Affair | 6

Affair

Ayahnya segera menyeretnya ke kamar Jongup. Aura marah masih belum menghilang dari matanya. Jongup terduduk di pinggir ranjang. Siap menerima apapun yang mungkin ayahnya akan berikan padanya. Itu bisa saja apapun. Jongup sudah terbiasa dengan semua itu.

Namun kali ini berbeda. Ayahnya hanya diam saja. Memandang Jongup penuh kecewa sementara sang anak hanya menunduk menatap lantai.

“Ayah akan menghukummu.” Ayahnya berkata, “Kau tidak dapat menginjakan kekimu keluar dari kamar ini selama seminggu penuh. Tidak ada akses handphone atau internet.”

Jongup tiba-tiba saja mendongak, mana mungkin! Tidak boleh ada handphone berarti dia akan kehilangan kesempatan untuk sekedar berbicara dengan Himchan.

“Ayah… kau tidak sungguhan, kan?” kali ini aura memohon yang kekanakan keluar dari Jongup. Ini tidak boleh terjadi. Tidak boleh.

Ayahnya hanya diam saja lalu pergi meninggalkan Jongup sendirian. Tak berapa lama kemudian, beberapa orang pengawal masuk ke kamarnya, mengobrak-abrik isi tasnya lalu menyita handphone, laptop dan segala macam jenis gadget yang dimilikinya. Kini, ia benar-benar sendiri.

 

Himchan memarkirkan mobilnya dengan mulus. Ia keluar sambil membawa beberapa keranjang menuju lift yang akan mengantarkannya langsung ke lantai dimana flatnya itu berada.

Flash!

Himchan terkesiap. Ia menoleh ke belakang. Jelas sekali tadi ada lampu kilat kamera. Ia tiba-tiba merasa ada yang mengikutinya.

“Hello?” Himchan dengan hati-hati memutar dirinya ke belakang.

Ia berjalan perlahan dan sangat hati-hati. Matanya awas memperhatikan sekelilingya.

“Ada yang bisa ku bantu, Tuan Kim?”

Himchan terlonjak, mengumpat sedikit tapi kemudian bersyukur karena itu hanyalah suara seorang petugas jaga. Tiba-tiba saja ia merasa lebih aman.

Himchan masih mengatur napasnya, “Tidak! Kau tidak perlu. Tidak apa-apa. Oh ya, apa tadi di sini ada orang lain?” tanya Himchan pada si petugas. Hanya untuk memastikan.

Si petugas menggeleng, “Tidak ada. Aku sedang berkeliling tadi, dan hanya melihatmu.”

Himchan menghembuskan napas lega, namun dirinya masih tetap penasaran. Tapi ia merasa lebih baik untuk menyudahi rasa paranoia nya itu. “Oh, terimakasih. Kalau begitu, kembali bertugas.”

 

 

Ting tong! Ting tong!

Seorang pelayan wanita membukakan pintu kemudian berseru, “Ah~ Dokter .. Silahkan masuk, Tuan Moon sedang menunggu Anda.”

Orang yang di panggil dokter itupun masuk dengan santainya. Ia memperhatikan bangunan mewah yang menjadi tempat tinggal keluarga Moon ini. Lantainya terbuat dari batu granit yang memancarkan aura ekslusif nan mahal. Sementara pintu-pintunya dari kayu mahogani yang terkenal susah di dapatkan. Di depannya, terdapat dua tangga yang melingkar seperti tangga yang sering berada di rumah-rumah orang Eropa kebanyakan. Di pinggir tangga itu, berdiri guci dari Cina yang berhiaskan kilauran swarovski.

Sang dokter tersenyum. Inilah kemewahan yang selalu diinginkannnya. Namun sangat susah untuk diwujudkannya.

Pelayan lain datang menghampirinya, dia adalah pelayan paling tua dan yang paling lama bekerja untuk keluarga Moon. Namanya pelayan Shin. “Lewat sini, Tuan.”

Sang dokter mengikuti arah petunjuk pelayan Shin dan sampailah ia di suatu ruang dimana terdapat perapian yang menyala dan sebuah kursi besar yang sedang diduduki oleh tuan rumah. Sang dokter menunduk memberi hormat.

“Duduklah,” perintah tuan Moon. Ia menyingsingkan lengan bajunya, seakan bersiap untuk segera disuntik. “Berikan saja suntikan penenangmu.”

Sang dokter hanya tersenyum. Lalu berkata santai, “Kau tidak perlu lagi obat penenang, Tuan Moon.”

“Lalu apa yang kubutuhkan? Anak itu sudah cukup memusingkanku! Jelas sekali aku sangat membutuhkan obat itu.” katanya, setengah berteriak.

