Chapter 4

Sungjong In Wonderland

Sungjong melangkahkan kakinya menyusuri lorong bernuansa gothic merah tersebut secepat kakinya bisa membawanya. Sudah dua hari ia tinggal di Istana Merah ini. Berasa di hotel, pikirnya sambil cekikikan. Namun tawa gelinya itu langsung hilang begitu ia ingat apa tujuannya meyusuri lorong tersebut.

“Di ujung lorong ini.. kau akan menemukannya.. tapi, berhati-hatilah.. Banyak Mata yang mengintai…”

Sungjong semakin mempercepat langkahnya saat ia melihat ujung dari lorong tersebut. Dan berhenti tepat saat ia berdiri menghadap sebuah pintu kayu besar. Sambil menelan ludah gugup, Sungjong meraih kenop pintu dan mendorong pintu itu perlahan saat terbuka. Dengan gerakan halus, tanpa suara, ia melangkah masuk dan takjub akan pemandangan yang ia lihat.

Di ruangan itu, dimana-mana berserakan potongan kain, boneka manekin bertumpuk di sudut ruangan, ada yang tergeletak mengenaskan dengan pakaian yang acak-acakkan dan lainnya yang tak jelas. Sinar matahari sore yang hanya masuk melalui satu jendela utama membuat ruangan itu terlihat suram. Namun hangat. Khas seseorang.

Terdengar suara langkah kaki, Sungjong langsung menoleh dan senyum langsung terukir di wajahnya saat ia melihat seseorang, tengah memunggunginya. Sosok itu tengah bergumam tak jelas sambil memegang meteran kain. Sepertinya sosok itu terlalu asyik bersenandung/bergumam sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Sungjong. Sungjong mengambil inisiatif melangkah mendekati sosok itu.

“Sungyeol-hyung…”

Tersentak, merasa ada yang memanggilnya, Sungyeol berbalik. Matanya yang sayu dengan tatapan kosong langsung membesar dan bersinar saat melihat keberadaan Sungjong. “Sungjong-ah…” lirihnya. Sungjong tersenyum, namun senyumnya langsung hilang saat ia menyadari ada yang aneh pada Sungyeol. Sungyeol memiringkan kepalanya bingung akan sikap Sungjong yang tiba-tiba diam.

“Wae?” tanyanya. “Sungyeol-hyung.. apa yang mereka lakukan padamu..?” tanya Sungjong lirih sambil menatap kebawah mata Sungyeol. Sungyeol yang tampak mengenaskan dengan lingkaran hitam disekeliling matanya, makin menatap bingung pada Sungjong.

“Lihat dirimu, hyung.. Apa yang telah mereka lakukan padamu?” Sungyeol tersenyum simpul.

“Jangan kau pikirkan bocah manis. Apa yang telah mereka lakukan padaku, tidak sebanding dengan apa yang sudah mereka lakukan pada Yang Muliaku..” ucap Sungyeol menenangkan. Senyum tipis mulai tercipta di bibir Sungjong. “Lagipula, Yang Muliaku akan membalas apa yang telah mereka lakukan padaku. Tidak ada yang bisa melawan Yang Muliaku..” ujarnya lagi.

“Syukurlah kalau begitu.. hyung..”

“Ngomong-ngomong.. bagaimana kau bisa menemukanku disini?” tanya Sungyeol. “Aku diberitahu Hoya-hyung, maksudku si Kelinci Ungu, bahwa kau ada di sini,” jawab Sungjong.

“ Apa yang kau lakukan disini Hyung?”

“Aku menghibur diriku disini. Karena mereka ketakutan aku akan mengadu kepada Yang Mulia, mereka memberiku ruangan ini. Aku tidak punya keinginan untuk keluar. Asalkan Yang Muliaku aman di kastilnya. Aku tidak akan beranjak dari sini sampai perintah dari Yang Mulia turun langsung kepadaku.” terang Sungyeol. Sungjong hanya mengangguk. “Ngomong-ngomong lagi.. bagaimana kau bisa sampai disini? Mana Bayard? Bukannya aku menyuruhnya untuk pergi bersamamu?” tanya Sungyeol lagi. “Bayard memang menemuiku di tepi sungai waktu itu. Aku memintanya untuk membawaku ke sini. Saat sampai, aku  menyuruhnya untuk pergi menemui keluarganya karena ia sudah bebas,” jawab Sungjong. Sungyeol terdiam. Tak menyangka Sungjong akan menyuruh Bayard kembali ke Kastil Putih tempat keluarganya berlindung.

Sungyeol tersenyum simpul. “Hmm.. Yang Muliaku pasti akan membalas kebaikanmu, Sungjong,” Sungjong tersenyum. Ia menatap kesekeliling ruangan. Melihat betapa berantakannya ruangan itu. Tiba-tiba terlintas dalam benaknya, tujuan ia datang menemui Sungyeol. “Oh iya. Hyung, ayo kita kabur dari istana ini,” ajaknya. Sungyeol yang sedang mengikat leher manikin dengan meteran kainnya, menoleh kaget. “Apa?” tanyanya. “Kita kabur dari sini.. ayo..” ajak Sungjong. Sungyeol tertawa remeh.

“Kau sangka kita bisa keluar dari sini, huh? Keluar dari pintu istana saja kau pasti tidak berani kan..?” ejek Sungyeol. Sungjong menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya. “Aku sudah bilang tadi, bocah manis. Aku tidak akan beranjak dari sini kecuali Yang Muliaku memberi perintah.”

“Tapi itu kapan? Kapan? Yang Muliamu sendiri bahkan tidak tahu kalau kau disekap di sini Hyung. Apa yang akan kau lakukan selagi menunggu Yang Muliamu tahu kau ada disini? Apa kau tidak bosan, Hyung?” Sungyeol terdiam. Ia membuang muka dari Sungjong dan mendesah keras.

“Oi bocah, Apa yang terjadi padaku, Yang Muliaku pasti mengetahuinya. Aku abdi setia dari nya. Lagipula, datang atau tidaknya bantuan itu tergantung dari 2 hal..” Sungyeol menghentikan kalimatnya dan kembali menoleh menatap Sungjong.

