Chapter 3

Sungjong In Wonderland

Sungjong melihat sekeliling. Mereka berdua telah sampai di sebuah area bukaan hutan. Lebih tepatnya mereka telah keluar dari hutan yang gelap itu. Sungjong mengira mereka telah benar benar lepas dari kejaran Kesatria Merah dan para prajuritnya. “Hyung.. Kastil Putih yang kau ceritakan tadi, masih jauh ya?” tanya Sungjong dengan nada bosan.

Bosan. Karena sedari tadi ia hanya berada di dalam saku baju yang ajaib itu. Kadang ia melihat sekuntum mawar yang sangat kecil. Kadang ia menemukan seekor kelinci dari balik celah di saku. “Sabarlah. Sebentar lagi,” jawab Sungyeol. “Berapa lama?”

“Kira-kira tiga hari berjalan kaki dari sini,”

“Mwoo?! Kau bercanda?!”

“Aku bilang tiga hari berjalan kaki dari sini pabbo! Kalau kau punya kuda atau kendaraan lainnya kita bisa lebih cepat sampai,” Sungjong manyun. Memang benar mereka saat ini tengah berjalan kaki.

Kalau begini terus kapan sampainya.. pikir Sungjong. “Kalau Dongwoo-hyung pasti lebih tidak bisa menerima ini. Ia kan punya kepribadian 9999D,” gumam Sungjong.

“Siapa Dongwoo?” tanya Sungyeol. “Ah.. Kalau ku ceritakan juga, kau tidak akan mengerti hyung..” jawab Sungjong malas. Dan mereka pun kembali berjalan dalam diam.

“Aku penasaran dengan sosok ‘Yang Mulia’ seperti yang kau bilang itu..” gumam Sungjong.

Sungyeol yang mendengarnya langsung tersenyum sumringah. “Ohh.. Kau akan senang melihatnya. Dia gila. Sama sepertiku. Haha.. Dan karena itulah aku sangat memujanya,” jawab Sungyeol sambil nyengir. “Wah. Aku tidak sabar lagi~” ujar Sungjong malas.  Ia menggaruk-garuk kepala. Angin menerpa kepalanya yang menyembul dari balik saku. Di hadapannya terbentang pemandangan matahari yang bersinar keoranyean.

Tiba-tiba saat sedang asyik menikmati pemandangan di depannya, Sungyeol mendadak berhenti. “Wae hyung?” tanya Sungjong.

“Kau dengar itu?” Sungyeol balik bertanya. Suaranya bergetar. “Dengar apa..? Aku tidak dengar apa apa..” Namun Sungjong langsung terdiam.

Dari kejauhan ia mendengar suara lolongan Anjing.

“Hyung.. Apa itu maksudnya mereka menemukan kita.. Lagi?” tanya Sungjong.

“Bayard,” Sungyeol mendesis pelan. Tepat saat itu Sungyeol berbalik ke belakang dan melihat Myungsoo beserta pasukannya telah berdiri di hadapannya. Sebuah senyuman kemenangan terlukis di wajah tampannya.

“Sungjong.. sembunyilah..” bisik Sungyeol pelan.

” (O.O) ssembunyi dimana hyung..?” Sungjong panik.

“Kita bertemu lagi, Orang Gila,” seru Myungsoo dengan cengiran khas dirinya. “Tentu saja. Itu karena kita ini berjodoh kau tahu,” jawab Sungyeol asal. Myungsoo mengernyit tidak suka. Namun wajahnya kembali merona. “Kau gila!” serunya sambil mengendalikan tali kekang kudanya yang mendengus tak sabar. Sungyeol terkekeh. Ia senang bisa menggoda Kesatria Merah itu.

Namun senyumannya langsung hilang saat ia melihat Onew muncul sambil melangkah pelan dibelakang Myungsoo. Ia mendongak sesaat memperlihatkan wajah sedihnya pada Sungyeol dan kembali menunduk. Sungyeol menggeram pelan. Myungsoo tersenyum miring. “Kau tidak bisa mengelabuiku lagi Bayard,” ujarnya dingin. Onew terlihat menunduk semakin dalam.

“Setelah kita kembali ke istana, dengan bocah itu tentunya, akan kupastikan hukumanmu akan segera dilaksanakan,” tambahnya lagi dengan senyum kemenangan terlukis di wajahnya. Sesaat Sungyeol memandang iba pada Onew. Namun pandangannya menjadi keras dan tajam begitu ia menatap kembali pada Myungsoo.

“Kudengar.. Bayard bilang kalau Sungjong kau beri Pishalver ya.. Sehingga ia jadi kecil seukuran liliput.. Benar begitu, Bayard..?” Myungsoo menoleh ke arah Onew yang terlihat membuang muka. Myungsoo kembali menoleh kedepan dan tersenyum sinis.

“Hyung.. Myungsoo-hyung barusan bilang tentang aku kan..?” di dalam saku, Sungjong mengigil ketakutan.