Dokter itu hanya tersenyum, “Yang kau butuhkan hanyalah berbicara pada anakmu.”

“Percuma. Anak itu… Moon Jongup tidak pernah mendengarkanku.”

Sang dokter duduk, menyiapkan beberapa alat untuk pengukur tekanan darah, “Apa kau sudah mencobanya?”

Tuan Moon terdiam. Selama ini, hubungan dia dan anaknya memang buruk. Ia sendiri tidak tahu mengapa. Setiap melihat tingkah Jongup yang berandalan, ia selalu ingin meledak. Hal ini sungguh sangat berbeda jika ia berhadapan dengan Yongguk, anak tirinya itu.

Tuan Moon hanya bisa menghembuskan napasnya pelan, “Belum. Tidak. Aku tidak pernah berusaha untuk mencobanya." Tuan Moon memutar memorinya, belum pernah ada pendekatan antara Jongup dan dirinya setelah ia menikah lagi. Tuan Moon kemudian merasa bersalah, karena ia merasa semakin hari, Jongup semakin jauh darinya.

Sang dokter kemudian memasukan tangannya ke tas koper yang dibawanya itu. Mengeluarkan sebuah dua buku, yang Tuan Moon yakin adalah buku novel.

“Cobalah ini,” sang dokter memindahkan buku itu ke tangan Tuan Moon. “Untung saja aku beli dua.”

“Apa maksudmu?” Tuan Moon sama sekali tidak mengerti maksud sang dokter.

“Waktu aku muda dulu, ada seseorang yang melakukan hal yang sama seperti ini, tujuannya tentu saja untuk mendekatiku.

“Seseorang itu menggunakan buku novel favoritku. Dan beralibi jika dia benar-benar menyukai jalan ceritanya –dia berbohong tentu saja aku tahu itu, tapi aku menutupinya karena aku tidak mau membuatnya malu. Sejak itu, kami mempunyai banyak kesamaan dan sering menghabiskan waktu bersama untuk membahas segala apapun yang terdapat di buku itu. Usaha untuk mendekati ku memang lumayan keras. Jadi, aku tidak mau membuatnya kecewa.” Dokter itu bercerita.

Tuan Moon akhirnya menangkap maksud sang dokter, “Ahh..... kau menyuruhku dan anakku untuk membaca novel ini? Supaya kami mempunyai …. Kesamaan dan akhirnya menghentikan pertengkaran ini?”

Dokter itu pun mengangguk.

“Baiklah, akan kucoba. Terimakasih atas bantuanmu, Dokter Yoo.”

Pria muda yang dipanggil Dokter Yoo itu tersenyum simpul, "Sama-sama Tuan Moon."

 

~~~~~~~~~~ continued ~~~~~~~~~~

 

note: finally... update \^^/

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
readme2010 #1
Chapter 7: Lanjutkaaaaan
Waijyn_Jung #2
Chapter 7: Hiks aku udah baca dari part 1 - 7, dan aku terhuraaa(?) banget :'(
next yah :'D
drew_alana
#3
Chapter 6: Jongup tuh 'sesuatu' banget! Cute kalo lagi genit begitu! Suka dech! Cepetan di update yach, next story nya!
KJNYeol
#4
Chapter 7: Akhirnya appa san anak berbaik semula..
BearLin
#5
Chapter 6: kasihan Jongup T_T mudah2an dg bantuan dokter Yoo hubungan appa dan anak ini baik kembali
Yongguk juga ayo bantu mendekatkan mereka berdua ^^
ckhybm
#6
Chapter 5: ih apa banget bapaknya nggak mau dengerin -_- emangnya nanti di luar sekolah, mereka nggak bisa ketemu? :/ aku jadi punya firasat buruk/? hahaha

kritik dan saran? hm sejauh ini aku blm ada. Cuma rasanya aneh aja, udah keseringan baca english dan skrg baca bahasa lagi, hahaha. Tapi secara keseluruhan sih udah bagus :)
KJNYeol
#7
Chapter 5: Jahat bangat appanya!!!
yah!! Jonup kata benaran malah gak percaya!!
ckhybm
#8
Chapter 4: aahh jongup melas banget sih :'''(

suka banget part jogup abis mandi yang mereka pelukan, terus sesekali himchan ngelus rambut himchan :""D sweetnya kebangetan <3333
ayo lanjut kaaaakkk <3:*
ckhybm
#9
Chapter 3: uhuk. yongguk bantuin jongup damai sama bapaknya dooong e_e
ckhybm
#10
Chapter 2: WHYY WHYYY UHUK kasian mereka ;;;; ayi bikin hubungan mereka ketauan kak. Biar seruuu wahahaha