05.

One More Chance.

One More Chance

Chapter 05.

.

“Wajahmu akhir-akhir ini tampak lebih cerah.. Ada alasan di baliknya?”

Yang ditanya hanya mengulas senyum simpul sebelum melepaskan stetoskop dari lehernya. Ia juga melepaskan jas putih yang selama ini menemaninya di setiap langkah kaki. Saat ini jam istirahat, tak masalah baginya menanggalkan sejenak perlengkapan itu.

“Kau melihatku seperti itu?” Tanggapnya kemudian seraya berjalan menuju dispenser yang tak jauh dari meja kerja.

Sosok dengan wajah bak anak kecil namun memiliki tinggi di atas rata-rata itu tertawa pelan. Lantas ia mengikuti Sungyeol mengambil air untuk melarutkan partikel kopi yang telah ia campur dengan gula.

“Menurutmu tidak?”

Sungyeol meneguk sekali minuman itu lalu mendesah pelan. “Iya..” Sahutnya singkat.

“Hey!!”

“Hahahaha.. Kau tahu pasien yang aku tangani akhir-akhir ini?”

Kerutan tampak sedikit tercetak di kening Chanyeol. “Anak kecil itu? Kau menginginkan anak kecil itu?” Jawabnya asal.

Sungyeol memutar bola matanya malas. Temannya ini memang seorang dokter namun kadang berpikir sembarangan. “Ayolah Chanyeol!!” Chanyeol menaikkan sebelah alisnya. “Wanita muda yang menjadi ibunya...”

Ahhh...” Kepala Chanyeol mangut-mangut sesaat ia telah mengerti. “Kau menyukai ibunya?”

Sungyeol tak mengangguk dan tak menggeleng. Ia cukup bingung dengan perasaannya saat ini. Ada yang menggelitik dalam relung hati namun ia tak bisa sembarangan membiarkan gelitikkan itu terus merambat pada bagian tubuhnya yang lain. Sejenak keheningan menyapa keduanya. Sungyeol menerawang pada langit yang membentang di atas Kota Seoul sembari memainkan ganggang cangkir yang ia pegang.

“Aku tidak tahu..”

Eh?” Si tinggi Chanyeol mendekat pada Sungyeol dan menatap bingung wajah sahabatnya itu. Dari kacamata yang ia kenakan, ia bisa melihat raut berbeda dari Sungyeol akhir-akhir ini. Sahabatnya itu tampak lebih bersemangat. Namun terkadang tampak seperti orang yang telah melepas sesuatu. Atau ada sesuatu di balik itu semua?

Sungyeol tertawa kecil melihat ekspresi bingung penuh tanya dari Chanyeol. “Hah..” Ia menghela nafas kasar lalu kembali ke meja kerjanya. “Dia sudah bersuami.. Dan yang aku tahu suaminya seorang Direktur Muda salah satu korporasi di Jongwoon Group.”

Ah.. Sainganmu begitu berat eum?” Chanyeol menggoda Sungyeol dengan wajah yang tampak aneh di mata Sungyeol.

Sungyeol menggeleng. “Aku tidak berniat merebut istri orang..” Ia melirik langit-langit sejenak. “Cukup menyukainya dalam diam saja.”

Ah.. Aku jadi penasaran dengan sosoknya.”

Sungyeol hanya tersenyum kecil sebelum ia meraih alat kerjanya. Jam kerja memang masih beberapa saat lagi namun panggilan diterima Sungyeol mengharuskan ia segera bergegas melihat pasien. Chanyeol membiarkan temannya itu sibuk seketika dan ia mulai membuka bekal makanan dari sang kekasih.

Dalam langkah kaki Sungyeol yang ia bawa menemui pasien, ujung bibirnya tertarik semua. Ia tersenyum pedih mengingat sosok yang telah mencuri hatinya saat wajah cantik itu tertutup air mata. Namun yang paling membuat hatinya harus merelakan semua adalah kenyataan sosok itu telah memiliki suami. Ia merasa bodoh sekali, bagaimana bisa mencintai sosok yang jelas-jelas bersuami? Ah, Sungyeol hanya bisa meringis meratapi apa yang ia alami saat ini.

.

.

.

.

.

Taeyeon benar-benar harus bersyukur dalam kepedihan yang menyayat dirinya. Benar kenyataan itu sulit sekali ia terima pada awalnya namun ia harus perlahan memanjatkan rasa syukur yang teramat dalam. Si kecil Mingyu tak pernah mengeluh dengan tubuhnya yang susah bergerak bebas. Si kecil Mingyu selalu tersenyum riang dan tak menangis meski ia kesulitan mengambil sesuatu sendiri.

Saat ini Mingyu masih dirawat di rumah sakit guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan selama di rumah sakit, Mingyu diperbolehkan untuk bermain. Baik di dalam kamar maupun di taman dekat kamarnya. Hal ini bertujuan untuk merangsang otot-otot si kecil agar dapat cepat sembuh.

Kabut kepedihan yang menyelimuti Taeyeon sedikit demi sedikit mulai tersingkap. Ia memang tak sepenuhnya sanggup melepas pesakitan yang dilukiskan oleh Sunggyu. Tetapi melihat bagaimana Mingyu berusaha sekuat tenaga demi kesembuhannya membuat Taeyeon harus lebih kuat daripada sang anak. Walaupun sesekali kata-kata ‘ayah mana’ masih terselip di bibir Mingyu.

“Anakmu hebat sekali Tae.” Yuri menyisihkan jaket yang menutup pahanya dan mulai menyamankan duduk. Ia baru saja tiba untuk menjenguk Mingyu.

Taeyeon menaikkan sebelah alisnya. “Hebat?” Tanyanya bingung.

