Chapter 6

Sungjong In Wonderland

“Aaakkh!!”

Sungjong berseru frustasi. Matanya menjelajah seisi ruangan. Ruangan itu gelap. Cahaya matahari hanya masuk lewat dua jendela kecil di atap. Debu-debu yang berterbangan bisa Sungjong lihat lewat bias cahaya yang masuk melalui jendela. Baydewey, ini kenapa jadi nge-sastra ya? ._.

Sungjong sebenarnya ingin mencak-mencak dan mengacak-ngacak gubuk itu. Lebih tepatnya kandang sih sebenarnya. Tapi niat itu ia urungkan karena di sudut ruangan, seekor makhluk besar berbulu menyeramkan tengah mengeram padanya. Bandersnacth menatap marah padanya. Mungkin gara-gara dia berisik. Sungjong gemetar ketakutan di sudut. Ia menarik lututnya kedada dan memeluknya. Sembari bergumam pelan.

“Aku takut.. Sungyeol-hyung gimana kabarnya ya? Hoya-hyung juga..” katanya lirih. Airmatanya mulai menggenang. “Jangan sedih dulu, Sungjong-ah.” Taemin tiba-tiba muncul di sebelahnya. Masih dalam wujud mini. Ia membawa sesuatu dibelakangnya. “Ini. Makanlah.” Katanya sambil menyerahkan sebongkah keju padanya. “Waw.. dimana kau dapat keju sebesar ini? Besarnya hampir sama denganmu..” Sungjong takjub pada bongkahan keju yang menggoda iman itu. 

“Kau tahu, si kelinci ungu kan ditahan di dapur. Jadi dengan ukuran miniku ini, aku menyelinap ke dapur. Si kelinci bilang, nutrisi untukmu mesti terjaga. Jadi ia menyelundupkan sebagian makanan untukmu.” terang Taemin. Sungjong nyengir mendengarnya. “Pintar sekali.” Kata Sungjong. “Ini, ada Biskuit coklat juga. Dia juga memberiku ini. Tapi, biskuit ini untukmu saja.” Taemin menyerahkan tiga keping biskuit coklat lezat pada Sungjong. Sungjong menerimanya dengan senang hati. Sambil mengunyah keju, ia tidak habis pikir bagaimana caranya dengan ukuran se-mini itu Taemin mampu  membawa makanan segini banyak. “Terima kasih.” Katanya.

Taemin menggigit kejunya dan menatap pada Bandersnatch. “Aku tidak suka makhluk itu. Ia menatap terus pada kita.” Katanya. “Kau pikir aku juga tidak takut apa?” balas Sungjong. Makhluk itu terus menatap pada Sungjong dan Taemin dengan tatapan sulit diartikan. Ia menggeram pada mereka saat melihat biskuit coklat dalam genggaman Sungjong dan mengendus-endus ke udara. Entah apa maksudnya.

“Sungyeol-hyung bagaimana?” tanya Sungjong tiba-tiba. Taemin menghentikan aktivitasnya mengunyah keju dan menatap lurus kedepan. “Dia baik-baik saja. Kudengar dari Jonghyun. Tapi, eksekusinya malam ini.” Sungjong bisa mendengar kegetiran dari nada suaranya. Ia merasa makanan yang sedang ia makan itu rasanya pahit. Tidak enak. Dengan berat hati ia pun terpaksa menelan benda itu ke kerongkongannya.

“Mianhe.. gara-gara aku..” kata Sungjong lirih. Taemin menoleh menatap kearahnya. “Jangan bicara seperti itu. Tadi aku baru saja dari penjaranya Kesatria Putih. Dan ia bilang, kalau kejadian seperti ini memang sudah ia perkirakan akan terjadi. Jadi ia tenang-tenang saja. Bukannya dia juga menyuruhmu tenang?” kata Taemin.

“Tenang? Tenang?! Dia tenang-tenang saja sementara dia akan dieksekusi malam ini!” serunya kesal. “Kesatria Putih punya rencana. Kau tenang saja.” Kata Taemin tenang. “Rencana?” Sungjong tak mengerti. 

“Kau tidak lihat bagaimana ia membela dirimu di depan Red King tadi? Ia rela menuduh dirinya sendiri atas apa yang tidak mungkin ia lakukan di depan Red King yang marah. Kesatria Putih punya rencana. Dan kita harus mengikuti rencananya itu. Aku yakin dengan rencana darinya kita semua bisa keluar dari Grease Grum dan kembali pada Penguasa Putih.” Kata Taemin lagi. Dalam hati, Sungjong membenarkan perkataan Taemin barusan. 

Sungyeol lebih memilih menyerahkan dirinya pada Red King ketimbang Sungjong yang akan  dibawa pergi oleh Red King. Sungjong tahu alasannya. Ia terlalu berharga untuk jatuh ke tangan Red King. Lagipula, bisa saja Red King akan memanfaatkan Sungjong untuk hal yang buruk karena Sungjong sendiri erat kaitannya dengan ramalan besar yang dikatakan oleh si cacing sakti (?) Absolem itu. Sungyeol tidak bisa menyerahkan Sungjong begitu saja. Tidak sebelum ia mempertemukan Sungjong dengan Penguasa Putih. Dan dilihat dari gilanya jalan pikiran Sungyeol, ia pasti punya rencana besar yang akan membawa mereka semua lepas dari pengaruh buruk di Istana Merah tersebut.

“Kita hanya tinggal menunggu perintah untuk bergerak.” Kata Taemin lagi. Mendengarnya Sungjong jadi merasa seperti agen mata-mata sekarang. “Lalu selagi menunggu, apa yang akan kita lakukan? Eksekusi Sungyeol-hyung malam ini, sedangkan kita disekap disini.. terlebih.. bagaimana dengan gulungannya, Taeminnie?” Sungjong seketika panik begitu teringat pada gulungan curian-dari ruangan Woohyun-yang sekarang mungkin tergeletak manis didalam kamarnya. “Aku takut seseorang masuk kedalam dan menemukan gulungan itu! Aa~ semuanya tambah runyam..” Sungjong menggacak rambutnya kesal.

“Kau tenang saja. Jonghyun sudah kusuruh untuk menanganinya. Sepertinya gulungan itu penting. Kita harus membawanya pada Penguasa Putih untuk diperlihatkan padanya.” Kata Taemin. Sungjong jadi tenang sedikit setelah mendengarnya. Namun langsung panik kembali begitu teringat akan sesuatu yang penting. “He? Bagaimana caranya Jonghyun-hyung mengambil gulungan itu? Badannya kecil begitu!” teriaknya. 

“Kau tenang saja, Sungjong-ah.” Sebuah suara mengagetkan Sungjong. Kabut hijau muncul di depan Sungjong dan sosok Dongwoo pun mewujud. Bandersnatch menggeram begitu sosok Dongwoo muncul. 

