Bonus: Double Trouble

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

 

Aku tengah sibuk mengerjakan bagian dari tugas kelompokku sore ini. Jari-jariku mengetik begitu cepat sampai-sampai kurasakan tanganku mulai agak kebas. Alunan instrumen musik klasik yang biasanya mampu membuat otakku sedikit lebih semangat mengerjakan tugas saja sekarang tidak berarti apa-apa. Aku pun memutuskan untuk menyimpan tugasku dan mematikan laptop.

"Jam berapa kau akan kembali?" tanyaku sambil membenahi meja belajar dan mematikan lampu-lampu. "Ini sudah jam sepuluh."

"Aku mau bermalam di sini." Luhan dengan santainya menjawab, tubuhnya itu sudah meleleh lalu menyatu dengan kasur. Dasar pemalas. Padahal jarak dari kampusnya ke apartemenku itu lebih jauh dari jarak ke apartemennya sendiri. Tapi mungkin saja ada pemikiran kalau apartemenku itu telah menjadi habitat kedua Luhan dalam kepalanya.

"Yasudah." aku cuma mengendikkan bahu. Kakiku melangkah ke arah dapur demi segelas air dingin dari dalam kulkas. Rencananya aku mau makan es krim juga, tapi... kalian tahu, sebulan yang lalu Ibu dan aku pergi ke dokter gigi dan stok es krim untukku berkurang drastis! Jika diibaratkan dalam persentase, dari 100% jatah es krim, sekarang hanya tersisa 30%. Bahkan aku menetapkan jadwal makan es krimku. Kalian bayangkan betapa stresnya aku menghadapi hal yang satu ini. Pertama kali kukira aku akan mati secara perlahan-lahan akibat kekurangan jatah ini—oke, hentikan.

"Taeyong itu siapa?" aku mendengar pertanyaan Luhan samar-samar dari kamar. Setelah menenggak habis minumanku, aku lalu berjalan kembali dan mendapati Luhan memainkan ponsel milik... ah pantas saja.

"Sudah pernah kukatakan Taeyong itu temanku. Kami satu fakultas dan kali ini kedapatan untuk melakukan presentasi kelompok bersama." aku menjawab dengan penuh kejujuran—tentu saja. Salah satu hobi Luhan juga, mengecek isi ponselku seakan-akan ingin aku membuat kesalahan dengan mencari-cari siapa pria yang menjadi teman dekatku selama di kampus selain Kris.

Iya, iya dia menjijikkan. Sifat posesif yang menjijikkan. Tapi aku bersumpah kalau Nam Theyo yang sekarang itu adalah manusia yang benar-benar memiliki jiwa sosial yang tinggi—jadi bagi Luhan untuk menemukan kumpulan temanku yang tidak dikenalnya di dalam daftar ruang obrolan itu terbilang sangat mudah.

"Hmm," aku yakin dia sedang membaca percakapan kami dan aku beruntung kalau isi percakapanku dan Taeyong hanya mengenai tugas. Sisanya dia tidak perlu tau sebab aku tidak begitu sering mengobrol dengan Taeyong melalui Line ataupun sosial media lainnya. Aku pun merebut ponselku darinya dan tebakanku memang benar.

Luhan kau menjijikkan.

"Dia cuma temanku Luhan." aku mengomel. Kiranya dia pantas mendapatkan itu sebab aku mulai gelisah dia yang akan terus mengomeliku—hanya karena soal teman laki-laki. Dengan malas aku pun mencas ponselku dan berjalan kembali ke arah kasur. Luhan segera bergeser agar aku bisa berbaring di sebelahnya. Dia merentangkan sebelah tangan, agar aku dapat menjadikannya sebagai bantal. Ya, aku lebih suka menjadikan lengannya sebagai bantalan kepalaku daripada bantalku sendiri. Dia lalu menarik selimut, lalu aku tertidur menghadap ke arahnya dan mulai menutup mata. Sebenarnya jam sepuluh masih terlalu awal buatku untuk pergi tidur, namun tubuhku ini hanya perlu istirahat. "Semua orang di fakultas juga tahu kalau aku sudah punya pacar dan itu kau."

"Oh ya?" Luhan dan nada bicaranya yang legendaris itu bersuara.

"Menurutmu?" aku memutar bola mata lalu membalas tatapannya yang mulai sedikit serius. Sebelah tangannya kini berada di antara rambutku, mengelusnya seakan-akan aku adalah anak kucing.

"Oh ya?" dia mengulang pertanyaannya dan aku langsung menjawab dengan perasaan dongkol namun merasa sedikit tenang sebab ada tangannya yang mengelusi rambutku.

"Kau sering berkeliaran di kampusku, dan mobilmu itu terlalu menyolok perhatian. Aku orang paling disegani di Kaist dan kau taulah, tentu semua mata ada padaku."