Sungyeol mendecakkan lidahnya. “Tch! Ah.. L-ah~.. Berhentilah tersenyum seperti itu.. Kau membuatku makin suka padamu, Cantik,” katanya asal. Myungsoo berkedip. Kemudian wajah tampannya yang sesaat tadi terdiam dengan polos langsung berubah mengernyit seram. Rona merah itu kembali muncul tanpa bisa ia kendalikan. Ia menggeram marah kemudian menarik tali kekang kudanya. “Berhenti memanggilku begitu, Orang Gila!!” serunya. Kudanya mendompak dan Myungsoo pun melaju kedepan sambil mencabut pedangnya. Sungyeol tahu keadaan benar-benar genting sekarang.

Secepat kilat ia mengeluarkan Sungjong dari sakunya. “Eck! Hyung.. Kau mau apa?!” cicit Sungjong. Sungyeol pun mengangkat Sungjong tinggi dan meletakkannya diatas topi tingginya. “Bertahanlah di sana Sungjong-ah,” Ia pun mengangkat topinya dan menyejajarkan wajahnya dengan Sungjong yang bersandar ketakutan pada topi. Sungyeol melirik sekilas pada Myungsoo yang makin mendekat.

“Dengarkan aku Sungjong-ah. Larilah.. Selamatkan dirimu. Aku akan menyuruh Bayard untuk menemuimu nanti,” ujarnya cepat. Entah kenapa Sungjong bisa mengerti itu semua. Padahal ia tahu betapa gentingnya keadaan saat ini. “Tapi.. Kau sendiri bagaimana hyung?” tanyanya cemas. “Tidak usah khawatirkan aku. Siapa pun tidak akan bisa menyakitiku. Nah! Sekarang pergilah!” Sungyeol pun melempar topinya jauh keseberang sungai. Sungjong yang ketakutan memegang erat-erat topi itu. Ia tidak ingin jatuh ke sungai dan mengakhiri cerita author ini dengan mati tenggelam di danau.

Dengan lembut topi itu melayang turun dan mendarat dengan selamat. Sungjong memegangi dadanya yang bergerak naik turun. Ia menyeka peluh di dahinya. Saat ia merasa sudah benar benar aman, ia pun melangkah turun dari topi. Tepat saat itu ia mendengar suara dengkingan anjing. Sungjong mengintip dari balik topi. Dan ia menahan napas syok.

Ia melihat bagaimana prajurit merah menarik paksa lengan Sungyeol dan Myungsoo tersenyum penuh kemenangan padanya. Sungyeol hanya menunduk sementara Onew melolong ke arah Sungjong dari seberang sungai. Myungsoo memanggil Onew dan Onew pun berbalik mengikuti Myungsoo dan prajuritnya yang membawa serta Sungyeol sebagai ganti tawanan karena tak berhasil mendapatkan Sungjong. Onew berhenti sesaat dan menoleh kebelakang kemudian kembali melanjutkan langkahnya mengikuti Myungsoo di depan.

Sungjong menghapus air matanya yang meleleh. Ia berbalik dan bersandar pada topi. Ia teringat saat ia pertama kali menginjakkan kaki ke Wonderland, telah banyak kejadian yang menimpanya. Bagaimana Absolem mengorbankan dirinya. Bagaimana Jonghyun dan Hoya berusaha melindunginya. Dan bagaimana Sungyeol yang juga ikut mengorbankan dirinya. Terlalu banyak yang berkorban.

Dongwoo-hyung sudah memberitahunya dari awal akan bahaya apa yang akan terjadi di Wonderland dan juga keputusan sulit yang harus ia pilih.  “Tidak akan ada lagi..” bisik Sungjong. Ia mengepalkan tangannya erat. Ia telah memutuskan untuk pergi menghadap langsung Red King. Karena itu mereka memburuku bukan.. Mereka membutuhkanku. Ramalan itu.. pikir Sungjong. “Baiklah. Jika aku yang Red King inginkan, Aku akan datang menemuinya,” kata Sungjong mantap.

Ia pun menguap dan mengusap wajahnya. “Hahh.. Cuci muka dulu ah~..” Ia pun beranjak menuju sungai untuk mencuci muka. Sekembalinya dari mencuci wajah, lengan, dan kakinya Sungjong pun mengangkat topi Sungyeol dan merangkak masuk kedalam. Ia pun menghilang di dalam topi.

“Oh aku akan merindukan kasur empukku di dorm. Dan juga segelas susu hangat lezat buatan Woohyun-hyung. Dongeng sebelum tidur dari Hoya-hyung.. Lelucon 5 detik sebelum tidur dari Dongwoo-hyung.. Lagu nina bobo yang dinyanyikan Sunggyu-hyung.. Gangguan tidur dari Sungyeol-hyung dan Myungsoo-hyung.. Ohh..” Sungjong menyeka airmatanya yang meleleh. “Mereka saat ini sedang apa ya? Apa mereka menyadari diriku yang tidak ada di antara mereka..? Apa mereka mencemau..?”

Hening.

Sungjong pun jatuh tertidur.