“Pertama, Yang Mulia mengirim bantuan kesini kecuali pasukan Istana Merah terlalu banyak dan terlalu kuat sehingga aku tidak bisa di selamatkan. Yang kedua, Itu bergantung padamu, bocah. Karena Alice yang sesungguhnya tidak datang, maka Ramalan itu harus kau yang mewujudkannya. Agar Wonderland kembali seperti dulu kala. Dan aku bisa kembali berada disisi Yang Muliaku..” terang Sungyeol.

Sungjong menatap diam sosok Sungyeol yang berjalan menjauh. Ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Sungyeol barusan. Harusnya Sungjong tidak usah memikirkan Sungyeol, Hoya, dan para pengikut Penguasa Putih lainnya yang di sekap di istana ini. Harusnya Sungjong memikirkan bagaimana caranya mengembalikan Kejayaan Istana Putih, mengembalikan Wonderland seperti dulu, dan menghentikan perseteruan panjang antara Penguasa Putih dengan Red King. Karena itu telah menjadi tugasnya sekarang. Menggantikan Alice yang tak bisa datang ke Wonderland.

Tapi, bagaimana pun Sungjong tidak bisa diam saja melihat Hyung-hyungnya yang telah mengorbankan diri untuk keselamatannya disiksa secara tidak langsung dibalik dinding Istana Merah. Bagaimana Red King dan Kesatria Merah memperlakukan Hoya dengan kasar, bagaimana mereka mengurung Sungyeol di ruangan pengap ini. Sungjong tidak tega untuk membiarkan Hyung-hyungnya merana disini.

“Mereka mengorbankan diri untuk menyelamatkanmu dari Red King dan Kesatrianya yang mengincarmu. Mereka ingin agar kau pergi mencari perlindungan ke Kastil Putih. Tapi kau malah pergi ke istana bodoh ini dan mengkhawatirkan kami. Apa kau tidak pernah berpikir bahwa pengorbanan kami ini jadi sia-sia?” terang Sunyeol dengan nada datar. Membuat Sungjong tidak bisa mengendalikan airmatanya.

“Aku dan si kelinci ungu, dan juga yang lainnya disini baik-baik saja.. Lebih baik kau pikirkan apa tugasmu.. Cengeng,” katanya lagi dengan kasar. Sungjong tidak terima dikatai cengeng oleh Sungyeol. Di dunia nyata saja Sungjong pasti sudah maju menjambak rambut Sungyeol karena sudah mengatainya cengeng. Tapi di sini, di Wonderland, Sungjong hanya bisa menelan bulat-bulat perkataan Sungyeol yang begitu menusuk.

“Aku memang cengeng.. tapi..”

“Shhh… Pergilah..” Sungyeol berjalan menjauh sambil melambaikan tangannya menggesturkan Sungjong untuk pergi. Sungjong terkesiap. Ia menelan ludahnya gugup dan memilih meninggalkan Sungyeol sendiri. Ia berbalik dan menutup pintu dibelakangnya. Sungyeol-hyung pasti marah padaku.. pikirnya.

Ia mengusap wajahnya, mengeringkan airmatanya dan dengan langkah berat pergi meninggalkan ruangan tersebut. Saat akan berbelok dikoridor, ia tidak sengaja menabrak seseorang. Atau sesuatu? Entahlah Author pun tak tahu.

“Akh!” jerit Sungjong. Ia mendongak untuk melihat siapa yang sudah menabraknya. Tapi ia langsung membuang muka saat yang ia lihat ternyata Siluman Pohon. Siluman Pohon tersebut menatap datar pada Sungjong. Tapi raut wajahnya yang aneh membuat Siluman itu terkesan seram dan horror. Sungjong lantas berlalu secepat mungkin meninggalkan Siluman itu yang terus menatapnya hingga Sungjong menghilang di balik koridor.

 

 

Malam harinya, Sungjong duduk termenung di kursi empuk (?) miliknya sambil menatap kosong keluar jendela. Banyak yang sedang ia pikirkan. Mulai dari asap hitam mengepul yang ia lihat dari jendela kamarnya--ada desa lagi yang dibakar oleh pasukan Red King--Myungsoo yang mencegatnya di tengah lorong hanya untuk menatap tajam padanya, Sungyeol yang marah padanya, dan makan malam yang belum ia dapatkan dari Koki suruhan Woohyun.

“Huuahh! Aku laparr!!” jeritnya.

Prang!

Sungjong seketika menoleh begitu mendengar suara tersebut. Ia melihat gelas piala ornament yang biasanya terletak di atas perapian terjatuh ke lantai. Sungjong juga mendengar suara cicit. “Ada apa? Ada tikus ya?” ujarnya. Ia mendengar suara-suara lain dibelakangnya.

“Nyam nyam.. nyamnyam nyam..”

“Shh.. Kau berisik Taeminnie!” Sungjong menautkan alisnya.

Seketika ia langsung berbalik dan berteriak histeris ketika mengetahui apa yang ia lihat.

“Jonghyun-hyung! Taeminnie!” serunya. Jonghyun terlihat menggaruk telinganya sedangkan Taemin sibuk mengunyah kue. “Shh.. sekarang gantian kau yang berisik bocah..” gerutu Jonghyun. Sungjong berlutut kemudian menatap Jonghyun dan Taemin dihadapannya dengan mata yang membesar.

“Ya! Jangan lihat kami seperti itu!” seru Jonghyun. “Ka.. kalian.. kenapa kalian jadi kecil?” tanya Sungjong bingung. “Kau tidak perlu tahu! Ayo kita pergi Taeminnie. Harusnya kita tidak datang kesini,” Jonghyun berbalik menyembunyikan rona merah di pipinya. Sungjong menggembungkan pipinya mencegah keluarnya tawa. Jonghyun menggigit bibirnya malu. 

“Harusnya aku tidak usah makan kue itu saja..” gerutunya.

“Hei.. kalian belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kalian bisa menjadi kecil? Dan, kenapa kalian bisa ada disini?” tanya Sungjong lagi. “Kau tidak akan mendapatkan jawabannya jika bertanya pada mereka,” Sungjong lantas menoleh begitu mendengar suara di belakangnya.

