Coincidence?? I don't think so!

1/2 Happiness

Jongkuk memandang si anak baru Jung Hoseok dari sudut matanya. Hoseok yang sedang mendengarkan guru bicara pun tidak begitu memperhatikan. Masih mengingat kejadian yang tadi, namja itu berpikir keras. ‘Apa mungkin mereka ada hubungan khusus? Tapi bukankah mereka menggosipkan kalau guru baru itu punya hubungan dengan Seokjin seonsaengnim??’

“Ja... yorobun kalau kalian melihat ke arah tempat duduk nomor 18, kalian akan menemukan mantan trainee dari management L yang sedang memikirkan masa depannya yang suram.”

Gelak tawa sekelas langsung terdengar ketika dengan isengnya, Miyeon seonsaengnim menyindir Jongkuk karena muridnya itu tidak memperhatikan.

Jongkuk mengeluarkan ekspresi tidak sukanya.

“Seonsaengnim. Apa pantas seorang guru menyindir muridnya seperti itu?” balasnya.

Miyeon tertawa kecil, “apa pantas seorang murid bengong ketika gurunya sedang menerangkan??”

Jeon Jongkuk berdiri dari kursinya.

“Whoo.. lihat itu, kemarahan sang aktor!” Taehyung menambahkan percikan pada kemarahan Jongkuk.

Namja itu mengambil napas dan menghampiri meja Taehyung.

“Mwo?? Merasa tersinggung??” tanya Taehyung dengan senyum sinis.

BUGHH

Jongkuk berhasil memukul pipi Taehyung dengan tinjunya. Miyeon kaget. Bukan hanya Miyeon, tapi juga seisi kelas. Orang-orang tersadar dan kemudian membantu Taehyung berdiri. Melihat wajah marah Taehyung serta darah yang mengalir dari ujung bibirnya, Jongkuk membuang muka dan keluar kelas tanpa mempedulikan panggilan dari sang guru.

“Akan kubunuh mereka semua!”

***

Hyunjae sedang mengompres Seokjin di ruang kesehatan. Sepupunya itu sakit setelah seharian berdebat dengan Taehyung. Keadaan sekolah pun sedang tidak enak. Hyunjae pun hatinya sedang tidak enak. Semua serba tidak enak. Hyunjae yang ingin bercerita tentang Hoseok pada Seokjin pun jadi tidak enak. Dengan semua pikiran itu di kepalanya, Hyunjae jadi ingin ada yang menjaganya juga. Ingin sekali bersandar di bahu seseorang.

“Oppa, sebaiknya oppa ke rumah sakit saja..”

Seokjin menghela napas dan menggeleng. Dokter sekolah ini sedang pergi ke rumah sakit, membeli beberapa obat yang persediaannya sudah hampir habis. Hyunjae yang memang berniat menunggu Seokjin disini, malah lebih dahulu menemukan Seokjin terbaring sendirian.

“Aku tadi baca pesanmu. Jangan suka bicara begitu. Aku dan Taehyung memang seperti ini dari dulu. Kau juga tau kan..”

Yeoja itu menunduk, “ya tetap saja..”

Hyunjae meletakkan kepalanya di sebelah Seokjin. Tiba-tiba air matanya mengalir begitu saja. Mengingat beberapa kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini.

“Eh.. kau menangis??” Seokjin yang dapat mendengar isakan kecil Hyunjae, mengusap rambut yeoja itu.

“Mianhae oppa ya.. aku merasa sangat tidak berguna..”

Seokjin tersenyum. “Aniya.. jangan begitu. Semenjak kejadian waktu itu, aku merasa Taehyung sangat membenciku. Aku tidak mempunyai satu orang pun untuk diajak bicara, tidak ada yang mendengarkan semua keluhan dan masalahku. Tapi kau dari telepon dengan sabar mendengarkan ceritaku. Sekarangpun kau masih bersedia mendengarkan keluhanku tentang Taehyung.”

Seokjin benar-benar merasa bersyukur karena dia mempunyai sepupu yang sangat mengerti keadaannya. Lebih mengerti dari April. Jarak yang memisahkan Seokjin dan April kadang membuat Seokjin lupa bahwa dia sudah mempunyai seseorang, walaupun wanita itu sangat jauh. Seokjin pernah berpikir, kalau saja Hyunjae bukan sepupunya, dia mungkin sudah jatuh cinta.

“Ehm..”

Tiba-tiba seseorang masuk dengan sedikit membuat suara. Hyunjae langsung terbangun dan mengusap matanya yang basah. Seokjin juga membenarkan posisinya ditempat tidur. Tirai tempat tidur Seokjin dibuka oleh Hyunjae dan terlihatlah Taehyung dan seorang temannya baru masuk ke ruangan.

