Part 5 : Romeo Must Die 1

Destiny Beneath The Gun

Chorong bisa melihat seluruh timnya memandangnya dengan berbagai pengertian. Chorong tau apa yang mereka pikirkan, pikiran yang sama dengan apa yang dipikirkannya sedetik setelah tahu siapa sebenarnya orang yang baru-baru ini menarik perhatiannya. Seorang polisi, tidak lebih tepatnya orang yang akan menjadi musuhnya. Pria yang membuatnya tertawa, tersenyum, dan berdebar adalah pria yang akan menjadi musuhnya. Chorong tahu bagaimana cerita ini akan berakhir, ada dua opsi mengenai keadaan ini yang pertama adalah dirinya ditangkap dan dihukum mati oleh Doojoon atau pilihan kedua adalah Doojoon mati ditangan kelompoknya terlebih ditangan kakaknya. Apa yang didalam pikiran Doojoon setelah mengetahui kedua opsi ini? Apa yang akan dipilih Doojoon sebagai akhir dari kisah yang tak pernah dimulai ini? Apa dia akan mementingkan pekerjaannya atau dirinya yang mungkin tak pernah singgah dihatinya? Chorong yakin dia akan mementingkan pekerjaannya setelah mendengar cerita Doojoon tentang Yoseob. Pria yang baru saja diceritakan oleh Doojoon di kedai udon.

 

>> Flashback

 

“Aku punya seorang hyung…dia merawatku seorang diri selama 15 tahun setelah kecelakaan hebat menimpa kedua orang tuaku. Dia membesarkan aku dan adikku seorang diri selama 15 tahun, tanpa lelah bekerja untuk kami, tanpa lelah menyayangi kami, dan tanpa lelah memberi kami pelajaran mengenai hidup. Dia pria luar biasa, seseorang yang aku ingin sekali menjadi dirinya sejak aku kecil. Orang yang aku kagumi dan terus berharap aku bisa sehebat dirinya. Jika dia sedang dalam bahaya, aku ingin sekali melemparkan diriku pada bahaya itu untuk menggantikannya. Jika dia membutuhkanku bahkan untuk melompat dari tebing pun aku bersedia. Dia orang yang seperti itu bagiku. Jika aku harus memilih aku lebih baik mati untuknya” ucap Doojoon.

“Begitu besar cintamu padanya, dia pasti kakak yang baik” ucap Chorong.

“Dia bukan kakak kandungku… orang tuaku mengadopsinya sebelum melahirkan aku dan adikku” ucap Doojoon.  “Marga kami juga berbeda, setelah ayahku meninggal dia menggunakan nama keluarganya yang dulu kembali. Dia bilang, dia tidak berhak menggunakan marga keluarga kami karena dia hanya orang luar… tapi aku tahu hyung mengubah namanya seperti dulu untuk menemukan seseorang, ada seseorang yang hyung cari. Seorang teman lama di panti asuhannya”

“Nama hyungmu siapa?” tanya Chorong.

“Yang Yoseob”

 

>> End of Flashback

 

Chorong baru menyadari kenapa dia merasa tidak asing dengan nama itu. Nama yang membunuh ayahnya, nama orang yang sangat dibenci oleh kakaknya JS. Bagaimana? Bagaimana semua ini begitu berghubungan.

“Andwe… jangan lakukan apapun pada Doojoon! Aku bersedia melakukan apa saja untukmu jika kau berjanji tidak akan menyakiti Doojoon” ucap Chorong.

Such a sweet sister

 

***

 

>> 06.30 pm

“Kau bilang apa?” tanya Kikwang. Doojoon dan Kikwang sedang duduk bersama Yookyung di sebuah café di sebrang tempat pertemuan Yoseob dengan tamu rahasianya.

