02.

One More Chance.

One More Chance

Chapter 02.

.

Ketika mentari beranjak terbenam dan suara lolongan anjing yang tak tahu mengapa terdengar parau memilukan, Taeyeon duduk manis dengan wajah menengadah menantang silauan cahaya senja yang seolah sanggup menghapus kepedihan di dada. Ia menyukai saat seperti ini. Kehangatan senja menyebar ke permukaan kulit wajahnya. Sedikit atau bahkan sepenuhnya memberikan ketenangan di jiwa.

Saat itu Mingyu tengah bersama dengan Riwoo. Yuri telah menjemput si kecil sejak beberapa jam sebelumnya. Taeyeon tak mempermasalahkannya, membiarkan si kecil bersama dengan temannya. Ini salah satu cara agar Mingyu tak selalu teringat dengan ayahnya yang sampai saat ini masih belum memperlihatkan batang hidungnya. Ah, mengingat itu Taeyeon menjadi sedih lagi. Dadanya menyesak seketika. Tanpa ada aba-aba, sebuah ingatan berputar pelan di benaknya. Mengundang pelupuk mata itu agar tergenang dengan butiran air.

Ia masih muda, usia dua puluh lima tahun masih ia anggap dalam kategori muda. Saat itu Taeyeon tak menjalin hubungan dengan siapapun. Kesibukannya di karir membuatnya enggan menjamah sosok lelaki yang bahkan mendekatinya sekalipun. Hal yang membuat orangtua merasa sedikit khawatir jika sang anak hanya terpaku pada pekerjaannya saja. Sehingga hal itu menyebabkan keputusan ayah Taeyeon untuk menjadikan nyata perjanjian yang pernah terbuat beberapa tahun silam. Saat Taeyeon masih mengenyam pendidikan di sekolah dasar.

Adalah perjodohannya dengan bocah dari keluarga kaya yang merupakan teman dekat sang ayah. Kim Sunggyu, putra dari Kim Jonghyun itu menjadi pilihan Kim Jaejong. Mereka tahu bahwa usia kedua anaknya memang masih belia, namun tak salah bukan membuat perjanjian perjodohan. Dan hal itu menjadi kenyataan lima belas tahun kemudian. Dimana Taeyeon dan Sunggyu sama-sama berusia dua puluh lima tahun.

“Kau tidak menolak perjodohan ini?” Tanya Sunggyu dengan nada sedikit tidak suka.

Taeyeon mengernyit heran. Ia bingung antara iya atau tidak. Namun bibirnya sanggup mengeluarkan kata.

“Aku mengikuti apa yang diinginkan kedua orantuaku.. Aku yakin bahagia atas pilihan itu.”

Sunggyu tertawa remeh. Ia bangkit dari kursi di depan Taeyeong. Sedikit melirik Taeyeon sebelum ia memasukkan ponselny. Sepertinya ia hendak pergi.

“Kau yakin sekali dengan hal itu Nona Taeyeon?”

“Ada yang salah?” Tanya Taeyeon. “Aku hanya mempercayai apa yang aku yakini.”

“Sayangnya aku tidak yakin itu terjadi.”

Ucapan itu menjadi akhir dimana pertemuan kedua mereka. Di saat orangtua mulai memaksa mereka untuk saling mengenal satu sama lain sebelum pernikahan yang akan terjadi dua minggu setelahnya.

Seharusnya Taeyeon sadar sejak awal. Bahwa lelaki yang sempat ia puja di awal itu memang tak memiliki niat untuk melakukan pernikahan ini. Tapi kenapa ia seakan buta? Ah, Taeyeon hanya memikirkan bahwa apa yang menjadi pilihan kedua orangtuanya adalah yang terbaik. Tanpa berpikir lagi bagaimana dengan kisahnya nanti.

Tangannya mengatup seiring dengan senja yang mulai menghilang. Desah pelan menguar dari bibir mungilnya. Setetes air ia rasa jatuh mengenai tangkupan tangannya.

“Aku ingin benar-benar kita bercerai.”

Taeyeon tak ingat berapa kali ia mendengar kalimat itu dari bibir Sunggyu. Kalimat yang tak pernah lepas dari sosok Sunggyu setiap hari dan kalimat yang berhasil mengoyak ketabahan hatinya.

Kalimat itu bak magnet yang mampu membuat dengung perih menyambangi relung hati Taeyeon.

“Kenapa? Bagaimana dengan Mingyu? Dia masih kecil. Dia butuh sosok seorang ayah.”

Dan kalimat itu selalu saja menjadi jawaban atas permintaan yang diajukan oleh Sunggyu. Alasan kenapa Taeyeon menolak Sunggyu menceraikannya.