 

~X~

 

Sungjong mengerjap-ngerjapkan matanya. Perlahan ia pun terbangun. Ia mengedip-ngedip sesaat dan mengucek matanya. Ia meregangkan badannya saat ia mengira gempa tengah terjadi. Topi itu mergetar dan seperti ada yang mengetuk-ngetuknya. Getarannya bergema di dalam topi. Sungjong yang kaget setengah mati langsung keluar dari balik topi. Dan ia langsung melihat sesosok berkostum anjing tengah menatapnya. “Oh.. Kau sudah bangun. Syukurlah..” Onew tersenyum.

“Onew-hyung?!” jerit Sungjong.

“Ne?.. Onew? siapa itu?” Onew memiringkan kepalanya. “Aku Bayard. Kau Sungjong kan? Kenalkan,” Ia pun menyodorkan tangannya. Sungjong tak menyambut uluran tangan Onew karena masih syok. Jadi Bayard yang di maksud itu, Onew-hyung?!, pikir Sungjong.

“Onew-hyung.. Bagaimana kau bisa menemukanku? Dan bagaimana bisa kau sampai kesini?” Sungjong pun mengganti topik. Karena percuma saja ia bersikeras kenapa hyung-hyung nya bisa ada di sini. Ini kan Wonderland.. pikirnya.

“Ceritanya panjang Sungjong-ah. Saat sampai di Istana Merah, Ketika L lengah, Sungyeol melepas ikatanku. Ia bilang untuk menemuimu di seberang sungai tempat ia di tangkap dulu. Ia juga bilang kau mungkin ada di dalam topi, Jadi tunggu dulu sampai kau terbangun. Tapi kau lama sekali bangunnya. Makanya aku ketuk-ketuk saja topinya..” cerita Onew dengan sumringah. Sungjong ber’ohh’ pelan. “Kau sebenarnya di pihak mana?” tanya Sungjong sambil mendongak menatap Onew yang lebih besar dan lebih tinggi darinya.

“Aku sebenarnya anak buah kesayangan Yang Muliaku..” jawabnya. Pasti Penguasa Istana Putih.. Kenapa setiap orang selalu memanggil-nya dengan sebutan Yang Mulia? aku kan bingung sebenarnya Ia raja atau ratu … ? pikir Sungjong.

“Namun semenjak perseteruan panjang ini.. Red King mengambil apa pun dari istana lama Yang Mulia. Termasuk aku. Ia juga menculik Kelinci ungu itu. Red King menjadikan kami semua budaknya..” ujar Onew sedih. “Red King memisahkanku dari keluargaku. Mereka saat ini berlindung di bawah lindungan Yang Mulia di Kastil Putih. Mereka aman di sana. Tapi aku yakin mereka mencemau..” Onew mengakhiri cerita sedihnya. Sama sepertiku.. Hanya saja aku ragu apa hyung-hyung ku juga mencemau.. pikir Sungjong.

“Hmmm.. Aku ikut sedih mendengarnya. Red King memang jahat,” Sungjong menimpali.

“Sekarang, Apa yang bisa kulakukan untukmu, Sungjong-ah?” Onew menekuk lututnya. Sungjong nampak berpikir sesaat, Ia melirik topi Sungyeol dan teringat pada janjinya tadi malam, sebelum ia jatuh tertidur. “

Bisa kau antarkan aku ke suatu tempat?” tanyanya. Onew mengangguk antusias. “Kemana?” tanyanya.

“Ke Istana Merah,” senyum Onew langsung menghilang. “Apa?”

“Istana Merah. Kau tahu jalannya kan..? Nah sekarang bawa aku kesana. Aku punya sedikit urusan dengan rajamu,” katanya dengan pelan namun tegas. Tanpa banyak tanya lagi Onew menundukkan kepalanya dan Sungjong pun memanjat naik ke bahunya. “Oh.. Dan jangan lupa bawa juga topinya,” Onew menggigit topi tersebut.

“Nah.. Sekarang ayo pergi,” titah Sungjong. Dan dengan mantap Onew pun berderap kencang meninggalkan tempat itu.

 

~X~

 

Sungjong bergidik ngeri melihat pemandangan di hadapannya. Onew membawanya tepat berhenti di depan sebuah sungai kecil kotor yang menjijikkan. Di seberang sungai, tembok tinggi dari Istana Merah berdiri kokoh menjulang. Sungjong mendekat ke sungai dan langsung menutup hidungnya. “Iiuuhh… Bau sekali..” wajahnya mengernyit.

“Apa Red King itu orang yang ‘kotor’??” tanyanya.

“Tidak semenjak Yang Mulia menghilang,” jawab Onew. “Maksudmu?” Sungjong menautkan alisnya.

“Red King orang yang bersih. Hanya saja jika ia marah ia jadi suka kalap dan buang sampah sembarangan,” terang Onew.

“Hei.. Aku lihat ada kepala ikan di situ.. Ada kepala ayam juga..” Sungjong bergidik ngeri melihat ‘kepala-kepala’ itu yang besarnya dua kali ukuran dirinya. “Itu karena Red King tidak suka makan kepala ikan dan kepala ayam. Rasanya tidak enak,” jawab Onew.

“Hmm.. Jadi aku harus lewat mana untuk sampai kedalam?” tanya Sungjong. “Aku tidak bisa mengantarmu sampai kedalam Sungjong-ah. Aku tidak mungkin lewat pintu depan. Prajurit merah itu akan menangkapku,”  Onew menggeleng.

