Comfort Zone

1/2 Happiness

***

Pagi ini Seokjin sengaja menjemput Hyunjae untuk pergi bersamanya ke sekolah. Semalaman Hyunjae tidak bisa tidur karena memikirkan tentang hari pertamanya mengajar. Sekolah sudah sepi karena jam pelajaran sudah di mulai. Seokjin akan mengajar di jam ke 3, itulah makanya dia bisa memutar untuk menjemput Hyunjae.

“Kau sudah sarapan?” tanya Seokjin disela-sela sibuknya menyetir.

Hyunjae mengangguk, “Yah, walaupun hanya susu dan roti yang kemarin malam aku beli. Omong-omong, kenapa Taehyung tidak ikut denganmu?”

Seokjin mengangkat bahu. “Ketika aku ajak, dia malah pergi duluan. Dia juga belum tau kalau kau akan mengajar di sekolahnya.”

Gadis itu hanya mengangguk kosong. Dulu, ketika ayah dan ibunya masih ada, Taehyung sangat dekat dengannya. Bahkan lebih dekat daripada dengan Seokjin. Hyunjae meraba-raba masalalunya dengan kedua sepupu tersayangnya itu.

Mobil Seokjin masuk ke parkiran sekolah. Sesampainya di parkiran, mereka berdua keluar dan langsung menemui Kepala Sekolah, Kepala Kurikulum dan juga Tata Usaha untuk mengurus dokumen dan jadwal mengajarnya. Beberapa siswa-siswi yang bertemu dengan Seokjin menyalaminya dengan ramah. Namja itu juga memperkenalkan Hyunjae sebagai guru baru untuk kelas 2.

“Santai saja. Dan juga.. tolong jangan beritahukan ke siapapun kalau kita ini adalah sepupu. Dari awal aku bilang ke Kepala Sekolah kalau kau adalah teman lamaku. Kalau bisa, ketika kau bertemu Taehyung juga, jangan terlalu mencolok.”

Seokjin berbisik padanya sambil menuntun Hyunjae masuk ke ruang guru. Hanya ada beberapa guru yang sedang duduk dan menyelesaikan pekerjaan di depan laptop ataupun dengan bukunya. Hyunjae berkenalan dengan beberapa guru wanita yang cukup ramah sebelum kemudian dibawa kembali oleh Seokjin untuk menuju meja kerjanya.

“Nah... kau duduk disini. Mejaku di depanmu.” Hyunjae mengangguk.

Yeoja itu memperhatikan sekelilingnya. Ruang guru di sekolah itu sangat rapi dan teratur. Bagian guru produktif diatur berhadapan. Kemudian guru praktek punya sisi sendiri dan lemari sendiri. Sisi yang ditempati Hyunjae dan Seokjin adalah sisi untuk guru pelajaran bidang peminatan. Buku ajar tersusun rapi di pinggir jendela, dengan kaktus yang berjejer rapi.

“Bagaimana? Kau suka tempatmu??”

“OMOMOMO.. SEOKJIN SEONSAENGNIM!”

Tiba-tiba suara seorang yeoja yang sedikit histeris mengagetkan keduanya. Pantas saja, Seokjin mendadak merangkul Hyunjae ketika bertanya. Hyunjae menatap Seokjin, menyalahkan.

“O-oh! Miyeon Seonsaeng! A-annyeong!”

Miyeon memperhatikan Hyunjae dari atas ke bawah. Gadis itu sedikit serba salah sebelum kemudian menunduk. “Annyeong haseyo, Kim Hyunjae imnida!”

“Miyeon seonsaeng, perkenalkan ini Kim Hyunjae seonsaeng. Umurnya 24 tahun dan pengganti untuk pelajaran Bahasa Inggris.”

Seokjin dengan hati-hati merangkul bahu Hyunjae, menandakan bahwa semuanya terkontrol. ‘Bagaimana sih Seokjin ini..’

