Manik cokelat milik Juniel bergerak bebas mengitari ruangan dengan langit yang tinggi. Sepanjang dinding yang berputar terdapat susunan buku yang terpajang rapi. Buku-buku itu memberi warna pada dinding berwarna putih dan hitam. Di pertengahan antara buku itu terdapat dinding polos tanpa ada buku yang menutupinya. Dua orang itu melangkah menuju sudut itu. Kai menggenggam tangan Juniel dan menariknya masuk ke dalam permukaan datar itu.

Gadis itu menutup matanya rapat-rapat karena akan menabrak lapisan tebal itu tetapi yang dia rasakan hanya sesuatu yang menggelitik permukaan kulitnya. “Kau boleh membuka matamu, Juniel” Dia menuruti ucapan Kai. Kelopak matanya membuka perlahan. Tidak seperti perpustakaan tadi, di ruangan ini hanya terdapat podium besar di tengahnya atau lebih mirip tiang hitam yang dipotong setengah. Pemuda berambut perak itu mengarahkan tangannya masuk ke dalam seperti mengaduk benda padat itu. Ketika tangannya keluar dari podium hitam, secara perlahan buku amat tebal muncul di atas podium.

“Ini sejarah Exosthopia dari masa lalu sampai masa yang akan datang dan hanya kerajaan dan orang tertentu yang bisa membuka ruangan ini” ucapnya sambil membuka kitab besar. Juniel hanya mengangguk seolah otaknya bisa mencerna semua ucapannya. Pada lembar tertentu, Kai menghentikan jarinya. “Lihat, disini jelas dikatakan hanya kau yang bisa membantu kami” tunjuk Kai.

Juniel mendekati buku itu dan membacanya. Nihil. Tulisan yang tidak ia mengerti timbul di atas perkamen itu. Berapa kali gadis itu mengerjapkan kedua matanya tetap saja tulisan itu tidak berubah menjadi hangul atau alphabet seperti bahasa Inggris. Tiap deretan yang ada di tulisan itu hanya ada barisan simbol. “Maaf Kai, aku tidak mengerti” ucapnya pelan dengan gelengan kepala. Kai melebarkan matanya nyaris tak percaya.

“Tidak mungkin. Kau memiliki tanda besar di tengah punggungmu sama seperti yang dijelaskan dalam kitab ini” Kalimat terakhir itu justru membuat Juniel terkejut “Hei! Kau tahu darimana aku punya tanda itu? Kau melihatku?!” Juniel mundur perlahan, menjauhi pemuda berambut perak itu dengan tangan menyilang di depan dadanya. Kai menggeleng keras “A-aku tidak melihat yang lain. Hanya punggungmu untuk memastikan dan hanya ada satu orang yang punya tanda istimewa itu”

“Tidak. Ini hanya luka bakar yang kudapat waktu kecil bukan tanda istimewa seperti katamu. Kurasa kau salah orang Kai” Tolak Juniel karena memang setahunya itu hanya luka yang membekas akibat kebakaran. Bagaimana Kai bisa tahu kalau dia memiliki luka itu? Kai berusaha mendekati gadis yang terus mundur dari posisinya untuk benar-benar memastikan tanda itu. Seseorang menghentikan perbuatan yang membuat Juniel takut.

“Du Printze un Mond,” Pria itu menggelengkan kepalanya pelan dan Kai menghentikan langkahnya menuruti keinginannya. Anonim itu membungkuk kepada Juniel yang masih kebingungan “Aku Cort Kyungsoo. Maafkan beliau, Juniel Amee” Bagaimana dia bisa