Ia melihat bayangan hijau tak kasat mata yang melayang di depan matanya. Tapi dari seringaian itu, dan suara itu, Sunjong tahu siapa itu. “Dongwoo-hyung! Kau juga ada di sini?” serunya tak menyangka. “Shh.. sudah kukatakan padamu bocah, it`s Cheshire Cat to you!” Dongwoo yang  kesal pun menampakkan diri sepenuhnya di hadapan Sungjong. Sambil tersenyum miring, ia menggangkat sebelah tangannya dan berseru “Yo!”

Untung Dongwoo sempat menghindar sebelum tubuhnya remuk dalam pelukan-beruang- Sungjong yang mematikan. “Hyung~.. kemana saja kau? Aku sudah lama tidak melihatmu.. Jonghyun-hyung, dan Taeminnie juga.. kalian kemana saja..? Aku rindu kalian..” rengek Sungjong.

“Ya! Ya! Ya! Jangan mulai merajuk disini! Kami datang kesini bukan untuk melihatmu merengek bocah!” seru Jonghyun. Melihat Taemin yang sedari tadi sibuk menggigiti kuenya, membuat Jonghyun kesal sendiri. “Kau juga Taeminnie! Bantu aku menjelaskan pada bocah ini. Jangan makan terus!”

“Justru Sungjong malah tidak akan dapat mengetahui apa-apa jika kau malah menyuruh Taeminnie untuk menjelaskan,” Kata  Dongwoo.

“ Sebenarnya ada apa? Kenapa kalian ada di sini? Bagaimana kalian bisa tahu aku ada di sini?” tanya Sungjong lagi.

“Satu-satu bocah. Kami tidak bisa menjawab jika kau terus menerus bertanya tanpa henti! Si Cheshire Cat itu tahu dimana kau berada. Ia selalu memantaumu,” terang Jonghyun.

“Dongwoo hyung, kau tahu dimana aku berada selama ini?” Sungjong menoleh menatap Dongwoo dengan berbinar sedangkan Dongwoo terlihat iritasi.

“Ya! I told you.. its Cheshire to you,” Sungjong merasa senang ternyata selama ini ia selalu di pantau oleh Dongwoo. “Si tikus dan kelinci satu ini memakan singkong goreng dan meminum Pishalver yang tersisa. Mereka langsung bergegas kesini untuk menyelamatkanmu. Aku ikut dengan mereka karena aku tidak bisa memastikan kedua biang onar ini untuk tidak membuat masalah,” terang Dongwoo sambil melirik jenaka kearah Jonghyun yang terlihat kesal.

“Kalian datang untuk menyelamatkanku?” tanya Sungjong tak percaya. “Begitulah bocah. Tapi bukan hanya kau saja, Kami kesini juga untuk membebaskan Mad Hatter dan si kelinci ungu,” ujar Jonghyun. Sungjong merasa terharu. Tapi begitu mengingat Sungyeol ia jadi merasa sedih kembali.

“Tapi.. Sungyeol-hyung tidak mau pergi dari tempat ini. Tidak sebelum Penguasa Putih sendiri yang memberinya perintah untuk bergerak,” katanya sedih. Dongwoo hanya tersenyum. “Kau tidak perlu sedih. Yang Mulia sudah memberi perintah untuk membebaskan Kesatria Putih kesayangannya,” ujar Dongwoo lagi. Sungjong speechless. Ia merasa benar-benar terharu dan senang karena akhirnya mereka bisa bebas dari istana ini.

“Terima kasih, Hyung...”

“Jadi, apa rencana kita?” tanya Jonghyun. Saat Dongwoo dan Jonghyun merapat untuk membisikkan rencana, Sungjong melihat Taemin memberi isyarat padanya. “Ada apa?” tanyanya.

“Ikuti aku.”

Dengan satu kalimat itu, Sungjong pun berlalu mengikuti Taemin keluar dari ruangannya. Setelah sebelumnya melirik Dongwoo dan Jonghyun yang sepertinya terlibat percakapan seru yang diluar topik ‘rencana’ mereka. Mereka berdua tidak akan sadar jika aku keluar sebentar, pikir Sungjong. Ia terlalu diliputi rasa penasaran kenapa Taemin menyuruhnya untuk mengikutinya.

Sungjong berlari pelan (?) sebisa mungkin membuat langkahnya tidak terdengar di sepanjang lorong. Di depannya Taemin dengan tubuh liliputnya bergerak dengan lincahnya. Mereka berlari, kadang bersembunyi di balik lukisan, merapat ke dinding, atau menyamar menjadi patung begitu ada yang berpapasan dengan mereka di lorong.

Mereka terus berlari hingga akhirnya Taemin berhenti tepat di depan lorong yang lebar. Lorong terakhir yang mengarah pada sebuah pintu kayu besar. “Kenapa?” tanya Sungjong bingung sambil menyeka keringatnya. Ia merasa seperti Indiana Jones, mengendap-ngendap, sembunyi,dan hal absurd lainnya yang ia pikir bisa membuatnya terlihat seperti seorang petualang sejati.

Taemin mengisyaratkan Sungjong dengan jarinya untuk mengikutinya lagi. Mereka berlari menuju pintu kayu besar tersebut. Sungjong menyadari bahwa pintu tersebut memiliki ornament berwarna merah dan hitam yang terlihat mewah. Bisa dipastikan itu pintu menuju kemana. “Taeminnie.. kita mau..”

“Shh.. jangan bersuara..” bisik Taemin. Sungjong langsung merapatkan bibirnya kembali dan melihat lurus kedepan. Ia juga menyadari kalau ternyata pintu tersebut terbuka sedikit.

“Pintunya.. terbuka!” bisik Sungjong. “Berarti ada orang di dalam..” balas Taemin.

“Bagaimana ini? Masa kau mau membawaku ke ruangannya Woohyun-hyung?” bisik Sungjong lagi. “Ada sesuatu yang ingin kuperlihatkan kepadamu,” bisik Taemin. “Tapi di dalam sepertinya ada orang.. apa tidak apa kalau kita berbisik-bisik seperti ini?” tanya Sungjong dengan polosnya.

“Aku akan masuk sebentar untuk memastikan keadaan. Aku tidak mendengar suara apapun dari dalam. Jika ternyata memang tidak ada orang, aku akan keluar lagi dan memberitahukannya padamu,” ujar Taemin. Sungjong mengangguk dan langsung berlari ke tembok. Merapatkan tubuhnya sebisa mungkin bersembunyi diceruk tembok. Sedangkan Taemin telah menghilang masuk ke dalam ruangan tersebut.