“Orang tuaku dibunuh oleh pimpinan Black Jackal sebelumnya, orang yang ditangkap Yang sajang dan dijatuhi hukuman mati. Karena itu aku ikut dalam misi, karena itu aku sangat menyayangi Yang sajang. Jika dia tidak merawatku dan adikku kami hanya akan jadi yatim piatu yang luntang-lantung tanpa tujuan jelas” jelas Doojoon. Doojoon masih mengingat bagaimana dia melihat pembunuhan sadis orang tuanya di depan matanya. Bagaimana rumah mereka di bom setelah penembakan brutal yang mereka lakukan pada kedua orang tuanya. Jika bukan karena Yoseob saat itu menyelamatkan mereka, Doojoon yang berusia 11 tahun tidak akan tahu apapun dan mungkin dia dan adiknya akan mati.

“Maaf aku tidak tahu kau punya masa lalu menyakitkan penuh dendam” ucap Yookyung

“Kau tidak tersentuh dengan ceritaku kan? Untuk apa minta maaf?” Doojoon tersenyum mengejek. “Kau penuh aura negatif aku tidak yakin kau pernah merasakan cinta atau kasih sayang”

“Hei jangan mengejek! Aku tahu rasanya mencintai dan dicintai tentu saja” ucap gadis itu. Ia menyalakan kamera secil dengan zoom kualitas tinggi. Kamera itu menangkap sosok yang mereka intai baru datang dan duduk d kursi yang dipesannya. “Sst… kita mulai pengintaian”

 

***

 

Chorong sangat diam malam itu, dia tak bisa berkata atau bergerak dengan nyaman. Ia masuk ke dalam sebuah mobil Audi88 berwarna putih dengan kakaknya.

“Kau hanya perlu diam selama disana, jangan bicara atau melakukan apapun jika kau tak ingin mengirim pria itu ke neraka. Keep the distance and keep watching” ucap JS pada adiknya. Chorong hanya diam sepanjang perjalanan. Mereka memarkirkan kendaraan agak jauh dari tempat pertemuan. JS mengeluarkan tropongnya dan melihat Yoseob berada di tempat pertemuan dengan tiga orang yang memperhatikan tempat itu dari sebrang. JS tau, Yoseob pasti tidak sadar dirinya sudah diintai. Meskipun dia polisi hebat, dia tak pernah merasa jika dirinya diawasi atau diikuti selama mereka punya niat yang baik padanya. “Kau diam disini… senjata hanya digunakan dalam keadaan darurat” ucap JS. Ia meninggalkan gadis itu termenung duduk di depan kap mobil. Chorong bisa melihat Doojoon dari tempatnya berdiri namun entah apakah pria itu bisa melihatnya.

 

 

***

 

Yoseob menanti dengan sangat sabar di tempatnya duduk. Jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan jam 8.00 pm. Yoseob mendengar langkah kaki mendekat kearahnya, seseorang bertubuh kurus dengan kulit putih pucat dan rambut yang di cat serupa menambah penampilannya terlihat seperti orang sakit. Orang itu membuka kaca mata hitamnya dan duduk dihadapan Yoseob.

“Hyunseung-ah” panggil pria itu dengan senyum lebar. Orang yang dipanggil Hyunseung itu tersenyum tipis dan mengangkat dua jarinya untuk membalas sapaan temannya. “Bogoshippeo” ucap Yoseob memeluk temannya itu.

“Kau masih tak berubah suka sekali dengan jenis relationship seperti ini…” Hyunseung membalas pelukan Yoseob tanpa semangat. “Yang Yoseob aku hanya akan langsung bicara pada intinya… kau tahu aku siapa bukan? Selain dirimu tidak ada yang mengenaliku bukan?” Hyungseung membanjiri malam itu dengan pertanyaan yang hanya dijawab dengan anggukan. “Kau tau sekarang kita sedang diintai bukan? jadi bersikap sewajarnya. Kau tahu aku tidak datang untuk menyerahkan diri atau untuk bertaubat kan? Aku datang untuk memperingatkanmu, seseorang dalam timmu mengacaukan sistemku, aku tidak akan membiarkannya hidup jika dia terus mengganggu jadi perhatikan baik-baik setiap orangmu. Kau pikir kalian sedang tamasya? Bisa-bisanya orangmu kehilangan fokus.. aku tak akan menganggap kalian lawan yang mudah jadi jangan anggap kami demikian” ucap Hyunseung.