“Hee.. Lalu bagaimana caranya aku bisa sampai ke balik dinding itu?”

“Lihat,” tunjuk Onew. Ia menunjuk ke satu titik di dinding. Sungjong mengikuti arah telunjuk Onew dan ber’oohh’ pelan saat  melihat sebuah lubang kecil di bagian bawah dinding tembok.

“Jadi aku harus lewat lubang itu, begitu..?” Onew mengangguk. Sungjong menoleh ke arah sungai. Gelembung-gelembung menjijikkan terlihat meletup-letup di permukaan sungai. Membayangkan dirinya menyeberangi sungai kotor itu membuat Sungjong pucat. “Tak ada jalan lain..?” Sungjong menatap merana ke arah Onew.

“Tidak. Aku hanya bisa mengantar sampai sini..” kata Onew sedih.

Hati Sungjong mencelos. Jadi.. mau tak mau ia harus melewati sungai kotor itu. Jika aku berhenti di sini, aku tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini. Tidak boleh! Aku harus terus maju!, pikir Sungjong. Ia pun menelan ludah dan mulai berjalan ke tepi sungai. “Hati hati.. konon katanya air sungai itu beracun..” Onew memperingatkan. Sungjong mengangguk, mengambil ancang ancang, dan mulai melompat.

Hap! Ia mendarat di atas kepala ikan yang menyembul dari permukaan sungai. “Uwaaa..~!” Sungjong panik saat keseimbangannya goyah. Ia pun kembali mengambil ancang-ancang dan melompat, melompat,  dan melompat. Hingga akhirnya ia sampai di seberang dengan selamat.

Ia mengatur napasnya yang tak karuan dan berbalik. Onew masih setia berdiri di seberang. “Ya! Onew-hyung! Tolong lemparkan topinya kesini!” seru Sungjong. Onew mengangguk meskipun wajahnya menujukkan raut kebingunan karena di panggil dengan nama yang aneh. Onew menggigit topi itu dan melemparnya tinggi-tinggi. “Yahhh..” keluh Sungjong saat topi itu ternyata masuk melewati tembok dan mendarat di dalam.

“Ya! Kau melemparnya terlalu tinggi!” seru Sungjong. Onew hanya nyengir. “Hati-hati ya!” serunya dari seberang Sungai. Sungjong diam, kemudian tersenyum. “Nah.. sekarang kau kan sudah lepas dari pengawasan Red King.. Pergilah. Temui keluargamu. Sampai jumpa lagi~” Sungjong melambai dan memberikan senyuman terakhirnya pada Onew sebelum ia melangkah masuk ke dalam lubang.

Onew terdiam. Ia berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menyeka matanya yang berkaca kaca. “Kau sungguh baik Sungjong-ah. Aku harus memberi tahu Yang Mulia kalau Pengganti Alice sudah datang. Hatter tidak bisa maka aku yang akan menggantikannya. Yang Mulia pasti akan bangga padaku. Terima Kasih Sungjong-ah..! Kuharap kau selamat di dalam sana..” Onew menatap sekilas Istana Merah untuk terakhir kalinya kemudian berbalik dan berderap menjauh dari Istana Merah. Menuju satu tempat. Tempat dimana Kastil Putih berada.

 

Sementara itu, Sungjong melompati sebuah kerikil sebesar ban truk saat ia mendengar suara-suara keras dari arah halaman didepannya. Sungjong melangkah perlahan dan melihat sekeliling. Sepertinya ia sampai di taman istana. Ia pun bersembunyi di balik setangkai bunga mawar yang menjuntai rendah.

“Ya! Kau. Ambil bolanya sana!” Sungjong mendengar sebuah suara. Dan dari balik kelopak mawar , ia melihat Hoya berjalan gontai  ke tengah-tengah lapangan. “Hoya-hyung.. ” bisiknya tertahan.

Hoya terlihat lesu dan dengan setengah hati mengambil sebuah bola berduri dari tengah halaman. Dengan hati-hati ia mengangkat bola itu. “Ini bola nya, Yang Mulia..” ujar Hoya malas-malasan.

“Ya! Lemparkan pada L!” Suara bernada memerintah itu terdengar lagi. L berjalan ketengah lapangan. Sungjong tak berkedip saat melihat Myungsoo. Aku rasa.. Sungyeol-hyung benar.. Sungjong menelan ludahnya saat melihat Myungsoo dalam balutan seragam kesatria berwarna merah dan berdiri ditimpa sinar matahari. Membuatnya benar benar terlihat “Hot” pikir Sungjong.

Hoya setengah hati melempar bola itu. Akibatnya bola berduri itu tidak sampai ke tempat Myungsoo. Myungsoo terlihat menggerutu. “Ya! Lempar bolanya yang benar!!” suara memerintah yang ternyata milik Woohyun itu terdengar lagi.