Seokjin dan Hyunjae langsung terpaku pada bercak darah yang ada di bibir adiknya itu. Taehyung tidak menatap Seokjin atau pun Hyunjae. Namja itu minta di turunkan di tempat tidur.

“Apa yang terjadi?” tanya Hyunjae pada teman Taehyung yang sekarang sedang mencari antiseptik.

“Jeon Jongkuk memukulnya, seonsaengnim.”

Terdengar suara helaan napas panjang dari Seokjin yang masih terdiam. Hyunjae menatap Seokjin yang benar-benar tidak bergeming.

“Arasseo, kau disini dulu menjaga Taehyung.”

Hyunjae keluar ruang kesehatan dan segera mencari murid yang bernama Jeon Jongkuk. Yeoja itu menyusuri lorong dan menanyakan kepada beberapa siswa tentang Jongkuk. Yang Hyunjae tau, Jongkuk dulunya adalah seorang trainee di sebuah perusahaan entertainment besar. Namja itu trainee disana 3 tahun untuk menjadi seorang aktor. Namun tiba-tiba agensinya tersandung masalah pajak dan harus gulung tikar. Jongkuk pun melanjutkan sekolah lagi. Padahal dulu dia sudah sesumbar kalau dia akan bermain film dengan Kang haneul, Go Ara, dan sederet pemain drama lainnya.

Setelah berlari kesana kemari, Hyunjae menemukan Jeon Jongkuk sedang duduk di lantai didepan ruang komputer gedung C. Gedung C merupakan wilayah yang hanya dipakai untuk praktek dan kegiatan ekstra pada hari-hari tertentu, jadi gedung itu sepi dan tidak banyak orang lewat. Hyunjae perlahan mendekati Jongkuk yang wajahnya sedang menunduk ditutupi oleh tangannya.

“Haksaeng, mwohani?”

Jongkuk menegakkan wajah dan menatap orang yang menyapanya. Sedikit kaget karena yang menyapanya adalah Hyunjae. Jongkuk kembali menelungkupkan wajahnya tanpa menjawab.

“Apa kau baru saja melakukan sesuatu kepada Kim Taehyung?”

“Itu salah dia.”

Hyunjae bersabar meladeni Jongkuk yang terlihat sedang dalam mood yang sangat tidak baik. Yeoja itu kemudian duduk di sebelahnya.

“Apa yang Taehyung katakan sehingga kau bersikap kasar sampai harus melukainya?”

Membuang napas kesal, Jongkuk menegakkan kembali wajahnya dan menatap Hyunjae tajam.

“Kenapa tidak seonsaengnim tanyakan saja sendiri pada Taehyung?? Satu hal yang bisa aku beritahu, aku selalu jadi korban karena mulutnya yang busuk itu! Anak itu tidak tau diri!”

“Jeon Jongkuk!” Hyunjae kaget, namun Jongkuk meringis.

“Wae seonsaengnim?? Siapa sih Kim Taehyung itu bagimu sampai kau sendiri yang harus bertanya padaku? Seokjin seonsaengnim kan hyungnya, kenapa tidak dia saja?”

Hyunjae tidak bisa menjawab.

“Kenapa seonsaengnim diam saja?? Atau jangan-jangan seonsaengnim suka pada Kim Taehyung? Atau pada Seokjin seonsaengnim??”

Rentetan kalimat pertanyaan itu membuat kepala Hyunjae pusing. Yeoja itu menutup matanya.

“Geuge anira, Jongkuk-ah. Kim Taehyung itu-“

“Atau jangan-jangan-“ pembicaraan Jongkuk terputus. Kemudian namja itu menyeringai.

“Ya Jeon Jongkuk! Kenapa kau harus kasar sekali dengan Hyunjae seonsaengnim??”

Hyunjae menoleh kebelakang dan mendapati Hoseok sedang berlari kecil ke arahnya.

Jung Hoseok.

Kepala yeoja itu semakin pusing.

“Apa yang aku lakukan pada Taehyung, seharusnya tidak menjadi urusan Hyunjae Seonsaengnim. Dan apa yang aku katakan pada Hyunjae seonsaengnim seharusnya bukan urusanmu. Kenapa kau datang dan ikut campur heh, anak baru??”

Hoseok dan Hyunjae saling menatap. Awkward.

“Aku ada keperluan dengan Hyunjae seonsaengnim makanya aku mencarinya. Apa masalahmu??”

Jongkuk tertawa kecil. Namja itu mengeluarkan ponselnya dan mencari file audio hasil rekaman pembicaraan Hoseok dan Hyunjae tadi di perpustakaan. Dengan wajah puasnya, Jongkuk memutar kembali rekaman itu di hadapan Hyunjae dan Hoseok.