Eum!! Dia sepertimu Tae.. Tahan banting.. Lihatlah!! Mingyu tidak pernah mengeluh sekalipun ia kesulitan melakukan apapun.”

Seulas senyum tampak cantik di wajah pucat Taeyeon. “Aku tahu.. Aku merasa bangga dengan Mingyu..” Ia menunduk sejenak. “Keinginannya untuk sembuh begitu tinggi.”

“Kurang ajar sekali Sunggyu.. Dia tega meninggalkan kalian yang begitu baik.” Yuri mengusap punggung Taeyeon.

Wanita itu mencelos kala mendengar nama Sunggyu tersebut, ia hanya mengulas senyum pilu seraya memejam sejenak demi mengurangi rasa tangis yang sepertinya akan turun.

“Jangan ingatkan aku pada lelaki kejam itu!! Aku tidak ingin mengingatnya lagi..” Tukasnya tercekat. Gemuruh di dalam dada seolah membenarkan keinginannya saat ini.

Yuri mengerti, ia paham betul bagaimana keadaan Taeyeon saat ini. Berteman dengan Taeyeon selama lebih dari lima tahun cukup membuatnya tahu apa yang terjadi dengan keluarga itu. Dari dua mata cantiknya, Yuri bisa menduga bagaimana isi hati Taeyeon. Penuh ujian, kepedihan dan kekecewaan. Namun di balik itu semua, ia sangat mengagumi sahabatnya itu. Hidup dengan tekanan dan hujaman rasa sakit dari sang suami, bertahan demi sang anak tak melunturkan hati lembut Taeyeon. Walaupun saat ini Taeyeon tak ingin lagi melihat Sunggyu, Yuri masih yakin ada rasa tak tega pada Mingyu jika harus berpisah dengan ayahnya.

Tipikal Taeyeon.

Yang terkadang lemah dengan keinginan sang anak. Bahkan Taeyeon rela hatinya diinjak-injak bagaikan tak memiliki harga diri demi sang buah hati.

“Ibu....” Si tampan anak semata wayang Yuri berlari gembira ke arah Yuri. Sementara Mingyu berada di gendongan Dongwoo. Mereka bertiga baru saja bermain di taman seperti keinginan Mingyu. “Ibu lihat!!” Pekik Riwoo gembira. Ia menunjukkan sebuah mainan unik. Kalau Yuri tak salah melihat itu sebuah gantungan kunci yang cukup besar berbentuk sebuah boneka jerapah atau hewan lainnya?

Yuri tersenyum lalu memangku Riwoo. “Ini dari siapa sayang? Apa ayah membelikanmu?” Tanya Yuri.

“Bukan... Ada dokter tampan yang memberikan ini!!” Jawab Riwoo dengan ekspresi lucu khas anak kecil. Ia memutar-mutar mainannya. “Mingyu juga dapat!! Tapi Mingyu boneka panda.”

“Dokter tampan?” Yuri mengalihkan pandangan tanya itu pada suaminya. Sang suami menggangguk sebelum menurunkan Mingyu pada ibunya.

“Dokter muda sepertinya yang merawat Mingyu.”

Dokter muda? Kening Taeyeon mengerut kecil. Ada yang aneh ketika sebutan itu diucapkan. Setahu Taeyeon dokter muda itu hanya..

Lee Sungyeol. Tapi kenapa? Akhir-akhir ini sedikit lebih perhatian.

“Ah..” Alih-alih Yuri memberikan respon, Taeyeon lebih dulu menghela paham. Senyum simpul mengembang dari bibir tipisnya. “Sungyeol!! Dokter Sungyeol.”

Yuri menelengkan kepalanya. “Siapa? Apa dia begitu baik sehingga memberikan mainan ini?” Tanya Yuri heran.

Taeyeon mengangkat ringan bahunya seraya menggeleng kecil. “Aku tidak tahu!! Sepertinya dia memang menyukai anak kecil. Dia begitu perhatian pada Mingyu dan sering mengajak main Mingyu.” Tukas Taeyeon dengan sedikit rasa penasaran mengikuti. Ia memang tidak begitu tahu maksud baik dari Sungyeol. Atau semua dokter muda memang seperti itu? Entahlah.

Wanita muda dengan wajah cantik itu hanya menampilkan sebuah senyum tipis. Ia mengerti maksud Taeyeon. Beruntung sekali Mingyu ada yang menyayanginya selain keluarga. Setidaknya, bocah cilik itu tidak akan kesepian saat semua tidak bisa menemaninya. Atau ada hal lain yang membuat dokter muda itu begitu perhatian dengan Mingyu? Ah, Yuri merutuk dalam diri telah memiliki pemikiran yang kurang ajar.

Di saat Yuri tenggelam dengan pemikirannya, Taeyeon memijat kaki si kecil dengan sesekali mengecup pipi gembulnya. Mingyu tampak mengantuk di pangkuan Taeyeon. Dengan lembut tangannya menidurkan si kecil. Mingyu tampak tenang di pangkuan Taeyeon dan mulai memejamkan mata kecilnya. Mungkin tubuhnya lelah bermain dan butuh istirahat dalam pangkuan sang ibu.

“Malaikat kecilku.. Cepat sembuh yaa?”

.

.

.

.

.

Pada akhirnya apa yang diinginkan Sunggyu terkabul jua. Duduk manis di depan hakim yang akan mengesahkan keputusannya bercerai dengan Taeyeon. Ini yang ia tunggu selama beberapa tahun terakhir. Bibirnya tak pernah berhenti menyungging kala setiap kalimat pengabulan dari Hakim ia dengar.