Tepat saat itu Woohyun muncul ke tengah lapangan dan Sungjong tidak melihat kemunculan Woohyun karena sudut matanya malah menangkap siluet topi milik Sungyeol. “Ah.. Topi nya Sungyeol-hyung,” Sungjong pun berjinjit pelan di balik dedaunan menuju topi tersebut. Ternyata topi itu jatuhnya tepat diujung semak semak perdu berwarna merah. “Tidak ada yang sadar kalau ada topi yang jatuh di sini..” gumam Sungjong.

“Lempar bolanya!!” Sungjong menoleh ke arah asal suara. Hoya terlihat melempar bola berduri itu ke arah Myungsoo. Dan Myungsoo dengan anggunnya (?) melompat dan menyepak bola itu dengan kakinya. Bola itu terdengar mengaduh dan sesaat berubah bentuk menjadi suatu makhluk namun makhluk itu langsung melengkung kembali membentuk bulatan. Sungjong menangkap perubahan ganjil dari bola itu dengan matanya. Ia mematung dan melongo melihat aksi Myungsoo barusan dan sosok makhluk misterius berbentuk bola itu.

Makhluk bola (?) itu mengeluarkan durinya. Bola itu terlihat seperti bola besi berduri mematikan yang siap melukai siapa saja. Bola itu melayang dan meluncur tepat ke arah Woohyun. Woohyun yang  hanya memakai wife beater hitam dengan wristband merah dan celana panjang sutra berwarna merah darah itu melompat dan menendang bola berduri tersebut tanpa terlihat kesakitan sedikitpun. Bola itu meluncur mulus kearah Sungjong yang ternyata (masih) melongo melihat aksi Woohyun barusan.

Bukan. Lebih tepatnya melongo saat menyadari siapa Red King sebenarnya.

 

 

“WOOHYUN-HYUUUUUUNNNNNGGGG!!!!!!!!!!!!!!!? mwo..?”

 

 

GUSRAK!! awww…

Bola itu jatuh tepat dimana Sungjong berdiri detik sebelumnya. Sebelum bola mematikan itu jatuh menimpanya Sungjong sempat melompat menghindar. Hoya yang sepertinya mendengar jeritan barusan menoleh ke arah asal suara. Myungsoo dan Woohyun ikut menoleh. Tapi mereka menoleh bukan karena mendengar jeritan Sungjong barusan, tapi karena bola itu jatuh di tepi pekarangan.

Seperti biasa, Woohyun menyuruh Hoya untuk mengambilkan bola itu. “Ya! Kau ambil bolanya, Kelinci!” titahnya. Hoya setengah menggerutu mengangguk dan berlalu menuju bola tersebut. “Ya. Main nya cukup sampai di sini saja ya, L-ah. Aku capek. Mana jubahku..?” Myungsoo menyodorkan pakaian ‘kerajaan’ Woohyun dan ia pun memakainya.

Sementara itu di tepi pekarangan, Sungjong bangkit dari posisinya. Ia mengalami pusing sesaat. Setelah menepuk-nepuk kepalanya sebentar, Ia kembali menoleh ke tengah lapangan. Terlihat Myungsoo masih berdiri di sana dan masih terlihat berkilau dan ‘panas’. Sedangkan Woohyun… Sungjong tak bisa berkata kata.

Woohyun selesai memakai seragamnya dan mengikat tali jubah merah marunnya di lehernya. Ia terlihat berwibawa dan sedikit ehem.. di bawah sinar matahari yang entah kenapa mau mau saja mencurahkan sinarnya secara cuma cuma di tempat terkutuk itu.

“Bahkan matahari pun tahu dimana tempat yang pantas untuk ia curahkan sinarnya.. Myungsoo-hyung terlihat luarbiasa. Benar kata Sungyeol-hyung- tapi… Woohyun-hyung.. Aku tidak menyangka ternyata ia lah sang Red King.. Bahkan Woohyun-hyung terlihat lebih ehem ehem… di sana.” gumam Sungjong sambil membawa kepalan tangannya didepan mulutnya.

“Eh.. Kau..” Sungjong sontak menoleh ke arah asal suara. Hoya berdiri di depannya. “Hyung!” seru Sungjong. Hoya tersentak “Ssstt.. Jangan keras-keras,” Hoya langsung membekap mulut Sungjong. “Dia bisa mendengarmu,” Sungjong mengarahkan pandangannya ke arah lapangan. Woohyun dan Myungsoo terlihat sedang asyik bercanda. Cute.. Adorable.. awwwh.. pikir Sungjong.

“Aww… Sakit sekali..” Sungjong menoleh saat Hoya melepas tangannya dari mulutnya. Ia melihat bola berduri itu bergerak-gerak dan .. Voila! Muncullah seekor landak berduri yang menggoyang-goyangkan kakinya berusaha membalikkan badannya. “Sini kubantu,” Hoya berinisiatif membalikkan landak yang terlihat mengenaskan itu. “Bagaimana rasanya?” tanya Hoya.

Landak itu meregangkan badannya membuat duri-durinya yang tajam mematikan meregang mencuat ke segala arah. Sungjong bergidik.  “Ya! Tentu saja rasanya sakit! pabo!!” seru landak itu. “Kalian sebenarnya sedang apa sih?” tanya Sungjong. “Kami sedang main bola,” jawab Hoya enteng.

