Part 6 : Romeo Must Die 2

Destiny Beneath The Gun

Doojoon berdiri tanpa ekspresi dengan beberapa orang berpakaian serba hitam yang membungkuk memberikan hormat terakhirnya pada sang adik. Dua ban hitam di lengan kirinya menandakan dia adalah keluarga kandung sang almarhum. Doojoon tak menangis, namun tak juga terlihat tegar. Dia menatap foto adiknya yang terpajang di meja ditengah jajaran rangkaian bunga, sedangkan pikirannya melayang entah kemana.

 

>>> Flashback

 

“Oppa kau berhasil lulus ujian untuk masuk akademi kepolisian?” tanya Bomi dengan wajah berbinarnya namun Doojoon memasang wajah sedihnya. “Tidak berhasil?” tanya  Bomi merubah wajahnya seakan ikut merasakan kesedihan kakak lelakinya.

“Jjan!” Doojoon membuka selembar kertas bertuliskan dirinya lulus untuk masuk akademi kepolisian.

“Ya! Aku terkejut! Aku pikir kau tidak berhasil!!” Bomi memukul bahu kakaknya berkali-kali. Doojoon hanya tertawa karena berhasil menipu adiknya. “Aku akan membuatkan budae jigae sebagai ucapan selamat! Chukae oppa” Bomi memeluk Doojoon erat sebelum mengajaknya ke dapur.

 

***

 

“Oppa!!” Bomi berlari menuju oppanya dan memeluknya erat. “Oppa chukae kau berhasil lulus akademi dan menjadi lulusan terbaik! Aku bangga padamu oppa!” Bomi mencium kedua pipi Doojoon.

“Nae Dongsaeng! Kau harus mentraktirku” ucap Doojoon.

“Yah! Kenapa aku yang traktir? Kan kau yang lulus” ucap Bomi cemberut. Doojoon mencubit kedua pipi gembung Bomi.

“Kudengar kau lolos ujian untuk masuk akademi juga… jadi berita itu benar atau tidak benar?” tanya Doojoon. Bomi tersenyum dan membalas cubitan Doojoon dengan cubitan dipipi pria itu.

“Ne!! aku akan jadi polisi seperti appa, eomma, kau dan Yoseob oppa! Aku akan memakai seragam keren nanti” Bomi mengeraskan cubitannya hingga Doojoon berteriak dan meleppaskan tangannya dari pipi Bomi.

“Apakah aku terlihat sangat tampan dengan seragamku?” tanya Doojoon menunjukkan pose terbaiknya dihadapan sang adik.

“Hem!! Neomu Moa!” Bomi mengangkat kedua jempolnya seraya tersenyum lebar.

 

***

 

“Salute!” Bomi menempelkan ujung jarinya di atas alisnya tanda hormat. Doojoon mmembalas hormat Bomi. “Yeay! Aku masuk tim oppa!” Bomi menghambur ke pelukan Doojoon dan melompat penuh kesenangan.

“Selamat datang di timku! Berjanjilan untuk jadi polisi yang baik dan rekan yang baik selama berada di tim ini, mengerti?” tanya Doojoon.

“Ayay captain!” Bomi kembali memberi hormat sebelum keluar dari ruangan Doojoon.

“Bomi-ya… kau sangat cantik dengan seragam itu” ucap Doojoon menghentikan adiknya sebelum keluar. Bomi berbalik dan mencium kedua pipi kakaknya sebelum benar-benar keluar dari ruaangan kakaknya.

“Oppa, aku akan jadi polisi keren seperti oppa” ucapnya sebelum menutup pintu.

 

>>> Flashback End

 

Doojoon masih bisa mendengar suara adiknya bergema di telinganya, masih bisa melihat senyum berseri adiknya dengan jelas dikepalanya, dan masih bisa merasakan tiap jengkal kasih sayang yang Bomi berikan padanya. Doojoon tak ingin menangis… sungguh tak ingin menangis.