“Apa sebesar itu rasa bencimu padaku? Hyunseung-ah aku akan membantumu meringankan hukumanmu jika kau menyerahkan diri. Kau tau aku tak pernah sekalipun meninggalkanmu… saat dipanti asuhan aku bahkan kembali untuk tinggal denganmu lagi setahun setelah aku pergi namun mereka bilang kau kabur dan tak ditemukan. Hyunseung-ah kita bisa menjadi teman lagi… aku tak akan pernah meninggalkanmu” ucap Yoseob.

“Ingat janji kita didepan makam orang tuaku? Aku akan jadi orang besar, dan aku sedang mewujudkannya. Jangan hancurkan mimpiku Yoseob atau aku akan menghancurkanmu, kau tahu aku mampu kan?” tanya Hyunseung.

“Kita akan menjadi orang besar! Aku juga sedang mewujudkannya… jika kau tak ingin bekerjasama aku akan menjawab tantanganmu” ucap Yoseob. “Jangan salahkan aku jika ini tidak berakhir baik” ucap Yoseob.

 

BRUAKK

 

Yoseob menubruk tubuh Hyunseung dan bergulat dengannya di lantai. Pukulan dan kuncian tidak terelakan. Baik Yoseob maupun Hyunseung sama-sama kuat dan lihai.

 

DORR DORR

 

***

DORR DORR

 

Doojoon, Kikwang, dan Yookyung terkejut dengan suara tembakan yang menggema di kedai sebrang mereka. Mereka bisa melihat empat sniper dari kiri dan kanan menyerang tempat pertemuan Yoseob.

“SIAL!! Mereka menjebak kita! Mereka semua ada disini!!” ucap Doojoon. Doojoon sempat melontarkan tatapan menyalahkan pada Yookyung sebelum mereka bergerak. Letupan senjata tak bisa dihidari namun reaksi panik dari orang-orang yang lalu lalang membuat mereka kesulitan menerka jarak akuratnya.

“V, JHOPE, WITCH beregrak ke Mangwodong! Tinggalkan posisi kalian! Ini jebakan! Yang sajang dalam bahaya” Kikwang mengirimkan pesan melalui alat transmisinya ke semua anggotanya. “Yookyung tak bersenjata! Terlalu banyak warga sipil, kita tak bisa mengeluarkan tembakan” 

Doojoon melihat bahu kanan Yoseob tertembak namun dia masih berdiri untuk melawan. DORR.satu tembakan lagi melesat menggores lengannya.

“ANDWEE!!!!” Doojoon berusaha mendekati tubuh Yoseob. Dia berlari untuk melindungi pria sepertiga abad itu. Dua sniper di kiri Hyunseung sudah mengacungkan pistolnya tepat dikepala Yoseob bersiap untuk meledakan kepalanya. Doojoon mengacungkan revolvernya kearah sniper yang mengacungkan barretanya ke kepala Yoseob. Sniper di kanan Hyunseung mengacungkan senapan laras panjanganya tepat di pelipis Doojoon.

“Kau tahu meskipun kau sempat menembak, pelurumu akan sampai sangat terlambat dan masih bisa dihindari. Riffles ini akan melubangi kepalamu bahkan sebelum kau menarik pelatukmu” ucap sniper di kanan Hyunseung. Hyunseung mengenakan kacamata hitamnya dan berbalik.

“Habisi” ucap pria itu dingin. Sniper itu siap menarik pengamannya namun seorang gadis berlari dan menabrakkan dirinya kearah sniper itu. Sniper pria itu terdorong hingga tembakannya meleset. Kepala gadis itu menabrak sebuah dinding ruko hingga dirinya kehilangan kesadaran. Hyunseung menatap gadis itu dengan tatapan marah, seketika ia mengambil pistol dalam sakunya dan menembakkan isinya kearah gadis itu. Namun tembakannya meleset ketika seorang pria menghentikannya dan menariknya pergi dari tempat kejadian.