Diliriknya bangku sebelah, alasan Mingyu masih di rumah sakit menyebabkan bangku itu terisi orang lain. Pengacara Taeyeon yang diambil oleh adik sepupu Taeyeon sendiri, Lee Minhyuk. Sunggyu cukup berterima kasih kepadanya yang memberikan dukungan dengan tidak membantah apa yang ditanyakan Hakim. Ia cukup puas dengan pernyataan yang dilontarkan olehnya kepada Hakim. Dan ia cukup puas dengan hasil yang didapat saat ini.

Semua telah selesai pada jam dan hari ini. Sunggyu telah bebas. Ia tidak akan terikat lagi oleh Taeyeon dan keluarganya. Walaupun masih ada tanggungan untuk memberikan tunjangan bagi Mingyu. Namun itu bukan hal yang bermasalah asalkan ia tak tinggal seatap lagi.

Sunggyu bangkit setelah ketuk palu terdengar sebagai tanda persidangan ditutup. Ia segera menjabat siapapun yang ingin berjabatan dengannya, termasuk Minhyuk pengacara Taeyeon.

“Selamat atas perceraianmu Kak Sunggyu.. Aku cukup kecewa dengan keputusan kalian.” Minhyuk tersenyum tipis. “Tapi aku lebih kecewa jika kau menyakiti Kak Taeyeon dengan kejam seperti sebelumnya.”

Sunggyu menaikkan sebelah alisnya kemudian ujung bibir kanannya. “Itu bukan salahku.. Keluarga kalian saja yang terlalu ngotot ingin menyatukan diri dengan keluargaku.” Sahut Sunggyu dengan tenang.

Minhyuk terbelalak tak percaya dengan jawaban Sunggyu. Apa-apaan dia mengucapkan hal seperti itu seolah yang salah adalah Tuan Kim, pamannya. Bukankah ini juga keinginan ayah dari Sunggyu?

“Aku baru sadar kalau kau memang mengerikan Kak Sunggyu. Aku kira kau sosok yang baik, bertanggung jawab dan penyayang. Ternyata tidak juga.”

“Bagaimana bisa kau menyimpulkan seperti itu Minhyuk-ah?”

Minhyuk tersenyum mani meskipun dalam hati ada sedikit rasa miris dengan kenyataan yang menerpa Taeyeon.

“Kak Taeyeon.”

“Taeyeon?” Sunggyu menaikkan sebelah alisnya sombong ketika mendengar nama Taeyeon.

“Kau tahu bagaimana Kak Taeyeon menceritakan kehidupan keluarga kalian setelah setahun pernikahan kalian?”

Sunggyu tak menjawab, ia hanya menatap lurus pada dua mata bola di depannya. Sorot mata itu berisikan tanya yang entah mengapa tampak ingin mengerti.

“Keluarga Kak Taeyeon tidak pernah mendengar kabar buruk dari Kak Taeyeon bahkan ibunya sekalipun. Kak Taeyeon selalu mengatakan kau mencintainya, kau berbuat baik padanya, kau bertanggung jawab, kau selalu membahagiakannya.” Minhyuk mengepalkan tangannya erat. Beberapa detik ia lakukan sebuah tarikan nafas demi mengurangi gemuruh emosi di dada. Bagaimanapun Minhyuk cukup sakit hati mengetahui hal ini dan sayangnya baru ia ketahui akhir-akhir ini semenjak kepergian Sunggyu dari rumah. “Dia tidak pernah mengatakan kalau kau telah menyakiti hatinya. Apalagi Kak Taeyeon selalu membanggakanmu di depan kedua orangtuanya.” Lanjut Minhyuk pelan sedikit menahan gemeretak di pipinya.

Entah mendapatkan kontrol darimana, Sungkyu terdiam sejenak. Mencoba meresapi setiap kata yang baru saja mampir di telinganya. Benarkah seperti itu? Wanita yang selama ini ia sakiti mengatakan seperti itu di depan keluarganya? Kenapa? Secara tidak sengaja otaknya menarik satu persatu laci memori yang sempat tertutup rapat. Memori itu ia coba rangkai membentuk satu garis kesimpulan. Ia tak menemukannya, hanya beberapa dugaan yang mungkin membenarkan ucapan Minhyuk.

Ah, ia ingat. Benar saja jika selama ini keluarga Taeyeon tidak begitu protes dan merasa kecewa kepada dirinya. Bahkan mereka selalu bersikap baik-baik saja. Berbeda dengan keluarganya yang terkadang memaksa dirinya untuk bersikap lebih baik pada Taeyeon. Apa ada sesuatu di balik ini semua?

Minhyuk masih sanggup mengulas senyum tipis setelah ia menahan mati-matian untuk tak memukul wajah orang yang telah menyakiti kakak sepupunya. Garis ekspresi datar sedikit berisikan keterkejutan di wajah Sunggyu. Mungkin, lelaki bermata sipit itu tengah berpikir.

“Ku rasa cukup sampai disini kak.” Minhyuk menepuk pundak Sunggyu. “Sekali lagi selamat atas kebebasanmu. Ah, iya.. Aku harap kau tidak mengganggu hidup Kak Taeyeon selanjutnya saat kau merasa menyesal padanya.” Setelah itu Minhyuk membalikkan tubuhnya meninggalkan Sunggyu yang terdiam tak bergeming.

Apa yang baru saja ia dengar? Ada apa dengan hidup ini? Kenapa orang selalu mengatakan bahwa ia akan menyesal dengan keputusannya ini? Persetan dengan kata-kata orang lain. Terserah bagaimana dengan Taeyeon dan anaknya nanti. Yang paling penting saat ini ia bisa bebas dan lepas dari semuanya. Dan ada yang paling penting. Ia bisa menikah dengan seseorang yang selama ini telah ia kecewakan.

.