Tak menunggu lama, Taemin keluar lagi dan memberitahu Sungjong bahwa didalam aman dan tidak ada siapa-siapa. “Kau yakin?” Taemin mengangguk memberi Sungjong jawaban. Sungjong menghela napas gugup dan mengikuti langkah Taemin masuk kedalam. Sementara itu ia tengah menyiapkan hatinya akan apa yang ia lihat nantinya.

Rahang Sungjong serasa mau lepas saat ia melihat sekeliling. Wajahnya tiba-tiba memerah tak percaya. Ia takjub akan ruangan tersebut. “Waaaww… Everything.. Red.. every single thing was Red! Wow! Emejing! Semuanya serba merah!” Seru Sungjong takjub. Ia berputar di tempat saat matanya menatap kesekeliling. Ia merasa matanya berair. Bukan karena terharu ataupun takjub melainkan ia merasa sakit mata melihat ruangan tersebut yang penuh dengan barang-barang berwarna merah.

Semua serba merah, mulai dari karpet, dinding, lukisan, mawar, taplak meja, bahkan kasur king-sized mewah milik Woohyun yang sempat membuat Sungjong tergoda juga berwarna merah dengan sprei dan selimut yang bercorak merah-hitam. Memang bukan warna merah semua, ada juga yang berwarna lain selain merah, seperti coklat, hijau, biru dan ornament hitam. Namun ruangan itu dominan berwarna merah.

“Aku rasa aku bisa sakit mata kalau  lama-lama disini..” keluh Sungjong.

“Hei.. kesini..” Sungjong mendengar suara Taemin dan ia menoleh kearah suara. Taemin nampak berdiri di sebelah meja kecil di dekat jendela. Taemin kelihatan menunjuk-nunjuk ke atas meja. Sungjong melihat ada sesuatu di atas meja sana. Sebuah gulungan berwarna emas dengan pita merah diatas bantal beludru merah. Penasaran akan gulungan tersebut Sungjong mencoba meraihnya, sebelum Taemin menapik tangannya.

“Ini yang ingin aku tunjukkan padamu. Tapi jangan di sentuh dulu. Siapa tahu Red King memasang perangkap. Aku juga penasaran dengan gulungan itu. Saat aku kesini, aku salah masuk ruangan. Aku masuk kesini dan melihat Red King sedang membaca gulungan ini. Sepertinya ini benda yang penting. Syukur ia tidak menyadari keberadaanku waktu itu,” terangnya.

“Lalu bagaimana aku bisa  melihat gulungan ini jika kau melarangku untuk menyentuhnya..?” tanya Sungjong. “Aku takut ada perangkap..”

“Kau lihat waktu itu Red King menyentuh gulungan ini kan? Tidak terjadi apa-apa kan?” Taemin menggeleng. “Kalau begitu apa yang perlu ditakutkan..” Sungjong segera menjulurkan tangannya mengambil gulungan tersebut sebelum Taemin sempat mencegahnya. “Hei.. Sungjong-ah.. apa yang..”

“Aku dapat!” seru Sungjong gembira. Taemin terlihat ketakutan. “Lihat.. tidak terjadi apa..” ucapan Sungjong lantas terpotong saat ia mendengar suara derit pintu. Sontak Ia dan Taemin dengan jantung yang konser rock menoleh kearah asal suara. Mereka berdua terkejut melihat siapa yang datang.

“Apa yang kalian lakukan disini?”

“Hoya-hyung!”

Sungjong sumringah. “Shh… jangan keras-keras..!” bisik Taemin.

“Oh.. maaf. Hyung, apa yang kau lakukan disini?” tanya Sungjong. “Kalian sendiri? Ah! Gulungannya ada pada kalian?!” bisik Hoya tak percaya.

“Emm.. iya. Memangnya kenapa?” tanya Sungjong polos.

“Aku ke sini juga untuk mengambil gulungan itu. Aku mengetahui kalau ruangan Red King sedang kosong saat ini. Aku berencana untuk mengambil gulungan itu dan menyerahkannya padamu. Siapa tahu bisa membantumu menyelesaikan perseteruan panjang antara Red King dengan Penguasa Istana Putih,” terang Hoya. Sungjong menatap gulungan yang ada dalam genggamannya tersebut. Berarti, ini memang bukan gulungan biasa.., pikir Sungjong.

“Dan karena kau sudah mendapatkannya, bagaimana kalau kita segera pergi dari sini?” tanya Taemin. Hoya mengangguk. “Aku akan menunjukkan jalannya,” Ia pun berbalik dan melangkah keluar disusul oleh Taemin. Sebelum Sungjong menyusul Hoya dan Taemin, Ia melirik untuk terakhir kalinya pada ruangan itu sebelum akhirnya pergi menyusul Hoya dan Taemin. Menurutnya ada yang aneh dengan Ruangan tersebut.

Disalah satu dinding.. kenapa ada gambar ornament mawar putih? pikir Sungjong. Satu-satunya area di ruangan itu yang tidak tersentuh warna merah.

Tapi, ia segera mengalihkan pemikiran itu saat ia melangkah mengikuti Hoya dan Taemin yang berjalan secepat dan sesunyi mungkin agar tidak ketahuan. Saat berbelok di koridor, Hoya terlihat terkejut dan Sungjong sepertinya mendengar suara langkah kaki. Dari kejauhan, ia merasa ada seseorang yang tengah berjalan menuju mereka. “Taeminnie! Cepat sembunyi di saku bajuku!” bisik Sungjong. Taemin secepat kilat memanjat kaki Sungjong. Hoya terlihat panik. “Hoya-hyung.. jangan perlihatkan kepanikkanmu. Mereka bisa curiga..” bisik Sungjong panik. Tepat saat Taemin hampir sampai di saku baju Sungjong, dan Hoya mulai sedikit tenang, Sosok itu muncul mengagetkan  Sungjong dan Hoya.

Myungsoo-hyung..! jerit batinnya. Diam-diam ia menyembunyikan gulungan yang ia pegang tersebut dibalik punggungnya. Berharap Kesatria Merah itu tidak melihatnya.

