03.

One More Chance.

One More Chance

Chapter 03.

.

“Kau mau kemana?”

Sunggyu menghentikan langkah dan seretan kopernya saat seseorang berdiri di depannya dengan wajah penuh tanya. Segaris mata itu melirik sekilas lalu melangkah lagi. Ia merasa tak tertarik menjawab pertanyaan yang sosok itu sendiri pasti tahu maksudnya. Merasa diabaikan sosok itu mencengkram tangan Sunggyu.

“Kim Hyuna!! Lepaskan tanganku.” Pinta Sunggyu datar.

Sosok itu mengernyit tak mengerti dengan sikap berubah Sunggyu yang lebih dingin dari sebelumnya. Dari apa yang dilihat sebenarnya ia tahu bahwa lelaki ini akan kembali ke Korea. Tapi benarkah keputusan Sunggyu itu akan ia lakukan? Kejam sekali lelaki ini.

Hyuna mendesah pelan. “Kau sungguh akan menceraikannya? Kau tidak ingin memberikan kesempatan kepadanya? Ah, yang salah adalah kau!! Apa kau tidak akan minta maaf?”

Apa yang baru saja Sunggyu dengar? Kesempatan? Maaf? Kenapa harus ia? Sunggyu hanya memberikan tatapan datar sebelum ia kembali melangkahkan kakinya.

Terdengar wanita itu berdecak pelan lalu berujar. “Kau benar-benar kejam Kim Sunggyu. Bukankah beruntung sekali memiliki istri seperti Taeyeon? Lalu wanita seperti apa yang kau cari?”

“Siapapun!! Asal itu bukan Taeyeon!!” Sahut Sunggyu sesaat berhenti beberapa detik.

Hyuna tertawa sinis sebelum menggerakkan kaki jenjangnya mendekat pada Sunggyu. Sedikit condongan tubuh memudahkannya menggapai telinga Sunggyu. Bisikan itu sedikit membuat Sunggyu bergidik.

Good luck, semoga Taeyeon mau menerima perceraianmu.”

Sunggyu terdiam menatap kepergian Hyuna yang entah apa maksudnya menghentikan langkah yang telah ia ciptakan. Bibir tipis itu bergerak gelisah seraya menelan ludah yang tampak sulit menurut. Tangannya memainkan ganggang koper sebelum menyeretnya kembali. Ada rasa yang entah mengapa muncul ketika seretan koper itu ia lakukan.

Good Luck? Semoga Taeyeon mau menerima?” Gumam Sunggyu mengulang ucapan Hyuna dengan nada sedikit meremehkan. Dalam pikiran Sunggyu masih sama keyakinan yang tinggi itu ada. Kali ini ia akan memaksa dengan sangat istrinya itu agar mau berpisah dengannya. Cukup lima tahun hidup dengan orang yang tak ia cintai. Daripada ia harus terus melukai hatinya, lebih baik berpisah saja. Walaupun akan ada hati yang terluka dengan sangat.

Siapa lagi kalau bukan anaknya? Kim Mingyu?

Tubuh Sunggyu telah duduk manis di dekat jendela pesawat. Sedikit berat hati ia harus kembali ke Korea. Masih besar keinginannya untuk tetap tinggal di Jepang daripada kembali ke Korea menemui siapapun yang tak ingin ia temui. Tapi masalah tetap masalah yang harus ia selesaikan. Jika tidak, ini akan memberikan efek buruk bagi segala hal.

Sepasang mata kecil itu menerawang jauh pada lembaran langit yang tengah ia lewati. Beberapa pasang memori bergelayut dalam otak Sunggyu dan meminta Sunggyu untuk menyapanya. Satu memori membawanya mengingat kembali keadaan rumah. Sunggyu berdecak dan mengangkat sebelah bibirnya kala ingatan tentang Mingyu berputar di otaknya.