.

.

.

.

Langkah keduanya tampak beriringan. Tawa yang sesekali terdengar menandakan bahwa mereka tengah diliputi rasa bahagia. Jika boleh jujur, keduanya bukan lagi remaja yang dimabuk asmara. Usia mereka telah menginjak kepala tiga. Namun apa yang terjadi saat ini keduanya bagaikan sepasang remaja yang terbalut asmara dan diringi dewa cinta. Berjalan berdua dengan lengan saling mengapit dan sesekali tangan jahil itu menggoda tulang hidung si wanita.

Dan pada saat keduanya sampai di tempat yang dituju, tangan mulus si wanita menarik cepat Sunggyu agar segera duduk. Melihat sekeliling yang cukup ramai jika saja mereka terlambat sedikit pasti tak akan mendapatkan tempat duduk. Kafe ini memang cukup terkenal, sehingga wajar jika pengunjungnya tak pernah berkurang.

Walaupun si wanita merupakan pemilik kafe, mencoba makanan dilain tempat tidak ada yang salah bukan?

“Kau mau makan apa?” Sunggyu menyodorkan menu makanan pada Tiffany setibanya pelayan datang menghampiri mereka.

“Uh?” Segera Tiffany mengambil alih menu itu dan membacanya cepat. “Waffle? Dan strawberry milk juice satu.”

Sunggyu menggeleng-geleng kecil mendengar pesanan Tiffany. “Kau masih tetap menyukai makanan itu ya..” Celetuk Sunggyu pelan. “Kalau begitu aku juga sama. Hanya minumnya berikan aku iced americano satu.”

Pelayan dengan name tag Lee Sungjong itu mengangguk paham. Sedetik kemudian ia berbalik meninggalkan Sunggyu dan Tiffany.

“Kau saja yang tidak pernah melihatku makan itu.” Tanggap Tiffany datar seraya memainkan ponselnya di tangan.

Sunggyu berdecak lalu mengambil alih ponsel itu. “Jika denganku jangan pernah kau menyibukkan diri.” Ia memasukkan ponsel Tiffany pada sakunya. “Hahaha.. Mungkin karena aku jarang mengajakmu keluar?”

“Oh ayolah Tuan Kim!! Kau dulu beristri, mana mungkin kau akan mengajakku keluar.” Tukas Tiffany sinis. Ia sedikit tidak suka dengan status Sunggyu dulu.

Yang diledek hanya tertawa kecil lalu mengulas senyum paling manis. Ada berbagai macam arti dari balik senyuman itu.

“Itu dulu.. Sekarang? Aku bebas menjemputmu kapanpun kau mau.”

“Hahahaha... Selamat atas perceraianmu Tuan Kim.”

Sunggyu tersenyum, ia meraih tangan Tiffany lalu mengecup kilat punggung tangan itu. Seulas senyum terukir setelahnya. Tatapan penuh cinta itu menghujam kedua bola kristal Tiffany. Sementara si wanita hanya tersenyum malu. Ada rona merah yang menyebar di pipi mulusnya.

“Kau benar-benar akan menikahiku?” Tanya Taeyeon serius.

Anggukan mantap diberikan Sunggyu sebagai jawaban. “Yaa.. Aku akan menikahimu.” Tukasnya yakin. “Aku tidak ingin membuatmu kecewa terlalu lama.. Kau sudah menunggu sekian lama Fany-ya..”

Ya, Sunggyu dan Tiffany merupakan sepasang kekasih dulu. Dulu sebelum rencana pernikahan itu digelar. Sebelum semua mimpi Sunggyu direnggut oleh orangtuanya. Keinginan menikahi Tiffany harus ia telan mentah-mentah setelah Taeyeon tetap menginginkan pernikahan itu. Kebersamaan dengan Tiffany harus ia relakan pergi setelah pernikahan itu dan si wanita memilih pergi ke Amerika. Selama itu Sunggyu memang masih menyimpan rasa untuk Tiffany. Tapi ia tak sanggup berbuat apa-apa sebelum kata perceraian terucap. Bagaimanapun Sunggyu bukan orang yang mau bertindak seperti itu. Ia sedikit merasa aneh memiliki istri lain sebelum proses perceraian terlaksana.

Namun sekarang cerita tengah berlanjut. Kisah cinta yang telah terpisah beberapa tahun itu akhirnya terjalin kembali. Tiffany kembali ke Korea setelah mendengar kabar keretakan rumah tangga Sunggyu beberapa bulan yang lalu. Yah, walaupun alasan utama ia kembali bukan karena itu tapi Sunggyu tetap bersyukur. Setidaknya kisah cinta yang ia dambakan dapat ia genggam kembali.

“Kau mau menikah denganku?” Tanya Sunggyu.

Tiffany tersenyum lembut sekali. Kedua mata indah itu melengkung cantik. “Buat lamaran secara formal Tuan Kim. Aku tidak ingin seperti anak muda yang terburu-buru menikah.”

“Kau bukan lagi anak muda Fany.”

“Maka dari itu.”

Bibir Sunggyu lagi dan lagi mengukir sebuah senyum cerah. Ia mengusap pipi Tiffany dengan gerakan sayang.

“Aku akan melamarmu setelah aku berbicara dengan orang tuaku.”

“Aku akan menunggumu.”

.

.

.

.

.

Kedua manikan lembut itu memaku pada taman yang tampak meramai. Senyum terukhir di wajah cantiknya yang masih pasi. Tangannya menyibakkan korden jendela memberikan akses yang lebih jelas padanya tentang apa yang ada di luar sana. Sekali lagi senyum terulas dari bibirnya. Ia tak menyangka jika musim semi telah tiba di negara ini. Atau karena ia yang sibuk mengurus buah hati hingga tak sadar dengan lingkungan?