“Kau..” Myungsoo menghentikan langkahnya saat ia menyadari kehadiran Sungjong. Ia menatap Sungjong tajam. Merasa tatapan Myungsoo mengintimidasinya, Sungjong memilih menunduk. “Permisi..” ujarnya sambil mencoba lewat di samping Myungsoo. Tapi Kesatria Merah itu langsung menggenggam bahu Sungjong dan mendorongnya kedinding. Terkejut akan aksi tiba-tiba dari Myungsoo barusan, membuat Sungjong hampir menjatuhkan gulungan yang ia pegang.

“Ya! Apa yang kau lakukan?!” seru Sungjong. Myungsoo tiba-tiba merentangkan kedua lengannya ke sisi kanan dan kiri Sungjong. Mengapitnya sehingga Sungjong tidak bisa melarikan diri. Sungjong menautkan alisnya saat Myungsoo kembali menatapnya. Sedangkan Hoya, terlupakan di sudut sana namun ia melihat itu semua. “A wa wa wa.. bagaimana ini..? tidak mungkin ketahuan kan..?” bisiknya panik.

“Sukaeesih..” panggil Myungsoo lirih. Sungjong merasa risih dengan Myungsoo yang menyudutkannya ke dinding. Ia juga merasa tidak suka dengan tatapan Myungsoo. Kenapa hyung menatapku begitu? Ada apa dengan wajahku? tanya Sungjong dalam hati. Tiba-tiba Sungjong merasakan jemari Myungsoo menyentuh pipinya. Mengelus kulit wajahnya yang mulus sambil menatap Sungjong dengan tatapan yang sulit diartikan.

Terkejut, matanya membesar. Ia lantas mendorong bahu Myungsoo keras sehingga ada celah untuknya melarikan diri.

Ia melirik sekilas pada sosok yang membuat matanya membesar tadi. Siluman pohon yang baru datang itu menatap aneh pada Sungjong. Dari tampang datar dan tatapan seram itu Sungjong merasa DejaVu. Ia lantas berlari mengikuti Hoya yang sudah jauh di depan sembari menyembunyikan rona di wajahnya. Tak menghiraukan panggilang Myungsoo yang menyuruhnya kembali.

“Ya!”

 

~x~

 

“Ya! Kalian darimana saja?!” seru Jonghyun kesal saat melihat Sungjong kembali dengan Taemin yang menyembul dari balik saku baju Sungjong. Jonghyun menautkan alisnya saat ia juga melihat kehadiran Hoya yang muncul sesudah Sungjong. Sungjong melihat Dongwoo sedang melayang malas-malasan dan Jonghyun sedang bermain gundu. Melihat kedatangan Hoya, Dongwoo lantas bangkit dari posisinya dan tersenyum sumringah.

“Lama aku tak melihatmu, kawan~” serunya. Hoya tersenyum dan lantas mereka berdua pun larut dalam percakapan layaknya teman lama. “Mereka terlihat seperti Ahjussi yang sudah lama tidak minum-minum ya..” kata Sungjong datar. Jonghyun mengangguk. Ia melihat ada sesuatu dalam genggaman Sungjong. “Apa itu?” Sungjong hanya menganggkat bahu dan dengan malas-malasan beranjak dari tempatnya berdiri. “Bukan apa-apa,” jawabnya pelan.

Jonghyun menautkan alisnya bingung. “Ada apa dengannya?” tanyanya. “Kau tidak akan mau percaya apa yang telah terjadi..” ujar Taemin sambil turun perlahan dari saku baju Sungjong. Sementara itu, Sungjong kepikiran lagi akan tidakan Myungsoo beberapa waktu yang lalu. Ia bertanya-tanya kenapa Myungsoo menatapnya seperti itu dan kenapa Myungsoo memperlakukannya seperti itu.

Ia menaruh gulungan tersebut di atas tempat tidur dan berjalan kembali mendekati Jonghyun. “Jadi, semuanya sudah berkumpul..? sekarang apa rencananya?” tanyanya. Jonghyun menggeleng pelan. “Belum. Belum semua berkumpul. Sang Kesatria Putih tidak bersama kita saat ini..” geleng Jonghyun. Sungjong menautkan alisnya bingung.

“Ngomong-ngomong.. Kesatria Putih yang kalian sebut-sebut tadi, itu siapa? Setahuku hanya Myungsoo-hyung yang Kesatria Merah..” tanyanya penasaran.

“Masa Kau tidak tahu Kesatria Putih siapa?” seru Jonghyun dan Taemin shock. Sungjong menggeleng dengan polos.

“Mad Hatter. Dia Kesatria Putih kesayangan Penguasa Istana Putih. Kau lihat bagaimana caranya menyebut Penguasa Putih kan,” terang Hoya santai. Sementara itu, butuh beberapa menit bagi Sungjong untuk mencerna maksud perkataan Hoya barusan.

“Hah!? Jadi Sungyeol-hyung itu Kesatria Putih?!” serunya.

“Ya! Ya! Ya! Jangan berteriak! Jangan keras-keras!” bisik Jonghyun gemas. Sungjong lantas mengatupkan mulutnya malu karena tidak mengetahui selama ini bahwa Sungyeol lah Kesatria Putih yang di maksud. Pantas saja.. Sungyeol-hyung selalu membanggakan Penguasa Putih di setiap ucapannya.. jadi begitu.. batin Sungjong malu. “Maaf.. aku tidak tahu..” ujarnya pelan.

“Maklumi saja. Dia itu pengganti Alice.. jadi banyak yang bocah ini tidak tau..” ucapan Hoya setidaknya membuat Sungjong tenang sedikit.

Sesuatu tiba-tiba melintas di benaknya. “Oh iya.. ngomong-ngomong.. Kalian bilang tadi kalau Penguasa Putih sudah memberi Perintah untuk membebaskan Sungyeol-hyung, apa kalian sudah memberitahu Sungyeol-hyung?” tanya Sungjong. Dongwoo dan Jonghyun menggeleng. “Belum.” jawab mereka. “Kalau begitu  ayo kita beritahu Sungyeol-hyung. Kita harus bergerak malam ini. Firasatku tidak enak. Sepertinnya hari dimana ramalan itu akan terjadi semakin dekat.” kata Hoya.