Sebuah ingatan dimana Taeyeon begitu keukeuh meminta Sunggyu kembali dan menenangkan Mingyu yang tengah merindukannya. Senyum miring itu tampak mengerikan kala pikiran Sunggyu  memainkan sebuah ide kejam. Ada perasaan puas ketika Sunggyu membayangkan bagaimana nanti si kecil itu kehilangan dirinya. Entah terbuat dari apakah hati Sunggyu, yang jelas ia menyukainya. Ia sangat menyukainya. Menyukai bayangan dimana Mingyu meronta, menangis dan tersiksa karenanya.

Bahkan ia tak pernah berpikir bahwa Mingyu adalah anaknya. Pikiran setan itu begitu leluasa menjerat otak Sunggyu. Sedikitpun tak ada niatan membahagiakan si kecil itu. Sungguh, Sunggyu masuk dalam jajaran orang kejam sedunia.

Dan hal lain yang membuatnya puas adalah ia bisa melihat bagaimana terpukulnya Taeyeon. Wanita yang telah menghancurkan dirinya karena menerima perjodohan ini.

“Kita lihat siapa yang akan kalah dalam permainan ini.”

.

.

.

.

.

Taeyeon mengulas senyum lebar ketika sebuah berita ia terima hari ini. Saat ia sibuk menyiapkan makan siang untuk Mingyu, Myungsoo menelponnya. Hal yang selama ini ia inginkan telah dijamah oleh Tuhan. Sunggyu, suaminya itu akan pulang hari ini.

Kabar itu membuatnya senang sekaligus lega. Ia tak akan berbohong lagi kepada Mingyu. Yang paling penting adalah Taeyeon bisa melihat wajah bahagia dan senang dari Mingyu ketika nanti si kecil bertemu dengan sosok yang sangat ia rindukan. Hanya dengan itu bisa menumbuhkan rasa senang dalam hati Taeyeon.

Persiapan telah dilakukan oleh Taeyeon. Hanya hal kecil, makanan dan kerapian rumah. Taeyeon mengerti bahwa suaminya itu tak menyukai keadaan rumah yang sedikit berantakan dan bau, sehingga Taeyeon lebih dulu membersihkannya setelah mengurusi si kecil Mingyu.

Senyumnya kembali terulas saat ia melihat Mingyu begitu antusias menunggu kedatangan Sunggyu dengan bermain di ruang tengah. Garis ekspresi yang terlukis di wajah Mingyu sungguh berbeda dari sebelumnya. Dan Taeyeon menyukai raut wajah Mingyu yang seperti ini.

“Ibu..” Mingyu berjengit kaget saat mengetahui Taeyeon duduk di dekatnya tanpa aba-aba.

Taeyeon tersenyum lalu mengusak surai gelap milik si kecil.

“Mingyu tidak lelah?”

Kedua alis Mingyu bersatu seiring dengan kerutan dan kerucutan di bibir. Ia menggeleng kecil lalu kembali memainkan mobil-mobilannya.

“Istirahat dulu Mingyu, nanti saat ayah pulang Mingyu tidak akan kelelahan.”

Ah.. Ayah.” Mingyu meletakkan mainannya. “Ayah kapan pulang ibu?”

Taeyeon tersenyum hangat. Mata cantik yang melembut itu melirik jam di dinding. “Satu jam lagi sayang.. Sekarang Mingyu mandi dulu ya? Biar ayah senang saat mencium Mingyu.” Tukas Taeyeon lembut.

Mingyu mengangguk riang. Segera ia bangkit dan menata mobilnya saling berjajar. Selanjutnya ia menyeret tangan Taeyeon untuk bergerak cepat. Bagi Mingyu, kata ayah bagaikan sihir yang tak sanggup terelakkan. Mingyu sangat menyayangi sang ayah meskipun ayahnya mungkin atau bahkan pasti tak mengakui dan peduli dengan keberadaannya.