“Hyung!” Sungjong sumringah melihat keberadaan Dongwoo. Dongwoo seperti malaikat penolong bagi Sungjong. Dongwoo meliuk-liukkan ekornya malas. Ia melirik kebelakang punggungnya dan mencibir pada Bandersnatch. Jelas saja kalau Dongwoo tidak begitu suka dengan makhluk itu.

“Hyung, kenapa kau menghilang tadi?” tanya Sungjong. Dongwoo menoleh kembali kearah Sungjong. “Dia tidak bisa melihatku. Kecuali si siluman pohon itu. Jika mereka tahu keberadaanku bisa gawat. I’m a free spirit!” seru Dongwoo iritasi. Sungjong dan Taemin mengangguk. “Hyung, sekarang apa yang mesti kita lakukan? Taemin bilang kita hanya perlu menunggu perintah bergerak dari Sungyeol-hyung. Jonghyun-hyung sedang mengurus gulungan penting itu. Sedangkan Hoya-hyung sibuk didapur sekarang. Dan, eksekusi Sungyeol-hyung malam ini… apa yang harus kita lakukan, hyung?” lirih Sungjong.

“Tikus itu sudah mengurus gulungannya. Bagaimana caranya tak usah kau pikirkan. Kelinci ungu itu juga sepertinya sudah lebih dari siap.” Dongwoo tersenyum penuh arti pada Sungjong. “Hyung.. jangan bilang.. hyung sudah tau rencananya?” tanya Sungjong. Dongwoo hanya nyengir. “Aku tidak tahu rencana pastinya. Yang jelas Kesatria Putih hanya bilang padaku untuk menemuimu di kandang hewan ini. Aku tidak tahu jalan pikirannya tapi sepertinya apa yang akan terjadi nanti pasti mengasyikkan.” Kata Dongwoo sambil tersenyum jenaka dan menggosok-gosok kedua telapak tangannya.

Sungjong larut dalam pikirannya sendiri, saat  Dongwoo meliuk mendekati Taemin. “Apa itu kue ikan?”  Taemin pun mengangguk dan memberikan semua kue ikan yang ia ambil di dapur pada Dongwoo. Dongwoo mendengkur senang sambil mengunyah kue tersebut. 

“Aku kesal!” Dongwoo dan Taemin seketika menoleh pada Sungjong yang baru saja berteriak. “Aku sakit hati!” seru Sungjong lagi. Ternyata selagi Dongwoo meminta kue ikan pada Taemin, Sungjong larut dalam pikirannya sendiri memikirkan tentang kejadian di lorong istana  kemarin.

“What’s going on with you, kid?” tanya Dongwoo. Sungjong mengacak rambutnya frustasi. Ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam pada Dongwoo. “Ingatkan aku untuk meninju wajah Kesatria Merah saat kita berhasil keluar dari sini!” kata Sungjong yang langsung di sambut dengan cengiran lebar dari Dongwoo. “Baiklah.” Kata Dongwoo riang.

Sungjong  teringat bagaimana keterlaluannya Myungsoo menfitnah dirinya di depan Red King. Hanya demi mencari muka di depan Red King, Myungsoo sampai berbohong dan menuduh Sungjong lah yang telah menyentuhnya. Ia kesal setengah mati dan sakit hati setengah mampus. 

Tanpa sadar tangannya meremas salah satu biskuit coklat pemberian Taemin dengan keras. Biskuit itu pecah berkeping-keping dan salah satu kepingannya  terbang dan jatuh didepan Bandersnatch. Makhluk itu merangsek maju hendak menggigit biskuit  namun ia langsung menjerit kesakitan begitu tubuhnya terhempas kebelakang. Besi yang melingkari lehernya yang disambung dengan rantai panjang yang tertanam kedalam tanah di sudut kandang, menghentikan langkah makhluk itu sekaligus menyiksanya.

Bandersnatch meronta dan tersengal-sengal saat berusaha memperbaiki posisinya. Saat ia sudah  berdiri kembali dengan keempat kakinya, makhluk itu duduk layaknya kucing jinak dan kaki depannya terulur kearah biskuit coklat tersebut. Hendak menggapainya tapi tangannya tak sampai. Bandersnatch mengeluarkan suara-suara seperti anak anjing yang kesakitan. Sungjong, Taemin dan Dongwoo melihat itu semua dalam diam.

“Dia suka biskuit coklat.” Kata Sungjong. Tiba-tiba sebuah senyuman terukir diwajahnya. “Bandersnatch suka biskuit coklat!” serunya. Ia jadi mengerti apa alasan Hoya memberi biskuit coklat pada Taemin. Sungyeol pasti tahu segala sesuatunya yang ada di dalam Istana Merah ini. Sungyeol memimpin segala pergerakan mereka sekarang. Sungjong tersenyum miring dan menoleh pada Dongwoo.

“Hyung?”

Dongwoo tersenyum lebar. Memperlihatkan taring dan gusinya. Matanya terlihat berkilat-kilat ganjil. Ia kemudian menggerakkan ekornya dengan antusias dan berkata, 

“Aku punya rencana.”
 

~x~


 

Dini hari .. Aula Eksekusi Grease Grum

 

Semua orang dalam istana sepertinya berkumpul di aula tersebut. Hanya untuk melihat acara pembantaian gratis yang disuguhkan oleh raja mereka. Di tengah-tengah aula terbuka itu, diatas panggung kayu, sebuah tiang pancang berdiri menjulang. Pada tiang tersebut, Sungyeol terikat. Di sampingnya, berdiri algojo yang sejak tadi berusaha membuat Sungyeol ketakutan dengan membuat suara-suara seram dan memasang ekspresi seram. Tapi hal itu percuma saja karena wajahnya tertutup sepenuhnya oleh kain selendang hitam.

Sungyeol tak memikirkan apa-apa. Sungyeol tidak merasakan apa-apa. Semuanya sudah jelas dan sudah diatur. Ia hanya tinggal menunggu. Seseorang menaiki panggung. Sorak-sorai mulai terdengar. Sungyeol menggeser sedikit kepalanya dengan malas untuk melihat siapa yang naik ke panggung. Dan ia tersenyum tipis saat melihat Myungsoo berdiri tak jauh darinya. Myungsoo menatap malu-malu pada Sungyeol. Membuat otak Sungyeol kembali bekerja untuk melontarkan godaan-godaan pada Myungsoo.

“Wah. Kau kelihatan tampan.” Kata Sungyeol sepenuh hati namun bernada lemah. Karena kondisinya memang lemah sekarang. Ia sedang mengumpulkan energi. Memang malam itu Myungsoo terlihat luar biasa tampan. Ia hanya mengenakan celana hitam dengan kaos tanpa lengan yang juga berwarna hitam yang membungkus tubuh atasnya dengan sempurna sekali. Memperlihatkan sekilas otot yang dimiliki Kesatria Merah tersebut. Di atas kaos hitamnnya Ia mengenakan jubah warna merah marun. Kenapa kita jadi bicara fashion? ._.