“Chim! Rapmon! Ke barat!” ucap pria itu. Kikwang dan Yookyung berlari kearah Yoseob dan Doojoon. Yookyung membalikan tubuh gadis itu dan mendapati sang gadis dengan luka di kepalanya akibat benturan dengan dinding.

“Aku akan mengikuti dua sniper itu, Doojoon-ah kau ikuti pria berambut putih itu” ucap Kikwang. Doojoon sekilas melihat wajah gadis yang tak sadarkan diri itu. Dia mengenalinya, mengenal gadis itu.

“Chorong…” Doojoon membisikan nama gadis itu pelan hingga hanya dirinya lah yang mendengarnya.

“Doojoon! Kau harus cepat bergerk sebelum kehilangan pria-pria tadi” Yookyung menyadarkan lamunan Doojoon. Dengan berat hati pria itu berlari mengikuti Hyunseung dan seorang pria lainnya.

 

***

 

“GADIS TOLOL ITU!!!” Hyunseung menendang sebuah tempat sampah hingga isinya keluar dan berserakan. “Sudah kukatakan untuk menjaga jarak dan tetap menonton dia malah melemparkan dirinya kearah para singa kelaparan itu!! Tolol!! Jalang!! Kenapa kau menghalangiku untuk membunuhnya? Kita harus membunuh jalang itu sebelum dia menghancurkan organisasi ini” ucap Hyunseung.

“Aku setuju dengan JS, memperthankan princess hanya menambah masalah” J menoleh bergantian kearah JS dan Joker. Joker menekuk lututnya dan bersimpuh dihadapan JS. J menatap Joker sekilas sebelum membuang mukanya dengan wajah ditekuk.

“Aku menyukainya… tidak, kurasa aku mencintainya. Maaf JS aku rasa princess bahkan sudah lebih berharga daripada nyawaku,  aku tak bisa membiarkannya mati dan kupastikan dia akan selamat bahkan sebelum para polisi itu mengetahui identitasnya. Aku akan mendedikasikan diriku untuknya, kumohon percayakan dia padaku… kau mengenalku lebih dari siapapun, kumohon izinkan aku bersamanya. Percayalah padaku!” pria itu berbicara.

“Kau tau aku tak suka ada cinta dalam pekerjaan kan? Lebih baik tunjukkan bahwa kau bisa mengamankan kelompok kita dibanding harus membuktikan bahwa kau mencintainya! Tidak ada yang namanya cinta! Bahkan cinta dalam keluarga hanya omong kosong!!” Hyunseung meninggalkan sosok pria itu. Joker berdiri dan menatap punggung JS yang menjauh. J ikut berbalik mengikuti JS, namun dirinya sempat diam selama beberapa detik sebelum berbisik pelan.

“Yong Junhyung… aku kecewa padamu”

***

 

Doojoon berlari menuju rumah sakit dan mendapati Yookyung berada di luar ruang ICU bersama Yoseob.   Yoseob mendapat beberapa perawatan di lengan dan bahunya namun tak ada luka serius di tubuhnya.

“Gadis itu… bagaimana keadaannya?” tanya Doojoon.

“Aku tidak tahu… dokter belum keluar” jawab Yookyung. “Siapa gadis itu? Kau mengenalnya? Kurasa ada yang aneh dengan gadis itu” ucap Yookyung.

“Aneh? Kau bilang dia yang melemparkan dirinya untuk menolongku aneh?” tanya Doojoon dengan nada kesal.

“Itu yang aneh… tidak akan ada warga sipil yang berani ikut campur masalah terorisme terlebih dia wanita. Kau pikir dia tidak aneh? Dia berlari kearah kalian tanpa pikir panjang, tanpa takut nyawanya akan melayang, seakan dia tahu bahwa dirinya akan baik-baik saja” ucap Yookyung lagi.