Dengan hati yang entah bagaimana mendeskripsikannya, Taeyeon begitu telaten merawat si kecil. Dari memandikannya, memakaikan pakaian dan memberikan wewangian sehingga Mingyu tampak tampan sekali. Sekilas dari wajah Mingyu, Taeyeon bisa melihat duplikat Sunggyu. Jelas saja ada yang sama dengan Sunggyu karena Mingyu adalah putranya dengan Sunggyu.

Saat Taeyeon akan membawa Mingyu ke ruang tengah, dering telepon berbunyi. Segera ia mengangkat telepon itu setelah tau siapa yang menelponnya.

“Ibu?”

“......”

Ah, kenapa?”

“.......”

Taeyeon menggingit kecil bibir bawahnya. Kenapa hatinya sesakit ini mendengar kata-kata dari ibu mertuanya?

“A-aku mengerti bu.. Iya, aku akan datang kesana esok hari..” Taeyeon mendongak, ada sesuatu yang mendesak di balik kelopak mata. Detik selanjutnya, sambungan telepon itu terputus.

Hatinya berdesir perih. Ucapan dari sang ibu mertua masih melekat kuat di ingatannya.

‘Sunggyu enggan bahkan menolak untuk pulang ke rumah kalian.. Sekarang dia ada di rumah ibu.. Kau tidak usah khawatir.. Maafkan Sunggyu kalau tidak mengabarimu..’

Ia meremas dadanya kuat. Apa? Kenapa? Apakah Sunggyu begitu jijik melihat dirinya? Apakah Sunggyu membencinya dalam?

‘Kalau kau ingin bertemu dengan Sunggyu, datanglah esok hari.’

Seharusnya Taeyeon sadar bahwa kepergian Sunggyu juga karena dirinya. Karena Sunggyu sangat membenci pernikahan ini. Tapi kenapa ia seolah terbutakan oleh kelegeaan dan sesuatu yang menggelora dalam dada. Apakah ia mulai mencintai Sunggyu? Atau hanya karena Mingyu?

“Ibu..”

Ah..” Taeyeon segera menghapus air matanya ketika Mingyu duduk di dekatnya. Si kecil tampak mengerjab bingung melihat Taeyeon yang murang. Taeyeon mengulas senyum lalu mengusap pipi si gembul. “Kenapa? Kau bosan? Ingin lihat tv?”

Mingyu menggeleng. “Ayah.. Kapan ayah pulang?” Tanya Mingyu dengan wajah riang. Dari raut itu, Taeyeon bisa melihat bahwa Mingyu tak sabar ingin bertemu dengan ayahnya.

Taeyeon menelan ludahnya susah payah. Kali ini ia benar-benar akan mengecewakan si kecil. Tuhan...

“Ayah...” Taeyeon mendesah pelan. “Masih di rumah nenek.. Besok pagi kita ke sana yaa..”

Ada gurat kekecewaan di wajah mungil Mingyu. Kepalanya menunduk seiring dengan kerucutan sedih di bibirnya. Taeyeon merasakan itu, ia bisa merasakan bagaimana kecewanya Mingyu.

Jika saja Sunggyu tak enggan pulang ke rumah pasti Taeyeon bisa melihat kebahagiaan di wajah Mingyu. Pintanya hanya satu, melihat anaknya bahagia. Melihat Sunggyu bermain dengan Mingyu. Walaupun itu adalah hal yang mustahil.

.

.

.

.

.

“Kenapa kakak tidak pulang ke rumah kakak sendiri sih?”

Disindir, dibentak, ditanya dari tadi dengan kata-kata yang sama Sunggyu tetap tak bergeming. Ini sudah berlalu tiga jam lamanya setelah ia sampai di rumah. Lelaki bermata sipit itu hanya melirik sekilas lalu kembali fokus dengan layar yang tampak tak redup sedetikpun.

Myungsoo mendengus keras, ia memaksa tubuh Sunggyu menegak kala tubuh Myungsoo duduk di sebelahnya.

“Kak!! Kak Taeyeon menunggumu.. Dia mencarimu selama ini, dan kau tenang-tenang saja disini? Kau tidak merindukan Kak Taeyeon? Kau tidak merindukan Mingyu?”