Myungsoo merona sesaat. Ia terlihat salting namun akhirnya berhasil mengendalikan emosinya. Termasuk otot di wajahnya sehingga ia tidak perlu khawatir sewaktu-waktu ia akan mengernyit malu saat Sungyeol kembali menggodanya. Melihat ekspresi Myungsoo, sebuah seringaian jenaka tercipta dibibirnya. “Aku tidak tahan melihatmu.” Kata Sungyeol lagi dengan lemah. Yah siapa yang tidak lemas kalo seharian diikat di tiang dan di temani oleh algojo yang bahkan tidak berbakat pantomim. Bukannya menghibur malah membuat energinya terkuras habis.

Myungsoo ternyata tidak siap dengan godaan-godaan dari Sungyeol. Ia kembali merona dan menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangannya. Sungyeol lagi-lagi tersenyum jenaka. “Sudah cukup! Kau tidak akan bisa menggoda ku lagi!” seru Myungsoo kesal.

‘”Aahh~ L-ah~” panggil Sungyeol manja. Myungsoo membuang kepalanya kebelakang. Ia berbalik dan berjongkok di tempatnya. Menyembunyikan wajahnya. Sungyeol ngakak tanpa suara. Senang menggoda manusia tampan sekaliber (?) Myungsoo.

“Kau tamat, Mad Hatter.” Gerutu Myungsoo. Ia sepertinya sudah benar-benar bisa mengendalikan diri. Ia kembali berdiri dan menghadap Sungyeol dengan ekspresi datar dan dingin. “Oh.. benarkah?”  tanya Sungyeol tak yakin. Myungsoo hanya diam. Sungyeol mengangkat wajahnya melihat ke sekeliling. Myungsoo sepertinya memberi aba-aba pada si algojo dan Sungyeol merasa ikatannya pada tiang mengendur. Sungyeol digiring menuju sebuah mesin pemotong kepala manual. Terlihat classie dan berkelas, pikir Sungyeol. Ia bahkan masih sempat berpikiran untuk meletakkan mesin itu di depan pintu istana putih nantinya untuk menyambut tamu penting. (?)

Algojo itu memegang kepala Sungyeol dan membawanya merebahkan kepalanya pada mesin tersebut. Sungyeol mendongak dan melihat Red King berdiri di hadapannya. Menatapnya dengan penuh kebencian. “Ada pesan terakhir?” tanya Woohyun dingin. Sungyeol hanya tersenyum. Satu senyuman manusiawi (?) dari Sungyeol  namun mampu membuat Woohyun menautkan alisnya bingung. Namun, Senyuman manis Sungyeol seketika langsung berubah menjadi sebuah seringaian iblis. 

Tepat saat itu, dalam gerak slomo, Myungsoo meneriakkan perintah pada algojo dan  Woohyun menautkan alisnya shock, algojo mulai menarik tuas, seringaian Iblis dari Sungyeol mampu menghilangkan rona dari wajah Woohyun. Seiring dengan seruan puas dari para penonton, wajah ketakutan Woohyun, tampang penasaran dari Myungsoo, dan bilah tajam yang menghujam turun, Sungyeol sukses menyebutkan pesan terakhirnya,

White… King…

 

~x~

 

Sungjong bergidik ngeri ketika ia mendengar suara bilah tajam membelah sesuatu. Ia menoleh kebelakang dan melihat Dongwoo tengah memainkan sebuah pisau yang entah kenapa bisa ada di dalam kandang tersebut. “Hyung, kau mengagetkanku.” Kata Sungjong. Dongwoo hanya nyengir dan mencabut pisau yang menancap pada buah semangka yang entah kenapa juga bisa berada dalam kandang tersebut. Ini wonderland, tidak heran.., pikir Sungjong.

Sungjong kembali menoleh kedepan. Perlahan ia mengulurkan tangannya yang memegang sekeping biskuit coklat pada makhluk besar dihadapannya. Bandersnatch yang sepertinya tengah tertidur, begitu mencium aroma menggiurkan dari biskuit itu langsung menegakkan kepalanya. Ia segera bangkit dan berlari kearah Sungjong. Sungjong tidak takut sedikitpun. Sebuah rencana gila tengah tercipta dalam kepalanya.

Perlahan Sungjong membiarkan Bandersnatch memakan biskuit itu. Makhluk itu mengambil biskuit  dengan mulutnya tanpa melukai tangan Sungjong. Taemin yang menonton dibelakang, terdengar berseru lega. Sungjong tersenyum. Ia pun mengulurkan tangannya hendak menyentuh kepala hewan itu. Namun, Taemin malah berseru, “Jangan!”

Sungjong tidak mendengarnya. Ia tetap menggerakkan tangannya menyentuh puncak kepala makhluk itu . Ajaib, hewan itu tidak bergeming ataupun melawan pada Sungjong saat ia mengelus kepalanya. Sungjong dan Dongwoo tersenyum penuh kemenangan. “Aku sudah bilang kan! Dia suka biskuit coklat!” seru Sungjong girang. Saat biskuit itu habis, Bandersnatch menatap kesekeliling . Sungjong pun menyerahkan biskut coklat terakhir yang ia punya.

“Meskipun Taemin bilang biskuit coklat ini enak, dan aku juga mau, tapi ya sudah lah, ini buatmu saja.” Sungjong menyerahkan kepingan terakhir dari biskuit itu. Dan Sungjong bersumpah, ia melihat sebuah raut ekspresi senang dari makhluk itu. Bandersnatch mengunyah biskuit itu dengan sepenuh hati.

“Sekarang apa?” tanya Taemin. “Entahlah.. aku tidak tahu. Biskuitnya juga sudah habis.” Jawab Sungjong. “Kita harus cepat. Aku bisa mendengar seruan-seruan dari aula sekarang.” Kata Dongwoo. Saat Sungjong hendak berdiri, ia merasa sesuatu yang lembut dan berbulu menggosok lengannya. Sungjong bergidik dan menoleh kebawah.

Apa yang ia lihat, membuat senyuman lebar tercipta diwajahnya. Bandersnatch dengan jinaknya mengelus-eluskan kepalanya ke tangan Sungjong. Sungjong berseru senang. “Yeeii! Dongwoo-hyung, rencanaku sudah selesai. Sekarang kita ikuti rencanamu.” Sungjong menoleh kearah  Dongwoo. Tapi, yang tersebut namanya itu tidak terlihat dimana pun. Sungjong pun celingukan mencari sosok Dongwoo yang tiba-tiba menghilang itu. 

“Dia sudah pergi.” Kata Taemin di sudut ruangan.

Sungjong tersenyum semakin lebar. “Nah. Sekarang, ayo kita pergi.”

 

~x~

 

Woohyun yakin ia sudah banjir keringat sekarang. Sesuatu yang ia benci dan harusnya tidak akan pernah ia alami, yaitu berkeringat. Woohyun masih melotot ke depan. Menatap dengan tidak percaya. Mayat itu terkulai lemas di hadapannya. Kepalanya sudah lepas dari tubuhnya, namun ada sesuatu yang aneh. Kenapa tidak ada darah yang keluar?