Sebenarnya ia tengah melawan sakit yang teramat pilu di hatinya. Semenjak perceraian itu entah mengapa ia merasa sedikit aneh. Antara ia lega dan bingung. Lega bisa lepas dari jeratan pesakitan yang ditanam oleh mantan suaminya namun ia bingung bagaimana nanti nasib ke depan ia dan buah hatinya. Ah, jika terus menyugestikan kebingungan dalam diri yang ada ia tak akan bisa menatap hidupnya dengan baik.

Segera ia berbalik dan mendapati si kecil tengah tertawa riang dengan mainan di tangan. Tubuhnya berjalan pelan mendekat. Berjongkok kemudian dan memberikan kecupan ringan pada puncak kepala. Ia mengusak surai kelam lembut itu dengan sayang lalu mengusap pipi gembulnya.

“Mingyu ayo makan dulu yaa..” Tukasnya setelah ia melihat ada makanan yang dikirim suster di atas meja.

Si kecil mengangguk membuat Taeyeon tersenyum. Lekas ia bangkit dan mengambil makanan itu.

“Ibu... Aku tidak mau itu..” Mingyu menggeleng sesaat Taeyeon menyuapkan makanan seraya menunjuk pada sayuran yang ada di sendok.

Taeyeon mengerut sejenak. “Kau harus makan sayur Mingyu.. Biar sehat.”

“Tidak mau ibu...” Taeyeon mendesah melihat Mingyu menggelengkan kepalanya. Kenapa si kecil tidak menyukai sayur? Biasanya tidak seperti ini.

Mau tak mau Taeyeon menyuapkan makanan itu tanpa sayuran di atasnya. Dan si kecil benar-benar membuat Taeyeon melupakan ketidaksukaan Mingyu pada sayur. Ia senang melihat Mingyu begitu lahap menyantap makanannya. Si kecil ini selalu bisa membuat Taeyeon merasa senang.

Selama Taeyeon menyuapi Mingyu, banyak sekali cerita yang ia dendangkan. Mulai dari cerita di sekitar Korea sampai cerita anak-anak di dunia. Hati Taeyeon menghangat seiring dengan gelak tawa dari Mingyu. Bibir mungil itu tak berhenti mengunyah dengan sesekali tawa menyertai. Si kecil terlihat jauh lebih sehat dari sebelumnya. Keceriaan itu muncul setelah berapa lama menghilang.

Saat mereka sibuk dengan kegiatan makan itu, Sungyeol masuk dengan senyum mengembang. Ia begitu senang melihat interaksi yang ditunjukkan oleh ibu dan anak itu.

“Waahh.. Mingyu sedang makan siang yaa..”

“Dokter tampan!!”

Taeyeon terhenyak mendengar pekikan dari Mingyu. Si kecil begitu senang melihat Sungyeol masuk. Sejak kapan Mingyu tampak antusias dengan kehadiran Sungyeol? Ia lantas bangkit dan membiarkan Sungyeol berjongkok menyamakan tinggi dengan Mingyu. Dari atas ia bisa melihat kilat penuh kasih sayang di mata Sungyeol. Lelaki ini seakan berbeda. Atau Sungyeol memang menyukai anak-anak?

“Bagaimana? Apa Mingyu makan banyak?” Tanya Sungyeol pada Mingyu seraya mengusak surainya pelan.

Mingyu mengangguk senang. “Aku sudah habis banyak dokter tampan!!” Pekiknya kemudian.

Sungyeol tertawa mendengar sebutan yang diberikan Mingyu. “Mingyu juga tampan!! Apa Mingyu mau bermain dengan dokter?”

“Mau!!” Sahut Mingyu dengan jerit kegirangan. Langsung saja, Sungyeol meraih ganggang kursi roda dan hendak membawa Mingyu keluar. Namun Taeyeon menghentikannya.

“Apa tidak merepotkan jika Mingyu bersama anda?”

Tak langsung menjawab, senyum hangat terukir dari bibir Sungyeol. Ia menggeleng lalu melirik jam di dinding.

“Jam istirahat!! Tidak masalah Mingyu bersama saya.. Saya menyukai Mingyu dan sepertinya dia senang dengan saya.”

Taeyeon hanya tertegun diam. Ia mengangguk kecil sebelum membiarkan Sungyeol membawa Mingyu. Bibirnya reflek mengatup dan tergigit kecil bagian bawahnya. Ada yang menggelitik di dalam sana menanggapi sikap baik yang ditunjukkan oleh Sungyeol. Ada yang bersorak di dalam sana merespon senyum lembut dan hangat dari Sungyeol. Ada yang bergetar dalam jalur nadinya menyikapi tindakan penuh kasih sayang dari Sungyeol. Apakah hatinya mulai tersentuh? Entahlah..

Yang Taeyeon tahu ia hanya bingung dengan mudahnya Sungyeol merebut hati si mungil.

.

.

.

.

.

Plaakkkk...

Sebuah tamparan terdengar kasar setelah sebuah keinginan itu terlontar dari bibir Sunggyu. Si pelaku menggeram kesal dengan dada naik turun dan kepalan tangan yang bisa saja melukai kulitnya sendiri. Ia memejam sejenak bersamaan dengan tarikan nafas dalam. Kesal terhadap sikap Sunggyu yang dinilai kurang ajar.

“Kau kira hidup ini permainan? Semudah itu? Kau baru saja bercerai dengan Taeyeon dan kau meminta ayah melamar Tiffany?” Sentak Tuan Kim menanggapi keinginan Sunggyu.