“Ramalan?” tanya Sungjong bingung. “Kau benar. Sebaiknya kita bergerak cepat. Bagaimana Sungjong?” tanya Dongwoo. Sungjong terlihat berpikir sebentar. Menyelamatkan Sungyeol, kembali ke Kastil Putih, ramalan.. semuanya begitu tiba-tiba bagi Sungjong. Rasanya baru kemarin ia jatuh dari lubang selokan got dan sampai di Wonderland.

“Ada apa?” tanya Hoya. Sungjong tersentak. “Ah.. tidak.. hanya saja aku kepikiran sesuatu. Aku tidak berniat untuk pergi meniggalkan ‘Grease’ Grum..” jawabannya membuat semua yang ada di ruangan itu terkejut.

“Apa? Apa?! Kau tidak ingin pergi meninggalkan Istana ini?!” seru Jonghyun mendramatisir. Sungjong menggeleng. “Kenapa?” tanya Taemin.

“Aku hanya merasa, ada sesuatu yang membuatku penasaran. Maksudku… Woohyung-hyung-Red King maksudku- tidak seburuk yang orang kira..” Semuanya lagi-lagi terdiam. Hoya tiba-tiba melangkah maju kedepan. “Oi, Sungjong. biar ku cek keningmu.. (=_=) Kau sedang demam ya?” katanya. Sungjong menggeleng kuat.

“Tidak. Dengar dulu, bukan itu maksudku! Aduh.. bagaimana menjelaskannya ya..?!” Sungjong mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya kembali ke ruangan Woohyun dimana ornament mawar putih di salah satu dinding ruangan yang serba merah itu mengusik pikirannya, percakapannya dengan Red King beberapa waktu yang lalu, Semuanya membuatnya bingung untuk memutuskan.

“Begini.. kalian bilang Kalau Red King dan Kesatria Merahnya itu kejam.. tapi menurutku tidak begitu kok, kecuali untuk Myungsoo-hyung, maksudku  si Kesatria Merah. Tapi Red King, ia tidak seburuk yang kalian kira. Beberapa waktu yang lalu ia menjamuku makan siang, menawariku dengan ramah untuk masuk keperpustakaannya, mengajakku bermain catur dan lain-lain.. ia tidak sejahat itu kok..” terang Sungjong.

Hoya menaikkan lengannya dan menumpukkannya ke pinggangnya. “Dengar, Sungjong-ah.. apa yang membuatmu berubah pikiran secepat itu?”

“Apa kau terkena sihir?”

“Atau kau telah ditipu oleh tipu daya penuh muslihat dari Red King?”

Pertanyaan bertubi-tubi terus datang. Membuat Sungjong makin bingung.

“Bukan.. bukan itu maksudku..”

“Lalu apalagi..? Jika menurutmu ia baik padamu dengan mengajakmu makan siang, bermain catur dan mengunjungi ruang bacanya, itu menurutmu kan. Hanya menurutmu! Tapi bagaimana menurut kami? Bagaimana dengan Kesatria Putih yang disekap di ruangan pengap, kelinci ungu yang di siksa oleh Red King dan Kesatria Merah? Huh?!” seru Jonghyun.

Sungjong menunduk. Dalam hati ia membenarkan perkataan Jonghyun barusan. Benar juga ya. Bagaimana dengan Sungyeol-hyung dan Hoya-hyung? Biarpun Red King baik padaku, tapi tidak pada mereka berdua dan yang lain. Aku sayang pada mereka berdua, aku tidak mungkin membiarkan orang-orang yang kusayangi di siksa oleh Red King. Bisa saja Red King hanya baik padaku karena status palsuku sebagai ‘utusan negeri seberang’ .., pikir Sungjong.

“Ma.. maafkan aku.. Aku tidak berpikir sebelumnya. Aku.. khilaf..” katanya pelan. “Tak apa.” ujar Jonghyun. Hoya dan yang lain tersenyum menenangkan. ”Setidaknya kau menyadarinya..”

Sungjong tersenyum. Lagipula, baik sih baik.. Tapi, aku tidak nyaman dengan perlakuan Myungsoo-hyung padaku, gerutu Sungjong.

“Kalau begitu ayo. Tunggu apa lagi, Kesatria Putih sudah menunggu.” seru Jonghyun antusias. Sungjong dan Hoya mengangguk, kemudian mengikuti Jonghyun dan Taemin yang sudah duluan mengendap-ngendap ke arah pintu. Namun Sungjong langsung menghentikan langkahnya, ia menatap gulungan yang ia curi dari ruangan Woohyun dan untuk sesaat ia berpikir, Aku akan kembali  untuk mengambil gulungan itu, setelah membebaskan Sungyeol-hyung, Pikir Sungjong. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dan mengikuti Hoya dan yang lainnya di belakang. Tapi, aneh. Kemana mereka? Apa mereka jalannya terlalu cepat sehingga Sungjong jadi tertinggal dibelakang? Sungjong jadi berjalan sendirian di lorong itu. Ia melirik takut-takut ke sekelilingnya. Berjalan sendirian di Istana Merah aneh, dengan orang-orang aneh, membuatnya jadi ketakutan. Pergi seorang diri ke ruangan Sungyeol saja, ia sudah mengerahkan segenap keberanian yang dimiliki oleh seorang Lee Sungjong.

Ia sampai di persimpangan lorong dan melihat, Hoya dan yang lain tidak ada dimanapun. “Mereka jalannya cepat sekali…” gumam Sungjong. Ia mendengar suara langkah kaki samar-samar di kejauhan. Dari suaranya yang lama makin keras, langkah kaki itu sepertinya menuju ke arah Sungjong. Ia menoleh kearah asal suara dan melompat kaget saat Myungsoo tiba-tiba saja muncul di hadapannya. “Myungss.. hyung..” Sungjong mangap seperti ikan yang di cekik (?)

Sungjong makin gemetar dan merasa ingin pipis saat Myungsoo menatap intens padanya. Si Kesatria Merah itu terus mengambil langkah mendekati Sungjong. Dan Sungjong pun mengambil langkah mundur kebelakang. Benaknya berusaha mencari cara untuk kabur dari Myungsoo. Bisa gawat kalau aku tertangkap di sini, Pikir Sungjong. Tiba-tiba ia merasakan tembok keras dibelakangnya. Sungjong pucat saat jemarinya menyentuh tembok dibelakangnya. Ia tersudut. Myungsoo tersenyum licik di depannya. Dalam hati Sungjong mengumpat keras. Myungsoo ternyata sengaja menyudutkannya.