“Mwo?! Bola?! Pakai landak ini!?” seru Sungjog tertahan. Sang landak mendengus begitu Sungjong mengarahkan telunjuknya pada nya. “Ya! Tidak sopan kau bocah. Kau tidak tahu sakitnya di tendang begitu keras,” gerutunya. “Bola... Apa kakinya tidak sakit?” Sungjong menoleh kembali ke arah lapangan. Tepat saat itu Woohyun sedang melipat lipatan bawah celananya. Memperlihatkan kaki berotot yang mulus tanpa cacat luka sedikitpun. Sungjong Speechless.

“Ih waw.. Woohyun-hyung pasti punya kekuatan super..” bisik Sungjong terpesona.

“Ya. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Hoya sambil menyuruh sang landak untuk menggulung kembali. (“Ya! Kau! Ayo menggulung lagi. Dia bisa marah nanti,” sang landak menunjukkan tampang tak senang dan dengan setengah hati kembali menggulung badannya membentuk bola) “Emm.. Aku ingin menjemput Sungyeol-hyung..” jawab Sungjong. “Sungyeol?” Hoya dengan hati-hati mengangkat sang landak. “Aish.. Aku lupa. Si Mad Hatter,” jawab Sungjong. Hoya terlihat membentuk mulutnya menjadi (‘ o ‘) kemudian mengangguk-ngangguk. “Aku dengar kabar sih.. Kalau dia berhasil ditangkap. Sekarang ia sedang disekap di suatu ruangan yang aku tidak tahu dimana. Di sini punya banyak ruangan..” Hoya menggaruk kepalanya.

“Mwo?! Di sekap!? Dan kau tidak melakukan apapun untuk menolongnya?! Hyung macam apa kau ini, Huh? Biarpun dia choding bukan berarti dibiarkan begitu saja kan?!” seru Sungjong gemas. “

Ya. Kau ini bicara apa? Apa maksudmu?” Hoya kembali mengaruk kepalanya bingung. Sungjong menepuk jidatnya keras. Sial. Aku lupa ini dimana.. rutuknya.

“Ya!! Kelinci!! Kenapa lama ?!” seru Woohyun dari lapangan. Hoya tersentak.

“Ayo cepat pergi dari sini!” bisik Hoya. Sungjong menggeleng. “Aniyo. Tidak tanpa Sungyeol-hyung,” jawab Sungjong. “Lalu kalau seandainya Hatter bebas kau mau kemana dengannya? Sudahlah lebih baik kau cepat pergi..” bisik Hoya. Sungjong terlihat diam berpikir.

Iya ya.. Kalau Sungyeol-hyung sudah bebas.. mau kemana setelah itu? pikirnya sambil menggaruk kepalanya. “Ya! Kelinci!!” terdengar seruan keras dari Myungsoo. “Aish.. Setidaknya kau cepat sembunyi!” seru Hoya panik. “Eh.. Tapi kemana..? Badanku kecil begini..” Sungjong mulai panik. Ia langsung berlari ke balik sehelai daun tapi badannya masih terlihat. “Aish hyung! Aku tidak tahu mesti sembunyi di..”

“Ya! Kelinci!”

Deg. Gawat. Sungjong menoleh tepat saat ia melihat Myungsoo berkacak pinggang di depan Hoya yang melongo kaget. Dibelakangnya Woohyun berjalan menghampiri.

“Ya! Ya! YA!” seru Woohyun. “Kenapa cuma ambil bola saja sampai selama itu.. Hah?” hardik Woohyun. Sungjong yang berbadan liliput langsung menyembunyikan badannya dibalik semak arbei yang buahnya sebesar ibu jarinya. Ia ketakutan melihat tatapan tajam Myungsoo dan mematikan dari Woohyun. Entah kenapa ia begitu ketakutan melihat mereka berdua. “Saya minta maaf Yang Mulia. Mohon maafkan saya,” Hoya membungkuk-bungkuk pada Woohyun.

Sungjong merasa panas di hatinya. Ia tidak suka melihat pemandangan di depan matanya itu.

“Myungsoo-hyung.. Hoya-hyung itu lebih tua darimu.. Tunjukkan sikapmu.. Babo..” bisik Sungjong. Selagi Hoya masih memohon-mohon pada Woohyun dan Myungsoo, Sungjong melirik setangkai buah arbei ranum yang terlihat menggoda. Ia menelan ludahnya. “Sedikit saja tidak apa-apa kan.. Toh aku belum makan sejak… Sejak kapan ya?” ia menggaruk pelipisnya. “Ah. Bodo,” ia pun mengambil setangkai arbei merah dan mulai melahapnya dengan penuh suka cita. Sang landak yang melihat Sungjong memakan buah itu langsung berseru,

“Jangan dimakan bocaaahhh!!”

Woohyun, Myungsoo dan Hoya tersentak. Kompak mereka menoleh ke arah asal suara. Setangkai arbei jatuh ke tanah. Sungjong merasa sekujur tubuhnya terbakar. Ia merintih kesakitan. Ia yakin ketiga hyungnya pasti mendengar suara rintihannya. “Appoo~ Akh..” erang Sungjong.