Sunggyu menggerakkan rahang kanannya yang terasa panas dengan tatapan datar pada kedua orangtuanya. Apa yang salah dengan keinginan itu? Bukankah mereka juga tahu kalau Sunggyu mencintai Tiffany sejak dulu.

“Kalian tidak ingin melakukan untukku? Baiklah, aku akan melakukannya sendiri.” Sahut Sunggyu pelan. Ia akan meninggalkan mereka jika saja tangan Nyonya Kim tak menggapai lebih dulu.

Sunggyu memandang ibunya dengan tatapan penuh tanya.

“Kau boleh menikah dengan Tiffany!!” Suara ibunya melirih. Ada cekat yang terasa di balik suara itu. “Tapi tidak secepat ini!!”

Tautan alis Sunggyu tampak jelas berdampingan dengan kilat tanya dari mata sipitnya. Ia terdiam menunggu kalimat sang ibu selanjutnya.

Nyonya Kim menghela nafas berat. Ia mendongak sejenak mencoba mengalihkan air yang bisa saja keluar kapanpun. “Tunggu sampai Taeyeon sanggup hidup tanpamu!! Ibu tahu Taeyeon tidak mencintaimu!! Tapi ibu juga tahu bagaimana sakitnya Taeyeon karena dirimu..”

“Ini tidak ada sangkut pautnya dengan Taeyeon ibu!! Kami sudah bercerai!! Kenapa masih membawa dia sebagai alasan sih?” Jerit Sunggyu kesal dengan ucapan sang ibu.

“Jaga ucapanmu!! Kim Sunggyu!!” Kali ini Tuan Kim yang membentak. “Selain itu!! Pikirkan juga perusahaanmu!! Kau mau saham-sahammu akan turun lagi? Ingat!! Perusahaan tidak normal seperti dulu!!”

Sunggyu mendesah lirih. Bayangan tentang saham yang hampir terpuruk beberapa waktu lalu kembali berputar. Sungguh kenapa hidupnya harus seperti ini? Bertindak sedikit segala macam terpengaruh. Ia mendecakkan lidah sebelum membanting sesuatu yang ada di dekatnya. Emosi yang tertanam dalam hati tak sanggup ia tahan lagi. Seperti sebelumnya, kali ini pun keinginannya untuk menikahi Tiffany harus terlaksana. Bagaimana pun itu.

“Aku akan tetap menikahi Tiffany secepatnya!!”

Suara dingin penuh penekanan milik Sunggyu mengakhiri percakapan mereka. Baik Tuan Kim maupun Nyonya Kim hanya sanggup mengelus dada. Mereka tidak pernah menyangka memiliki anak sekeras batu. Entah hatinya terbuat dari apa mereka tak tahu. Namun untuk menolak keinginan Sunggyu pun rasanya mereka tak sanggup. Mereka cukup bersalah setelah memaksakan pernikahan itu terjadi. Jika saja mereka tak egois, mungkin Sunggyu dan Taeyeon tak akan dalam posisi yang seperti ini. Hanya sepenggal do’a yang tersemat untuk anak tertuanya. Semoga apa yang dipilihnya adalah yang terbaik.

.

.

.

.

.

Ini adalah hari yang ditunggu Taeyeon. Hari ini si kecil Mingyu diperbolehkan pulang setelah sekitar seminggu berada dalam perawatan di rumah sakit. Mingyu tampak senang dengan kabar bahwa ia boleh pulang. Walaupun ia selalu riang saat bermain di rumah sakit, tak jarang si kecil bertanya kapan pulang. Dan tak jarang pula ia berujar bahwa ia merindukan rumah juga Sunggyu, ayahnya.

Taeyeon sibuk membereskan barang-barang Mingyu dan dibantu oleh Ibu Sunggyu setelah Sungyeol memeriksa keadaan si kecil. Sementara Mingyu bermain dengan boneka dan mobil mainan di atas kursi roda.

“Apa kau bersungguh-sungguh akan membawa Mingyu ke Jepang Tae?” Nyonya Kim membuka kembali percakapan setelah dirasa cukup hening beberapa saat.

Taeyeon hanya mengganggukkan kepala seraya memasukkan pakaian Mingyu.

Nyonya Kim menghelakan nafas. Ia menghentikan pergerakan tangan pada tas milik Taeyeon lalu menatap pilu mantan menantunya itu.

“Maafkan Sunggyu Tae.. Sikap anak itu memang keterlaluan!!”

“Berhenti minta maaf bu..” Seulas senyum mengembang dari bibir tipis Taeyeon. Mata sayu itu menatap lembut pada Nyonya Kim. “Ini adalah yang terbaik untuk kami..”

Lagi dan lagi rasa bersalah mengerubungi Nyonya Kim. Bagaimana bisa ia baru menyadari hati lembut wanita ini dan harus terluka karena keegoisannya? Selain itu, kenapa mata sang anak harus tertutup dan buta akan kebaikan serta kelembutan dari Taeyeon. Yang paling parah adalah sikap kasar yang selama ini selalu ia lakukan demi membebaskan dirinya dari belenggu pernikahan itu. Kejam. Sudah berapa banyak orang yang mengatakan Sunggyu kejam?

Keduanya kembali larut dengan aktivitas masing-masing. Sebentar lagi barang-barang itu selesai dikemas. Taeyeon merapikan tempat tidur dan mulai mengambil mainan Mingyu di sebelah meja. Sedangkan Nyonya Kim menghampiri Mingyu yang masih berkutat dengan mainannya. Ia membelai sayang suari gelap milik Mingyu seraya mengecup pipi gembul mirip sang ayah. Nyonya Kim menelisik miris pada lekukan wajah Mingyu yang memiliki beberapa luka. Anak sekecil ini harus merasakan kepedihan yang dalam. Namun ia bersyukur Mingyu bukanlah anak yang cengeng.