Sunggyu memutar bola matanya jengah. Hal yang paling ia benci adalah mendengar tentang Taeyeon, Mingyu dan keluarga kecilnya itu. Ia tak pernah suka membahas tentang mereka. Sedikitpun tidak. Baginya mereka hanyalah benalu yang menyebabkan hidupnya tak bisa bebas seperti apa yang ia inginkan.

“Kak!!”

“Cukup Myungsoo!! Aku tidak ingin mendengar hal itu!! Ini urusan rumah tanggaku.”

Myungsoo berdecak pelan. “Aku hanya memberi tahumu.. Aku tidak ingin kakak menyesal nantinya.” Selanjutnya Myungsoo bangkit dan meninggalkan Sunggyu dengan perasaan kesal. Ia tahu bagaiman selama ini kakak iparnya berjuang menghadapi sikap keras kepala dan dingin milik Sunggyu.

Lensa kecil Sunggyu memperhatikan punggung Myungsoo yang menjauh dengan otak berisikan beberapa kata dari Myungsoo. Selalu, selama beberapa hari ini kata-kata Taeyeon, Mingyu atau hal-hal yang berhubungan dengannya berputar berulang di otaknya. Sunggyu muak terus terpikirkan oleh mereka. Ia benar-benar ingin segera lepas dan menjauh dari mereka.

Sunggyu mengacak surainya frustasi. Ia benar-benar ingin mengakhirinya secepat mungkin. Ia akan mengatakan ini secepatnya kepada kedua orang tua. Sebelumnya Sunggyu memang belum mengatakan pada siapapun kecuali Hyuna dan Hyunseung yang ada di Jepang.

Ia mendapati ibunya duduk di ruang makan seraya memotong beberapa sayuran. Hembusan nafas berat terasa menyekat sebelum kakinya beranjak dari tempat semula. Sunggyu benar-benar membulatkan tekad untuk cepat berpisah dengan Taeyeon. Jika selama ini ia mengalah, maka kali ini orangtuanya harus mengalah.

“Ibu..” Sunggyu duduk di depan ibunya.

Nyonya Kim mengerutkan kening lalu meletakkan pisau. Ia menatap Sunggyu dengan wajah berlukiskan tanya.

“Aku ingin bercerai dengan Taeyeon.. Ku mohon kali ini terima keinginanku!!” Tukas Sunggyu pelan. Ia enggan melihat kedua mata sang ibu yang tampak terkejut.

“Kau? Bercerai kenapa?”

“Kenapa?” Sunggyu melengos kecil. Ia bangkit dan melangkah menuju lemari es. “Tanpa harus aku jelaskan ibu tahu sendiri bukan?” Jawabnya seraya mengambil botol air lalu meneguknya pelan.

Nyonya Kim terdiam sejenak. Selama ini Sunggyu memang sering meminta cerai namun sering kali ia tolak. Mana mungkin sebuah pernikahan hanya dijadikan mainan dengan cerai? Apa kata orang lain? Apalagi keluarga Kim adalah keluarga terpandang. Nyonya Kim bangkit dari duduknya dan berdiri di dekat Sunggyu yang tengah memandang luar dari jendela dapur.

“Sunggyu.. Tidak bisakan kau bertahan?”

“Sampai kapan? Aku lelah ibu.. Aku telah menjadi korban kalian.. Ibu tahu bukan aku tidak mencintai Taeyeon dan tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Masih untuk aku tidak membenci ibu dan ayah.”

“Sunggyu!!”

Sunggyu memutar bola matanya. Ia menyenderkan tubuh pada jendela lalu menatap datar ibunya.

“Semenjak kehadiran Mingyu, aku telah mengumpulkan rencana membenci kalian, ibu.”

Nyonya Kim mendesah berat. Jawaban itu bukan hal yang asing. Jika nama Mingyu terucap pasti akan mengarah ke hal itu.