Aku mengekeh pelan, sementara masih kurasakan tatapan Luhan yang tingkat keseriusannya tak kunjung mereda.

"Aku yakin dia menyukaimu,"

Demi apa Luhan. Kalau saja aku bisa menceritakan kisahku mulai pagi ini hingga pulang tadi mungkn setidaknya sebagai pacar yang baik dan pengertian dia akan membiarkanku tidur dengan damai. Ketahuilah, aku hanya begitu lelah dengan beberapa tugas yang menumpuk dan sekarang dia cuma mau kami membahas soal Taeyong. Tapi, ini bukan pertama kalinya kok.

"Hah?"

"Si Taeyong. Sejak kapan kalian berteman?"

"Aku sudah lama berteman dengannya. Dan dari mana kau menyimpulkan kalau dia menyukaiku?"

Sebenarnya aku tak ingin membahas soal ini lebih jauh, tapi tak apalah. Luhan pasti akan gelisah tujuh hari tujuh malam kalau kami tak menyelesaikan masalah Taeyong yang notabene hanya teman satu fakultasku.

"Entahlah. Insting."

Aku mendecih mendengar jawaban Luhan. "Insting kepalamu. Sudahlah Luhan, buang jauh-jauh instingmu itu dan biarkan aku tidur, oke." aku mengecup pipinya singkat lalu sebuah senyuman pun terlintas di bibirnya sebelum ia ikut memejamkan mata dan memelukku kian erat.

***

Esok paginya, Luhan mengantarku ke kampus. Seperti biasa, kurasa mengantar jemputku sudah jadi kewajibannya. Dia jarang absen dalam urusan ini—hanya kalau si Dungu ini tidur di apartemennya sendiri dan telat bangun dan kalau kelasku selesai lebih awal daripada Luhan.

"Semoga harimu menyenangkan." ucap Luhan singkat saat ia menurunkanku di depan kampus ditambah sebuah kecupan singkat yang kulayangkan untuknya sebelum aku turun dan melambai lalu dia melaju pergi dengan kencang dan 'sok'.

Ya, aku tau mobilnya itu mahal.

Aku pun berjalan santai menuju gedung kelas pertamaku dimulai. Beberapa buku tebal berada dalam dekapanku, laptop dan perkakas lainnya masuk ke dalam tas sandang di bahuku.

"Nam Theyo! Pagi." sosok tampan Taeyong tiba-tiba saja muncul di sebelahku. Iya, kuakui dia tampan dan menawan, tapi tak lebih tampan dari Luhan dan tentu saja lebih unggul isi otaknya daripada—oke, hentikan Nam, sekarang kaulah yang terdengar menjijikkan.

"Pagi." balasku tersenyum.

"Sini-sini," tanpa aba-aba dia menarik semua buku paket yang kubawa dan ia pun terkekeh. Ya, seperti inilah keseharianku dan Taeyong. Percakapan santai dan hanya saling berbagi kebaikan. "Oh iya, ini hari Rabu. Kelas kita pagi ini sama 'kan?"

"Ah, benar." aku mengangguk-anggukan kepala. Dan sungguh sebuah kejutan saat aku melihat sebuah tiang berjalan dari arah depan sambil melambaikan tangannya padaku. Saat pria itu sampai dihadapanku, aku membuang wajah.

"Pagi, Nam. Eii, kau masih marah soal kemarin?" dia menyenggol bahuku, aku menjauh darinya dan berjalan semakin rapat pada Taeyong. Melihat senyuman pria itu saja rasanya tinjuku begitu gatal.

"Entahlah. Mau apa kau?"

"Ini masih pagi, lho. Jangan begitu." tapi aku tidak bisa menghentikan tangan besar Kris saat dia mulai menepuk-nepuk pucuk kepalaku. Dia pikir aku ini anak kecil?!

Dan hal selanjutnya yang dapat kalian lihat adalah diriku yang dikawal oleh sosok dua pria tampan di sisi kanan dan kiri. Serta bisikan iri dan kaget setiap mahasiswa yang melayangkan tatapannya padaku.

"Aku tidak tau kalau kau cukup dekat dengan Taeyong."

"Bicara apa sih? Taeyong sudah jadi temanku sejak status mahasiswa baru masih ada padaku sampai semester empat ini." dan orang yang disebut cuma mengangguk-anggukan kepala.

"Ohh, kita pernah berada dalam mata kuliah yang sama 'kan?" tanya Kris pada Taeyong.

"Ya," Taeyong dengan cool-nya cuma menjawab singkat.

Kris lalu tersenyum, "Hey, kudengar kau sangat handal dalam urusan semacam memperbaiki alat elektronik dan semacamnya."

"Sungguh? Kenapa aku tidak mengetahui hal itu?" aku yang kaget langsung

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!