Adu mulut tentang keinginan Sunggyu untuk bercerai bukan kali pertama terjadi. Nyaris setiap minggu bahkan setiap hari selalu Sunggyu ungkapkan semenjak dua tahun belakangan ini. Taeyeon tak tahu pasti alasan apa yang mendasari keinginannya untuk bercerai. Apakah karena penolakan selama ini yang ialakukan? Atau karena kehadirannya yang tak pernah ia inginkan? Atau karena ada wanita lain hingga Sunggyu meminta cerai berulang kali sejak dua tahun yang lalu?

“Kau bisa mencari orang lain untuk menjadi ayahnya..” Sunggyu mendekati Taeyeon yang masih berdiri terpaku di dekat pintu. “Atau...” Ia memicingkan kedua mata sipitnya. “Kau mulai mencintaiku?”

Blamm...

Bagaikan dihantam sebuah batu karang yang tajam. Hati Taeyeon berdenyut nyeri. Cukup dengan perkatakan kurang ajar dan asal yang ia berikan. Taeyeon tak kuasa lagi menahan sesak yang mendera. Air mata itu menghujam turun dari kedua sudut mata kecilnya. Kenapa lelaki yang telah hidup dengannya sejak lima tahun yang lalu itu begitu bangga mengatakan hal kurang ajar itu? Dan kenapa ia menampilkan ekspresi benci ketika menanyakan pertanyaan kedua? Kenapa? Kenapa lelaki ini begitu senang menyiksa hati Taeyeon?

“Sunggyu cukup!! Aku tidak mau bertengkar seperti ini!!” Taeyeon tak kuasa menahan segala yang ada di dalam hati. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya. Membiarakan lelehan semakin menghina dari mata indahnya.

Sunggyu menghela nafas frustasi. Ujung dari pertengkaran akan berakhir dengan tangisan dari wanita itu. Ia tak begitu menyukai melihat sosok itu menangis dengan bangganya. Sunggyu berdecih pelan. Ia menjauh dari tubuh Taeyeon yang mulai merosot turun.

“Selalu saja seperti ini. Baiklah!!” Ucap Sunggyu datar lalu meninggalkan Taeyeon sendiri dengan air mata yang enggan menjauh.

Dari balik tangisan itu, ia bisa mendengar derap langkah Sunggyu yang mulai menghilang dan tubuh Sunggyu yang tak lagi tertangkap kristal kelamnya. Kejam. Suaminya benar-benar kejam. Ia begitu tega meninggalkan Taeyeon dengan keadaan seperti ini. Bukankah seharusnya ia menenangkannya? Kenapa malah meninggalkannya?

Yang Taeyeon tahu, pertengkaran hari itu adalah pertengkaran terakhir ia dengan Sunggyu. Taeyeon tak menyangka jika kata baiklah yang sempat terekam indera pendengarannya itu akan menjadi awal kerunyaman dari dalam hidupnya. Setelah pertengkaran itu Sunggyu tak lagi menampakkan dirinya di dalam rumah. Hal itu malah membuatnya semakin tersiksa karena sosok yang ia cintai begitu kehilangan Sunggyu. Siapa lagi kalau bukan Kim Mingyu.

Lebih baik ia bertengkar setiap hari dengan Sunggyu daripada harus melihat garis kecewa penuh rasa kehilangan yang muncul dari pahatan wajah Mingyu. Ia tak akan tega melihat tangisan, rengekan dan rajukan Mingyu atas perginya Sunggyu. Dan ia akan merasa sangat pedih ketika harus melontarkan pernyataan bohong bahwa Sunggyu akan pulang yang nyatanya hal itu malah memberikan harapan palsu bagi Mingyu jika Sunggyu memang tak berniat akan kembali.

Hari telah menjelang malam. Ingatan yang semena-mena terbuka kembali menyisakkan perih dan tangis yang tak kunjung henti. Taeyeon menatap sejenak bulan yang menggantung. Ada bait do’a yang ia panjatkan. Berharap semoga masalah yang tengah ia hadapi akan selesai dan berakhir bahagia. Ia tak ingin terus tersiksa dan ia tak ingin terus membohongi si kecil.

Tuhan... Taeyeon hanya ingin semuanya berakhir Tuhan...

.

.

.

.

.

Dengan langkah sedikit tergesa, lelaki bermata sipit itu keluar dari apartemen. Ada yang perlu ia kerjakan terkait dengan perusahaan yang lama ia tinggal. Lebih dari sekedar dua minggu ia meninggalkan apa yang ada di Korea. Selama ini ia memilih tinggal jauh dari perusahaan bahkan keluarga.

