A
The White LordMimpi malam itu terulang lagi. Seorang pria dengan jubah berwarna emas mendatanginya dengan wajah yang samar dan terlihat memohon agar dia mengikutinya. Sedetik kemudian ia terbangun. Hampir tiga bulan terakhir, mimpi-mipi aneh terus muncul mengganggu malamnya. Juniel –nama gadis itu– adalah seorang gadis berumur 19 tahun yang bersekolah di Amethys Academy. Sekolah berasrama biasa yang bisa di jumpai di banyak kota kecil. Tidak ada kejadian luar biasa di sekolah dan Juniel juga termasuk gadis dengan tingkat popularitas rendah. Bukan golongan kutu buku ataupun gadis terkenal. Hanya murid biasa.
Kakinya melangkah menuju kelas yang berbeda gedung dari tempat asramanya berada. Pikirannya sejenak membawanya ke mimpi semalam. Apakah dia terlalu banyak berimajinasi? Rasanya tidak mungkin, dia bahkan mendapat nilai pas-pasan untuk mata pelajaran seni karena imajinasinya yang terbatas. Lalu mengapa dia selalu bermimpi tentang hal itu?
Dug!
Bahu kanannya menabrak seseorang. Buru-buru dia meminta maaf kepada orang tersebut yang diketahui seorang laki-laki dengan jaket hoodie menutupi kepalanya. Pemuda itu hanya membungkuk pelan kemudian pergi melanjutkan perjalanannya meninggalkan gadis itu sendiri. Beruntung Juniel tidak dimarahi. Itu akibatnya jika melamun di lorong sepi. Bunyi bel berdering tertangkap gendang telinga yang berarti menandakan jam masuk kelas. Gadis itu mempercepat langkahnya menuju ruang belajarnya.
Semua berjalan seperti hari-hari lain. Belajar, istirahat, belajar, dan pulang. Membosankan? Memang sangat membosankan. Setidaknya semua murid harus bertahan selama dua hari ke depan karena sekolah akan libur setelah ujian semester. Tungkai kaki gadis bersurai coklat itu berjalan kembali ke asrama. Dia mempunyai niat menyelesaikan tugas liburannya lebih cepat daripada dia tidak bisa menikmati liburan sama sekali. Meskipun dia tidak menghar
Comments