“Doojoon-ah….” Lelaki berban satu di lengan kirinya, tanda ia adalah kerabat orang yang ditinggalkan, memeluk tubuh Doojoon yang sudah tak dapat menahan perihnya luka yang menggores hatinya. Doojoon menumpahkan air matanya, ia sudah tak tahan membendungnya. “Mianhe… hyung bersalah padamu Doojoon-ah…Mianhe” pria itu menepuk punggung Doojoon yang menangis semakin keras hingga menarik pandangan para pelayat yang datang.

 

***

 

Suga pulang ke markas dengan memapah Joo. Ekspresi Suga tak begitu baik, ia seakan baru melihat hantu yang paling menyeramkan hingga darah di pipinya tak terlihat. Joo duduk di sofa dengan darah bersimbah di betis kiri dan bahu kanannya.

“Kau masih menyesal aku membunuh gadis itu?” tanya Joo berusaha melepaskan kain hitam yang terikat di lengan kanannya.

Ani…aku hanya terkejut” ucap Suga terduduk di lantai.

 

>>> Flashback

 

Bomi, V, dan Dongwoon menerima kabar tentang penyerbuan di tempat pertemuan Yang sajang. Ketiganya segera berlari menuju van hitam mereka untuk kembali ke posisi awal. Namun tiba-tiba terdengar suara letupan senjata yang menjatuhkan seorang Kepala Ketentaraan dengan lubang besar dikepalanya. Dongwoon, Bomi dan V berbalik lalu mendapati sepasang yeoja dan namja berpakaian serba hitam berlari ditengah kerumunan. Dongwoon tidak mahir dalam menggunakan senjata, kedua orang berpakaian hitam itu sepertinya sangat ahli melihat keduanya memegang senjata terbaik yang Bomi dan V tahu.

“YA! BERHENTI!” Bomi berteriak namun dua orang itu tidak berhenti untuk menoleh, mereka malah melepaskan tembakannya. DORR. DORR. Keduanya menghujani mereka dengan tembakan tak beraturan sebelum melengos pergi.

“Sial! Aku tidak akan membiarkannya lolos!” seru V. Ia segera mengambil langkah seribu, agar dapat menyusul keduanya menuju lapangan parkir outdoor yang dikelilingi tembok bata setinggi tiga meter. Dua orang berpakaian hitam itu berpencar ke kiri dan kanan sebuah gang kecil.

“V! berpencar! Dongwoon oppa kabari tim bahwa kita mendapatkan serangan!” Bomi mengikuti sang lelaki sedangkan V mengikuti sang wanita.

DORR. Tembok di belakang Bomi dan V baru saja rusak akibat hantaman peluru dari beretta sang wanita sniper itu. Kepala V nyaris berlubang jika ia tak segera merunduk menghindari peluru tadi. DORR. Wanita yang diketahui adalah Joo menerima tembakan balasan dari V yang berhasil dihindari, sama berhasilnya dengan V menghindari tembakan wanita itu.

Disisi lain Bomi mengejar lelaki yang diketahui adalah Suga. Suga tak berbalik maupun menembak, dia hanya terus menghindari peluru yang dilontarkan senjata milik Bomi. Peluru Bomi menabrak mobil Mini-Cooper yang diloncati Suga untuk menghindari kejaran Bomi. Alarm mobil pun berbunyi nyaring, dan kini mengundang orang-orang untuk melihat apa yang terjadi.

“Jackass! Hampir saja!” umpat Suga.

Joo melompati sebuah tembok besar untuk menghindari kejaran V. Gadis itu cukup cepat dan lincah untuk ditangani seorang newbie seperti dirinya. Rupanya di balik tembok tersebut merupakan kawasan padat pemukiman. Rumah-rumah kecil saling berhimpitan dan hanya dipisahkan oleh gang kecil panjang yang berliku-liku mirip labirin. Warga yang hilir mudik di sana membuat V kehilangan sosok gadis yang dikejarnya.

“SIAL!!” serunya. Joo berhasil lepas dari pengejaran V dan mendapati posisi Suga yang masih dibuntuti dengan erat. Joo bergabung dengan Suga untuk berlari bersama setelah sempat memeriksa peta digitalnya untuk mencari jalan keluar.