Nagoya Jepang, menjadi pilihan Kim Sunggyu berdiam diri untuk sementara waktu. Sementara waktu? Entahlah, yang pasti sampai ia menemukan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Berada jauh dari negara asal memang merepotkan. Untungnya ia tak sendiri. Bersama dengan temannya Sunggyu menempati salah satu apartemen yang ia sewa sementara. Ia masih belum ada keinginan untuk kembali ke rumah. Sejak keputusannya meninggalkan rumah, Sunggyu memilih tak memikirkan dulu apa yang ada di keluarganya. Walaupun ia terkesan kejam dan tak bertanggung jawab, ia tak peduli. Asal urusan perusahaan masih ia handle dengan baik.

Hatinya masih belum terketuk atas sikap Taeyeon selama ini.

Masih dengan langkah yang cepat menyusuri lorong apartemen. Pertemuan yang diatur untuk membahas masalah perusahaan mau tak mau membuatnya keluar dari apartemen. Ia memang betah berada di apartemen untuk waktu yang lama sekalipun.

“Ayaahh...”

Sunggyu berhenti. Panggilan itu begitu dekat dengan telinganya. Ia mengernyit heran. Kenapa ia meghentikan langkahnya tiba-tiba? Tidak mungkin kan itu adalah Mingyu? Anak yang mungkin tak ia harapkan.

“Ayaah..”

Suara itu semakin mendekat. Memberikan efek aneh dalam dada Sunggyu. Sungguh ada yang aneh ketika panggilan itu mengena di telinganya. Rasanya ada sesuatu yang...

..apa ia merindukan Mingyu? Ah tidak!!

Sunggyu menggeleng kecil. Mungkin ia hanya terlalu lelah.

“Ayah..”

Reflek Sunggyu menoleh pada sumber suara. Ia menghela nafas berat. Bocah cilik dengan wajah tampan itu bukan anaknya. Ia mengernyit aneh ketika bocah itu berjalan mendekat dan mendekat. Sunggyu mengikuti gerak tubuh anak itu. Ah, rupanya sang ayah ada di dekat Sunggyu. Pantas jika si anak itu memanggil.

Dan memang ada yang aneh.. Tapi..

Sunggyu menggendikkan bahunya lalu berjalan melewati dua sosok yang sempat membuatnya harus menghentikan langkah. Ia melirik sejenak pada pertemuan ayah dan anak itu. Rasanya memang sedikit menggelitik ulu hati. Melihat mereka membuat Sunggyu sedikit mengerutkan kening berpikir.

Apa?

Atau ini akibat dari seringnya ia membaca pesan bahwa Mingyu merindukannya? Entahlah.. Siapa Mingyu? Walaupun Mingyu adalah darah dagingnya, namun kehadiran Mingyu tidak begitu Sunggyu inginkan. Semuanya bukan kehendak Sunggyu.

Tak butuh waktu lama Sunggyu telah berada di kafe tempat pertemuannya. Sosok tampan dengan rahang tegas tengah menunggunya di sana. Sunggyu tersenyum miring sebelum mendekat padanya. Lekas ia duduk di depan sosok itu lalu mengulurkan tangan sebagai tanda ucapan salam sebelum berbincang-bincang.

“Lama menunggu?” Sosok itu menggeleng dengan tangan melepaskan kaca mata cepat. Ia tersenyum mempersilahkan Sunggyu memilih minuman apa yang akan ia pesan. “Aku tidak makan.. Aku akan memesan kopi saja.”

Sosok itu mengangguk. “Kau tidak kembali ke Korea? Perusahaan benar-benar membutuhkanmu.” Tanyanya to the point.

“Hei!! Aku baru datang kemari. Kenapa kau menanyakan hal itu langsung?” Sunggyu melambai pada pelayan agar membawakan apa yang ia inginkan. “Aku masih betah disini. Berikan aku satu cangkir kopi espreso.” Ucapnya pada pelayan kemudian.

Pelayan itu mengangguk dan mencatat apa pesanan Sunggyu. Sementara sosok lainnya hanya menatap penuh tanya pada Sunggyu.

“Kau tidak merindukan Taeyeon? Mingyu?”

Decak pelan terdengar menghina sebelum Sunggyu menyenderkan tubuhnya pada kursi. “Rindu? Kenapa aku harus merindukan mereka?”

“Oh hey!! Kim Sunggyu! Mereka keluargamu!! Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?”

Sunggyu menegakkan tubuhnya seketika. Kedua alisnya menaut seiring dengan kerutan yang terjadi di keningnya. “Nam Woohyun, kedatanganmu apakah ingin menceramahiku? Kau bilang kau ingin membahas masalah perusahaan bukan? Bukan masalah rumah tanggaku?”