Sekali lagi ia mengecup pipi gembul itu.

“Mingyu senang sebentar lagi pulang?”

Si kecil mengalihkan atensinya dari mainan yang dibawa. Detik selanjutnya anggukan ceria menjawab pertanyaan.

“Kau pasti merindukan suasana rumah.” Gumam Nyonya kim dengan tangan terus membelai surai Mingyu.

“Aku merindukan ayah, nek!! Mingyu ingin bermain dengan ayah di rumah!!”

Deg...

Baik Nyonya Kim maupun Taeyeon terkesiap seketika. Perkataan polos itu mampu membentur hati keduanya. Sebuah kalimat ringan yang mampu membawa ribuan ton dan akhirnya menghancurkan perasaan mereka. Rasanya sakit. Rasanya pedih. Rasanya perih. Keduanya hanya sanggup terdiam dengan perasaan yang entah bagaimana saat ini mengatakannya.

Apalagi Taeyeon. Wanita itu harus kembali merasakan sesak yang teramat setiap kali mendengar kata ayah keluar dari mulut Mingyu.

Nyonya Kim menoleh pada Taeyeon. Dari lensanya ia bisa melihat perubahan ekpresi yang cukup kentara. Pasti Taeyeon merasakan sakit yang luar biasa karena kalimat Mingyu.

“Kau rindu dengan ayah?” Tanya Nyonya Kim tercekat. Tenggorokannya terasa kering dan nyaris tak sanggup mengeluarkan kata lagi.

Mingyu menggangguk lucu. Ia melepaskan mainan di tangan kemudian menatap pada sang nenek penuh harap. “Ayah ada di rumah kan? Atau ayah ada di rumah nenek?” Tanya Mingyu seraya menelengkan kepalanya seolah ia tengah berpikir.

Taeyeon menggigit bibir bawahnya kecil. Ia miris mendengar pertanyaan dari Mingyu. Seakan mengerti tatapan sang ibu yang ia terima, Taeyeon mendekati keduanya dan berjongkok di depan Mingyu.

“Ibu akan membawa Mingyu bertemu dengan ayah.” Tukasnya lembut seraya mengecup puncak kepala Mingyu. “Untuk yang terakhir kali.” Lanjutnya lirih sekali.

Mingyu tersenyum senang. Ia memeluk tubuh Taeyeon dengan erat. Selanjutnya Taeyeon melepas pelukan itu dan berjalan sedikit menjauh. Nyonya Kim mengikuti Taeyeon dari belakang.

“Sunggyu tidak lagi tinggal di rumah ataupun di rumah kalian.”

Taeyeon berbalik dan mengangkat kedua alisnya terkejut.

Nyonya Kim tersenyum lalu mengusap pundak Taeyeon. “Sekali lagi maafkan Sunggyu Tae-ya..” Ia mengajak Taeyeon untuk duduk. “Sunggyu tinggal di apartemennya setelah perceraian kalian dan memutuskan untuk menikahi Tiffany.”

Taeyeon membelalakkan matanya terkejut, mendengar berita yang baru saja diucapkan oleh mantan mertuanya itu sama saja dengan mendengar Mingyu mencari Sunggyu. Walaupun ia tak yakin mencintai Sunggyu, namun ada rasa sakit dan perih yang tiba-tiba menyisik di hatinya. Dadanya bagaikan diremas kuat dengan tusukan berulang di dalamnya. Menikah dengan Tiffany? Ia tahu siapa wanita itu. Wanita yang dicintai mantan suaminya sejak dulu. Ia tak masalah dengan itu. Hanya saja kenapa rasanya seperti ini? Dan secepat itu kah? Kenapa? Bagaimana?

Kepalanya menunduk seiring dengan pemikiran yang tiba-tiba bergelayut dalam. Bahkan bibirnya telah menjadi korban demi menyisir rasa perih yang menyerangnya. Bagaimanapun Sunggyu pernah hidup dengannya selama beberapa tahun dan baru kemarin keduanya berpisah. Pasti, pasti ada rasa pedih yang diukirnya.

“Kau baik-baik saja Taeyeon?” Nyonya Kim khawatir dengan sikap Taeyeon. Ada gurat luka di wajah cantik Taeyeon yang terlampau pucat. Ia mengusap punggung si wanita muda dengan gerakan pelan.

Taeyeon mendongak lalu mengukir sebuah senyum hangat. Gelengan kecil ia lakukan untuk membuang jauh kekhawatiran dari sang ibu.

“Aku baik-baik saja.” Ia memejam sejenak seiring tarikan dalam dari hidungnya. “Sunggyu memang menginginkan hal ini sejak lama.” Ucapan itu tampak lirih sekali dan disertai sedikit getaran.

Nyonya Kim bisa merasa ada kekecewaan dari ucapan itu.

“Kau membiarkannya?”

“Kenapa tidak?” Seulas senyum masih terlihat di wajah cantik itu. “Sunggyu bukan lagi suamiku.. Kami tidak ada hubungan apapun. Meski ada Mingyu, hal itu tidak bisa membuat Sunggyu menghentikan langkahnya.” Sekali lagi Taeyeon menunduk. Embun telah mengelabuhi pandangannya. Kabur dan basah. “Aku tidak punya hak untuk melarang. Aku bukan siapa-siapanya yang bisa membuat Sunggyu tunduk. Biarkan saja, mungkin ini cara Sunggyu bahagia dengan pilihannya. Walaupun Mingyu dan bahkan aku akan terluka dengan semuanya.”