“Ikuti aku jangan sampai tertinggal” ucap Joo disela deruan napasnya yang lelah akibat berlari. Bomi melepaskan pelurunya dan berhasil mengenai bahu Joo. “!!” Joo kehilangan kesabaran dengan bermain kejar-kejaran dan berbalik, dia mengisi kembali pelurunya dan mengarahkannya ke Bomi.

“Kalian ingin duel? Huh?” tanya Bomi dengan nada mengejek. “Aku tahu kau tidak mengenakan rompi anti peluru, karena bahumu terluka akibat tembakanku tadi. Lebih baik kau lari dan sembunyi di sudut-sudut, pengecut!” ucap Bomi semakin menantang. Suga ikut berhenti dan memperhatikan duel antara dua wanita itu. Mulut suga menganga lebar ketika melihat wajah gadis polisi itu dengan jelas. Keduanya masih saling menahan pelatuk masing-masing dengan pandangan sama-sama tajam.

“Yoon Bomi…” ucap Suga lemah namun masih bisa didengar oleh kedua yeoja yang saling berhadapan mengacungkan pistolnya masing-masing itu.

“Min Yoongi…” panggil yeoja itu balik.

“Ada apa ini? Kalian saling mengenal?” Joo masih menahan tembakannya dan meminta jawaban dari keduanya.

“Itu kau? Kau bilang kau pergi untuk mengejar mimpimu, tapi ini yang kau lakukan? Apa mimpimu menjadi seorang penjahat Min Yoongi?” mata Bomi berair, gadis itu sudah tak bisa melihat objek didepannya dengan jelas lagi. Gadis itu mengeluarkan air matanya dengan deras seraya menatap pria yang ia kenal dengan baik. Joo tidak tahan dengan drama dihadapannya dan melepaskan pelatuknya. DORR. Tubuh Bomi limbung, gadis dengan mata berkaca-kaca itu jatuh. Suga berlari menuju gadis itu dan menangkap tubuhnya. “Otokhe? Otokhaji? Kenapa kau bisa disini?” gadis dengan darah yang memancur di dadanya masih bisa berbicara meski rasa sakit menyerang tubuhnya perlahan. “Min Yoongi… Yoongi-ya… Nae Yoongi…” karena terus memaksa berbicara gadis itu memuntahkan darahnya.

Terdengar derap langkah menuju tempat mereka berduel itu. Joo tau rekan dari gadis yang ia tembak tak lama lagi akan sampai ketempat mereka berdiri saat ini.

“Suga! Pergi dari situ segera!” Suga masih tak bergerak dari posisinya. Bomi mengangkat tangannya untuk mengusap wajah pria itu sebelum tersenyum dan menutup matanya. Suga menangis, dia tak percaya dia menangis. Seorang sniper yang dipanggil cold-hearted oleh timnya menangis dihadapan seorang yeoja. Joo menarik lengan Suga untuk berdiri dan berlari. DORR. DORR tiga tembakan menghujani Suga dan Joo. Dua diantaranya berhasil bersarang di tubuh Joo namun dia masih terus menarik pria disampingnya untuk pergi.

 

>>> Flashback End

 

Suga berdiri untuk mengambil kotak P3K dan menyerahkannya pada Joo. Joo masih bisa melihat mata merah Suga sehabis menangisi yeoja yang ditembaknya.

“Siapa gadis itu? Dia mengenalimu, dia harus mati” ucap Joo. Suga memandang Joo dengan wajah kesal, ia tak ingin ditanya saat ini namun dia tau jika dia tak menjelaskan sekarang maka Joo akan membeberkannya ke anggota timnya yang lain dan hal itu akan semakim merepotkannya.

“Mantan pacarku… kami teman baik saat di sekolah menengah, sebelum aku memintanya menjadi pacarku. Kami berpacaran selama setahun lebih sebelum aku bergabung ke organisasi ini” ucap Suga. “Kau tak perlu bantuanku untuk mengobati lukamu kan?” tanya Suga dingin.