Sosok bernama Woohyun itu tertawa sekilas. “Oh maaf!! Aku hanya merasa kasihan dengan keluargamu. Baiklah.. Ini ada masalah dengan investor dari Tiongkok. Mereka ingin saham perusahaan kita naik, minimal duapuluh persen. Kalau tidak, ia akan menjual semua sahamnya. Dan kau harus melunasi obligasi yang dipinjamkannya.”

“Kau bilang apa? Investor dari Tiongkok? Wu Yifan?”

“Hmm..” Woohyun menyesap kopi miliknya sejenak. “Dia tidak mau keuntungan dari saham perusahaanmu terus merosot turun. Kau tahu apa penyebab sahammu merosot turun?”

Sunggyu memasang ekspresi tak mengerti. Selama ini ia memang jarang memperhatikan pergerakan saham perusahaan. Yang ia tau hanya operasional perusahaan. Selama tak ada masalah berarti ia tak begitu turun tangan. Masih ada beberapa bawahan yang sanggup dipercaya.

“Berita tentang keluargamu..”

“Keluargaku?”

Woohyun mengangguk cepat. “Ada kabar yang mengatakan kau menelantarkan keluargamu sendiri sehingga membuat publik sedikit tidak percaya dengan perusahaanmu.”

Sunggyu terhenyak kaget. Apa hubungannya keluarga dengan perusahaan? Lalu siapa yang menelantarkan keluarga? Ia hanya meninggalkan sementara saja.

“Kau tahu bukan? Korea punya solidaritas yang tinggi dan kau telah membuat sakit siapapun yang prihatin dengan kabar itu. Mengerikan bukan? Sekedar kamar miring bisa memperngaruhi saham. Andai saja kau bukan direktur pasti tidak akan seperti ini.”

Sunggyu mendesah pelan. Ia baru menyadarinya. Sebagai seorang pimpinan, ia memang seharusnya menjadi panutan. Tidak seperti ini. Pantas jika saham itu turun. Dan bodohnya ia baru mengetahuinya. Ada apa denganmu Sunggyu?

“Sebenarnya aku ingin mengatakan lewat telepon saja.. Tapi kurasa itu tidak bisa membuatmu memikirkannya. Kembalilah ke Korea.. Bersihkan namamu demi perusahaan.. Sebulan waktu yang lama kau meninggalkan keluargamu.. Apa kau tidak merasa kasihan kepadanya?”

Lelaki dengan mata segaris itu diam tak bergeming. Ingin menanggapi tapi ia tak tahu pasti membuat alasan seperti apa. Ia hanya memperhatikan wajah Woohyun yang tampak serius dengan ucapannya. Kembali ke Korea dan bertemu dengan sosok yang tak ingin ia temui. Rasanya itu hanya lelucon yang menggelitik hati. Tapi kalau ia tetap berada disini dengan keadaan perusahaan yang semakin memprihatinkan, bagaimana reputasinya sebagai direktur muda?

Woohyun tersenyum melihat wajah bimbang Sunggyu. Ia yakin bahwa Sunggyu pasti akan mempertimbangkan hal ini. Lantas ia bangkit dan menepuk ringan pundak Sunggyu.

“Pikirkan!! Aku ingin keputusan terbaik dari direktur.. Maaf aku harus pergi dulu, ada janji lain yang harus aku penuhi..” Tukasnya. Beberapa detik kemudian Woohyun melangkah pergi dari sana.

Sunggyu masih terdiam tak bergeming. Ada yang aneh dengan Woohyun. Kenapa ia repot-repot memberitahukan informasi ini dengan jauh-jauh datang ke Jepang? Namun yang membuat Sunggyu bingung bukan main adalah bagaimana caranya membuat saham kembali naik tanpa harus ia kembali ke Korea. Ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan keluarganya itu. Dirinya masih merasa tenang berada di sini.

Tubuh Woohyun telah menghilang pergi jauh entah akan kemana lagi. Sunggyu tak peduli. Ia tak bergerak sedikitpun dari sana. Pupil kecilnya memperhatikan jalanan yang cukup ramai. Puluhan kendaraan yang berlalu lalang membuatnya sedikit merasa gelisah. Entah apa tiba-tiba Sunggyu sulit menghembuskan nafas tenang. Lantas ia bangkit dan memilih pergi dari sana.

Sesaat kaki itu akan melangkah keluar, dering ponsel lebih dulu membuatnya terhenti.

Satu pesan dari Kim Taeyeon.

Sunggyu-ya.. Kapan kau pulang?

Aku mohon, balas pesanku kali ini saja...

Mingyu benar-benar ingin bertemu denganmu...

Pulanglah ke rumah..

Aku mohon..

 

Dan Sunggyu terpaku pada layar ponselnya.

.

.

.

.

.

“Taeyeonie.. Mingyu baik-baik disini.. Kenapa harus kau jemput?”