“Apa itu?” tanya Woohyun curiga. Tanpa menunggu Myungsoo bergerak, Ia melangkah kedepan. Hoya yang tahu Sungjong akan segera ditemukan berusaha menghalangi Woohyun.

“Apa yang kau lakukan? Minggir,” geram Woohyun sambil mendorong bahu Hoya. Tepat saat itu Sungjong mulai merasa aneh dengan tubuhnya. Ia merasa lengannya memanjang, lehernya, kakinya, dan tulang punggungnya terasa gatal dan panas. “Akhhh..” rintihnya. Ia terus mengerang tak sadar akan 3 pasang bola mata yang menatap takjub pada sosoknya yang menyembul dari balik ranting pohon.

“..…”

Woohyun dan Myungsoo Speechless melihat sosok Sungjong yang muncul tiba-tiba dihadapan mereka. Hoya hanya bisa mengusap wajahnya gemas karena ia tahu satu hal, akhirnya sosok Sungjong diketahui juga oleh dua iblis kece didepannya. Jadi, usaha kami melindungi bocah itu sia-sia saja begitu? Pikirnya. Sedangkan si landak memilih menutup matanya. Bertingkah seolah tidak mengetahui apa-apa dan tidak melihat apa-apa.

“Ya… L-ah.. itu.. apa?” Woohyun terbata-bata mengeja ucapannya. Hoya sontak melirik sang Kesatria Merah itu dengan panik. Takut jika seandainya Myungsoo mengetahui dan ingat dengan baik rupa Sungjong. Tapi Myungsoo yang  tidak mengetahui dengan betul seperti apa  rupa Sungjong sebelumnya, hanya menggeleng polos di sebelah Woohyun. “Aku tidak tahu.. Yang Mulia,” jawabnya.

Sungjong membuka kelopak matanya yang terpejam dan langsung menjerit saat sinar matahari menerobos kelopaknya. “Aww! Sakit maakk!!” serunya. Woohyun dan Myungsoo kaget. Myungsoo langsung menarik pedangnya. Hoya yang melihat itu langsung beranjak menghadang Myungsoo dengan merentangkan tangannya. “Apa yang kau lakukan?” tanya Myungsoo dingin. “Jangan.. Jangan acungkan pedangmu padanya..” Hoya memelas.

“Kenapa?” Woohyun menatap penuh selidik pada Hoya. Hoya menelan ludahnya gugup. Ia bingung harus menjelaskan bagaimana. “P.. po.. pokoknya.. jangan..” Myungsoo menautkan kedua alisnya bingung namun langsung menyarungkan kembali pedangnya. “Kau tahu makhluk apa ini?” tanyanya datar.

Sungjong menoleh menatap Myungsoo secara langsung untuk pertama kalinya. “Myung…” “Shhh… jangan bicara.. Kau bisa ketahuan oleh Red King nantinya..” Sungjong mendengar si landak berbisik di belakangnya. Sungjong gugup. “Biarkan saja si kelinci ungu itu yang mengatur semua. Kau akan aman,” Sungjong mengangguk kecil.

“Aku.. aku rasa… Makhluk satu ini.. eemm.. Dia utusan dari Negeri Seberang, Yang Mulia,” Jawab Hoya asal. Mendengar kata ‘negeri seberang’ Woohyun menunjukkan ekspresi keantusiasan yang cukup tinggi.

“Maksudmu, ‘Kastil Putih’?” tanya Woohyun dengan mata berbinar.

“Aku rasa bukan, Yang Mulia. Dia tidak menunjukkan ciri-ciri pengikut-Nya..” Myungsoo menggeleng. “Aku rasa juga bukan..” Hoya melirik ke arah Sungjong. Berharap Sungjong mau membantunya dalam menyusun kebohongan agar dirinya bisa selamat dari Red King.

“Aku rasa ia utusan dari Negeri Seberang. Seperti yang telah ku kabarkan beberapa waktu lalu bahwa akan datang utusan dari Negeri Seberang yang hendak mengunjungi Istana Merah, Yang Mulia,” terang Hoya. Sungjong yang menyadari maksud lirikan Hoya tersebut, menimpali “Be.. Bbenarr.. Aku utusan dari Negeri Seberang,” serunya gugup.

“Nn.. Namaku.. Sukaesih.. yah… Sukaesih..” lanjutnya terbata-bata. Ia begitu takut Woohyun dan Myungsoo akan menyadari kebohongannya dan mengetahui bahwa ia adalah Sungjong yang saat ini tengah mereka cari.

“Sukaesih..? kedengarannya seperti nama salah satu tukang laundrymu, Yang Mulia,” Myungsoo menatap Sungjong sambil menautkan alisnya. Sungjong rasanya ingin membalas tatapan ‘imoet’ Myungsoo itu dengan pelukan erat mematikan khas dirinya sambil menjeritkan ‘Myungsoo-hyung!? Apa kau tidak sadar siapa aku?! Aku Sungjong! Aku merindukanmu, Hyung!’ Tapi karena ia terlalu takut, ia langsung melengah. “Maksudmu.. Endang Sukaesih..? Aku tidak kenal,” jawab Woohyun datar.

