storm (Krystal)
FaithThe storm in my love story
Krystal pov
Sudah seminggu semenjak kejadian dirumah sakit waktu itu, hubungan ku dan Taemin masih seperti biasa, masih kaku dan dingin. Masalah tentang pemotretanku yang lalu sudah tak pernah diungkit lagi, setelah pulang dari rumah sakit hari itu ia tidak marah-marah padaku. Sikapnya masih seperti itu tapi setidaknya ia sudah melupakan masalah pemotretan seksi itu. Tapi sepertinya masalah baru datang lagi malam ini.
Saat ini kami sedang dinner di hotel berbintang, karena hari ini Taemin menghadiri seminar di hotel ini jadi aku langsung menyusul kesini dari lokasi syuting untuk pulang bersamanya. Tapi sepertinya mood Taemin sedang tidak baik malam ini, lebih tepatnya sangat tidak baik. Dari awal aku datang ia menatapku dengan tajam, kali ini aku bertanya apalagi kesalahanku. Makanan kami datang dan aku mulai memakan punyaku. “Apa kau kesini diantar Taeyeon noona?” tanyanya dingin sambil memotong steaknya. Aku menggeleng kemudian menjawab “Aniya, aku naik taksi kesini. Lokasi fashion show tadi tidak jauh dari sini, dan ini masih jam 7 malam”. Aku menyuap steak kemulutku tanpa melihat kearahnya, kami memang jarang berbicara sambil menatap mata satu sama lain. Jika kami saling bertatapan akan berakhir dengan adu tatapan tajam antara aku dan dia. Aku tidak tahu kenapa aku tak bisa menatap matanya untuk waktu yang lama.
Sambil mengunyah makananku kulihat tangannya mengepal diatas meja, “Kau naik taksi dengan pakaian itu? Sudah berapa kali kukatakan untuk berhenti memamerkan tubuhmu ke orang-orang, dan kenapa kau tidak menelponku dan malah memilih naik taksi? Ini sudah malam dan bahaya bagimu untuk berkeliaran sendirian. Bagaimana jika supir taksi itu menculikmu?” kulihat ia berhenti makan dan melihat kearah lain. Aku tidak tahu harus menjawab apa, sempat terpikir olehku untuk menelponnya tapi aku takut ia masih dalam seminar. Aku memang sangat dingin dihadapannya, tapi setiap ia memarahiku selalu muncul perasaan yang selalu menghantuiku selama 6 tahun belakangan ini. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa sikapku begitu dingin pada Taemin padahal aku sangat mencintainya. Jawabannya hanya satu kata, yaitu sebuah perasaan yang disebut ‘insecure’.
Ya, semenjak kejadian kelam itu semuanya berubah, aku mencoba percaya padanya. Aku mencoba mempercayai perasaannya tidak berubah padaku, aku mencoba meyakinkan diriku bahwa ia memang tidak peduli bagaimana keadaanku bahwa ia benar-benar mencintaiku dengan tulus. Tapi perasaan itu selalu muncul tiap aku menatap dirinya yang tampak begitu gagah, tampan dan berwibawa, benar-benar lelaki idaman. Satu sisi diriku menyuarakan ‘Lihatlah betapa tampannya dia, wanita mana yang tak mau jika dengannya. Kau seharusnya tau diri Jung Soojung, dia pantas mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darimu, kau hanyalah sampah yang dikasihaninya karena merasa tanggung jawab, berhenti mengikatnya dan memanfaatkan rasa bersalahnya padamu!!’. Aku selalu ingin berteriak tiap suara itu muncul dikepalaku, aku merasa diriku sangat kotor, sangat buruk rupa jika disandingkan dengannya. Tapi manusia selalu memiliki sisi egois dalam diri masing-masing, sisi egois diriku berkata ‘Kau mencintainya, jika kau yakin akan cintamu padanya kau harus mempertahankannya. Jangan pernah lepaskan dirinya, tidak peduli bagaimana perasaannya padamu lagi, yang penting dia harus selalu ada disampingmu. Jangan tunjukkan sisi lemahmu padanya, jadilah wanita yang dingin, jangan bersikap rapuh dan bermanja-manja padanya. Dia bisa saja jijik padamu dan hanya merasa bersalah, jadi tetaplah dingin dan ikat dia disampingmu. Tidak peduli lagi kau akan mengikatnya dengan cinta atau memanfaatkan rasa bersalahnya, yang penting dia tidak boleh meninggalkanmu soojung’. Dua suara dalam diriku, dan sisi egoisku lah yang menang. Hasilnya semenjak beberapa tahun terakhir aku selalu bersikap dingin padanya, bahkan sampai dititik paling putus asanya diriku aku tak peduli lagi sikapnya yang dingin.
Tapi menjalaninya tidak semudah yang dibayangkan, mungkin aku sudah terbiasa berbicara dengannya dengan nada dingin. Tetap saja badanku akan bergetar tiap ia marah padaku, aku ketakutan bagaimana jika sewaktu-waktu ia bosan dengan semua ini dan memutuskan hubungan ini. Pikiran itu selalu menghantuiku, aku hidup hanya dengan satu harapan yang tidak pasti, harapanku untuk bisa bahagia dengannya selamanya. Entah itu bisa diwujudkan ataukah hanya akan menjadi harapanku selamanya.
Aku tetap memasang wajah dinginku sambil memotong steak dihadapanku, “Ada apa dengan pakaianku malam ini? Aku memang tidak sempat mengganti pakaian sebelum kesini, apa kau malu aku tidak menggenakan gaun untuk dinner denganmu di tempat mewah ini?” tanyaku. Sebenarnya malam ini aku hanya menggenakan kemeja putih dengan rok pendek, mungkin terlalu pendek untuk ukuran rok ‘ideal’ versi Taemin, dan sepasang high heels dengan model simple. Dia sudah meletakkan sendoknya, pertanda ia sudah selesai makan padahal makanannya masih banyak bersisa “Mungkin lain kali kau harus memakai rok yang lebih pendek lagi, itu kurang pendek” katanya dengan sarkatis. Sebenarnya aku sudah gugup sekali tapi aku tetap ‘playing cool’ dihadapannya, “Okay, next time maybe” jawabku membalas sindirannya. Kemudian kurasakan pergerakan tubuhnya yang menegang karena emosi “Lihat aku Krystal” katanya. Namun aku tetap sibuk memotong steakku dan tidak berniat mendongak melihatnya, sejujurnya karena aku takut padanya.”JUNG SOOJUNG!” kali ini nada suaranya meninggi dan dengan gugup tapi masih mencoba untuk tak terlihat aku mengangkat dagu tinggi-tinggi kearahnya.
Taemin hanya menatapku tajam kemudian menghembuskan nafas dan melihat kearah lain, “Aku melihat pemotretanmu 3bulan lalu bersama model bernama Oh Sehun, kenapa kau tidak menceritakannya padaku? Sampai kapan kau akan terus begini oh
Comments