Yuri duduk menyodorkan minuman kepada Taeyeon yang baru saja datang. Ibu muda itu ingin menjemput sang buah hati yang semalaman berada di rumah Yuri.

Taeyeon menerima minuman itu dengan senyum mengulas cantik. Sejenak ia menyesap minuman itu lalu bersuara.

“Aku merindukan Mingyu. Rasanya rumah sepi tidak ada Mingyu.”

“Kau benar.. Tanpa anak kita rasanya akan sangat berbeda. Tapi sungguh, Mingyu baik-baik saja disini.” Wanita muda dengan surai panjang lebat itu melirik sebentar dua bocah yang tengah main dengan riangnya. “Bahkan dia tidak mencari ayahnya seperti yang selama ini kau katakan.”

Bola mata Taeyeon membesar seketika. Kata-kata Yuri jelas membuatnya terkejut. Bagaimana mungkin Mingyu tidak mencari ayahnya saat berada di rumah Yuri? Biasanya setiap pagi dan malam si kecil itu akan menanyakan sosok Sunggyu. Tapi nyatanya memang seperti itu. Mingyu tak mencari Sunggyu. Atau Yuri hanya berbohong?

Merasa mendapatkan tatapan seperti itu Yuri menarik kedua sudut bibirnya. “Aku tidak berbohong Tae.. Dia benar-benar tenang dan tidak mencari Sunggyu sama sekali. Seharian dia bermain dengan Riwoo dan Dongwoo. Kebetulan suamiku sedang libur bekerja.”

“Apa karena ada sosok Dongwoo Mingyu jadi tidak memikirkan Sunggyu?” Tanya Taeyeon yang masih diliputi rasa penarasan.

“Mungkin.. Ku pikir Mingyu kesepian di rumah hingga dia sering mencari ayahnya.”

Taeyeon mengusap gelisah cangkir yang ia pegang. Serangkaian kata dari Yuri bermain-main di otaknya. Rasa sakit itu kembali datang menyerangnya. Sampai saat ini Taeyeon tak mendapatkan satu pun pesan balik dari Sunggyu. Kemana sebenarnya suaminya itu? Apakah ia tidak menyadari dua orang tersakiti disini?

Setelahnya tak ada lagi bahasan tentang Mingyu yang kesepian tanpa sosok Sunggyu. Yuri telah memilih untuk melayani buah hatinya yang merasa kelaparan. Begitu juga dengan Mingyu, si kecil itu merengek pada Yuri untuk diberikan makan seperti Riwoo. Taeyeon memperhatikan gerak riang si kecil saat bersama dengan Riwoo. Anak kecil itu merasa senang dan bahagia. Jauh berbeda saat di rumah. Memang benar apa yang dikatakan oleh Yuri kalau Mingyu butuh seorang teman lagi dan itu bukan dirinya.

Ada yang aneh. Sungguh, Taeyeon baru menyadarinya saat ini. Bukankah sebelumnya Sunggyu tak begitu dekat dengan buah hatinya? Lalu kenapa Mingyu begitu menggilainya? Kenapa? Ia tak ingat kapan terakhir kali Sunggyu bermain dengan Mingyu. Bahkan jika ia mengorek lebih dalam memorinya, ia sepertinya tak akan menemukan hal itu. Lantas apa yang membuat Mingyu sungguh kehilangan dan ingin sekali bertemu dengan Sunggyu?

“Kau tahu tentang masalah yang ada di perusahaan?” Taeyeon memutar tubuhnya menghadap sosok yang baru saja duduk di sebelahnya. Tatapan bingung diberikan Taeyeon sebagai jawabannya.

Sosok itu adalah Jang Dongwoo suami Yuri yang kebetulan sedang berada di rumah.

“Aku bekerja untuk perusahaan Kak Sunggyu. Dan aku mendengar bahwa saham di perusahaan Kak Sunggyu sedang merosot. Penyebabnya adalah masalah rumah tangga kalian.” Jelasnya kemudian.

Taeyeon terkesiap. Ia terkejut dengan apa yang baru saja didengar. Masalah rumah tangganya membuat saham merosot? Bagaimana bisa?

“Kenapa bisa begitu?” Tanyanya bingung.

Dongwoo mengangkat bahunya cepat lalu menghembuskan nafas. “Aku juga tidak tahu.. Sepertinya ada yang tidak menyukai Kak Sunggyu hingga menyebarkan masalah ini. Yahh, kita tahu kan di Korea memang seperti itu.. Terkadang masalah rumah tangga bisa membuat perusahaan ikut-ikutan bangkrut.”

“Tapi... Kenapa harus membawa rumah tangga kami?”