“Kalau kau memang menginginkannya, lakukan saja!! Aku juga tidak mau Taeyeon terus tersiksa karenamu.”

Sunggyu menengok cepat pada ibunya yang berjalan kembali ke tempat semula. Ia tak menyangka jika Nyonya Kim akan secepat itu memberikan ijin. Senyum miring mengulas dari wajahnya kemudian. Ini yang paling ia tunggu selama ini.

“Ibu bersungguh-sungguh?”

Nyonya Kim mengangguk pasti. “Aku merasa kasihan dengan Taeyeon yang harus bertahan dengan lelaki sepertimu.. Kalau saja ayahmu tidak keukeuh ingin pernikahan kalian langgeng. Ibu membiarkanmu sekarang setelah ayahmu tahu sendiri bagaimana tersiksanya Taeyeon menenangkan Mingyu.” Jawab Nyonya Kim tenang. Meski ada gejolak menyesak di dadanya, ia tak ingin tampak lemah di depan sang anak. Agar Sunggyu sadar sendiri.

“Bukan salahku Taeyeon tersiksa seperti itu.” Ucap Sunggyu sebelum ia memutuskan untuk pergi. Baginya cukup dengan ijin sang ibu tanpa harus  berbelit-belit lagi.

Dan Nyonya Kim hanya bisa berdo’a semoga ini memang yang terbaik untuk semua. Ia cukup sakit hati dengan kelakuan Sunggyu yang kelewat batas. Kenapa anak tertuanya itu masih belum bisa membuka hati untuk Taeyeon yang telah berjuang selama ini. Padahal Taeyeon termasuk wanita yang baik dan kuat.

Ini memang sebagian besar kesalahannya yang memaksa Sunggyu menikahi Taeyeon. Kalau saja dulu ia tak begitu buta dengan keputusan sang suami, mungkin semua tak akan seperti ini. Terlalu berharga sosok Taeyeon jika terus disakiti oleh Sunggyu.

.

.

.

.

.

Sinar mentari menyapa bumi dengan terangnya. Diiringi cicit burung yang bertengger rapi di atas pohon memberikan semangat tersendiri bagi si kecil Mingyu. Seperti yang dijanjikan oleh Taeyeon, Mingyu akan menemui Sunggyu di rumah neneknya. Sunggyu masih belum mau menginjakkan kaki di rumah sendiri. Hal ini membuat Taeyeon harus merasakan perasaan beraduk di dalam dada.

Kaki kecil Mingyu menapak riang pada halaman rumah neneknya yang luas. Bibir mungilnya tak berhenti mengalunkan lagu yang manis. Suaranya cukup merdu membuat Taeyeon bangga dengannya. Tangan Taeyeon menggandeng erat si kecil agar Mingyu tak terlalu bertindak lebih.

“Ayaahh!!” Belum sampai Mingyu berada di dalam rumah, suara kecilnya menggema keras dari luar. Ia tak sabar ingin bertemu dengan Sunggyu.

Taeyeon tersenyum dan membuka pintu agar si kecil cepat bertemu dengan ayahnya. Setibanya Mingyu di dalam rumah, langsung tubuh Mingyu berlari menuju Sungkyu yang tengah duduk dengan ponsel di tangan. Taeyeon terpaku melihat Sungkyu berjengit kaget dengan ekspresi wajah tak suka melihat Mingyu. Tanpa bicara apapun, Sungkyu melepaskan pelukan kecil dari Mingyu. Membuat si kecil merengek bingung dan Taeyeon berdesir perih. Sikap yang ditunjukan Sungkyu jelas-jelas melukai hatinya.

Sungkyu bangkit lalu melirik sosok yang berdiri tak jauh darinya. Tak mengucapkan apapun, Sungkyu melenggang pergi tanpa peduli dengan teriakan dari Mingyu yang merindukannya selama ini.

“Ayaahh...” Mingyu hendak mengejar Sungkyu namun tangan Taeyeon lebih sigap menghentikannya.

