chapter 7: Bentar yah aku intermeso dulu. Aku sebagai readers disini liat viewers sama komen ff tuh gak pernah sinkron. Viewers nya banyak tapi yg komen itu2 aja :'( :'( author tetep semangat yah. Aku yg liat aja sedih gimana author, bikin karya kan susah apa salahnya sih kalian2 yg baca kasih aplause buat authorny. Komen doang gak minta pulsa, maafin tapi aku ngerasa sedih. Semangat authorrr :D :D
Feel ceritanya sedikit beda dari part awal, gak tau dimana kurang atau gimananya tapi aku ngerasa beda. Sepertinya author lagi kena writeblock yah? Beda aja fellnya, kalo pun author sibuk jangan di paksain
Andai aku berasa gutuin bgt hari ini, maafinnnn. :D samangat terussss authorrrr
amaharanin #4
Chapter 6: Sepertinya udh gaya penulisan author, ttep bagus kok biar rada lambat juga pas awal2. Tapi pas abis ketemu Tiffany di bar itu alur ya jadi bagus. Juara lah!
Ini aku bacanya sambil nnton standup comedy jadi gak fokus antara mau ketawa dan nyesek maksimal. Hihihi abisan nyesek , bagus bgt authorrrr . Aku nungguin terus lah update an nya. Juara lah!
Dan seneng aja si mbak e udh strong , gitu atuh jangan mau kalah molo. Si abang juga kena karma kan ? Wkwk aku bahagia sekali sumpah, puas gitu
Makasihbb authorr
NadiaExoGangerKim
#5
Chapter 6: Karma for you sunggyu!

Seneng banget karena akhirnya karakter taeyeon yang suka ngalah berubah menjadi melawan. Jadi gak terlalu tersiksa :3

ada apa denganmu, gyu? Kenapa kau jadi seperti itu di hadapan taeyeon? Mulai merasa kasihan? Mulai sadar kalau selama ini kamu kejam? -_-

untuk alur, jangan dipaksa dipercepat thor, kerjain aja sesuai keinginan author. Mau lambat atau cepet, yang penting updatenya jangan lama dan ditunggu saat2 dimana sunggyu menderita haha *ketawaevil

next chap ditunggu ya thor, keep writing. Fighting..
({}) xoxo :-*
pororiahajima #6
Chapter 6: lanjuuuuuut
amaharanin #7
Chapter 5: Masih masalah sama alur sih dari chapter selanjutnya , masih lambat :D feelnya masih juara gak sanggup !
Mbok nya si cewenya jangan di bikin lemah bgt thor , kesel sumpah hargat martabat mbaaa elah . Nyesel da pasti itu
NadiaExoGangerKim
#8
Chapter 5: Feelnya gak hilang, masih ada kok. Ini aku bahkan nangis lagi baca chapter 5nya :-(

kesel ih sama sunggyu! Baru aja cerai udah mau nikah lagi sama cewe lain :3

mingyu-nya kasihan :-(

taeyeon sama mingyu mau ke jepang? Lah, makin penasaran sama next chapnya. Update soon ya <3
irfa_as #9
chapter 4: wah ceritanya bikin orang jadi nangis aja,,,
jadi tambah penasaran dengan lanjutannya,,
amaharanin #10
Chapter 4: Sumpah kerasa bener loh nyeseknya . Tapi kenapa yah kalo kata aku alurnya terlalu lambat , apa emang aku nya aja yg gak sabaran . Bacanya tuh yah sambil nyesek sambil deg deg an juga kalo liat tulisan TBC T.T author kenapa ? Kenapa nyesek bgt ceritanya , feelny juara sumpah . Tapi alurnya di percepat yah dikit :) menurut aku sih heheehe