“Kau marah padaku? Kulihat kau menangis, apa dia seberarti itu untukmu?” tanya Joo. Suga memandang Joo dengan pandangan kesal. “Ini pertanyaan terakhir, aku tak akan mengungkitnya lagi. Aku hanya kagum wanita itu bisa membuatmu menangis”

“Salahku kau terluka!” ucap Suga sebelum membantu menyiapkan peralatan P3K untuk Joo. “Bagaimana perasaanmu jika aku membunuh Chim?” pertanyaan Joo dijawab dengan sebuah pertanyaan yang bahkan tak ingin Joo jawab.

“Apa aku dan Chim berada ditahap seperti dirimu dan gadis itu? Jangan bercanda!” Joo melepaskan jaketnya dan menyisakan atasan dengan tali spagheti yang memperlihatkan bahunya. Joo membasahi sebuah pinset dengan alkohol  sebelum membuka luka tempat pelurunya bersarang dan menariknya keluar. “!”

Tak berapa lama dua pria, Chim dan Rapmon, kembali dari misi mereka dan mendapati Joo serta Suga sudah berada di ruang tamu.

“Kau terluka? Bodoh! Bagaimana bisa terluka? Bukannya kalian hanya membunuh target?” tanya Chim.

“Kami mendapatkan target ekstra dalam perjalanan pulang… one plus one” ucap Joo berusaha menjahit lukanya sendiri.

“Kubantu” ucap Chim mengambil pinset, jarum dan benang di tangan Joo.

“Suga? Kau juga terluka?” tanya Rapmon. Suga tak mendengarkan, dan hanya pergi meninggalkan tiga orang untuk kembali ke tempat ternyamannya di atap. Suga masih bisa mendengar suara terakhir Bomi yang dilontarkan padanya.

 

‘Min Yoongi… Yoongi-ya… Nae Yoongi… bogoshipta… neomu bogoshipeo’

 

***

 

Setelah mengurusi pemakaman Bomi, Doojoon kembali ke rumah sakit dia mendapati tubuh gadis yang dirawat disana sebelumnya menghilang. Doojoon yang panik menanyakan keberadaan gadis itu pada perawat yang berlalu lalang namun tak satupun dari mereka yang melihat gadis itu. Doojoon berkeliling rumah sakit dan mendapati gadis yang dicarinya berada di halaman rumah sakit berdiri menatap bulan yang terlihat bulat. Doojoon tersenyum ketika melihat gadis itu menutup matanya dan tersenyum damai. Gadis itu seakan merasakan udara malam yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

“Menikmati malammu nona? Ingin aku temani?” Doojoon membuyarkan kedamaian gadis itu. Gadis bernama Chorong itu mengalihkan pandangannya menuju Doojoon dan tersenyum lebar.

“Kau… Siapa yang meninggal?” Chorong melihat pakaian yang dikenakan Doojoon. Doojoon masih mengenakan pakaian yang sama saat ia berada di rumah duka.

“Adikku… D.I.A. (Die In Action)” ucap Doojoon lemah. Seperti film yang kembali terulang, luka akibat kehilangan adiknya kembali ia rasakan. Doojoon masih ingin menangis, dirinya masih sangat merasa kehilangan adik satu-satunya itu. Chorong berjalan kecil kearah Doojoon sebelum merengkuh wajah pria itu dan meletakkannya dipundaknya. Doojoon bisa menangis dengan tenang dipelukan Chorong. Seakan plester yang menutup luka, pelukan dan sentuhan Chorong mengobati luka hatinya. Chorong mengusap lembut punggung Doojoon menenangkannya sementara Doojoon masih menangis dalam diam.

“Aku turut berduka” Chorong melepaskan pelukannya dan memandang wajah Doojoon yang masih berair, ia mengusapkan lembut jemarinya untuk menghapus air mata yang membasahi wajah pria itu. “Kau harus tegar” ucapnya.

“Tak seharusnya aku seperti ini dihadapanmu. Aku pasti terlihat lemah, maaf” Doojoon menghapus air matanya sendiri.