“Ayahh... Ibu, ayaah pergi ibu...” Rengek Mingyu dengan tangisan yang tak sanggup ditahan. Taeyeon mendesah dan mata memejam kilat. Ia mengusap pipi Mingyu lalu mengukir senyum pilu.

“Ayah sedang lelah... Tunggyu sebentar ya?”

“Oh.. Mingyu-yaa..” Saat Taeyeon hendak mengajak Mingyu ke ibu mertuanya, Soojung lebih dulu menyapa. Ia mendekat dengan tangan menggendong si cantik anaknya.

Soojung tersenyum lalu menyamakan tinggi dengan Mingyu. “Mingyu main sama Myungeun yuk.. Kasihan Myungeun tidak ada temannya.” Sepertinya Soojung mengerti dengan keadaan yang dialami Taeyeon barusan. Ia melirik sekilas Taeyeon lalu mengangguk kecil. Taeyeon yang mengerti lekas mundur perlahan.

“Myungeun tidak punya teman?” Tanya Mingyu lucu kas anak kecil.

Soojung mengangguk. “Iya.. Myungeun tidak punya teman.. Ayuk main sama Myungeun di taman belakang.” Seolah lupa dengan ayahnya, Mingyu menurut pada ajakan Soojung. Kaki kecilnya melangkah pasti mengiringi gandengan tangan Soojung. Taeyeon yang merasa bahwa Mingyu aman dengan Soojung segera berjalan mencari suaminya.

.

“Kim Sunggyu..” Panggil Taeyeon pelan seraya menahan sesak yang ada. Bahkan air mata yang mendesak itu ia tahan mati-matian.

Sosok yang dipanggil hanya menengok sejenak lalu kembali fokus pada ponselnya.

“Kim Sunggyu..” Sekali lagi Taeyeon memanggil dengan kepalan tangan yang mengeras. Ia tak bisa lagi diam dan tersakiti seperti sebelumnya.

Sunggyu mengalah, ia meletakkan ponselnya dan mulai memberikan atensi pada Taeyeon. Tubuhnya menegak seiring langkah Taeyeon yang mendekat pasti.

“Kenapa kau berbuat seperti ini padaku dan Mingyu?” Tanya Taeyeon lirih. Ia benar-benar tak bisa menghentikan bulir bening yang bersembunyi sebelumnya.

Taeyeon bisa mendengar decak kesal dari lelaki sipit itu juga bisa melihat tatapan tak suka yang diberikan mata sipitnya.

“Aku ingin kita bercerai.” Alih-alih menjawab apa yang ditanyakan Taeyeon, ia malah mengatakan apa yang ia inginkan.

Tubuh Taeyeon terkesiap meski kalimat itu bukan hal baru. Namun masih saja ia tak kuasa menahan keterkejutan setiap kali mendengarnya. Matanya membasah lebih, bibirnya seolah kelu dan dadanya sesak terhimpit perih. Taeyeon belum siap mendengar kalimat itu lagi. Apalagi dalam keadaan ia baru saja bertemu dengan Sunggyu.

“Kenapa? Bagaima--”

“Jangan gunakan Mingyu sebagai alasan.” Sunggyu bangkit dan menatap tajam Taeyeon. “Mingyu bukan anak yang aku harapkan.. Kenapa aku harus bertahan untuknya? Aku lelah, ini batas kesabaranku..”

Taeyeon terpukul telak oleh ucapan Sunggyu. Ia menggeram pelan sebelum memejamkan mata. Perasan air mata membuatnya sedikit nyeri di dada. Ia ingin sekali menampar lelaki ini namun tangannya seakan menolak perintah.

“Kau tega meninggalkan anak sekecil Mingyu?” Entah bagaimana ceritanya, Taeyeon malah melontarkan kalimat itu.