“Ehehe.. Begitulah.. Salam Kenal~” tanpa sadar Sungjong melakukan aegyo andalannya di depan mereka semua. Begitu menyadari apa yang sudah ia lakukan, ia jadi salting sendiri. Hoya dan Woohyun hanya menatap datar pada Sungjong. Sedangkan Myungsoo terdiam, ada angin yang menerbangkan rambutnya. Membuat penampilannya yang sebelumnya’ panas’ jadi makin ‘panasss’

“Yah.. baiklah kalau memang benar begitu. Selamat datang di Istana Merah, wahai utusan,” Sungjong speechless saat Woohyun menyibak jubahnya kebelakang dan membungkukkan badannya dengan penuh wibawa padanya sambil menjulurkan tangannya. “Kebetulan sekali, Kau bertemu langsung dengan Penguasa Istana Merah, yaitu Aku,” Woohyun tersenyum saat Sungjong dengan malu-malu menerima uluran tangannya dan menariknya berdiri.

“Terima Kasih.. Yang.. Mulia..” ujarnya.

“Maaf atas penyambutan yang tak pantas ini, tamuku. Aku akan menjanjikan sesuatu yang lebih bernilai nantinya, jika kau berkenan melangkah ke dalam Istanaku,” Sungjong lagi-lagi dibuat terkesima atas sikap Woohyun barusan. Tidak pernah bahkan didunia nyata sekalipun Woohyun bertingkah se-formal itu. Sambil tersenyum, Woohyun berbalik dan dengan anggunnya berjalan. “Kelinci, Aku ingin kau mengajak tamuku berkeliling Istana Merah. Tunjukkan padanya letak keindahan dari Istanaku. L, ikuti aku,” katanya saat melewati Myungsoo. Myungsoo yang sejak tadi diam, tidak bicara banyak saat ia mulai mengikuti Woohyun dibelakang.

Sungjong takut apakah harus mengikuti Woohyun ke dalam istana atau tidak. Saat ini perang batin tengah berkecamuk dalam benaknya. Bukannya tadi kau bilang, kalau kau memutuskan akan pergi ke Istana Merah dan menyelamatkan Sungyeol-hyung, sekarang apa yang kau takutkan Sungjong-ah?! Pikirnya. Ia merasa berat untuk melangkahkan kakinya. Namun saat Hoya memegang lenganya, ia seperti tersadar.

Ya.. tujuanku.. membebaskan Sungyeol-hyung, dan Hoya-hyung,  mengembalikan kedamaian di Wonderland, menyelesaikan perseteruan panjang antara Red King dengan Penguasa Putih… Aku tidak lupa akan janjiku.. Sungjong menggangguk saat Hoya menatapnya ragu. Tak ada keraguan dan ketidakpastian lagi dalam dirinya. Sudah jelas rencananya dan apa yang akan ia lakukan kedepannya. Sungjong tidak perlu takut.

Aku tidak gentar.. Demi Wonderland.. Demi semua yang telah berkorban melindungiku.. Demi Sunggyu-hyung dan Woohyun-hyung di dunia nyata.. Demi semuanya.. Aku anggap ini sebagai hadiah ulang tahun terindah bagiku..

Sungjong melangkah pasti mengikuti Hoya yang sudah berjalan lebih dulu menuju sisi lain dari Istana Merah yang meunggu untuk Sungjong jelajahi.

 

~x~

 

To Be continued

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
buyoung
i'm going to fix several things here

Comments

You must be logged in to comment
diniazakee #1
Chapter 8: Ehem... mudah2 an dibaca hehehehe
Daebakk...!!!
Aku suka author... :)))) Friendship2 Infinite, terutama WooGyu ♡♡
Walaupun aku baru nemu sekarang, semoga semangat buat ff Infinite nya gak luntur
Dan, aku harap bisa menemukan ff Infinite sebagus punya mu atau mungkin lebih bagus lagi
Terima kasih sudah berbagi cerita. Love love untuk Author
shin-pads
#2
Chapter 8: Daebaaaaaakkkkkkk!!!!

Petualangannya ajib!

Thumbs up!
imatsuko
#3
Chapter 8: Ff ini sukses bikin aku ngakak tengah malem wkwkw xD daebak!!!
mowmow33 #4
Chapter 8: Yah author..... Kok ngegantung sih..... :((( trus gimana sungjong di dunia nyatanya?:(
Aku kasian sama White king sama Red King... Overall, bagus kok author ceritanya;)) klo aku sih, yes~
dooseob_saranghae
#5
Chapter 8: eh?gantung..trs woogyu dunia nyata gmn?huhuhuhuhe pgn tau kelanjutan di dunia nyatanya
dooseob_saranghae
#6
Chapter 4: gak suka chapter yg ini knp jd myungjong hiaaa
buyoung
#7
finally apdet~ :3
sandeoki
#8
aduh ngakak :'''D
lovelybutterfly #9
Chapter 3: Please update soon ^_^
NMInspirit987
#10
Chapter 2: Woah author ceritanya keren sekali >o< ditunggu chaoter chapter selanjutnya author! /throw heart kaya woohyun/?