Reflek Nyonya Kim memeluk tubuh Taeyeon yang mulai bergetar. Dalam pelukan itu, tangis mulai perlahan pecah dengan sedikit suara isakan menemani. Taeyeon tak tahu mengapa ia menangis seperti itu. Taeyeon tak tahu mengapa hatinya melemah seperti itu. Taeyeon tak tahu mengapa kabar itu membuatnya sakit. Taeyeon tak tahu.

Ia tak tahu dan tak mengerti dengan hatinya. Apakah memang ada rasa untuk Sunggyu? Apakah ia tak menyadari rasa itu? Entahlah..

.

.

.

.

TBC


Bagaimana? Komennya yaa reader..

Maaf kalau ceritanya semakin aneh.. Dan feelnya kalau hilang tiba-tiba :(

Oke saya tunggu komennya yaa..

Terima Kasih.

.

.

Best Regards

.

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Adeeee #1
Chapter 8: Kakaaaakk, hello. Salam kenal. Penasaran banget sama kelanjutannya. Aku dari awal baca nggak tegaan sama Taeyeon. Sunggyu-nya juga jahat sih, huhu. Tapi jangan pisahin Mingyu dong Kak, dari Sunggyu (Taeyeon juga, kalo bisa balikan lagi). Sakitnya Mingyu dibikin agak parahan aja, plus rindu bapaknya. Jadi dia lagi sakit (dengan mata merem setengah tidur) tapi manggil2 "ayah, ayah, ayah, ayah" gitu. Ngerengek terus. Terus si Sunggyu mimpi buruk tentang Mingyu. Biar agak tobatan sikit itu si sipit. Terus ke Jepang deh dia-nya, jengukin Mingyu.

Oke. Ini udahlah request, panjang pula. Maaf kali ya Kak. Hahhaha. Terserah Kakak sih. Itu cuma ekspektasi aku. Nggak rela kalo si Taeyeon sama Sungyeol, hehe.
Anashim #2
Chapter 8: sebenernya ini cerita bagus, dulu wkt blm pny akun selalu cek apa udh update..
tp trahir baca sampe skrg, baru 1 chapter update pdhl udh lama bgt, trahir update okt.
amaharanin #3
Chapter 7: Bentar yah aku intermeso dulu. Aku sebagai readers disini liat viewers sama komen ff tuh gak pernah sinkron. Viewers nya banyak tapi yg komen itu2 aja :'( :'( author tetep semangat yah. Aku yg liat aja sedih gimana author, bikin karya kan susah apa salahnya sih kalian2 yg baca kasih aplause buat authorny. Komen doang gak minta pulsa, maafin tapi aku ngerasa sedih. Semangat authorrr :D :D
Feel ceritanya sedikit beda dari part awal, gak tau dimana kurang atau gimananya tapi aku ngerasa beda. Sepertinya author lagi kena writeblock yah? Beda aja fellnya, kalo pun author sibuk jangan di paksain
Andai aku berasa gutuin bgt hari ini, maafinnnn. :D samangat terussss authorrrr
amaharanin #4
Chapter 6: Sepertinya udh gaya penulisan author, ttep bagus kok biar rada lambat juga pas awal2. Tapi pas abis ketemu Tiffany di bar itu alur ya jadi bagus. Juara lah!
Ini aku bacanya sambil nnton standup comedy jadi gak fokus antara mau ketawa dan nyesek maksimal. Hihihi abisan nyesek , bagus bgt authorrrr . Aku nungguin terus lah update an nya. Juara lah!
Dan seneng aja si mbak e udh strong , gitu atuh jangan mau kalah molo. Si abang juga kena karma kan ? Wkwk aku bahagia sekali sumpah, puas gitu
Makasihbb authorr
NadiaExoGangerKim
#5
Chapter 6: Karma for you sunggyu!

Seneng banget karena akhirnya karakter taeyeon yang suka ngalah berubah menjadi melawan. Jadi gak terlalu tersiksa :3

ada apa denganmu, gyu? Kenapa kau jadi seperti itu di hadapan taeyeon? Mulai merasa kasihan? Mulai sadar kalau selama ini kamu kejam? -_-

untuk alur, jangan dipaksa dipercepat thor, kerjain aja sesuai keinginan author. Mau lambat atau cepet, yang penting updatenya jangan lama dan ditunggu saat2 dimana sunggyu menderita haha *ketawaevil

next chap ditunggu ya thor, keep writing. Fighting..
({}) xoxo :-*
pororiahajima #6
Chapter 6: lanjuuuuuut
amaharanin #7
Chapter 5: Masih masalah sama alur sih dari chapter selanjutnya , masih lambat :D feelnya masih juara gak sanggup !
Mbok nya si cewenya jangan di bikin lemah bgt thor , kesel sumpah hargat martabat mbaaa elah . Nyesel da pasti itu
NadiaExoGangerKim
#8
Chapter 5: Feelnya gak hilang, masih ada kok. Ini aku bahkan nangis lagi baca chapter 5nya :-(

kesel ih sama sunggyu! Baru aja cerai udah mau nikah lagi sama cewe lain :3

mingyu-nya kasihan :-(

taeyeon sama mingyu mau ke jepang? Lah, makin penasaran sama next chapnya. Update soon ya <3
irfa_as #9
chapter 4: wah ceritanya bikin orang jadi nangis aja,,,
jadi tambah penasaran dengan lanjutannya,,
amaharanin #10
Chapter 4: Sumpah kerasa bener loh nyeseknya . Tapi kenapa yah kalo kata aku alurnya terlalu lambat , apa emang aku nya aja yg gak sabaran . Bacanya tuh yah sambil nyesek sambil deg deg an juga kalo liat tulisan TBC T.T author kenapa ? Kenapa nyesek bgt ceritanya , feelny juara sumpah . Tapi alurnya di percepat yah dikit :) menurut aku sih heheehe