Page35: Just A Thought

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

—3rd POV—

"Naaaaam Theyo!" pemuda maniak snapback itu berteriak merdu di pagi hari ini, ya merdu sekali sehingga ia mendapat tatapan mematikan dari orang yang ia panggil namanya. Gadis itu bersedekap setelah rela menghabiskan beberapa kalori hanya untuk menggerakan otot kelopak mata agar bagian tubuh itu terbuka—sialnya, yang didapatinya adalah pemuda endorse di Instagram.

"Apa?" sahut Theyo malas. Kembali memejamkan mata. Ia terjebak di dalam kelas alias ia tidak dalam mode mau melakukan rutinitas biasanya karena ini masih pagi, ia baru lima menit membiarkan bokongnya merasa nyaman di atas bangku. Karena kalau jam istirahat ia hanya ke kantin>makan>ke perpustakaan>kembali ke kelas setelah bel makan siang. Tapi daripada Hanbin, yang lebih menjengkelkan lagi ia lupa bawa alat bagi orang yang senang pura-pura budeg—alias earphone. Bukan untuk orang yang senang pura-pura tidak bisa dengar memang, tapi ia sedang malas menerima dan memberi tanggapan pada teman-temannya.

"Kau... dengar aku?"

Theyo membuka kelopak matanya perlahan. Ia menghela nafas panjang lalu menatap Hanbin yang hampir lenyap melihat aura tak ramah darinya. "Maaf Hanbin, aku tidak minat membeli barang yang kau iklankan,"

"Ah..." Hanbin menelan ludahnya berat. Dari tempatnya duduk sekarang Theyo dapat melihat keringat menetes dari dahinya. Ia pikir ia salah mengganggunya di saat seperti ini. Jarang-jarang mereka berdua bicara kecuali kalau kebetulan mereka berada dalam satu kelompok diskusi, atau Hanbin mau diajari sesuatu tentang pelajaran, atau ketika hal lainnya. Hm, mungkin. Hanbin termasuk pernah mengajak Theyo ikut acara kencan dengannya.

"Kau perlu sesuatu yang lain?" tanyanya membuat ekspresi. Hanbin hampir terlihat seperti orang yang terkena kejutan listrik setelah terpaku karena berpikir akan mendapat death glare. Ia mengerjap kemudian mengingat-ingat untuk beberapa detik.

"Kau tahu 'kan pesta ulang tahunku sudah dekat, jadi mungkin bisa jadi aku akan merayakannya di The I Don't Know kafe. Aku mengundang beberapa orang saja dari kelas kita. Kau tahun lalu tidak datang ke birthday party-ku 'kan? Tahun ini kuharap kau datang. Hanya acara kecil kok." tuturnya tersenyum berharap.

"I Don't Know kafe? Di mana?" tanyanya mengernyit hampir merasa geli mendengar kelucuan dari nama itu.

"Kau tidak tahu? Bukannya itu kafe ibumu? Konyol juga kalau kau tidak tahu." balas Hanbin lebih merasa geli lagi.

Theyo terdiam menatap Hanbin. Ia terbengong sambil memikirkan percakapan mereka berdua. Terutama kafe ibunya itu. Demi apapun hal konyol yang lebih konyol daripada kekehan Hanbin mengenai dirinya yang tidak tahu nama bisnis keluarganya sendiri, demi apa kenapa tidak ada nama lain lagi selain I Don't Know kafe? Apa ibunya berusaha dengan titel anti mainstream?

"Kau kira itu Mc Donnals?"

"...bukan?"

"Yah, terserah saja. Tapi, kenapa harus di sana?"

"Aku pernah melamar kerja di sana untuk kerja part time, karena akhir-akhir ini uang di dalam dompetku—"

"Berhenti." potong Theyo membuat Hanbin mengerjap.

"Ya?"

"Intinya saja."

"Ohh, oke. Jadi aku ditolak karena entah kenapa... banyak sekali orang yang melamar kerja part time di sana termasuk si..." Hanbin mengernyitkan dahinya, berpikir keras agak terlalu lama.

"Si?"

"Aku tidak ingat!" celetuk pemuda itu kesal.

"Kau terlalu bersemangat." Theyo pun mencibirnya, memberikan Hanbin tatapan what's-wrong-with-this-guy.

"Of course, aku akan jadi birthday boy!" sahut Hanbin tersenyum antusias, menempelkan ibu jari dan telunjuk pada dagu dan berpose cool. "Lalu, kau sungguh tidak tahu kalau itu kafe ibumu?" tanyanya kemudian setelah kembali berpose normal—berdiri dengan tangan terlipat di depan dada, tubuh bersender pada meja belajar Luna.