“Kau tau ini semua karena dirimu bukan? Kau sedang berusaha menyalahkan orang lain atas kesalahanmu?! Kau sedang berusaha mencari alasan untuk lepas dari tanggung jawabmu?! HAH?!” Doojoon mendorong tubuh Yookyung ke tembok, namun tatapan Yookyung masih sama seperti biasanya. Arogan dan datar, amarah Doojoon semakin meledak mendapati ekspresi tanpa salahnya. “JAWAB AKU HONG YOOKYUNG!!” Doojoon berteriak seraya mendaratkan tinjuannya ke tembok tepat di sisi kanan pipinya.

“Doojoon-ah…” Yoseob menepuk bahu Doojoon untuk menenangkannya. Kikwang dan beberapa orang dari tim mereka sampai di rumah sakit.

“Yang sajang… anda baik-baik saja?” tanya Kikwang.

“Hmm aku baik… bagaimana tim kalian?” tanya Yoseob balik.

“V, Bomi, dan Dongwoon belum kembali… mereka sedang berada di Haneude perjalanan kembali mereka memakan waktu yang lebih lama” jawab Kikwang. Ponsel Yookyung bordering, nama Dongwoon tertera di layar ponselnya.

Yemworago?” Yookyung terlihat shock setelah mendengar suara rekannya dari seberang saluran. “Dalam perjalanan menuju Seoul, tim dari Haneude dihadang dua sniper dan terjadi D.I.A” Yookyung melapor pada anggota yang lain.

Nugu?” tanya Kikwang penasaran.

“Yoon Bomi” jawab Yookyung pelan. Seketika lorong rumah sakit menjadi hening, hanya terdengar deruan napas dan detik jam yang menggema di lorong putih itu. Doojoon kehilangan kekuatannya untuk berdiri.

“Doojoon-ah… gwenchana?” Kikwang beralih menuju partnernya. Doojoon mengepalkan tangannya erat. Kikwang bisa melihat air mata pria yang selalu terlihat tegas itu jatuh di sudut matanya. “Doojoon-ah….” Kikwang terlihat khawatir dan mendekatkan dirinya dengan pria yang terduduk di lantai itu.

“YAAAHHH!! AKAN KUBUNUH BLACK ANGEL!! AKAN KUBUNUH MEREKA SEMUA DENGAN TANGANKU!!! YAAAHHH!!!”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
AZC124
#1
Chapter 7: Finally! Please update soon:) sukaa banget lah pokoknyaa
wufanneey
#2
Chapter 6: Baru dimulai romancenya ketika Bomi sudah tiada, huhuhu... Lanjutin plisss T.T
wufanneey
#3
Chapter 4: Makin keren ceritanya ada saya betul-betul luwes membayangkan pertarungan itu. Cool, cool banget ^^
wufanneey
#4
Chapter 2: Wow so cool. Fiksinya keren~ saya suka bagian teka-teki dalam surat yang musti dipecahkan itu, kerennya...
wufanneey
#5
Chapter 1: Yang Sajang? *Biarkan saya ngakak sejenak bikoz si imut berperan sebagai orang penting wkwkwk*

Next chap dua ~~~
wufanneey
#6
Uwaaah. Ada fanfiksi dujun b indo hihihi. Subcribe dulu ya entar saya baca ^^
stefaniwu #7
Chapter 6: update soon please
babyhoon #8
Chapter 6: doojoon x rongmama. .
johaaa.. update soon
KiwiPrincess #9
Chapter 6: huaaa...andwaeee, Bomi-ya...kenapa Bomi nya mati..huaaa aq ga rela...*peluk Doojoon*

This is amazing!! ditunggu update-an selanjutnya..Fighting \(^0^)/
AZC124
#10
Chapter 6: Akhirnyaaaaa yang ditunggutunggu telah tibaaaa><(?) Please update soon eon!! Pliss jangan lamalamaaaaa udh gak sabarr sama kelanjutannyaaaa:3