Woohyun merasa ini pertama kalinya ia benar-benar shock. Sehabis mendengar pesan terakhir dari Sungyeol barusan. Ia merasa tidak nyaman. “Yang Mulia?” Myungsoo terdengar khawatir. Tapi Woohyun tidak ingin menunjukkan ketakutan dan kecemasannya di depan umum. “Yang Mulia, anda baik-baik saja?”

“L-ah..” Woohyun menatap Myungsoo. Kesatria Merah itu bisa merasakan ada yang aneh dengan Red King. Ia tahu pesan dari Sungyeol barusan tidak lengkap. Ia tahu apa yang akan disampaikan oleh Sungyeol pasti lebih dari satu kalimat. Tapi, hanya dengan dua kata pertama yang diucapkan oleh Sungyeol, Woohyun sudah tahu maksud dari pesan tersebut.

“White… King… menunggumu di medan perang..” 

Woohyun bisa membayangkan seringaian tercipta di wajah Sungyeol. Woohyun mengepalkan tangannya erat. “Yang Mulia.. apa anda baik-baik saja? Anda terlihat pucat..” Myungsoo terdengar khawatir. “Aku baik-baik saja L-ah..” jawab Woohyun.

Seketika Woohyun menautkan alisnya heran. “L-ah.. kenapa mayatnya tidak menyemburkan darah?” Myungsoo yang juga sama herannya, hendak menjawab namun saat ia menoleh kebawah ia mengerti maksud perkataan Woohyun barusan. Kepala Sungyeol yang sudah terlepas dari badannya itu bergerak-gerak. Tubuhnya yang masih berada di atas mesin, mulai berasap kehijauan.

Kepala itu terus bergerak-gerak. Perlahan, kepala itu terangkat dan sosok Dongwoo yang tersenyum lebar membayang pada wajah pucat Sungyeol. Woohyun dan Myungsoo seketika berteriak. Teriakan mereka mengakibatkan kepanikkan pada khalayak ramai yang sejak tadi tidak lepas menatap raja mereka. 

Sosok Dongwoo mulai membayang jelas dan tubuh Sungyeol yang berasap mulai memudar. Perlahan wujud Dongwoo terbentuk sempurna. Dongwoo melayang dengan santai di atas bekas kepala Sungyeol yang sekarang menghilang entah kemana. Sambil tersenyum lebar, ia meliukkan ekornya dan berkata, 

“Hai.”

Woohyun menangkap satu hal yang pasti dalam benaknya. Ia mengatupkan rahangnya keras dan mengepalkan tangannya kuat. Myungsoo yang terkejut dan masih tidak mengerti berusaha mencerna apa yang sebenarnya tengah terjadi. 

“Yang Mulia..”

“L-ah!” seruan Woohyun terdengar menggelegar. Ia menatap tajam pada Dongwoo yang balas tersenyum jenaka pada Woohyun. 

“Ne.. Yang Mulia..?” Myungsoo berkata gugup.

“Siapkan pasukanmu. Kerajaan masuk kedalam status siaga perang.” Kata Woohyun dingin dan tatapannya tak lepas dari sosok Dongwoo-yang masih tersenyum-yang perlahan membuyar.

 

~x~

 

‘Brak!!’

 

“Hoya hyung!”

Hoya yang tengah duduk di tepi jendela, sembari mengunyah sepotong biskuit, menoleh begitu mendengar suara yang amat dikenalnya itu. “Oh! Sungjong-ah.. bagaimana kau bisa lepas? Kau menangkap pesanku dari biskuit coklat itu?” tanya Hoya. Tapi, dilihat dari ekspresi Sungjong. Hoya sudah tahu jawabannya. Ia pun berdiri, menepuk2 celananya dan melangkah mendekati Sungjong.

“Hyung, sekarang kita harus ke penjara Sungyeol-hyung segera!” seru Sungjong.

“Wow wow wow. Sabar bocah. Kenapa kau kesini sendirian? Mana si Taeminnie? Si Chesire Cat itu juga dimana?” Hoya bingung tak habis pikir bagaimana bisa Sungjong bisa berkeliling Istana Merah seorang diri tanpa tertangkap meskipun perhatian seisi Istana tengah tertuju pada acara eksekusi di Aula Eksekusi Grease Grum yang Hoya sendiri yakin Woohyun tidak  akan seceroboh itu membuat istana tidak dijaga ketat.

“Dongwoo-hyung sedang di arena eksekusi sekarang… menyamar... sebagai Sungyeol hyung.. bagaimananya nanti aku ceritakan padamu di jalan saja deh hyung… kalau Taeminnie sedang mencari Jonghyun..” Sungjong kesulitan bernapas karena harus menjawab pertanyaan Hoya terlebih dahulu.

“Okeh. Okeh. Kalau begitu, ambil napas dulu Sungjong-ah. Ayo ikut aku, akan kutunjukkan jalan menuju penjara White Knight.” Hoya pun berlalu meninggalkan Sungjong keluar dari dapur saat Sungjong terengah-engah mengatur napasnya. Berlari dari kandang menuju dapur istana tanpa diketahui oleh prajurit hati memang menguras tenaga Sungjong. Untung Taeminnie sudah memberitahukan jalan rahasianya sehingga Sungjong bisa lolos dari para prajurit penjaga.

Sungjong pun keluar dari dapur dan berlari menyusul Hoya yang sudah jauh di depan. Sesekali ia menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa mereka tidak diikuti. Bahkan oleh siluman pohon absurd itu sekalipun. Hoya berbelok di lorong yang belum pernah Sungjong lihat sebelumnya. Ia tidak protes namun terus melangkah mengikuti Hoya yang menuruni tangga batu curam kebawah.

“Hati-hati.” Pesan Hoya. Sungjong melangkah menuruni tangga batu itu dengan hati-hati. Ia bersumpah belum pernah melewati lorong tangga batu itu sebelumnya. Padahal ia sudah menggunakan betul waktu yang ada untuk menjelajahi seluruh penjuru Grease Grum.

Mereka sampai di area bukaan yang lembab. Temboknya berlumut dan bau apak menguar dimana-mana. Sungjong mengernyitkan hidungnya tidak suka. “Uh.. Woohyun hyung jorok…” gerutunya. Ia bisa mendengar Hoya terkekeh di depannya. “Dulu Red King itu orang yang cinta kebersihan. Tapi semenjak menghilangnya Penguasa Putih.. Red King jadi slengekan begini..” kata Hoya pelan. Sungjong terdiam di belakang. Benaknya bekerja mencerna maksud perkataan Hoya barusan. Rasanya perkataan Hoya barusan mengandung sebuah makna penting. Namun, disaat Sungjong hendak memikirkannya lebih jauh, ia bisa mendengar seruan kencang dari arah luar.

Sungjong menelan ludah gugup. Red King pasti sudah membongkar penyamaran Dongwoo. “Hyung.. bisa lebih cepat..?” Sungjong mendongak menatap langit. Awan putih kelabu mulai berarak di atas. Sebentar lagi hujan pasti akan turun.., pikir Sungjong. 