“Tidak kok, air mata bukan tanda kelemahan. Itu hanya sebuah tanda yang menegaskan bahwa kau seorang manusia” Chorong tersenyum. “Kenapa kau kesini? Harusnya kau beristirahat setelah mengrus pemakaman adikmu”

“Aku hanya ingin memastikan kau aman. Kau bisa datang ke kantor polisi besok? Kami butuh keteranganmu sebagai saksi atas penyerangan tadi” ucap Doojoon. Ekspresi Chorong berubah, dia tak mungkin datang ke kantor itu. Jika kakaknya tau ia menjadi saksi atas penyerangan yang dilakukan kakaknya tidak hanya dirinya yang mungkin dihabisi, Doojoon pasti tidak akan selamat dari tangan kakaknya. “Kau tidak mau?” Doojoon menyadarkan lamunan Chorong.

“Ah… aku hanya takut. Aku belum pernah ke kantor polisi sebelumnya” ucap Chorong beralasan.

“Aku akan menemanimu. Tidak ada yang perlu kau takutkan, kantor polisi bukan tempat yang menyeramkan seperti bayanganmu. Yah walau sedikit… emm… apa ya bisa dibilang berbahaya sih tapi selama kau disisiku akan kupastikan kau aman” Doojoon meyakinkan. Chorong sedikit tertawa dengan pernyataan Doojoon. Doojoon mengatakan bahwa kantor polisi sedikit berbahaya, bagaimana jika pria itu tahu tempat seperti apa yang ditinggali dirinya. Tempat penuh pembunuh, senjata, racun dan bom. “Apa aku terlihat lucu? Hehe” Doojoon menggaruk tengkuknya merasa awkward. Tiba-tiba…

 

BRAAGG

 

Sebuah pukulan keras mendarat tepat di tengkuk pria itu, kondisi halaman yang sepi membuat kejadian itu tak memiliki saksi. Chorong berteriak sebelum menghampiri tubuh lunglai Doojoon. Pria bertopeng yang memukul Doojoon menarik tubuh Chorong menjauh. Mata Doojoon kehilangan fokus, tubuhnya lemas tak bisa berdiri. Pria bertopeng itu melepaskan penutup wajahnya dan menampakkan wajah yang dikenali gadis itu.

“Joker?!” Chorong hampir menjerit namun ditahannya. “Apa yang kau lakukan?” tanya gadis itu melepaskan pegangan erat tangan Joker di lengannya. Joker mengeluarkan pistol di sakunya dan menembakkan pelurunya ke angkasa sebelum mengacungkan mulut senjatanya ke kepala Doojoon.

“Waktumu tiga detik untuk berpikir, kau harus kembali princess atau romeo must die

 

TBC

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
AZC124
#1
Chapter 7: Finally! Please update soon:) sukaa banget lah pokoknyaa
wufanneey
#2
Chapter 6: Baru dimulai romancenya ketika Bomi sudah tiada, huhuhu... Lanjutin plisss T.T
wufanneey
#3
Chapter 4: Makin keren ceritanya ada saya betul-betul luwes membayangkan pertarungan itu. Cool, cool banget ^^
wufanneey
#4
Chapter 2: Wow so cool. Fiksinya keren~ saya suka bagian teka-teki dalam surat yang musti dipecahkan itu, kerennya...
wufanneey
#5
Chapter 1: Yang Sajang? *Biarkan saya ngakak sejenak bikoz si imut berperan sebagai orang penting wkwkwk*

Next chap dua ~~~
wufanneey
#6
Uwaaah. Ada fanfiksi dujun b indo hihihi. Subcribe dulu ya entar saya baca ^^
stefaniwu #7
Chapter 6: update soon please
babyhoon #8
Chapter 6: doojoon x rongmama. .
johaaa.. update soon
KiwiPrincess #9
Chapter 6: huaaa...andwaeee, Bomi-ya...kenapa Bomi nya mati..huaaa aq ga rela...*peluk Doojoon*

This is amazing!! ditunggu update-an selanjutnya..Fighting \(^0^)/
AZC124
#10
Chapter 6: Akhirnyaaaaa yang ditunggutunggu telah tibaaaa><(?) Please update soon eon!! Pliss jangan lamalamaaaaa udh gak sabarr sama kelanjutannyaaaa:3