Sica POV

“Oppa, lebih baik kita putus saja oppa. Aku takut oppa, aku takut karirku akan berakhir saat mereka tahu kita memiliki hubungan special, aku takut perusahaan akan melarang kita untuk bersama” kataku sambil menangis “aku…. Kau tau kan ini impianku sejak dulu, aku rela pindah kekorea demi mengejar cita-citaku ini oppa, aku meninggalkan orang tua ku, adikku untuk ini semua” tangisku semakin deras “aku takut kalau mereka…”. “kau ingin putus?” katanya tiba-tiba. “oppa, aku mencintaimu… sungguh” ku peluk tubuhnya tapi ia tak membalas pelukanku dan berkata “tapi kau ingin putus denganku? Dengar Sica, aku mencintaimu jika memang kau takut hubungan kita akan menghalangi karirmu, baiklah kita putus saja” katanya dingin, langsung saja aku lepas pelukanku dan melihat kearah matanya dan yang kutemui hanya rasa kekecewaan yang besar terhadapku. “oppaaaa….” kataku. “pulanglah ini sudah malam” katanya singkat, dan ia segera berlalu meninggalkanku sendiri yang masih menangis.

Hae POV

“pulanglah ini sudah malam” aku tak tahu apa yang harus kulakukan lagi, melihatnya menagis membuatku sakit, jadi kuputuskan untuk meninggalkannya sendiri. Aku tak tega melihatnya menderita, ketakutannya kepada perusahaan yang memang melarang kami untuk berhubungan, ketakutannya terhadap karirnya yang baru saja dirintis, ketakutannya terhadap omongan orang lain. “aaaaaaaaaaaaaaaarrrgggg……… aku bisa gilaaaa!!!!” teriakku. Jujur aku kecewa terhadap keputusannya saat ini, aku benci kenapa ia tak mencoba untuk berfikir positif.