Hoya kembali berbelok dan mereka memasuki sebuah gerbang lain yang menuju kedalam lorong gelap yang panjang. Lorong itu hanya di terangi oleh cahaya api obor temaram yang di gantung di dinding. Hoya berhenti tak jauh dari Sungjong di depan sebuah sel besi berkarat. Hoya berbalik menatap Sungjong.

“All Hail for Our Knight.”

Sungjong melangkah mendekat ke sel tersebut dan matanya membesar saat melihat Sungyeol duduk dengan tenang di dalam sel. Sungyeol memejamkan matanya namun ia bisa merasakan keberadaan Hoya dan Sungjong di luar sel nya.

“Sungyeol-hyung….”

Sungyeol membuka matanya dan sebuah seriangan misterius tercipta diwajahnya.

“Wahai pasukan setiaku..” Sungyeol merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum hangat.

“Bebaskan aku...”

 

~x~

 

Myungsoo berlari di sepenjuru lorong. Ia sudah berlari dan berlari tapi tidak menemukan satu pun dari target yang ia cari. Tidak si tikus jelek, tidak si kelinci gila, tidak si kelinci ungu, juga tidak si Sungjong. Ia tidak menemukan satupun dari mereka. Perintah yang diberikan oleh Red King di Aula eksekusi tadi masih tergiang di benaknya. Ia mengepalkan tangannya, senang atas keluarnya perintah barusan. Ia jadi punya alasan khusus untuk membantai Sungjong dkk. Apalagi pada Jonghyun. Ia bisa membalaskan dendamnya pada tikus jelek yang sudah merusak wajahnya tersebut. 

Tapi, pertama-tama ia harus mengecek sel tempat si White Knight ini di sekap terlebih dahulu. Firasatnya buruk.

Dan ternyata firasat buruknya itu memang benar adanya. Saat akan berbelok di lorong dimana tangga menuju sel tempat Kesatria Putih di sekap, ia hampir bertabrakan dengan Hoya jika saja ia terlambat mengerem langkahnya.

Hoya sendiri terkejut bukan main.

“Aegomonina~!” jeritnya sambil melempar kedua lengannya ke atas kepala.

Sungyeol dan Sungjong yang mendengar jeritan Hoya barusan ikut menoleh dan mereka menemukan Myungsooo menatap dengan penuh amarah pada mereka.

“Sungjong! Beraninya kau ..” seru Myungsoo.

Sungjong mengepalkan tangannya hendak menerjang ke arah Myungsoo tapi ia merasakan tangan Sungyeol yang meremas bahunya. Mengisyaratkan untuk tidak menyerang Myungsoo. Sungjong menoleh sedikit kearah Sungyeol dan melihat Kesatria Putih itu menggeleng pelan.

“Jangan.. kita harus pastikan kabur dari sini tanpa membuat masalah tambahan..” kata Sungyeol pelan.

Myungsoo mendecih keras dan hendak mencabut pedangnya saat kabut kehijauan berdenyar di hadapannya. Mengganggu pandangannya. “Wuuppss~ jangan main-main dengan benda tajam bocah~” senandung Dongwoo. Dongwoo muncul tepat dihadapan Myungsoo dan menggangu pandangannya. Ia meliukkan ekornya kekiri dan kekanan mencoba mempermainkan Myungsoo.

“Ya! Minggir kau Kucing jelek!!” Seru Myungsoo iritasi. Entah kenapa, mendengarnya juga membuat Hoya jadi ikut iritasi. Dongwoo tersenyum jenaka. Sambil tetap mempertahankan posisinya menghadap sang Kesatria Merah, ia memutar kepalanya kebelakang.

“Hei Sungjong…” panggilnya.

“N..ne.. hyung?” tanya Sungjong gugup. Di situasi genting seperti ini, Dongwoo masih sempat-sempatnya merencanakan ide gila padahal prioritas mereka sekarang adalah selamat sampai ke aula depan istana dan kabur dengan menunggangi Bandersnatch menuju Kastil Putih. Sungyeol sendiri tidak terlihat ikut antusias akan rencana gila Dongwoo yang berikutnya. Mungkin ia terlalu lelah dan malas untuk sekedar ikut dengan rencana Dongwoo. Menjadi seorang Mad Hatter, ia memutuskan untuk membiarkan Dongwoo menyusun rencana gilanya sendiri.

“Beraninya kau menipu aku dan Yang Muliaku di aula eksekusi tadi?!” desis Myungsoo seram. “Kau mempermalukan Red King dihadapan rakyatnya. Dan sekarang apa? Kau mencoba menghalangiku untuk menangkap pengkhianat dan si orang gila genit  tukang goda itu? Jika aku berhasil menangkapmu, dan kalian semua, aku tidak akan segan-segan memotong kepala kalian! Hingga kalian akan bernasib sama dengan kepala-kepala yang ada di parit luar istana sana!” seru Myungsoo. Sungjong bergidik ngeri. Jadi itu alasan penyebab mengapa banyak sekali kepala-kepala yang berenang-renang di air parit yang kotor itu.

Dongwoo hanya terkekeh menanggapi. “Wah wah wah.. lihat siapa yang bicara.. Kesatria Merah berani mengancam kami semua sedangkan beberapa waktu yang lalu ia terlihat seperti kepiting rebus saat ia termakan tipuan penyamaranku menjadi Kesatria Putih. Lihat siapa yang memerah saat ia di goda~? siapa yang frustasi karena malu saat di goda oleh Mad Hatter Palsu~? Kyaakakakakak!!! Red Knight tersipu malu~ Kesatria Merah tersipu malu~ Kesatria Merah tersipu maalluu~” goda Dongwoo to-the-max pada Myungsoo yang sekarang benar-benar terlihat seperti apa yang Dongwoo bilang barusan. Kepiting rebus dengan ekstra saus sambal Bangkok. *eh?

Hoya dan Sungjong menatap sumringah melihat pemandangan langka dihadapan mereka. Jarang-jarang Kesatria Merah yang biasanya dikerubungi aura hitam dan tatapan tajam membunuh sekarang benar-benar terlihat sesuai dengan gelar namanya. Kesatria yang memerah.

“Y… Ya.. Ya! jangan menggodaku!! Kau menipuku dengan menyamar menjadi dia!” seru Myungsoo sambil melayangkan telunjuknya lurus pada Sungyeol. “Dan kau juga menggodaku dengan wujudnya! Aku tidak bisa membedakan kalian berdua~!” serak Myungsoo sambil menunduk menyembunyikan wajah merahnya dan mengepalkan tangannya gemas.