Sang Kesatria Merah itu mengangkat tangannya dan meletakkannya di kedua sisi bahu Sungjong. Sungjong menelan ludah gugup. “H..hyung.. apa yang kau lakukan..?” katanya terbata-bata. Myungsoo lagi-lagi tersenyum miring. Ia mengangkat tangannya dan mengelus pipi Sungjong dengan pelan. Sungjong bergidik ngeri. Ia ingin mendorong Myungsoo menjauh darinya. Bahkan kalau bisa meninju dengan sekuat tenaga pada hidung hyungnya itu. Ia seolah kehilangan tenaga. Sungjong hanya bisa berharap seseorang datang dan menghentikan tindakan Myungsoo tersebut.

“Kau Sungjong.”

Ucapan Myungsoo barusan sukses membuat Sungjong merasa dicekik. Ia merasa jantungnya berhenti berdetak. Myungsoo-hyung tahu.., pikirnya. Myungsoo ternyata tahu kalau dialah Sungjong yang selama ini dicari-cari oleh Red King. Sungjong gemetar ketakutan. Keringat dingin kini sudah membanjiri keningnya. Didepannya, Myungsoo tersenyum licik sambil terus mengelus pipi mulus Sungjong. Sungjong sudah tidak tahan. Di dunianya nanti, ia bersumpah akan membalas perbuatan Myungsoo padanya.

“Apa..? Sungjong? Aku bukan Sungjong.. aku..” ucapan Sungjong langsung dipotong oleh Myungsoo dengan kasar. “Kau ingin bilang kau itu Sukaesih begitu? Meh! Jangan bercanda. Sukaesih sudah lama berhenti menjadi tukang laundrynya Red King. Aku lebih tahu banyak dari yang kau kira, Sungjong! Mungkin Red King bisa kau kelabui, tapi aku Sang Kesatria Merah, tidak bisa kau bodohi.” Myungsoo menarik dagu Sungjong dengan kasar sambil tertawa keji. Sungjong merasa malu. Ia merasa harga dirinya telah dipermainkan oleh Myungsoo. Hyung, di dunia nyata nanti.. lihat saja pembalasanku.., geram Sungjong.

“Apa maumu?” Sungjong membalas tatapan tajam Myungsoo yang tak kalah tajamnya. Setajam silett! #abaikan# Myungsoo lagi-lagi tersenyum miring dan Sungjong bersumpah ia tidak akan menahan diri lagi untuk tidak meninju Myungsoo tepat di hidung jika namja itu lagi-lagi tersenyum miring. “Apa kau akan memberitahukan keberadaanku pada Woohyun-hyung?”  tantang Sungjong. Myungsoo tertawa remeh.

“Aku tidak akan mengadukanmu pada Yang Mulia. Aku tidak akan melakukannya, tidak tanpa syarat..” Sungjong menelan ludah gugup.

“Temani aku malam ini..” bisik Myungsoo lirih. Sungjong cengo. Ia menatap mangap pada wajah datar Myungsoo yang juga tengah menatapnya. Demi apa! Ini bukan ff ! >_< perkataan Myungsoo baru saja membuat readers berpikiran kalau ff ini ujung-ujung -nc =_= #biarpun ada nya dikit-dikit sih.

“Hah?” tanya Sungjong bingung. “Kau tahu, Sungjong-ah. Begitu melihatmu pertama kali di taman istana waktu itu, aku langsung berpikiran, bahwa akhirnya aku telah menemukan apa yang selama ini telah hilang dari diriku..” Myungsoo berkata pelan sambil menatap datar kebawah. “Inspirasi. Kaulah inspirasiku dalam bermain gitar, Sungjong-ah..” lanjut Myungsoo.

Sungjong tidak bisa menahan rasa untuk tidak ngakak sekeras-kerasnya. Di dunia ini ada gitar juga ya ternyata! Sungjong menggigit bibir bawahnya mencegah dirinya untuk tertawa. Jika yang lain dengar bisa-bisa mereka tidak akan berhenti tertawa, Sungjong susah payah menahan tawanya. Sampai-sampai badannya bergetar hebat. Melihat itu Myungsoo pun bertanya-tanya, “Kau kenapa?”

Tepat saat itu seseorang muncul dari balik lorong dan mengganggu moment indah (?) tersebut. Sosok itu terkejut melihat keberadaan Kesatria Merah. Terlebih lagi Sungjong. Ditambah posisi mereka berdua yang terlihat  uenak, membuat sosok itu tak kuasa menahan keterkejutannya (?)

“Kesatria Merah!” serunya keras. Sungjong mengumpat dalam hati. Kenapa bisa ketemu dia lagi sih? gerutunya. Ya, sosok yang ternganga dengan wajah di-zoom in-zoom out- itu adalah sosok yang sama dengan yang memergokinya di luar ruangan Sungyeol dan juga di lorong menuju Ruangan Woohyun. Dia si Siluman Pohon dengan wajah absurd yang membuat Sungjong ingin menyuruh kucing kesayangannya untuk menggarukkan kukunya di wajah tersebut tanpa sungkan.

“Kau.” Kata Myungsoo pelan sambil menatap pada siluman pohon-absurd- itu. Menyadari posisinya yang ehem dengan Sungjong, ia lantas beranjak menjauh dari Sungjong. Sambil berdehem malu-malu plus salting Myungsoo mencoba memasang wajah se-innocent mungkin yang terlihat percuma saja karena pipinya yang bersemu merah. Kesannya Myungsoo kepergok habis mencuri celana dalam. Perumpamaan yang buruk sekali ._.

“Emm.. Ehemm.. apa yang kau lakukan di sana? Kau tidak lihat aku sedang ada urusan?” Myungsoo membuat suaranya terdengar setegas mungkin. Namun bagi Sungjong malah terdengar serak dan parau, lucu sekali. Si siluman pohon itu nampak kaget. Ia memasang wajah yang tidak bisa author jelaskan saking absurdnya. “Aku tidak menyangka urusanmu ‘sepenting’ itu,Tuan.” Kata siluman itu sambil menatap bengis pada Sungjong.