“Kak Sunggyu adalah direktur muda.. Wajar bukan kalau hal itu menjadi perbincangan publik? Apalagi dengan sikapnya yang tidak bertanggung jawab seperti ini.” Terang Dongwoo.

Taeyeon mencelos perih. Separah inikah masalah mereka di mata orang lain? Kenapa sampai sejauh itu pengaruhnya? Dan lagi, apakah semua orang tahu tentang masalah yang saat ini tengah ia hadapi? Apa semua orang tahu kalau Sunggyu sering meminta cerai bahkan Sunggyu tak mau hidup dengannya? Apa semua orang tahu kalau Sunggyu selalu bersikap dingin kepadanya? Apa semua orang tahu?

“Apa mereka?”

“Mereka hanya berspekulasi dari apa yang mereka lihat. Kak Sunggyu meninggalkan rumah bahkan perusahaan tanpa alasan yang jelas. Tentu saja hal ini membuat beberapa orang berpikiran negatif. Dan aku tidak tahu dari mana asalnya hingga berita tentang keretakan rumah tangga kalian menjadi konsumsi publik.” Dongwoo menerawang sejenak. “Andai saja Kak Sunggyu bukan direktur, pasti masalah kalian tidak akan menjadi suatu hal yang diperbincangkan orang banyak.”

Tak ada yang bisa dikatakan lagi oleh Taeyeon. Ia cukup pedih mendengar penuturan Dongwoo. Kenapa hidupnya jadi seperti ini? Semakin lama semakin runyam saja. Kenapa Sunggyu tak muncul juga untuk membersihkan masalah ini? Seolah Sunggyu tak peduli dengan keadaan mereka lagi. Taeyeon tak tahu harus bagaimana lagi. Masalah ini memang sebagian besar keluarga dan teman-temannya tahu, tapi kalau publik mengetahuinya? Bagaimana dengannya dan Mingyu?

Cukup lama berada di rumah Yuri membuat pikiran Taeyeon melayang kemana-mana. Desir gelisah yang menggoda di dalam hati membuatnya benar-benar tak mampu duduk tenang. Bibirnya bergerak-gerak cemas dengan pandangan yang terkadang mulai menyayu. Jika saja ia tak sedang di rumah Yuri, mungkin air mata akan turun seketika. Berita yang baru saja ia dengar sungguh membuat dirinya berada dalam kebingungan yang luar biasa.

Cukup dengan masalah Mingyu yang selalu mencari ayahnya. Dan ini apa? Masalah rumah tangga yang menjadi santapan publik?

.

.

.

.

.

Malam ini Taeyeon tak lagi sendiri. Si kecil telah kembali ke pangkuannya. Dengan sayang, ia menina bobokan Mingyu. Si kecil masih belum memejamkan matanya. Ah, pantas jika belum tertidur. Ini masih pukul delapan malam. Masih cukup sore.

“Mingyu-ya.. Bagaimana jalan-jalan dengan Riwoo? Apa menyenangkan?” Tanya Taeyeon mengajak anaknya berkomunikasi.

Mingyu mengangguk semangat dalam baringnya. Ia menatap Taeyeon dengan wajah riang. “Paman Dongwoo baik sekali.. Mingyu dan Riwoo diajak bermain-main dengan air.” Sahutnya senang.

“Kau menyukainya yaa? Bagaimana kalau nanti Mingyu bermain dengan ibu?”

“Ibu..” Alih-alih menjawab tawaran sang ibu, Mingyu malah menunjukkan wajah penuh harap. “Ibu..” Panggilnya sekali lagi.

Tatapan Taeyeon melunak, ia mengusap pipi Mingyu dengan lembut.

“Ada apa sayang?”

Mingyu menurunkan pandangannya. “Mingyu ingin bermain air bersama ayah.. Kapan kita bisa bermain bersama bu?” Tanyanya lirih. Ada pengharapan yang sangat dalam di balik kalimat tanya itu.

Sekali lagi dada Taeyeon berdenyut nyeri sekali. Kenapa anaknya kembali menanyakan hal ini?

“Mingyu ingin bermain bersama ayah, ibu..”

Tuhan Taeyeon benar-benar tak kuasa. Ia tak menyalahkan keinginan sang anak. Ini adalah hal wajar. Selama ini Mingyu memang belum pernah merasakan jalan-jalan bersama dengan Sunggyu. Apalagi bertamasya bersama. Itu bagaikan sebuah mimpi yang jika nyata akan membuat Taeyeon bahagia. Mengingat Sunggyu tak terlalu menyukai kehadiran Mingyu di tengah-tengah mereka.

Taeyeon mengecup kening Mingyu dengan menahan air mata yang berada di pelupuk mata.

“Nanti saat ayah pulang yaa..”

Dan kalimat penuh kebohongan harus Taeyeon ucapkan demi menenangkan hati sang anak.