Melihat itu Sungyeol jadi sumringah. Sambil menggigit jarinya manja, ia berkata, “Wah.. benarkah itu Chessie? Kau menggunakan rupa dan wujudku untuk menggoda L dan ia termakan tipuanmu? Jadi ini maksud dari rencana yang kau bilang saat ingin menggantikanku menjalani eksekusiku? Hmmh.. seandainya aku ada disana untuk melihat wajahmu, L-ah .. apakah merah wajahmu sama seperti merahnya hatiku padamu, L-ah?” Sungyeol mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada Myungsoo yang terlihat gemetaran dan sepertinya tidak bisa berdiri dengan baik dengan kedua kakinya yang entah kenapa berubah jadi agar-agar. Jika ini adalah film anime, Sungjong bersumpah ia akan melihat banyak sekali heart-shape beterbangan kesana kemari antara Sungyeol yang menggoda manja dengan Myungsoo yang kakinya jadi jelly.   .__.

“Wah wah wah~ ada yang malu ni yee… ciee~” entah kenapa Hoya jadi ketularan Sungyeol dan Dongwoo menggoda Myungsoo. Hoya tertawa datar (maksudnya ngakak ala Hoya) membuat gigi putih-rapi-y- miliknya terlihat.

“Be…bebe.. beb… ber.. berhenti menggodakuuuuu!!!” jerit Myungsoo layaknya ahjumma yang kena jambret. Sungjong jadi bernapas lega karena sesaat sebelumnya ia sempat mengira Myungsoo sedang memanggil ‘bebeb’ entah pada siapa. Sang Kesatria Merah yang kalap itu pun mencabut pedangnya dan mengarahkannya pada Dongwoo. “Berhenti menggodaku!! Ini semua gara-gara kau orang gila! Dan juga kau! Dasar Kucing jelek!!” 

Hoya dan Sungyeol meringis tak suka mendengar seruan Myungsoo barusan. Hoya bergerak maju mencoba melindungi Dongwoo. Melihat ayunan pedang Myungsoo yang asal dan lemah, Hoya merasa ada kesempatan dan ia pun melayangkan tinjunya kearah rahang seksi Myungsoo. Bunyi pukulan yang keras terdengar memenuhi lorong. Sungyeol dan Sungjong lagi-lagi meringis, ironis.

“Thank You.” Dongwoo tersenyum ke arah Hoya. Hoya membalas senyuman itu dengan memperlihatkan gigi taringnya yang seksi pada Dongwoo. “Anything for you.” Sungjong terpana melihat itu semua. Ia bersumpah melihat sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya di dunia nyata antara Dongwoo dan Hoya. Dalam hati Sungjong bersumpah YaDong couple itu memang real. Bahkan di Wonderland sekalipun.

“Kenapa kau memukulku kelinci?!” seru Myungsoo kalap.

“Sungjong-ah..” panggil Dongwoo. “Kau ingat kan dengan ucapanmu di kandang Bandersnatch tadi? Aku mengingatkanmu sekarang~” senandung Dongwoo. Sungjong hanya diam, karena sesungguhnya ia memang sudah ingin meninju rahang indah Myungsoo sejak tadi. Ia ingat dengan janjinya untuk meninju Myungsoo sekeras mungkin tepat di hidung. Melihat Myungsoo yang berusaha bangkit, Hoya pun kembali melayangkan tinjunya pada Myungsoo, untungnya tinjunya kali ini tidak begitu kuat sehingga tidak akan membuat para eLement di luar sana jejeritan dan men-demo author karena ff ini berakhir jd ff kekerasan.  .__.v

“Ini untuk Dongwoo, karena kau sudah mengatainya kucing jelek. Yang jelek itu siapa? Mau ku beritahu? Yang jelek itu kau, L-ah..” bisik Hoya tepat di telinga Myungsoo. membuat Myungsoo bergidik ngeri dan Dongwoo nyengir bangga. Myungsoo yang tak terima fakta bahwa ia di katai jelek oleh Hoya menjerit histeris.

“Kyaa~~!” jeritnya. Ia tidak menyangka ini pertama kalinya ada yang bilang ia jelek. Woohyun saja tidak pernah mengatainya jelek. Bahkan Woohyun tak ragu-ragu selalu memuji wajah indah Myungsoo. Fakta itu membuat Myungsoo jadi yakin bahwa ia adalah namja paling ganteng se’kecamatan’. Tapi mendengar pernyataan dari Hoya barusan, membuat image tentang dirinya yang sudah lama ia bangun jadi rusak. Kata jelek terus membayang dalam benaknya. Myungsoo pucat dan seketika menggigil.

“Kyaaa~! Aku jelek? Aku jelek?! Kyaayaaa~!!” serunya.

Sungjong pun melangkah maju dan menarik kerah baju Myungsoo. ia menatap tajam pada Myungsoo yang balik menatap bengong pada Sungjong. Sungyeol bersumpah ia melihat untuk pertama kalinya Sungjong terlihat ‘manly’  ._.

“S..ss..ss.. Sung..jong.. apa.. kau juga mengganggap aku jelek?” Myungsoo seketika jadi gagap. Sungjong hanya mengangkat bahu dan kembali menatap tajam pada Myungsoo. “Aku tidak merasa kau jelek hyung. Hanya saja sikapmu itu yang jelek. Satu pukulan dariku, untuk Sungyeol-hyung, untuk Penguasa Kastil Putih, dan untuk diriku sendiri yang sudah kau pegang2 di lorong kemarin …” sinis Sungjong. Dan ia pun melayangkan tinjunya kearah hidung seksi Myungsoo yang saat itu tampangnya derp sekali.

Bunyi pukulan yang cukup ironi itu lagi-lagi terdengar memenuhi lorong. Dan Myungsoo tersungkur dilantai sambil memegangi hidungnya yang bentuknya susah untuk author jelaskan. Merasa puas dendamnya sudah terbalaskan, Sungjong pun bangkit dan beralih menatap hyung-hyungnya.

“Hyung. Urusan kita di sini sudah selesai kan?” tanyanya. Sungyeol dan Hoya mengangguk.

“Baguslah. Kalau begitu aku pergi dulu. Taeminnie dan si tikus itu mungkin butuh bantuan.” Kata Dongwoo dan ia pun perlahan mulai membuyar. “Hati-hati, Chessie!” seru Hoya tepat sebelum Dongwoo menghilang, dan Hoya bersumpah melihat Dongwoo nyengir padanya. Ia jadi tersenyum sendiri.

“Baydewey.. kerja bagus Hoya, Sungjong. Apa kataku tadi soal ‘kabur dari sini tanpa membuat masalah tambahan’ ?” Sungyeol tiba-tiba jadi seram. Sungjong dan Hoya kompak menunduk. “Tak masalah.” Kata Sungyeol cepat. Membuat Hoya dan Sungjong mengangkat kembali wajah mereka. Melihat Sungyeol yang tersenyum lebar pada mereka berdua.