“Ah!” Miyeon berseru ketika jeda sejenak, “Aku ingat! Ya ya, Kepala Sekolah pernah bilang kalau akan ada guru baru di sebelahku!”

Yeoja itu terkekeh.

“Maaf ya, aku agak kaget karena tadi Seokjin seonsaeng merangkulmu. Dia disini selalu jadi pusat perhatian, tapi dia tidak pernah macam-macam di ruang guru.”

Hyunjae bisa merasakan senyum dari Miyeon sangat cerah dan tulus. Yeoja itu tersenyum dan mengangguk.

“Hey, jangan begitu. Aku tau aku tampan tapi aku tidak mesum, kau tau!” Miyeon menampakkan wajah mencibirnya sebelum menaruh bukunya di meja sebelah Hyunjae.

Seokjin pergi ke mejanya di depan Hyunjae sebelum kemudian sibuk dengan beberapa kertas not yang ada di hadapannya.

“Kau mengajar hari apa saja, Hyunjae seonsaeng?”

Sambil menempelkan jadwal mengajarnya di sekat dihadapannya, Hyunjae memberikan warna pada setiap kelas dan jam pelajarannya.

“Ah, ada hari ini, besok, dan lusa.... Hari ini aku ada di kelas 2.1.”

Miyeon menepuk dahinya dan menggelengkan kepala. Seokjin mengangkat bahu untuk menjawab air muka Hyunjae yang menatapnya penasaran.

“Ya ampun kelas itu..” Miyeon menghela napas, “Baiklah, karena tadi saya baru mengajar kelas itu, mari saya antarkan kesana.”

Hyunjae dengan sigap mengambil buku ajar dan peralatannya sebelum berpamitan dengan gesture ke Seokjin.

Disepanjang lorong dari ruang guru ke lantai 3, tempat dimana semua kelas berada, tidak banyak siswa-siswi yang lalu lalang. Hanya ada beberapa guru yang baru selesai mengajar dan akan kembali ke ruang guru. Dengan ramah, Miyeon memperkenalkan Hyunjae pada mereka, seperti yang Seokjin lakukan tadi pagi.

“Nah, disini kelasnya. Mari masuk.”

Miyeon menggeser pintu kelas dan langsung menuju ke meja guru. Siswa-siswi yang tadinya tidak memperhatikan, langsung merubah posisi duduk dan tidak berisik lagi. Beberapa berbisik sambil menunjuk Hyunjae. Yeoja itu tersenyum

“Ja.... yorobun, disini ada guru baru yang akan mengajar bahasa Inggris mulai hari ini. Aku harap kalian tidak mengerjai guru baru seperti yang kalian lakukan waktu itu padaku, Arasseo?”

“Ne..” jawab koor satu kelas. Miyeon senyum pada Hyunjae dan yeoja itu berpamitan.

Hyunjae menghadapi kelas sendirian. Menerawang kelas satu per satu. Kelas ini kebanyakan namja. Dan sebagian sepertinya tidak begitu bermasalah dengan kedisiplinan. Tapi di belakang kelas sangat terlihat sekali bahwa disana adalah tempat untuk anak-anak yang kurang bermasalah.

“Okay class.. I want to introduce my self. I’m from Hongju High School and start from today, I’m teaching English subject in this class. My name is Kim Hyunjae, I’m 24 years old.”

“Hello teacher!”

Selesai memperkenalkan dirinya, Hyunjae disambut dengan sapaan siswanya dengan bahasa inggris. Yeoja itu menatap siswa yang menyapanya.

“Seonsangnim, Jung Hoseok juga berasal dari SMA Hongju. Apa kalian mengenal satu sama lain?”

“Jangan-jangan mereka pasangan??”

“Hey, tidak mungkin!”

“Mungkin saja! Hey Jung Hoseok! Apa kau yang mengikuti seonsaengnim atau seonsaengnim yang mengikutimu??”