Sunggyu tertawa sinis lalu berujar. “Kenapa? Kenapa tidak bisa? Apa kau baru tahu aku setega ini? Aku merasa kasihan padamu yang mengharapkanku menerima Mingyu.. Aku tidak akan menerima Mingyu!! Kau tahu? Aku tidak akan menerima Mingyu..” Setelahnya Sunggyu hanya melengos pergi dan meninggalkan Taeyeon yang diam tak percaya.

Tubuh Taeyeon tak bergeming dan mulai tak melemah. Sebaris kata yang baru saja menyapa pendengarannya bagaikan tombak yang menghantamnya. Tidak akan menerima? Pernyataan apa itu? Separah itukah Sunggyu? Sebenci itu kah Sunggyu? Kenapa? Kenapa? Apa yang salah dengan Mingyu? Bukankah itu adalah anaknya.

Ada setitik kesenangan kala kata cerai terucap yang berarti ia tak perlu lagi menderita karena Sunggyu. Namun banyak titik luka yang telah tertanam semenjak ucapan itu. Bagaimana dengan Mingyu? Bagaimana? Kenapa semua begitu terasa berat di pundaknya?

.

.

.

.

.

Sunggyu tak peduli lagi dengan ekspresi pesakitan yang ditawarkan oleh Taeyeon. Ia tahu, wanita yang menemaninya selama lima tahun terakhir ini begitu terpukul. Tapi keputusan tetap keputusan, kali ini benar-benar tak bisa diganggu gugat. Dan sepertinya Taeyeon juga menerimanya.

Kaki Sunggyu berhenti seketika sosok mungil itu berdiri di depannya. Wajahnya mengalih dan membuang pandang ke titik jauh. Menghindari sosok yang selama ini ia benci. Kenapa lagi? Kenapa anak kecil ini begitu ingin berdekatan dengannya?

Sunggyu mendesah lalu menyingkirkan tangan mungil yang memeluk kakinya.

“Ayaahh..” Rengek Mingyu seketika tangan Sunggyu melepas pelukan Mingyu dengan paksa.

Sunggyu berjalan menjauh mengabaikan panggilan berulang dari Mingyu. Tak peduli si kecil mengejarnya hingga Sunggyu naik mobil. Bahkan ketika Sunggyu mulai menggerakkan mobilnya, Mingyu masih memanggil namanya dan berlari mengejar.

Taeyeon yang mengetahui hal itu lekas berlari dan berteriak.

“Mingyu-yaa..” Teriak Taeyeon seraya berlari menghampiri Mingyu yang berlari menuju jalan.

Belum sempat Taeyeon mendekati Mingyu, sebuah mobil telah datang lebih dulu.

“Mingyu-yaaaaaaaaaaaaaa...”

.

.

.

.

.

TBC

.

.


Wanna give a comment?

Terima kasih yaa bagi kalian yang telah meninggalkan jejak dan mensubscribe cerita sayaa..

maaf yaa kalau ada typoo~

.

.

.

Best Regards

.

.

.

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Adeeee #1
Chapter 8: Kakaaaakk, hello. Salam kenal. Penasaran banget sama kelanjutannya. Aku dari awal baca nggak tegaan sama Taeyeon. Sunggyu-nya juga jahat sih, huhu. Tapi jangan pisahin Mingyu dong Kak, dari Sunggyu (Taeyeon juga, kalo bisa balikan lagi). Sakitnya Mingyu dibikin agak parahan aja, plus rindu bapaknya. Jadi dia lagi sakit (dengan mata merem setengah tidur) tapi manggil2 "ayah, ayah, ayah, ayah" gitu. Ngerengek terus. Terus si Sunggyu mimpi buruk tentang Mingyu. Biar agak tobatan sikit itu si sipit. Terus ke Jepang deh dia-nya, jengukin Mingyu.

