Page25: Unnoticed
HackerHAPPY BIRTHDAY MY BOY LUHAN ♥ (P.S: Sorry i'm late)
—3rd POV—
Gorden yang agak transparan dengan motif strip membuat cahaya matahari sembarang menembus apa saja yang dapat terkena sinarnya. Termasuk menembus kelopak mata. Theyo terbangun dengan tenang. Perlahan membuka mata membiarkan cahaya itu sepenuhnya membias matanya.
Ketika menggerakkan kepalanya ke samping, ia langsung melihat sosok Baekhyun terbaring dengan wajah berhadap-hadapan dengan jarak tiga puluh centimeter dari wajahnya.
Ia memerhatikan wajah Baekhyun. Di sela-sela tidurnya ia membuat gerakan-gerakan kecil sambil mengecap-ngecapkan bibir, persis seperti bayi memang. Membuat Theyo kemudian melepaskan tangannya yang digenggam—bukan! Baekhyun memeluk tangan kanannya seperti memeluk Barbie—ia lalu melepaskan tangannya itu perlahan dari pemuda itu. Kemudian bergerak menempelkan punggung tangannya di kening Baekhyun mengecek demamnya. Sudah benar-benar turun. Wow, ajaib sekali. Gumamnya dalam hati kemudian mendengus heran padahal tadi malam ia pesta es krim di dapur.
Namun, kemudian Baekhyun terbangun. Mata mereka bertemu ketika Theyo kembali pada posisinya dan itu membuatnya sedikit terkejut.
"Kau sudah lebih baik?" tanyanya otomatis, membuat ekspresi.
Baekhyun menguap kemudian tersenyum begitu cerah. Bahkan lebih cerah daripada sinar matahari yang membias wajahnya sekarang. Rambut bangun tidurnya terlihat seksi tapi tetap saja kata imut tidak hilang dari wajahnya. Ia kembali memejamkan mata dan menarik selimut. Meringkuk di sana dengan senyum yang masih mengembang. Senyumannya menjawab pertanyaan Theyo. "Aku mimpi indah." katanya kemudian.
Theyo tidak ingin berlama-lama berdua dengan Baekhyun—sebelum yang lain mendobrak pintu atau semacamnya. Karena ia merasa tidak nyaman. Menurutnya dengan Baekhyun jauh lebih tidak nyaman jika mengingat statusnya yang belum mau menjadi teman Baekhyun sepenuhnya. Jadi ia mengubah posisinya. Menatap langit-langit kamar sambil memikirkan banyak hal. Wajah kasihan Baekhyun tadi malam ketika meriang dan meraih tangannya untuk dipeluk membuatnya makin iba dan kesal di saat yang bersamaan. Tapi, bagaimana jika itu Luhan? Ia pikir kejadian saat jantungnya menggila akan terjadi kembali. Bahkan saat Luhan memeluknya dari belakang ia pikir dirinya akan mati di tempat. Atau saat dirinya berciuman dengan Luhan ia pikir dia sudah tidak waras. Dan hal-hal yang dilakukan Luhan, ia rasa Baekhyun tidak seperti dia. Dia tidak melakukan hal-hal yang ia anggap membahayakan jantungnya sama seperti yang dilakukan Luhan. Bagaimana hal itu bisa terjadi ia juga tidak tahu dan tidak berniat mengetahui masalah seperti itu.
Baekhyun... apa Baekhyun juga menyukainya? Ia tidak tahu. Dan berpikir hal itu sungguh mustahil. Tapi mengingat kejadian tadi malam... Ia pikir itu sama sekali tidak mustahil.
"Mimpi seperti apa?"
Dengan mata tetap terpejam, Baekhyun lalu menjawab, bercerita mengenai jalan cerita yang terjadi di mimpinya. Karena itu indah ia pikir dengan mudah ia dapat mengingatnya walau tidak dari awal.
Denyutan di kepalanya hilang. Rasa takutnya yang entah berasal dari mana itu juga hilang. Semuanya terlalu enak buatnya pagi hari ini.
"Aku berada di sebuah taman," mulainya, "Banyak sekali orang. Aku dan Chanyeol duduk berdua." menyebutkan nama Chanyeol membuat senyumnya sedikit lebih mengembang, "Kami membeli es krim dari sebuah toko di dekat sana. Lalu Luhan, Kris juga datang. Yang lain juga. Tao, Kai, Kyungsoo, Suho, Lay, Xiumin, Chen, Sehun, kami semua makan es krim." Baekhyun mengernyitkan dahinya halus. Kembali mengingat. Tapi kembali ke raut wajahnya semula lagi saat berkata, "Di taman itu ada anak anjing dan anak-anak kecil, orang bersepeda, dan mendengarkan musik, banyak sekali orang yang tersenyum di sana." Baekhyun berhenti untuk menghela nafas sejenak, "Saat itu sangat menyenangkan." lanjut Baekhyun mengakhiri cerita pendek dari mimpinya itu. Baekhyun menjelaskan dengan perasaan senang. Sangat kentara jelas dari nadanya berbicara.
Kemudian Theyo menaikkan sebelah alisnya, menanyakan sesuatu yang membuat Baekhyun membuka mata, "Kau tidak memimpikan aku padahal kau demam saja karena aku 'kan?"
Baekhyun cuma diam, dia tidak memberi tanda-tanda akan menjawabnya.
Itu membuatnya ingat ketika ia tidur di bawah dengan tubuh tertutup selimut, badan bergetar, giginya bergemeretak, kepalanya berdenyut, ia meringkuk mencari kehangatan sendiri dengan selimut tebalnya—meriang. Sementara orang yang tidur di atas kasur bertanya apa ia sudah tidur. Baekhyun tidak menjawab. Gadis itu menoleh ke bawah setelah itu. Bertanya lagi tentang hal yang berhubungan dengan kondisi tubuhnya. Ia menjawab dengan sebuah gumaman kecil; dingin.
Dan dengan itu Baekhyun dibantu naik ke atas kasur karena sang perempuan mengalah. Akan tetapi, ia tidak mengizinkan gadis itu tidur di lantai dan suasana aneh tercipta. Tapi saat itu ia tidak menginginkan hal lain selain ingin menjadi lebih hangat—walau tidak hangat setidaknya ia bisa tenang. Jadi mereka berakhir tidur bersebelahan. Baekhyun tetap meringkuk dalam selimutnya tapi entah ia sadar atau tidak kedua tangannya bergerak meraih tangan kanan orang yang berada di sebelahnya. Memeluk lengan itu erat. Walau sempat ditepis ia meraih lengan gadis itu
Comments