Hyunjae panik karena kelas seketika ribut menyebut nama Jung Hoseok. Yeoja itu mengernyitkan dahi. Matanya mencari sosok Jung Hoseok yang disebut-sebut oleh teman sekelasnya. Ternyata sosok itu ada di belakang , bersebelahan dengan seorang haksaeng yang sedang tidur. Hyunjae beranjak dari mejanya dan menghampiri Jung Hoseok itu.

“What are you talking about, kids.. Jung Hoseok, apakah kau dulu bersekolah di Hongju?” tanya Hyunjae penasaran.

“N-ne, seonsaengnim.. Aku baru pindah kesini beberapa hari yang lalu.”

Melihat Hoseok yang canggung, Hyunjae mengangguk.

“Ah, and then.. haksaeng! Ireona! Eomma watta!” Hyunjae mengetukkan penggarisnya ke kepala siswa yang tiduran disebelah Hoseok. Siswa itu menggaruk kepalanya dan menoleh ke arah Hyunjae dengan mata yang masih setengah terbuka.

“Mwoya ish!!”

“OH!” Hyunjae kaget. Terdiam.

Siswa yang baru bangun itu juga kaget.

“Lee Sungjong???”

***

“Mwo??? Ayahnya??” Hyunjae mengangguk menjawab Seokjin.

Yeoja itu menceritakan tentang Lee Sungjong dan yang dilihatnya saat dia membeli bubble tea. Dia tidak tau kalau Sungjong bisa bersekolah di tempat sebagus ini. SMA ini merupakan salah satu yang bisa di bilang mahal. Dan Sungjong bisa di bilang berkecukupan. Namun setelah Hyunjae memeriksa dokumen yang ada pada Seokjin, ternyata ibu Sungjong sudah melunasi semua administrasi yang dibutuhkan dari sejak awal masuk ke SMA ini. Seolah tau bahwa dirinya akan meninggalkan Sungjong sebelum dia selesai sekolah.

“Ah... otteohke..” yeoja itu menghela napas.

“Mwol ottohke mwol??” Miyeon tiba-tiba datang ke mejanya, dan menutup pembicaraan Seokjin dan Hyunjae.

“A-aniya.. Hehe..”

“Geunde Hyun, apa kau tadi tidak melihat Taehyung di kelas??”

Hyunjae menggeleng. Mata Seokjin melebar.

“Jadi Taehyung tidak sekolah?”

“Kim Taehyung?? Tadi seusai pelajaranku dia ijin ke ruang kesehatan. Dia bilang pergelangan tangannya sakit.”

Miyeon menjelaskan sambil menyerahkan surat ijin kecil yang Taehyung tulis untuk senseinya itu.

“Eottohke.. kenapa pergelangannya sakit?” tanya Hyunjae cemas.

“Ck..” Seokjin mendecak, “mungkin karena akhir-akhir ini dia belajar main drum. Dia baru membeli drum set dua minggu yang lalu dan sejak hari itu rumahku berisik sekali. Aigo! Anak itu!”

Hyunjae tidak lagi memperhatikan Seokjin yang sedang misuh-misuh tentang Taehyung. Dia berjalan ke arah rak buku yang diletakkan persis di jendela, sehingga siapapun yang membaca buku bisa melihat langsung ke lapangan basket dan koridor aula. Meluaskan jarak pandangnya, Hyunjae melihat Sungjong sedang duduk di depan aula sekolah. Tempat yang cukup terpencil dan sepi, tidak begitu banyak orang lalu lalang, bahkan hampir tidak ada. Wajahnya menunjukkan rasa penasaran. Yeoja itu kembali ke mejanya dan beranjak keluar. Panggilan dari Seokjin pun tidak di dengar.