“Sekarang Mingyu tidur dulu.. Pasti ayah akan pulang dan mengajak Mingyu bermain.” Ucapnya seraya mengusap lembut pipi Mingyu.

Si kecil hanya mengangguk dengan menggeliat kecil. Ia mengecup pipi Taeyeon sebelum beranjak tidur. Tak ada lagi rengekan dari si kecil sedikit memberikan ketenangan bagi Taeyeon. Setidaknya ia tidak harus berbohong lebih dan menyebabkan sakit yang teramat.

Tangannya sibuk menenangkan si kecil agar cepat memasuki dunia mimpi. Beberapa detik berjalan, deru nafas teratur terdengar menggantikan kesunyian malam. Mingyu telah lelap masuk dalam dunia mimpinya. Sedangkan Taeyeon mulai memposisikan tidur di sebelah Mingyu. Satu kecupan menyertai tidur tenang Mingyu sebelum Taeyeon juga memejamkan kelopak lelahnya.

Sementara itu...

Sunggyu tak pernah merasa begitu berat seperti ini. Pikirannya sejak kedatangan Woohyun di Jepang adalah masalah saham yang berangsur turun nilainya. Ia tak tahu jika tindakan yang ia lakukan akan berdampak pada saham di perusahaan. Sempat ia menyesali jabatan Direktur yang disematkan dalam dirinya. Jabatan itu ternyata membuatnya tak sanggup bersikap leluasa. Ada banyak pasang mata yang memperhatikannya. Apalagi para musuh perusahaan.

Helaan nafasnya terdengar frustasi. Berulang kali ia mengacak suarainya bingung. Mau bagaimana lagi ia bersikap? Kembali ke keluarga yang tak ia harapkan? Tidak-tidak.. Lalu? Tetap berada disini dan keadaan perusahaan semakin buruk? Itu jelas tidak mungkin! Sunggyu cukup berbaik hati memikirkan banyak karyawan yang ada di perushaannya.

“Masih sibuk dengan kebimbanganmu Sunggyu?” Wanita muda dengan pakaian sedikit terbuka duduk tanpa ijin di dekat Sunggyu.

Sunggyu melengos pelan sebelum menggeser duduknya. “Mau aku menemanimu?” Bukannya menjawab, Sunggyu malah melontarkan tanya yang membuat si wanita tertawa.

“Kau lucu sekali. Ada Hyunseung kenapa aku memintamu menemaniku?”

“Ah, kau punya kekasih disini.. Aku sampi lupa saking seringnya kau masuk ke apartemenku.

Wanita bernama Hyuna itu tersenyum miring. Ia memperhatikan wajah kusut Sunggyu lalu menepuk paha Sunggyu ringan.

“Pulang saja ke Korea kalau kau bingung seperti itu. Selesaikan masalahmu baik-baik. Lagipula Taeyeon pasti akan menerima maafmu.”

Kedua alis Sunggyu menaut dengan ekspresi tak suka tampak jelas. “Minta maaf? Siapa yang akan minta maaf padanya?” Sanggahnya dingin.

Hyuna tertawa. “Kau tampak lucu Sunggyu-ya.. Kalau kau tidak meminta maaf pada istrimu lalu bagaimana kau membuat publik percaya kembali padamu?”

“Bercerai.”

“Cerai?”

“Iya.. Kali ini aku harus bisa bercerai dengan Taeyeon. Aku akan mengatakan kepada publik kalau kami sudah tidak bisa bersama lagi. Dan ku pikir publik akan menerimanya. Lebih baik kami berpisah daripada aku meninggalkannya sepihak seperti ini.”

Untaian kata dari Sunggyu membuat Hyuna terdiam. Sejenak ia membiarkan lelaki bermata segaris itu mengungkapkan apa yang ingin ia perbuat. Apapun keputusan ada di tangan Sunggyu dan mungkin memang itu yang saat ini ingin Sunggyu lakukan.

Sunggyu mengangguk mantap dengan sorot mata yang cukup tajam. Ia tak akan mengulur-ulur lagi. Kata-kata cerai mengulang berulang di benak Sunggyu dan meminta Sunggyu segera menyelesaikannya. Paksaan akan ia gunakan kali ini.

“Ya.. Aku akan bercerai.”

.

.

.

.

TBC


Mind To Comment?

Thanks for reading this story..

Sorry if u feel weird whit this story..

Best Regard

.

.