“Aku dengar semua yang anda katakan tadi!” seru siluman itu lagi. Myungsoo mendecih seksi. “Aku akan memberitahukan ini pada Red King! Beliau mesti mengetahui berita ini!” seru siluman itu lagi. Kemudian tanpa ba-bi-bu langsung menghilang lagi dibalik koridor.

“Ya!” seru Myungsoo keras. Ia berlari mengejar siluman itu, namun kembali berhenti begitu ia teringat pada Sungjong. Ia menoleh dan menunjuk Sungjong dengan telunjuk seksinya seraya mendelik seksi pada Sungjong. “Kau Sungjong, kau masih berurusan denganku. Aku akan menemuimu lagi nanti. Setelah siluman absurd itu ku urus.” Katanya. Kemudian dengan anggunnya berbalik mengibaskan jubahnya dengan lebay dan menghilang dibalik lorong mengikuti jejak siluman pohon tadi.

Sungjong masih terbengong-bengong. Otaknya lambat merespon kejadian barusan. Begitu akhirnya ia  sadar apa yang baru saja terjadi ia langsung berteriak histeris. “Gyaaa~  gawat!!!! Ottokhae?! Aaakkhh~!!” jeritnya frustasi. Begitu mengetahui fakta bahwa Myungsoo mengetahui jati dirinya yang sebenarnya ditambah siluman absurd itu memergokinya dengan Myungsoo dan hendak melaporkan temuannya pada Woohyun, saat itu Sungjong merasa dirinya tamat. Ia berjongkok menghadap tembok dan menyandarkan keningnya ke tembok. Dengan posisi yang sangat absurd sekali. Sambil bergumam tak jelas, ia tidak menyadari kehadiran Dongwoo sejak tadi di belakangnya.

“Hei, Sungjong.” Sapanya tenang. Sungjong seketika berdiri dan melihat Dongwoo dihadapannya tengah menatap datar padanya. “Hyung! Akh! Gawat! Bagaimana ini?! Aku tamat!” seru Sungjong panik. Dongwoo meliuk-luikkan ekornya dengan malas sambil berkata, “Tenang nak. Kau belum tamat. Sekarang waktumu untuk segera menemui Kesatria Putih. Si kelinci ungu dan si tikus itu hampir sampai ke ruangan Kesatria Putih. Sekarang saatnya untuk kabur dari Grease Grum sebelum siluman absurd itu menyampaikan apa yang baru saja ia lihat tadi pada Red King.” Katanya dengan santainya. Sungjong terdiam.

“Benar, Sungjong-ah. Sekarang saat nya. Kesatria Putih sudah menunggu. Cepat sebelum terlambat.” Taemin tiba-tiba saja muncul dari saku baju Sungjong dan dengan polosnya berkata.

“Ya! kau darimana saja tadi, hah?!” seru Sungjong memarahi Taemin yang menghilang kemudian tiba-tiba saja muncul kembali dari saku bajunya. “Aku bersembunyi.” Kata Taemin manja. “Kau kemana saja? Apa kau tidak tahu aku hampir mati ketakutan gara-gara ulah Myungsoo-hyung yang aneh padaku?” gerutu Sungjong. “Maaf. Tapi, aku tidak mungkin muncul dan mengganggu moment langka Myung-Jong kan? Bisa-bisa aku dilempari bata oleh Fans..” jelas Taemin. Sungjong menggeram marah. “Yeah, Sungjong. Aku lihat lho tadi, ‘semuanya’ ” Dongwoo malah memperburuk suasana dengan memberi penekanan pada kata ‘semua’. Sungjong ingin sekali melempari Taemin dan Dongwoo dengan bata sekarang.

“Nah, Sungjong! Bergegaslah. Waktumu tidak banyak.” Kata Dongwoo. Sungjong terpaksa menahan dulu amarahnya. Ia mengambil napas kemudian menghembuskannya. Ia harus rileks dan tenang agar bisa memikirkan rencana pelolosan diri dari Istana Merah ini dengan baik. Ia kemudian mengangguk dan berkata pada Dongwoo, “Hyung, kau jalan duluan. Awasi dan pantau apakah ada orang yang akan berpapasan denganku atau tidaknya. Taemin-ah, kau sebaiknya tunjukkan jalannya. Aku lupa ruangan Sungyeol-hyung lewat mana.”

“Baiklah..” balas Dongwoo dengan malas. Ia pun melayang sambil meliuk-liukkan ekornya mendahului Sungjong dan Taemin yang sudah keluar dari saku baju Sungjong.

“Hyung, tunggu aku.” Bisik Sungjong sok cool.

 

~x~


Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
buyoung
i'm going to fix several things here

Comments

You must be logged in to comment
diniazakee #1
Chapter 8: Ehem... mudah2 an dibaca hehehehe
Daebakk...!!!
Aku suka author... :)))) Friendship2 Infinite, terutama WooGyu ♡♡
Walaupun aku baru nemu sekarang, semoga semangat buat ff Infinite nya gak luntur
Dan, aku harap bisa menemukan ff Infinite sebagus punya mu atau mungkin lebih bagus lagi
Terima kasih sudah berbagi cerita. Love love untuk Author
shin-pads
#2
Chapter 8: Daebaaaaaakkkkkkk!!!!

Petualangannya ajib!

Thumbs up!
imatsuko
#3
Chapter 8: Ff ini sukses bikin aku ngakak tengah malem wkwkw xD daebak!!!
mowmow33 #4
Chapter 8: Yah author..... Kok ngegantung sih..... :((( trus gimana sungjong di dunia nyatanya?:(
Aku kasian sama White king sama Red King... Overall, bagus kok author ceritanya;)) klo aku sih, yes~
dooseob_saranghae
#5
Chapter 8: eh?gantung..trs woogyu dunia nyata gmn?huhuhuhuhe pgn tau kelanjutan di dunia nyatanya
dooseob_saranghae
#6
Chapter 4: gak suka chapter yg ini knp jd myungjong hiaaa
buyoung
#7
finally apdet~ :3
sandeoki
#8
aduh ngakak :'''D
lovelybutterfly #9
Chapter 3: Please update soon ^_^
NMInspirit987
#10
Chapter 2: Woah author ceritanya keren sekali >o< ditunggu chaoter chapter selanjutnya author! /throw heart kaya woohyun/?