Perlahan tapi pasti, Hyunjae berjalan ke arah Sungjong yang sedang duduk sendirian sambil menutup matanya. Namja itu terlihat sangat tampan ketika menutup mata, namun manis dan cantik ketika membuka matanya. Suara ketukan sepatu Hyunjae yang semakin dekat menyadarkan Sungjong dari tidur siangnya. Ketika sudah semakin mendekat, Sungjong baru sadar kalau Hyunjae sedang menghampirinya.

“Annyeong, Lee Sungjong.” Sungjong terdiam.

“Boleh aku duduk di sebelahmu?” namja itu mengangguk. “Dengan cuaca agak dingin seperti ini, tidak baik kalau kau tidur-tiduran di luar. Nanti kau kena flu.” Sungjong tersenyum sedikit.

“Aku tidak tidur. Aku sedang bepikir.” Jawabnya singkat. Mereka berdua kemudian sama-sama terdiam. “Kenapa Anda tidak bilang kalau Anda guru di sekolah ini saat bertemu denganku kemarin?”

Hyunjae tersenyum, “Aku berteriak menanyakan dimana sekolahmu, tapi kau pergi begitu saja. Bagaimana bisa aku bilang bahwa aku akan jadi salah satu guru di kelasmu?”

Wajah Sungjong sudah tidak begitu lebam, tidak parah seperti saat ditaman kemarin. Namun beberapa bagian yang membiru masih bisa terlihat.

“Wajahmu masih sakit? Apa yang kau bilang pada guru disini ketika kau punya biru-biru di rahang seperti itu?”

Sungjong meraba rahang kirinya, “Gwaenchanhayo, seonsaengnim. Aku bilang kalau aku jatuh dari tangga. Tapi mereka tidak percaya. Mereka bilang aku bertengkar.”

Hyunjae menghela napas melihat perilaku Sungjong yang agak cuek padanya. Pertemuan pertama, Sungjong memang agak menjengkelkan, tapi bukankah seharusnya di pertemuan kedua ini mereka akrab?

“Seonsaengnim, berhubung seonsaengnim adalah guru baru, jadi sebaiknya tidak mengobrol dengan siswanya sedekat ini. Nanti orang bisa salah paham.”

Sungjong berkata dengan tenang sambil berdiri dari kursi panjang yang sedang dia dan Hyunjae duduki. Yeoja itu agak kaget mendengar perkataannya.

“Salah paham? Ma-maksudmu??”

Namja itu menunduk padanya sebelum kemudian berlalu.

Hyunjae terdiam sambil tetap memperhatikan punggung Sungjong yang sudah mulai menjauh. Dia memperhatikan ponselnya.

“Mwoya... aku kan ingin minta nomor teleponnya. Siapa tau aku bisa melakukan sesuatu terhadap ayahnya yang kejam itu. Ish..”

Tiba-tiba suara berisik siswa-siswa tertawa terdengar dari gang dekat aula. Semakin terdengar mendekat dan semakin mengganggu. Hyunjae berdiri dan menunjukkan wajah kesalnya. Dia tidak mau kalau dia di tertawakan, atau nanti malah ada gossip yang tidak enak. Dengan kata lain, jangan sampai yang Sungjong peringatkan tadi kejadian.

Segerombolan siswa keluar dari gang itu sambil bercanda-canda. Baru saja Hyunjae akan memperingatkan mereka untuk tidak tertawa terlalu keras, matanya menangkap sosok tidak asing diantara gerombolan itu. Siswa itupun sempat menatapnya dan sama terkejutnya dengan Hyunjae.

“H-hyunjae nuna??”

Itu adalah Kim Taehyung, sepupunya.

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Filuu-chan #1
Chapter 5: Aduh si Miyeon, suka nya ngeledekin jungkook terus. Awas ntar jadi suka kan bahaya. Wahahaha...
Filuu-chan #2
Eonni... kenapa ini nggak dilanjut2 chapter nya. Ohiya, pake bahasa inggris aja eon... ♡ eottae??