“Jeon Jongkuk sejak kapan kau mendengar itu???” Hyunjae kalap.

Jongkuk tersenyum, “sejak aku tidur di perpustakaan dan kalian mengganggu kenyamananku. Lagipula apa tidak ada tempat lain yang lebih baik untuk menyatakan perasaan? Ck ck..”

Hyunjae terdiam. Dia hanya bisa menatap Hoseok yang kekagetannya tidak bisa di sembunyikan.

***

Hyunjae memijit kepalanya yang masih sakit. Malam ini dia benar-benar tidak bisa tidur sama sekali, mengingat hal-hal rumit yang terjadi. Tentang Seokjin dan Taehyung, tentang Hoseok, dan juga Jongkuk yang tiba-tiba menerobos masuk. Dia pun baru ingat kalau ia belum makan malam. Padahal sudah jam 1 malam.

Yeoja itu keluar dari kamarnya menuju lemari es di dapur. Dilihatnya hanya ada beberapa side dish dan setoples kimchi yang sudah tinggal seperempatnya. Hyunjae mengingatkan dirinya sendiri untuk membeli kimchi besok sepulangnya dari toko buku.

‘Mungkin delivery pizza saja..’

Hyunjae bicara dengan dirinya sendiri sambil mencari-cari nomor cafe pizza yang waktu itu diberikan padanya oleh seseorang yang sedang promosi di pinggir jalan. Berhasil ditemukan, kemudian dia meraih ponselnya untuk memesan.

“Karena aku suka pada Seonsaengnim..”

Hyunjae teringat lagi pernyataan mengagetkan yang Hoseok ucapkan padanya tadi.

“Kau... ah jangan bercanda seperti itu!”

Hoseok tersenyum, “Aku tidak bercanda, Seonsaengnim. Sejak hari itu, aku selalu memperhatikan anda, walaupun mungkin anda tidak terlalu sadar. Lama-lama aku tau kalau aku kagum dan suka dengan anda. Tapi tiba-tiba saja aku dapat kabar kalau seonsaengnim akan pindah ke sini. Maka aku putuskan untuk pindah juga.”

Hyunjae tidak ingin percaya tapi Hoseok bercerita dengan senyum dan nada yang sangat jujur.

“Tapi sepertinya aku salah perhitungan.” Namja itu tersenyum pahit. “Aku harusnya tau kalau mungkin saja anda punya seseorang yang memang sudah dekat dengan anda.”

Hyunjae mengerutkan dahi, tak mengerti.

“Aku kurang jeli tentang Seokjin seonsaengnim. Dari cara anda menatapnya dan cara berkomunikasi kalian, sepertinya dia orang yang spesial.”

Belum sempat Hyunjae menanggapi dugaan Hoseok, suara Miyeon sudah terdengar di depan perpustakaan. Tidak ingin membuat Hoseok dikenai penalti karena membolos jam pelajaran, yeoja itu menyuruh Hoseok untuk keluar lewat belakang perpustakaan.

Dan kejadian itu seperti sudah sangat lama di pikiran Hyunjae, padahal baru beberapa jam yang lalu. Hyunjae bingung harus bersikap apa kepada Hoseok. Tidak mungkin dia menyukai Hoseok karena namja itu adalah muridnya. Dan Hyunjae tidak pernah suka yunhanam (pria yang lebih muda). Tapi ketika Hyunjae menolak Hoseok, tidak tau apa yang akan terjadi.

“Aaarrrghhh!!!! Anak muda jaman sekarang benar-benar deh!!!”

Ting Tong Ting

Ting Tong Ting

Seseorang memencet bel tempat tinggal Hyunjae. ‘Ah pizzaku datang.’

“Entah kenapa aku merasa tidak lapar lagi.. Haah..” dengan malas yeoja itu berjalan ke pintu dan membukakan kunci untuk si pengantar pizza.

“Annyeong haseyo, pizza anda datang. Kami berikan tambahan kimchi sesuai dengan yang telah anda pesan.”

Hyunjae melongo begitu melihat si pengantar pizza. Dia memang berkostum seperti pengantar pizza dengan jaket dan helm. Tapi suaranya sangat familiar.

“Kau.. Lee Sungjong?”

Pengantar pizza itu menengadahkan wajahnya.

“S.. seonsaengnim..”

Hyunjae menghela napas dan menutup matanya. ‘Seharusnya aku tadi minum obat tidur saja..’ gumamnya menyesal.

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Filuu-chan #1
Chapter 5: Aduh si Miyeon, suka nya ngeledekin jungkook terus. Awas ntar jadi suka kan bahaya. Wahahaha...
Filuu-chan #2
Eonni... kenapa ini nggak dilanjut2 chapter nya. Ohiya, pake bahasa inggris aja eon... ♡ eottae??