“Tak masalah. Kerja bagus. Setidaknya Kesatria Merah akan tertahan di sini sementara waktu. Red King mungkin sudah mengeluarkan perintah untuk memburu kita. Ayo bergegas.” Kata Sungyeol. Sungjong dan Hoya mengangguk. Sebelum meninggalkan tempat itu, Sungyeol berjongkok di sebelah Myungsoo dan berbisik pelan, “Kita akan  bertemu lagi, L-ah.” Kemudian bangkit dan berlari menyusul Hoya yang sudah jauh di depan. Sungjong masih di sana, menatap datar pada Myungsoo. Ia tidak merasa kasihan sedikitpun. Menurutnya, Myungsoo pantas mendapat pukulan-pulukan itu. 

Myungsoo sudah keterlaluan, menyentuh Sungjong, dan menghina Dongwoo bahkan berbohong di depan Red King. Sang Kesatria Merah pantas mendapatkannya. Myungsoo yang di Wonderland memang jahat namun di satu sisi ia terlihat imut saat mukanya merah. Namun, Myungsoo di dunia nyata lebih baik. Untung Sungjong bisa membedakan perasannya terhadap Myungsoo versi Wonderland dengan Myungsoo versi dunia nyata. Dan tanpa menoleh lagi kebelakang, Sungjong pun berlari mengikuti Hoya dan Sungyeol yang sudah lebih dulu pergi.

 

~x~

 

Di lain tempat, Woohyun menerjang masuk kedalam ruangannya. Dan ia  langsung berseru keras saat melihat meja tempat dimana ia meletakkan gulungan merah berpita emas itu kosong. Gulungannya, benda yang paling ia keramatkan, benda yang paling ia istimewakan, menghilang. Firasatnya mengatakan salah satu dari antek-antek Sungjong, atau mungkin Sungjong sendirilah yang telah mengambil gulungannya.

Woohyun berteriak frustasi sambil menelusupkan jemarinya ke rambutnya. “Kenapa gulungannya mesti diambil? Itu benda penting..” racau Woohyun. Ia melayangkan pandangannya pada satu titik di tembok. Tempat dimana gambar ornament mawar putih itu berada. Woohyun menarik napas panik dan menghembuskannya dengan getir. Ia pun berbalik  dan  meninggalkan ruangannya.

 

~x~

 

“Hyung! Palli~!” seru Sungjong sambil menarik Sungyeol naik ke punggung Bandersnatch. Sungyeol mengeluh kenapa kendaraan mereka mesti hewan itu. “Mumpung dia lagi jinak hyung.” Jawab Sungjong pada Sungyeol dan itu sukses membuat Sungyeol berhenti mengeluh. Tepat saat itu Taemin dan Jonghyun muncul dari balik pintu. Badan mereka masih mini. Namun  Sungjong tersenyum cerah saat melihat sebuah gulungan yang sempat ia cemaskan sebelumnya, berada dalam genggaman Jonghyun. Entah kenapa gulungan itu bisa menjadi sekecil itu.  Jonghyun tersenyum sok sambil memutar-mutar gulungan itu di tangannya.

“Ya! jangan dimainkan!” seru Sungjong sambil merebut gulungan itu dari Jonghyun.

“Ya bocah! Sudah untung aku mau mengambilkannya untukmu!” gerutu Jonghyun. Seketika, gulungan itu kembali membesar ke ukuran semula. Sungjong dan yang lain melihatnya dengan takjub. “B..b..bagaimana.. bagaimana bisa.. dari kecil jadi besar begini?” tanya Sungjong. Jonghyun tersenyum semakin sok dan semakin lebar. “Kalau aku ceritakan, bakalan jadi panjang.. nanti saja saat di perjalanan aku ceritakan.” Jonghyun tersenyum bangga. Yang hanya di balas dengan lengkungan bibir ke bawah oleh Sungjong.

“Dasar  pelit.” Gerutunya. Namun dalam hati Sungjong memang membenarkan perkataan Jonghyun barusan. Ia tahu Jonghyun seperti apa. Jika ia tetap memaksa Jonghyun untuk bercerita kenapa gulungan yang besar itu jadi kecil di tangan Jonghyun dan kembali besar begitu Sungjong menyentuhnya, karena sesudahnya mereka harus bersiap diri di tangkap oleh Kesatria Merah dan para prajurit hati. Intinya, Jonghyun akan bercerita panjang lebar sekali sehingga tidak sadar kalau mereka sudah di kerubungi oleh pasukan hati.

“Sudahlah. Jangan bertengkar lagi. Sungjong, ayo naik.” Kata Hoya melerai pertengkaran kecil antara Sungjong dan Jonghyun. Taeminnie sudah setia nangkring di bahu Hoya. Hoya sendiri sudah memosisikan dirinya se-pewe mungkin di depan Sungyeol. Sedang Sungyeol sendiri kembali menggerutu. 

“Serius, tiga orang dengan berat badan berlebih, di tambah dua liliput, mengendarai seekor ‘Bandersnatch’. Oh Yang Muliaku~ semoga saja hewan ini tidak pingsan di tengah jalan.” Katanya.

“Ya Sungjong! Cepatlah!” seru Hoya terdengar panik. Dari jauh Sungjong bisa mendengar suara derap langkah kaki. Bukan, bukan satu, tapi beratus-ratus derap langkah kaki terdengar memenuhi aula depan Istana Merah. Satu hal yang pasti bagi Sungjong. Pasukan hati berderap menuju mereka. Dipimpin oleh sang Kesatria Merah pastinya. Sungjong hendak menaiki punggung Bandersnatch saat Dongwoo tiba-tiba muncul.

“Jangan khawatir White Knight. Akan ku pastikan kalian semua sampai di Kastil Putih.” Katanya tenang sambil membungkuk hormat pada Sungyeol. Sungyeol tersenyum melihat Dongwoo. “Senang melihatmu lagi.” Balasnya. 

“Ya! Ya! Ya! Kalian tidak dengar suara langkah kaki pasukan prajurit merah itu? Jika berlama-lama lagi di sini kita bisa di tangkap!” seru Jonghyun yang entah sejak kapan sudah duduk manis di bahu Sungjong. Sungjong jadi harus menahan kuat keinginannnya untuk tidak meninju Jonghyun.

Pintu menjeblak terbuka dan lautan merah mulai membanjiri ruangan tersebut saat Sungjong mengelus pelan telinga Bandersnatch dan meneriakkan,

“Jalan!”

Dongwoo sebisa mungkin menghalau pasukan prajurit merah yang bergerak menghalangi Bandersnatch keluar dari pintu utama. Saat Bandersnatch berderap keras, Sungyeol dan Hoya berpegangan erat mencengkeram bulu Bandersnatch yang kasar. Hewan itu menabrak pasukan prajurit merah yang menghalangi langkahnya dan menginjak mereka seolah mereka hanyalah debu. 

Sungjong ingin berseru keras. Berteriak sekencang-kencangnya begitu mereka sudah keluar dari aula Istana Merah. Tapi ia terpaksa menahan teriakannya saat ia menoleh kebelakang sekilas dan melihat Red King menatap tajam padanya. Woohyun berdiri di depan pasukan prajurit merah dengan Kesatria Merah berdiri disampingnya dengan hidung yang terplester dengan mengenaskan. Red King berpakaian perang lengkap begitu juga dengan sang Kesatria Merah. Sungjong mengedipkan matanya kaget menatap Woohyun dan Myungsoo yang balas menatapnya dengan tajam.