Theyo sempat bingung akan menjawab hal apa yang tidak akan membuatnya terdengar konyol saat Hanbin mendengarnya nanti. Jujur saja dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang kafe ibunya. "Kalau tempatnya sih aku tahu. Baru sekali aku ke sana, itu pun saat aku, oppa, dan orang tuaku baru pertama kali mengunjungi kafe itu."

"Kau aneh juga. Harusnya kau sering-sering ke sana."

"Ya, besok aku akan kesana. Mungkin."

"Oh lalu, kau sudah tahu mau memberikanku kado apa?" tanya Hanbin percaya diri.

Theyo mengubah posisi duduknya, ia bergumam sambil menoleh ke arah lain. Saat melihat kedua jari Theyo yang gagal untuk dijentikkan Hanbin tersentak. "Mungkin... sekotak pena."

"Apa? Pena? Theyo, yang benar saja. Setidaknya sebuah Mp3 atau Beats by Dre juga boleh lagipula aku—"

"HYUNG!" seseorang tiba-tiba saja melabrak pintu kelas. Theyo mengangkat sebelah alisnya mendapati ekspresi cengo Hanbin yang menoleh bergantian pada Chanwoo dan dirinya. Sementara saat Chanwoo yang melabrak itu masuk dan berlari ke arah Hanbin dan langsung mengomel membuat Hanbin menelan ludah berat menatap mata Theyo yang berekspetasi kalau sekarang Hanbin tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri. "Hyung, tunjukkan di mana mejamu! Akan kuperiksa tas dan tempat pensilmu karena penaku hilang lagi kali ini!"

"T-tunggu dulu aku—"

"Sekaraaaaaang!!!"

***

Jam makan siang belum berlalu, namun Theyo sudah berada di dalam kelas. Ia adalah orang yang biasanya hanya mendapat kartu undangan dari acara ulang tahun sekarang menjadi orang yang diajak merencanakan ini itu dari acara ulang tahun salah satu orang yang mungkin ia anggap teman biasa. Terlalu biasa karena bahkan ia ingin sekali menguap lebar di depan wajah mereka.

Ia baru kembali dari perpustakaan setelah bel masuk berbunyi, kehadiran Luna dan Victoria di mejanya dengan mata penuh permohonan dan menjelaskan permohonan mereka itu membuat ia mencari sedikit kilahan. Setelah tadi pagi Hanbin dan sekarang mereka.

"Tapi besok aku akan ke kafe ibuku." ia beralasan. Padahal ia hanya ingin pulang ke rumah lebih cepat atau makan es krim sendirian.

"Kalau hari ini?"

"Vic."

Victoria mengangguk, melihat wajah dan bagaimana Theyo mengatakan namanya ia yakin tidak baik mengajaknya kalau mau bepergian seperti yang sering ia lakukan dengan Luna.

"Ah, aku dan Luna akan ikut ke kafe ibumu juga besok setelah itu kita ke mall, oke? Lagipula ini sudah sudah dua minggu sekolah dan kau selalu beralasan kalau kami ajak pergi. Jangan-jangan kau punya pacar di belakang kami." Victoria menyeringai dan matanya terlihat pancaran sosok evil.

Dan tadi dia bilang... pacar? Demi pak polisi Park yang tampan itu ia rasa tidak ada alasan untuknya mau menyembunyikan sesuatu pada mereka atau tidak. Karena nyatanya ia tidak pernah benar-benar senang bergaul dengan mereka-mereka yang kalau mengajaknya berbincang seakan-akan mereka sudah memiliki sejarah pertemanan yang melegenda dalam buku diary masing-masing.

Ia hanya beralasan? Ya. Apa yang lebih membosankan daripada hari-harinya sekarang ini? Bukannya ia memang sudah tidak lagi mendatangi kompleks itu lagi setelah seminggu yang lalu. Tapi sekarang, daripada ke kompleks itu, ia hampir lupa sama sekali belum pernah ikut orang tuanya menjenguk Taehyun di rumah sakit. Ia bahkan lupa di mana kafe ibunya itu.

"Ya, terserah."

Ia pun hanya mengangguk secara terpaksa pada mereka berdua lalu mengajaknya ber-high five. Namun gagal saat Victoria hanya melihat Theyo menatapnya datar.

"Jadi, kau akan tetap naik sepeda?" tanya Victoria, tidak berniat menyindir. Dan siapa murid yang berani menyindir Nam Theyo di sekolah ini. "Kau hanya terlihat... begitu kurus. Ah tidak juga sih, aku juga sedang berdiet semenjak ada adik kelas manis yang menyukaiku." kemudian ia tertawa sok anggun dengan punggung tangan menutupi mulutnya. Luna dan Theyo

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!