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Adeeee #1
Chapter 8: Kakaaaakk, hello. Salam kenal. Penasaran banget sama kelanjutannya. Aku dari awal baca nggak tegaan sama Taeyeon. Sunggyu-nya juga jahat sih, huhu. Tapi jangan pisahin Mingyu dong Kak, dari Sunggyu (Taeyeon juga, kalo bisa balikan lagi). Sakitnya Mingyu dibikin agak parahan aja, plus rindu bapaknya. Jadi dia lagi sakit (dengan mata merem setengah tidur) tapi manggil2 "ayah, ayah, ayah, ayah" gitu. Ngerengek terus. Terus si Sunggyu mimpi buruk tentang Mingyu. Biar agak tobatan sikit itu si sipit. Terus ke Jepang deh dia-nya, jengukin Mingyu.

Oke. Ini udahlah request, panjang pula. Maaf kali ya Kak. Hahhaha. Terserah Kakak sih. Itu cuma ekspektasi aku. Nggak rela kalo si Taeyeon sama Sungyeol, hehe.
Anashim #2
Chapter 8: sebenernya ini cerita bagus, dulu wkt blm pny akun selalu cek apa udh update..
tp trahir baca sampe skrg, baru 1 chapter update pdhl udh lama bgt, trahir update okt.
amaharanin #3
Chapter 7: Bentar yah aku intermeso dulu. Aku sebagai readers disini liat viewers sama komen ff tuh gak pernah sinkron. Viewers nya banyak tapi yg komen itu2 aja :'( :'( author tetep semangat yah. Aku yg liat aja sedih gimana author, bikin karya kan susah apa salahnya sih kalian2 yg baca kasih aplause buat authorny. Komen doang gak minta pulsa, maafin tapi aku ngerasa sedih. Semangat authorrr :D :D
Feel ceritanya sedikit beda dari part awal, gak tau dimana kurang atau gimananya tapi aku ngerasa beda. Sepertinya author lagi kena writeblock yah? Beda aja fellnya, kalo pun author sibuk jangan di paksain
Andai aku berasa gutuin bgt hari ini, maafinnnn. :D samangat terussss authorrrr
amaharanin #4
Chapter 6: Sepertinya udh gaya penulisan author, ttep bagus kok biar rada lambat juga pas awal2. Tapi pas abis ketemu Tiffany di bar itu alur ya jadi bagus. Juara lah!
Ini aku bacanya sambil nnton standup comedy jadi gak fokus antara mau ketawa dan nyesek maksimal. Hihihi abisan nyesek , bagus bgt authorrrr . Aku nungguin terus lah update an nya. Juara lah!
Dan seneng aja si mbak e udh strong , gitu atuh jangan mau kalah molo. Si abang juga kena karma kan ? Wkwk aku bahagia sekali sumpah, puas gitu
Makasihbb authorr
NadiaExoGangerKim
#5
Chapter 6: Karma for you sunggyu!

Seneng banget karena akhirnya karakter taeyeon yang suka ngalah berubah menjadi melawan. Jadi gak terlalu tersiksa :3

ada apa denganmu, gyu? Kenapa kau jadi seperti itu di hadapan taeyeon? Mulai merasa kasihan? Mulai sadar kalau selama ini kamu kejam? -_-

untuk alur, jangan dipaksa dipercepat thor, kerjain aja sesuai keinginan author. Mau lambat atau cepet, yang penting updatenya jangan lama dan ditunggu saat2 dimana sunggyu menderita haha *ketawaevil

next chap ditunggu ya thor, keep writing. Fighting..
({}) xoxo :-*
pororiahajima #6
Chapter 6: lanjuuuuuut
amaharanin #7
Chapter 5: Masih masalah sama alur sih dari chapter selanjutnya , masih lambat :D feelnya masih juara gak sanggup !
Mbok nya si cewenya jangan di bikin lemah bgt thor , kesel sumpah hargat martabat mbaaa elah . Nyesel da pasti itu
NadiaExoGangerKim
#8
Chapter 5: Feelnya gak hilang, masih ada kok. Ini aku bahkan nangis lagi baca chapter 5nya :-(

kesel ih sama sunggyu! Baru aja cerai udah mau nikah lagi sama cewe lain :3

mingyu-nya kasihan :-(

taeyeon sama mingyu mau ke jepang? Lah, makin penasaran sama next chapnya. Update soon ya <3
irfa_as #9
chapter 4: wah ceritanya bikin orang jadi nangis aja,,,
jadi tambah penasaran dengan lanjutannya,,
amaharanin #10
Chapter 4: Sumpah kerasa bener loh nyeseknya . Tapi kenapa yah kalo kata aku alurnya terlalu lambat , apa emang aku nya aja yg gak sabaran . Bacanya tuh yah sambil nyesek sambil deg deg an juga kalo liat tulisan TBC T.T author kenapa ? Kenapa nyesek bgt ceritanya , feelny juara sumpah . Tapi alurnya di percepat yah dikit :) menurut aku sih heheehe