Tatapan Woohyun semakin tajam–yang Sungjong yakin jika tatapan bisa membunuh, Sungjong pasti sudah mati sekarang--begitu ia melihat benda penting miliknya berada dalam genggaman Sungjong. Rahangnya mengeras dan tangannya terkepal kuat. Myungsoo merentangkan sebelah lengannya mengisyaratkan agar pasukan dibelakangnya bergerak atas perintahnya. 

“SUNGJONG!!”

Sungjong bergidik ngeri saat Woohyun meneriakkan namanya dengan keras.

“Sampaikan pada Yang Muliamu!! Aku menunggu Nya di medan perang!! PERANG BESAR TELAH TIBA!!” seru Woohyun lantang. Baik Sungjong, Hoya, Taemin, Jonghyun, Dongwoo, bahkan Sungyeol sekalipun gemetar mendengar seruan Woohyun barusan. Red King serius. Dan jika ia sudah serius, maka perang memang akan benar-benar terjadi.

Sungjong membuang kembali pandanganya kedepan. Menelan ludahnya gugup dan meneriakkan seruan untuk terus berlari pada Bandersnatch. Ia tahu, hyung-hyungnya semuanya terdiam. Tak ada yang berani bicara setelah mendengar seruan dari Woohyun barusan. Sungjong mengeratkan genggamannya pada gulungan penting milik Woohyun yang sekarang ada padanya. Gulungan itu harus ia perlihatkan pada Penguasa Putih. Sungjong terus meneriakkan perintah pada Bandersnatch dan ia sama sekali tak memikirkan kenapa Woohyun dan Myungsoo tidak mengejar mereka sama sekali.

 

~x~

 

Someday before…

Onew mengerahkan tenaga terakhirnya untuk terus berlari. Gerbang Kastil Putih sudah di depan mata. Ia tahu dia ada disana. Menunggunya. Meskipun ia sudah sangat kelelahan berlari non-stop selama beberapa hari menuju Benteng persembunyian Penguasa Putih yang tersembunyi itu. Tapi ia yakin. Sangat yakin.

Onew bernapas lega saat akhirnya ia berhasil melangkah masuk melewati gerbang. Sekarang ia aman. Kastil Putih memang dilengkapi pelindung sehingga tidak bisa di masuki ataupun di serang oleh pihak yang tidak diinginkan. Itulah kenapa Red King dan pasukannya tidak pernah bisa menemukan letak Kastil Putih karena pelindung itu membuat Kastil Putih  menjadi tak kasat mata.

Meskipun langkahnya limbung, tapi sebuah senyuman tetap terpasang diwajahnya. Ia membayangkan anak-anak dan istrinya akan menyambutnya dengan penuh suka cita. Apalagi White King. Onew merasa sudah tidak bisa lagi menahan rasa lelahnya. 

Matanya berkunang-kunang dan langkahnya semakin tak teratur. Tapi ia tersenyum lebar saat seseorang berlari keluar menyambutnya. Raut wajah kaget bercampur cemas itu membuat senyuman Onew semakin terkembang. Akhirnya, Onew pun ambruk. Ia jatuh. Jatuh kedalam rengkuhan hangat yang sangat ia rindukan.

“Yang.. Mulia…” lirihnya sambil masih tersenyum. Onew merasa tubuhnya dibaringkan dengan kepalanya di topang dengan aman di lengan sosok itu.

“Kau kembali…”

Tak ada yang lebih membahagiakan selain mendengar suara merdu dari istrinya dan dari Yang Mulia sendiri. Onew lagi-lagi tersenyum. Membuat matanya menjadi terlihat segaris. Sama seperti sosok yang tengah ia lihat sekarang yang balas tersenyum padanya. Onew bersyukur bisa kabur dari Grease Grum dan kembali dengan selamat ke Kastil Putih.

“Yah.. Aku kembali..”

“Yang Mulia…” lirihnya lagi. Setelah mendapatkan perhatian dari sosok yang tengah ia tatap itu, Onew kembali melanjutkan. “Alice tidak datang... Tetapi, ada seorang penggantinya... Ia bernama Sungjong. Lee… Sungjong. Ia akan mengakhiri perseteruan panjang ini, Yang Mulia…”

Hening.

Onew memejamkan matanya. Napasnya masih terengah tapi ia kembali tersenyum membayangkan rupa anak-anak dan istrinya nantinya begitu mereka melihatnya kembali dengan selamat.

“Aku…”

Onew membuka matanya. Dan melihat raut sedih pada wajah di hadapannya itu.

“Aku.. sebenarnya tidak menolak ‘penawaran’ dari Red King. Hanya saja.. Aku belum siap..”

Onew menghembuskan napas. Ia menatap lurus pada sosok yang wajahnya tepat berada di atasnya itu. Tengah tertunduk dan matanya menatap kosong entah kemana. Yang pasti, ia sedang tidak menatap Onew. Onew tahu maksud tatapan itu.

“Kalau begitu.. Yang Mulia.. Apa sekarang.. Anda sudah siap?”

Dan White King hanya diam.

 

~x~

 

To Be Continued

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
buyoung
i'm going to fix several things here

Comments

You must be logged in to comment
diniazakee #1
Chapter 8: Ehem... mudah2 an dibaca hehehehe
Daebakk...!!!
Aku suka author... :)))) Friendship2 Infinite, terutama WooGyu ♡♡
Walaupun aku baru nemu sekarang, semoga semangat buat ff Infinite nya gak luntur
Dan, aku harap bisa menemukan ff Infinite sebagus punya mu atau mungkin lebih bagus lagi
Terima kasih sudah berbagi cerita. Love love untuk Author
shin-pads
#2
Chapter 8: Daebaaaaaakkkkkkk!!!!

Petualangannya ajib!

Thumbs up!
imatsuko
#3
Chapter 8: Ff ini sukses bikin aku ngakak tengah malem wkwkw xD daebak!!!
mowmow33 #4
Chapter 8: Yah author..... Kok ngegantung sih..... :((( trus gimana sungjong di dunia nyatanya?:(
Aku kasian sama White king sama Red King... Overall, bagus kok author ceritanya;)) klo aku sih, yes~
dooseob_saranghae
#5
Chapter 8: eh?gantung..trs woogyu dunia nyata gmn?huhuhuhuhe pgn tau kelanjutan di dunia nyatanya
dooseob_saranghae
#6
Chapter 4: gak suka chapter yg ini knp jd myungjong hiaaa
buyoung
#7
finally apdet~ :3
sandeoki
#8
aduh ngakak :'''D
lovelybutterfly #9
Chapter 3: Please update soon ^_^
NMInspirit987
#10
Chapter 2: Woah author ceritanya keren sekali >o< ditunggu chaoter chapter selanjutnya author! /throw heart kaya woohyun/?