Oke. Ini udahlah request, panjang pula. Maaf kali ya Kak. Hahhaha. Terserah Kakak sih. Itu cuma ekspektasi aku. Nggak rela kalo si Taeyeon sama Sungyeol, hehe.
Anashim #2
Chapter 8: sebenernya ini cerita bagus, dulu wkt blm pny akun selalu cek apa udh update..
tp trahir baca sampe skrg, baru 1 chapter update pdhl udh lama bgt, trahir update okt.
amaharanin #3
Chapter 7: Bentar yah aku intermeso dulu. Aku sebagai readers disini liat viewers sama komen ff tuh gak pernah sinkron. Viewers nya banyak tapi yg komen itu2 aja :'( :'( author tetep semangat yah. Aku yg liat aja sedih gimana author, bikin karya kan susah apa salahnya sih kalian2 yg baca kasih aplause buat authorny. Komen doang gak minta pulsa, maafin tapi aku ngerasa sedih. Semangat authorrr :D :D
Feel ceritanya sedikit beda dari part awal, gak tau dimana kurang atau gimananya tapi aku ngerasa beda. Sepertinya author lagi kena writeblock yah? Beda aja fellnya, kalo pun author sibuk jangan di paksain
Andai aku berasa gutuin bgt hari ini, maafinnnn. :D samangat terussss authorrrr
amaharanin #4
Chapter 6: Sepertinya udh gaya penulisan author, ttep bagus kok biar rada lambat juga pas awal2. Tapi pas abis ketemu Tiffany di bar itu alur ya jadi bagus. Juara lah!
Ini aku bacanya sambil nnton standup comedy jadi gak fokus antara mau ketawa dan nyesek maksimal. Hihihi abisan nyesek , bagus bgt authorrrr . Aku nungguin terus lah update an nya. Juara lah!
Dan seneng aja si mbak e udh strong , gitu atuh jangan mau kalah molo. Si abang juga kena karma kan ? Wkwk aku bahagia sekali sumpah, puas gitu
Makasihbb authorr
NadiaExoGangerKim
#5
Chapter 6: Karma for you sunggyu!

Seneng banget karena akhirnya karakter taeyeon yang suka ngalah berubah menjadi melawan. Jadi gak terlalu tersiksa :3

ada apa denganmu, gyu? Kenapa kau jadi seperti itu di hadapan taeyeon? Mulai merasa kasihan? Mulai sadar kalau selama ini kamu kejam? -_-

untuk alur, jangan dipaksa dipercepat thor, kerjain aja sesuai keinginan author. Mau lambat atau cepet, yang penting updatenya jangan lama dan ditunggu saat2 dimana sunggyu menderita haha *ketawaevil

next chap ditunggu ya thor, keep writing. Fighting..
({}) xoxo :-*
pororiahajima #6
Chapter 6: lanjuuuuuut
amaharanin #7
Chapter 5: Masih masalah sama alur sih dari chapter selanjutnya , masih lambat :D feelnya masih juara gak sanggup !
Mbok nya si cewenya jangan di bikin lemah bgt thor , kesel sumpah hargat martabat mbaaa elah . Nyesel da pasti itu
NadiaExoGangerKim
#8
Chapter 5: Feelnya gak hilang, masih ada kok. Ini aku bahkan nangis lagi baca chapter 5nya :-(

kesel ih sama sunggyu! Baru aja cerai udah mau nikah lagi sama cewe lain :3

mingyu-nya kasihan :-(

taeyeon sama mingyu mau ke jepang? Lah, makin penasaran sama next chapnya. Update soon ya <3
irfa_as #9
chapter 4: wah ceritanya bikin orang jadi nangis aja,,,
jadi tambah penasaran dengan lanjutannya,,
amaharanin #10
Chapter 4: Sumpah kerasa bener loh nyeseknya . Tapi kenapa yah kalo kata aku alurnya terlalu lambat , apa emang aku nya aja yg gak sabaran . Bacanya tuh yah sambil nyesek sambil deg deg an juga kalo liat tulisan TBC T.T author kenapa ? Kenapa nyesek bgt ceritanya , feelny juara sumpah . Tapi alurnya di percepat yah dikit :) menurut aku sih heheehe